Friday, June 10, 2022

Pengalaman dengan Suzuki Smash 110 CC Jakarta Nol KM Sabang



Saya baru-baru ini saja bisa mengendarai sepeda motor dalam arti sesungguhnya. Dengan kata lain, status pemula. Namun, dalam hitungan bulan, saya telah melakukan perjalanan dengan sepeda motor Suzuki Smash 110 produksi tahun 2006 ke KM Nol Sabang sejauh 3000 lebih full melalui Jalan Lintas Barat Sumatera.

Saya dikenal sebagai petualang, penulis dan fotografer. Sering memberikan Talk Show dan  ceramah untuk kegiatan alam bebas dan pariwisata. Sebagai wartawan media cetak era tahun 90-an sampai tahun 2010-an, lebih dari 20 tahun sebagai penulis,  telah banyak dan cakupan yang luas mengunjungi dan melakukan perjalanan di Indonesia dan lintas negara. Seluruh perjalanan saya tersebut, saya rekam dan catat dengan  GPS Garmin. Rute jalan dan nama tempat (POI) saya catat. POI yang saya catat yaitu hotel dan penginapan, SPBU Pertamina, Bank dan ATM, mini market, kios kelontong, kios penjualan bahan bakar kendaraan, rumah makan, pelayanan medis, kantor polisi dan TNI, view, situs sejarah, dan sebagainya. Semua catatan GPS tersebut saya peruntukkan bagi masyakat umum, yang saya upload di www.navigasi.net, Open Source Maps, Google Maps, dan situs webs wisata dan petualangan di luar negeri. Bagi saya catatan GPS tersebut lebih penting dari pada video dan foto, sebab data GPS sangat berguna untuk memperkaya data peta Indonesia.

Saya melakukan perjalanan dengan team dan mandiri, menggunakan jasa transportasi dan kendaraan sendiri. Kendaraan sendiri yang saya gunakan, yaitu sepeda MTB, mobil landrover, dan kendaraan roda empat lainnya. Namun, untuk kendaraan roda dua bermesin, kali inilah saya melakukannya.

Saya memiliki Suzuki Smash tahun 2006. Sepeda motor tersebut saya beli sekitar bulan Maret 2021 untuk tujuan belajar dan berlatih. Saya memang tidak bisa mengendarai sepeda motor, terutama di jalan raya. Setelah saya bisa / berani mengendarai sepeda motor, saya menyesalinya kenapa tidak dari dulu saya melakukannya. Dan, saya kagum kepada pengendara sepeda motor yang lincah di jalan. 

Perihal perjalanan saya dari KM Nol Jakarta/Cawang (S6 14.809 E106 52.616). Sampai ke KM Nol Sabang (N5 54.354 E95 13.010), saya memilih rute Jalan Lintas Barat Sumatera, full sampai ke Pelabuhan Ulee Lheue (N5 33.879 E95 17.649).

Saya melakukan perjalanan tersebut seorang diri. Tentu, bukan saya saja yang telah melakukan perjalanan seorang diri sejauh itu. Sebagai pemula di dunia sepeda motor, saya mendapatkan berbagai tips dari yang berpengalaman. 

Sebagai pemula, apalagi perjalanan jauh di Sumatera, muncul juga perasaan was-was, baik untuk ketahanan pisik dan mental, serta stamina Suzuki Smash. Muncul perasaan  nggak karuan, ketika saya  keluar dari ferry di Bakauhuni. Apakah iya… Berada di Sumatera menempuh Jalan Lintas Sumatera yang terkenal itu seorang diri. Perasaan tersebut hanyalah persepsi pribadi saya, sebagai pemula.

Rute yang saya tetapkan dan kemudian saya jalankan adalah, Tahap I : Bakauhuni, Pantai Guci, Dermaga Ketapang, Kota Agung, Tanjakan Sedayu, Tanjung Setia / Krui (Provinsi Lampung), Manna, Bengkulu Kota, Mukomuko (Provinsi Bengkulu), Tapan, Pantai Carocok, Padang, Bukittinggi (Povinsi Sumatera Barat). Tahap II : Bukittinggi, Pariaman, Pasaman Barat (Provinsi Sumbar), Natal, Danau Siais, Batang Toru, Sibolga, Barus (Sumatera Utara), Singkil, Subulusalam, RCU Trumon, Tapak Tuan, Calang, Lamno, Banda Aceh, Pulau Weh (Provinsi Aceh). Dalam catatan GPS, jarak tempuh Bakauhuni – Bukittinggi 1390 Km. Jarak tempuh Bukittinggi – Sabang 1806 km. Perjalanan Suzuki Smash sebetulnya melebihi dari yang terekam oleh GPS. 

Jarak tempuh yang saya tetapkan setiap hari 90 km sampai 125 km. Saya membatasi lama dan jarak tempuh, karena mencatat dengan gps dan mendukomentasikan perjalanan. Tentu, saya tidak bisa ngebut, yah karena belum mahir…

Pengalaman saya bersepeda di Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba, bahkan di Lembah Baliem (Kabupaten Wamena, Papua), perlengkapan perjalanan yang saya bawa dan pakai sama dengan yang saya gunakan dalam bersepeda. Seperti tanda personal, kompor Trangia, tempat tidur lipat mini, flaysheet, dll.

Alat-alat pendukung perjalanan, laptop Fujitsu (tahan banting dan cuaca), 2 unit GPS Garmin, camara active Garmin Virb Ultra, 2 unit solar cell baterai AA merek Silva, konventer charger 12 volt, extra lampu sepeda, baterai cadangan AA charger untuk GPS. Total berat barang yang saya bawa 35 kg, yang saya tempatkan di 4 tas sepada. Saya tidak memakai boks bagasi, karena sulit menempatkan velbet dan tenda. Selain itu, memakai boks bagasi titik tumpu berat jauh dari sumbu belakang. Di bagian depan sepeda motor, saya tempatkan tas kunci dan flaysheet yang juga berfungsi sebagai pemberat di bagian depan. 

Upgrade Suzuki Smash, penggantian kampas rem, tali gas, membran/pompa bensin (sory nggak paham), dan aki. Itu saja. Suku cadang yang dibawa sambungan rantai, ban dalam, pompa mini dan per ulir kampas rem belakang.

Sejauh perjalanan saya dengan Suzuki Smash, tidak ada masalah serius yang terjadi. Kerusakan yang dialami, hanya per ulir penahan kampas rem belakang putus. Itupun terjadi di Lamno, Aceh. Penggantian Olie, pertama dilakukan di Bukittinggi. Di Bukittinggi saya menemukan olie merek Suzuki. Penggantian olie berikutnya, di Aceh dengan olie merek Suzuki yang saya bawa.

Selama perjalanan, banyak orang yang empati. Mungkin karena usia saya yang sudah menjelang sepuh, dan sepeda moor yang juga sepuh. Setiap hari, ada saja yang membayar makan saya di rumah makan, hotel discount, bahkan ada yang ngasih ban baru di Aceh, dan mengisi bensin gratis. Pemakaian bahan bakar rata-rata 35 liter / kilometer. Saya selalu mencatat jarak tempuh dan pengisian bahan bakar.

Kekurangan dari Suzuki Smash, mesinnya kecil dan lampu penerangan malam yang redup. Kelemahan lainnya mesin berebet sampai mati jika terkena cipratan air terus menerus. (minta saran/petunjuk dari senior dan teknisi Suzuki Motor). Kapasitas mesin yang ideal untuk jalan jauh dan membawa bagasi, menurut saya, minimal 125 CC dan 150 CC. Namun bagi saya, Suzuki Smash cukuplah… 

Saya hanya melakukan perjalanan sampai di KM Nol Sabang. Dari kota Aceh, sepeda motor saya paketkan ke Bukittinggi. Di Bukittinggi, saya jalan-jalan dulu. Dari Bukittinggi, sepeda motor saya paketkan kembali. Saya naik pesawat.

Pertanyaan yang sering muncul dari orang-orang yang ditemui, ada dua: “Om / Pak, yakin”. “Pak / Om, berani sendirian”. Saya jawab, “Saya tidak yakin. Saya tidak berani. Saya harus uji dan coba dulu ketidak beranian saya dan ketidak yakinan saya. Bila nanti terjadi, saya tidak akan melanjutkan perjalanan.” Saya seorang yang naif dan nekat.

Nah, bagi kawan-kawan yang ingin data GPS lengkap, akan saya kirimkan melalui email. Format GPS tersebut adalah GPX untuk GPS Garmin dan format KML untuk bisa dibuka di Google Maps dan Google Earth. Kedua format tersebut juga bisa dibuka untuk aplikasi android.

Shooting video perjalanan saya tersebut, bisa dilihat di Rizal Bustami Chanel YouTube. Permintaan data GPS, ke email : si.rizalbustami@gmail.com atau rizalbustami@outlook.com

Nex time, saya akan melakukan perjalanan lainnya di Indonesia, tentu dengan sepeda motor…

Thank you Suzuki Smash. Next time, we'll be gas tipis-pipis lagi...









Monday, November 23, 2020

WISATA MERANGIN TERBARU, LENGKAP DAN AKURAT (GEOPARK MERANGIN)



Gunung Masurai

LENGKAP TENTANG WISATA, ALAM, EKONOMI DAN BUDAYA KABUPATEN MERANGIN

Abstraksi
Setelah menjelajahi Kabupaten Merangin, di utara Kampung Tuo Rantau Panjang, di selatan Danau Adipati IV, di barat Renah Kemumu, di tengahnya ada kumpulan produk bumi kuno, yang berusia ratusan juta tahun berupa fosil batu dalam bentuk kerang dan fosil daun di Desa  Air Batu dan Desa Bedeng Rejo, sebagai kawasan inti dari Geopark Marangin, temuan-temuan di lapangan lebih kaya dari perkiraan semula. Bagi masyarakat kawasan sebagai hal yang biasa saja, tapi bagi pendatang merupakan sesuatu yang baru dilihat.

Secara sederhana, sebaran Daerah Wisata Kabupaten Marangin terkelompok di dua kawasan, yaitu Marangin bawah dan Marangin atas. Pembagian / pengelompokan tersebut bukanlah sebagai batas-batas administrasi. 

Kelompok Merangin bawah berupa kawasan inti Geopark dan budaya. Kawasan Merangin atas dicirikan pemandangan indah, udara yang sejuk dan budaya yang kuat. 
Kawasan Merangin Bawah, di ketinggian antara 100 sampai dengan 200 dari permukaan laut (dpl). Sedangkan kawasan Merangin Atas, berada di ketinggian 400 sampai dengan 1300 dpl. Batas ketinggian di kawasan Merangin Atas, dimulai dari Kecamatan Masurai sampai ketinggian 1300 dpl di Danau Pauh. Sedangkan Danau Dipati IV, di ketinggian 1200 dpl. DTW yang ada di kawasan ketinggian ini, antara 900 sampai dengan 1300 dpl.

Dibawah ini merupakan perincian diskripsi setiap site dan DTW. 

PROFIL SUNGAI “PURBA” MERANGIN
Sungai Merangin, seperti umumnya sungai besar lainnya, berdinding hutan dan sedikit bebatuan. Di beberapa tempat pinggiran sungai terbuka secara alami, maupun karena perladangan. Airnya keruh, karena aktivitas pertambangan liar di hulunya. Jeram-jeramnya moderat, sehingga dapat disusuri dengan perahu karet oleh kalangan umum. Ikan yang hidup di Sungai Merangin, endemic. Di aliran Sungai Merangin inilah, bermunculan fosil-fosil batu dalam bentuk pohon kayu, daun-daunan, dan kerang laut. Fosil-fosil tersebut berusia ratusan juta, ditandai sebagai pembentukan Pulau Sumatera. Keberadaan fosil purba tersebut, sejauh ini baru tersingkap di Sungai Merangin dan Sungai Mengkarang. Singkapan fosil purba di Sungai Merangin, sepanjang 13 km dari Desa Air Batu sampai dengan Teluk Wang Sakti. 






Rafting Sungai Merangin






Temuan-temuan fosil tersebut, membuat Merangin menjadi situs yang unik, dan berbeda dengan kawasan lainnya di Indonesia, bahkan di bumi ini. Temuan-temuan fosil tersebut, menjadi alasan yang kuat sebagai geopark dunia. Selain fosil, bentukan alam seperti danau, air terjun, dan gunung yang tersebar, merupakan geosite lain di Merangin. Produk budaya manusia, seperti konstruksi rumah tradisionil, pertanian, dan kerarifan local, memperkaya Merangin sebagai warisan dunia.

Pemahaman masyarakat bahwa geopark sebagai bentangan alam yang menomental, massif, Geopark Merangin tidaklah demikian. Khasanah alam yang menandakan sebagai geopark, ukurannya hanya sebesar kuku manusia. Bahwa cerita dibalik temuan sebesar kuku manusia itu, adalah cerita besar, sejarah asul usul terbentuknya sebuah kepulauan, sebentang daratan, apa yang disebut sebagai Pulau Sumatera saat ini. 

Mengarungi Sungai Purba Marangin dari Jembatan Gantung Desa Air Batu, sampai ke Jembatan Teluk Wang Sakti, terdapat fosil kayu yang sudah menjadi batu, tersender di pinggir sungai. 
Kawasan tersebut bernama Teluk Gedang. Diseberang sungai, menghilir sedikit, masih di Kawasan Teluk Gedang, terdapat sungai kecil yang memiliki air terjun rendah yang tersimpan di hutan. Di sungai tersebut, ditemukan potongan-potongan fosil kayu, dan beberapa fosil kerang dan fosil daun. 

Penampakan fosil kayu di Teluk Gedang disisi kanan sungai, kemudian temuan potongan fosil kayu di sebelah kiri sungai, adakah kemungkinan bahwa fosil kayu tersebut dulunya sebatang yang sama. Sebut saja Kawasan Teluk Gedang Barat dan Teluk Gedang Timur. Di Teluk Gedang Barat terdapat tunggul kayu, tempatnya dulu tumbuh, runtuh ke Teluk Gedang Sakti Timur. Bagian tubuh dari kayu tersebut, berada di kedalaman air sungai. Narasi bahwa bahwa fosil kayu tumbuh di Teluk Gedang Barat, kemudian roboh ke Teluk Gedang Timur, barangkali bisa dibangun atau dibuat untuk memperkaya cerita tentang sungai purba tersebut.

GEOSITE GRANIT GRANODIORITE AIR BATU
S2 10.504 E102 08.040
Jarak dari Kota Bangko : 28 km



GEOSITE AIR TERJUN MUARA KARING
S2 09.125 E102 09.230

Jarak dari Kota Bangko : 21 km
Menghilir di Sungai Merangin , terdapat kawasan berbatu hitam yang dialiri sungai tipis yang dinamai Sungai Karing – yang memiliki air terjun rendah. Sungai Karing bermuara di Sungai Merangin. Sebuah area terbuka disisi sungai. Kawasan ini disebut Air Terjun Muara Karing. Di Muara Karing, terdapat banyak fosil daun dan fosil kerang.

Air Terjun Muara Karing bisa dicapai melalui aliran Sungai Merangin, dan bisa pula dijangkau melalui jalan darat. Dicapai dari darat, melalui Jalan Raya Bangko – Kerinci, Desa Merkeh, Kecamatan Pulau Rengas. Akses dari darat, dengan jalan batu pengerasan, di Muara Karing dibangun area parkir yang cukup luas, penanda DTW dan menara pandang yang berada di atas sungai. Yang menarik pula adalah, antara jam 09.00 sampai jam 11.00, terdengar suara heboh siamang, disisi kedua sungai. Siamang berwarna hitam tersebut, bisa dilihat bergelantungan seperti acrobat di antara pepohonan.




GEOSITE AIR TERJUN KOLAM JODOH
S2 09.049 E102 10.464
Jarak dari Kota Bangko : 18 km

Di Teluk Wong Sakti, berkahirnya sesi rafting, terdapat Air Terjun Kolam Jodoh di sisi barat sungai. Dari bibir sungai, terdapat tangga beton menuju air terjun. Kedua sisi sungai disambungkan dengan jembatan besi. 

Air Terjun Kolam Jodoh bisa dicapai melalui jalan darat, yaitu dari Jalan Raya Bangko – Kerinci. Kawasan wisata ini memiliki lapangan parkir, toilet dan mushola yang baru dibangun. Untuk mencapai Air Terjun Kolam Jodoh, terdapat jemabatan setapak menyeberangi Sungai Merangin. Kawasan ini memiliki toilet dan gazebo serta  beberapa bangunan kecil yang sudah lapuk dan kumuh. Untuk mencapai air terjun, ada jalan setapak dan tangga beton di pinggir sungai.




TAMAN GEOPARK MARANGIN
S2 10.710 E102 06.650
Jarak dari Kota Bangko : 31 km

Taman Geopark Marangin koleksinya adalah pepohonan dan bangunan permanen diantara pepohonan. Bangunan tersebut berupa selasar, koridor, gazebo, lapangan olahraga, parkir, dan toilet. Semua pepohonan dililitkan untaian lampu. Pada malam hari, pepohonan tersebut diterangi dengan cahaya lampu yang berwana warni, dan berkelip-kelip. Entah apa yang terjadi, banyak dari pepohonan yang berada di Taman Geopark Marangin tersebut mati dan merangas. 

Pada malam hari banyak anak muda bersantai di taman ini. Mereka merupakan warga sekitar, untuk mendapatkan sinyal data internet sambal bercengkarama.

Taman Geopark Merangin memiliki fasilitas lengkap. Ada toelit, bangku untu beristirahat, penerangan listrik, air bersih, lapangan pasrkir yang luas, dan sambungan listrik untuk umum.



GEOSITE MENGKARANG PURBA 
S2 11.691 E102 12.145
Jarak dari Kota Bangko : 21 km 

Masih dalam satu kawasan Geopark inti Merangin, geosite lain terdapat di Desa Bedeng Rejo,Kecamatn Bangko Barat yang disebut Geowisata Mangkarang Purba. Temuan fosil daun dan kerang, adanya di Sungai Air Mangkarang. Sungai Air Mangkarang ini, adalah anak dari Sungai Marangin, yang bermuara di hilir Teluk Wong Sakti Sungai Merangin. Mangkarang berada di Jalan Raya yang menghubungkan kota Bangko ke Danau Pauh dan sekitarnya. 

Desa Bedeng Rejo, sudah ditetapkan sebagai desa wisata, yang mana pusatnya ada di Mengkarang. Ditetapkan sebagai desa wisata tahun 2019 oleh PLT. Gubernur Provinsi Jambi. 

DTW di Mengkarang terdapat fosil purba,  dua air terjun di aliran yang sama, menuju Sungai Air Mangkarang, yaitu Air terjun tersebut dinamai Air Terjun Sungai Gedang. Air Terjun Sungai Gedang, ada namai saja Air Terjun Sungai Gedang Bawah dan Air Terjun Sungai Gedang Atas. Aliran Sungai Air Mangkarang, dimanfaatkan pula sebagai aktifitas tubing.

Di Mangkarang, sudah berdiri Pokdarwis, yang dipimpin oleh Asrizal, yang juga mejabat sebagai Sekretaris Desa Bedeng Rejo. Pokdarwis Desa Bedeng Harjo dibentuk tahun 2015, yang dicanangkan leh pemuda setempat. Di Desa Bedeng Rejo, terdapat 15 unit homestay, yang dibina oleh Pokdarwis. Meski sudah ada 15 homestay, menurut Asrizal, belum memberikan keuntungan ekonomi bagi pemiliknya karena karena masih sepi pengunjung umum. Tamu yang datang selama ini, baru dari berbagai kampus di Jambi, untuk tujuan wisata belajar. 

Dalam pengelolaan homestay yang diatur oleh Pokdarwis, setiap rombongan dikenai Rp. 200.000 untuk bermalam. Dari pembayaran Rp. 200.000 tersebut, diambil  bagian untuk kas Pokdarwis sebanyak Rp. 20.000. Sedangkan biaya makan, dikenai Rp. 20.000 untuk satu kali makan per orang. Dari biaya makan tersebut, Pokdarwis mengambil bagian Rp.2.000. 

Warga masyarakat Desa Bedeng Rejo – yang mayoritas berasal dari Pati Jawa Tengah ini, sudah mulai memiliki harapan akan kedatangan wisatawan, meski belum sebagai menjadi mata pencaharian utama. Penghasilan utama masyarakat umumnya dari pertanian karet alam. 

Masyarakat sudah menyadari, bahkan memiliki kebanggan tersendiri, jika kampungnya memiliki asset alam yang harganya tidak tertandingi. Kesadaran untuk menjaga dan melindungi lingkungan alam, boleh dikatakan tinggi. Sebagaimana dijelaskan oleh Asrizal, dulu masyarakat mendulang emas di Sungai Air Mengkarang, tetapi beberapa tahun belakangan ini tidak lagi. “Masyarakat tidak lagi mendulang emas di sungai, tetapi di kebun mereka sendiri, diluar kawasan yang dilindungi,” ungkap Asrizal.

Ancaman serius datang dari PETI (Tambang Tanpa Izin). Meski Penambang PETI berada di luar kawasan, tatapi limbah airnya ke Sungai Air Mangkarang. Jika sungai keruh, semua aktivitas wisata ditutup. 

Sebagai bidang baru bagi masyarakat, yang belum mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam mengelola pariwisata, pemilik homestay, diberi pembekalan oleh Dinas Wisata Kabupaten Merangin. Pemilik homestay, guide, diundang ke Bangko untuk diberi pembekalan tentang standar pelayanan, standar kamar dan makanan. Bahkan mereka dibawa ke Yogjakarta untuk belajar di tentang mengelola homestay. 

Sukarni “Purba”, misalnya dikirim belajar wisata sungai di Jomblang, Yogyakarta. “Saya juga pernah ke Bali, ke Danau Batur untuk belajar geopark disana,” tutur Sukarni, yang sekarang berprofesi sebagai guide.

Sukarni dan kawan-kawanya, mendapat pengetahuan tentang geosite dari Fakultas Geologi Univeristas Jambi. Dia juga mendapat bimbingan dari Samsul, yang lebih dahulu mengelola geosite di Desa Air Batu. “Belajar sedikit, itulah yang kami sampaikan kepada tamu,” terang Sukarni.

Kawasan wisata dan geosite di Mengkarang, dinamai Objek Wisata Mengkarang Purba. Saking mencintai dan antusiasnya anak muda setempat terhadap asset alam yang mereka miliki, nama pribadi mereka ditambahkan dengan kata “Purba” dibelakang namanya. Itulah asal usul nama Sukarni “Purba”.
Sukarni yang juga mengelola Homestay, menilai, wisata akan memberikan harapan dari kedatangan tamu kelak. Bagi Sukarni, saat ini masih tahap pembelajaran dan mencari pengalaman. Sukarni menyadari, obyek wisata yang ada Mengkarang, tidak semua orang tertarik. Bagi peminat khusus saja yang datang. Namun untuk wisata air tubing, sudah mulai tumbuh. Tarif bermain tubing, Rp. 100.000 perorang untuk rute panjang, termasuk makan siang. Rute pendek, Rp. 70.000 termasuk makan. Saat ini Pokdarwis memiliki 15 unit alat tubing yang didatangkan dari Yogyakarta. 

Dari cerita Sukarni, banyak wisatawan umum yang merasa “terkecoh” begitu melihat geosite di Mengkarang. “Mana geoparkanya?”, “kok gini”. Sukarni, yang nota bene pemuda desa, pada tahap itu, sudah tidak tau lagi apa yang harus ia katakan. “Bingung kita, Pak. Tamu maunya yang besar, dan “wah”.


Fosil kerang laut di Sungai Menghttps://rizalbustami.blogspot.com/karang




Sungai Mengkarang





BIOSITE HUTAN ADAT GUGUK
S2 09.905 E102 03.571
Jarak dari Kota Bangko : 33 KM

Keberadaan Hutan Adat Guguk, Desa Guguk, Kecamatan Renah Pembarab,  sudah ada sejak kehadiran masyarakat disana. 

Pada tahun 1997 sebuah perusahaan hutan produksi,  bagian dari hutan adat  dibuatkan patok-patok batas sebagai bagian dari konsesinya. Masyarakat resah,  tetapi hanya bisa menggerutu. Momentum untuk diakui oleh Pemerintah sebebagai hutan adat milik masyarakat, dimulai pada Kongres Aliansi Adat Nusantara. H. Bubak, sebagai Ketua Adat Masyarakat Guguk, di forum kongres, menyampaikan apa yang terjadi di hutan adat. Mulailah perjuangan. Didampingi oleh WARSI Jambi, pada tahun 2003, keluar SK Bupati Merangin dengan Nomor 287 - yang mengakui Hutan Adat Guguk dengan luas 690 ha.

Hutan adat tersebut dikelola oleh Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) Hutan Adat Guguk, diketuai oleh Safian sejak tahun 2018 sampai 2021. Ketua kelompok dipilih oleh anggota pengawas. Kelompok Pengawas beranggotakan 10 orang. Kelompok Pengawas inilah yang melakukan pengawasan hutan, yang berpatroli setiap hari. Setiap melakukan patroli, beranggotakan 2 orang.
Desa Guguk terdiri dari 3 suku, yaitu Suku Mangkai, Suku Malindan, dan Suku Sengrahan. Perwakilan ketiga suku tersebut duduk di Badan Permusyawaratan Desa. Anggota kelompok pengawas hutan adat, mewakili ketiga suku tersebut. 

Aturan dalam mengelola hutan mengadopsi sistim adat lama. Secara filosofis, hutan dicadangkan untuk masa depan warga masyarakat. Manusia membutuhkan air, kayu, satwa, dan tanaman lainnya yang memberikan manfaat kepada manusia. Meski hutan dan semua isinya dilarang memasukinya, tidak berarti masyarakat tidak diperbolehkan memanfaatkannya. Hutan dan isinya diperbolehkan dimanfaatkan, namun dengan sejumlah aturan adat.

Masyarakat berkembang dan beranak pinak. Masyarakat yang tumbuh dan berkembang, memerlukan tempat bernaung, yaitu rumah. Setiap keluarga baru, membutuhkan tempat tinggal. Keluarga tersebut diperbolehkan mengambil kayu untuk dijadikan rumah. Syaratnya adalah, pihak yang memerlukan kayu meminta izin atau rekomandasi dari Kelompok Masyarakat Pengawas Hutan Adat. Kelompok Pengawas Hutan Adat, kemudian menindaklanjuti dengan meminta persetujuan dari Kepala Desa. Setelah izin penebangan kayu dikeluarkan oleh Kepala Desa, pihak yang membutuhkan kayu beserta Kelompok Pengawas Hutan Adat, memasuki hutan memilih kayu yang akan ditebang. Syarakat kayu yang hendak ditebang, berdiameter 80 cm. Dalam aturan adat, ternyata tidak seluruhnya gratis. Peminta kayu, diwajibkan membayar 2 persen dari harga kayu dipasaran ke pihak Kelompok Pengawas Hutan Adat. Uang tersebut untuk disimpan di kas kelompok. Selain itu, si peminta kayu, diwajibkan pula menanam kayu pengganti sebanyak 10 batang, dengan kayu sejenis. Ketentuan ini dinamai Hukum “Bunga Kayu”.

Beberapa ketentuan adat, memberlakukan hukuman bagi pelanggar. Hukum yang berlaku, sangat sederhana, tidak rumit-rumit amat. Terdapat 3 hukum umum yang berlaku, yaitu :
1. Pelanggaran Ringan : Membuat kegaduhan di hutan. Hukumannya ayam 1 ekor dan beras 1 gantang (2.5 kg)
2. Pelanggaran Sedang : Mengambil hasil hutan tanpa izin, seperti enau, rotan, dan lainnya. Hukumannya kambing 1 ekor dan beras 20 gantang.
3. Pelanggaran Berat : Membuka ladang dan menebang pohon. Hukumannya denda 1 ekor kerbau (setara Rp.20 juta) dan beras 100 gantang.
Denda tersebut, dikembalikan kepada masyarakat dengan memotong ternak, dan membagi-bagikannya.



Kawasan Hutan Adat Guguk











CULTURALSITE RUMAH TUO RANTAU PANJANG 
S1 50.729 E102 18.289
Jarak dari Kota Bangko : 30 km

Perkampungan tua ini berada di Desa Rantau Panjang, Kecamatan Tabir, di sisi timur Jalan Lintas Sumatera Bangko – Muara Bungo. Terdapat 60 rumah yang tersusun rapi.

Berada di Rumah Tuo Rantau Panjang, terasa seperti memasuki suatu kurun zaman yang tak dikenal. Secara massif, pandangan tidak teralihkan dari bangunan rumah yang terbuat dari kayu yang penuh dengan kerut-kerut dan mengelupas. Rumah panggung, yang mana kolongnya berfungsi sebagai menyimpan kayu bakar, perkakas, dan memasak. Ada beberapa lumbung padi yang masih berdiri, dan balai adat.

Salah satu yang dikunjungi adalah rumah Pak Iskandar. Menurut Pak Iskandar, usia 60 tahun, dirinya merupakan generasi ke tujuh. Sedangkan perkampungan tersebut berdiri, konon sejak tahun 1330. Pak Iskandar  sebagai orang yang dituakan di kampung tersebut, menyebutkan, asal usul warganya dari Mataram, dan kemudian menyebutkan diri sebagai Suku Batin.

Pada awalnya, ada 16 orang yang mendirikan kampung, manusianya 19 orang. Dari 19 orang tersebut, 16 orang dibuatkan rumah. Sedangkan 3 orang lainnya, adalah satu keluarga. Satu keluarga itulah nenek moyang Pak Iskandar. Rumah yang diwariskan kepadanya itu, dulu beratapkan ijuk. Karena lapuk, atap diganti dengan atap seng.

Tata ruang rumah secara umum dibagi 4 bagian. Ada bagian tamu, yang disebut serambi, bagian keluarga, bagian penghulu, yang disebut balai melintang dan kamar. Bagian tamu, bagian penghulu, bagian keluarga, terbuka tanpa dinding. Pada bagian penghulu yang berada diujung ruangan, posisinya lebih tinggi. Tamu tidak diperbolehkan melawati batas bagian keluarga dan bagian penghulu. Batas ruangan tersebut ditandai dengan balok kayu. Jumlah kamar, disesuaikan dengan jumlah anak perempuan. Sedangkan anak laki-laki, tidak dibuatkan kamar.

Ketentuan adat macam itu masih berlaku. Hanya di rumah Pak Iskandar aturan rumah dikecualikan. Tamu bebas duduk dimanapun, bahkan berjalan-jalan di ruangan untuk melihat-lihat. Aturan tersebut diperlonggar, karena untuk tujuan wisatawan.

Suku Batin, Desa Tuo Rantaupanjang, menganut system matriakat, karena itulah hanya akan perempuan yang mendapatkan kamar sendiri di rumahnya. Dalam pembagian warisan, rumah dengan semua isinya, dan sawah diwariskan untuk anak perempuan. Sedangkan anak laki-laki mendapatkan ladang dan ternak.

Penghasilan warga masyarakat dari pertanian sawit, karet dan sawah. 
Lebih lanjut Pak Iskandar menerangkan, orang Batin yang merupakan orang-orang Mataram, ditandai dengan ciri-ciri beberapa kosa kata yang berakhiran “o”. Sebagaimana juga orang Jawa yang berbahasa berakhiran “o”. Secara adat dan filosofis, orang Bathin Desa Tuo, dipengaruhi oleh Kerajaan Pagaruyung. “Jadi, kami ini sebetulnya, orang Minang bukan, orang Jawa bukan pula,” terang Pak Iskandar yang mempunyai 2 anak wanita, 2 pria dari pernikahannya dengan Darnis (50).

Rumah Tuo Rantau Panjang







Pak Iskandar




Pasar Rantau Panjang






DTW BUKIT NGARAU
S1 56.187 E102 08.471
Jarak dari Kota Bangko : 50 km

Desa Rantau Ngarau, Kecamatan Tabir Hulu.
Sebuah bukit yang dari puncaknya bisa memandang disekeliling daratan rendah yang luas, dengan liku-liku sungai, perkampungan dan hutan. Tempat wisata ini pernah mengalami masa-masa keemasannya, yang kemudian hampir tidak ada yang mendatanginya. Pernah viral, dengan pemasukan distribusi mencapai Rp. 45.000.000 dalam satu bulan kunjungan. Itu terjadi 2 tahun lalu, ketika kawasan tersebut baru dibuka. Lalu, hasil distribusi menurun setengahnya, dan saat pandemic pengunjung yang datang boleh dihitung dengan jari.

Bukit Ngarau dikelola oleh masyarakat desa. Untuk mencapai puncaknya di ketinggian 360 meter dari permukaan laut, melaui jalan setapak berbeton diantara hutan karet rakyat. Beberapa puluh meter menjelang puncak, terdapat  bangunan berlorong jembatan yang terbuat dari kayu. Ada gazebo, mushala, rumah pohok yang sudah runtuh. Di puncaknya ditanamkan beberapa hiasan buatan dalam bentuk hati, bunga, panggung, jendela yang mengganggu pemandangan dibawahnya. Tapi, itulah model daerah wisata saat ini, yang digemari oleh anak muda untuk sesi foto dan video.
Dibeberapa rusa jalan setapak terjal dan licin. Tidak ada sarana pengaman untuk pengunjung. Bagian puncak bertebaran sampah. Bangku untuk beristirahat ada, tapi reot, bangunan-bangunan lainnya rusak dan bahkan ada yang runtuh.

Cantik memang pemandangan diatasnya.
Kawasan wisata tersebut diurus oleh 10 warga masyarakat disana. Saat ini, tinggal dua orang yang aktif. Pengurus akan aktif lagi, kalau tamu-tamu sedang ramai. “Jadi, karena itulah kawasan atas kumuh dan licin. Tinggal saya dan seorang teman yang mengurusnya,” kata salah seorang pengurus ditemui.
Ketika ditanyakan kepadanya, apa penyebab kunjungan berkurang drastis, anak muda tersebut mengakatan tidak tau. “Mungkin karena tidak sebagus dulu. Banyak fasilitas yang rusak. Ada pohon tumbang. Jalan licin. Sekarang tinggal saya dan seorang teman yang membersihkannya. Alat potong juga boleh dipinjam, dan rusak pula. Dana habis, bantuan tidak ada. Teman-teman lainnya aktif, kalo ada pengunjung banyak saja.”











GEOSITE GOA TIANGKO 
S2 05.470 E101 58.977
Jarak dari Kota Bangko : 47 km
Goa Tiangko dan Goa Sengring  terletak di Desa Tiangko, Kecamatan Sungai Manau. Untuk ke goa ini, melauli Jalan Raya Bangko-Kerinci. Baik Goa Tiangko, maupun Goa Sengring, melalui jalan yang sama. 

Goa Tiangko, berupa goa dangkal. Ditandai dengan penemuan artefak tembikar. Goa tersebut ditenggarai sebagai tempat tinggal manusia kuno. Dari Jalan Raya Bangko – Kerinci jaraknya 4.5 km.Goa Tiangko dan Goa Sengring  terletak di Desa Tiangko, Kecamatan Sungai Manau. Untuk ke goa ini, melauli Jalan Raya Bangko-Kerinci. Baik Goa Tiangko, maupun Goa Sengring, melalui jalan yang sama. 

Goa Tiangko, berupa goa dangkal. Ditandai dengan penemuan artefak tembikar. Goa tersebut ditenggarai sebagai tempat tinggal manusia kuno. Dari Jalan Raya Bangko – Kerinci jaraknya 4.5 km.










GEOSITE GOA SENGRING
S2 03.165 E101 57.265
Jarak dari Kota Bangko : 54 km

Ke Goa Sengring belum bisa dicapai dengan kendaraan roda empat, karena jalan menuju goa tersebut baru dibuka dengan jalan masih tanah dan tanpa jembatan. Dari Desa Tiangko, saat ini pengunjung harus berjalan kaki sejauh 4.5 km. Dari Jalan Raya Bangko – Kerinci, jaraknya 10 km.

Menuju mulut Goa Sengring, melalui sungai berbatu, dan kemudian memanjat bebatuan licin. Rongga Goa Sengring cukup luas, di dalamnya mengalir sungai yang jernih. Di tengah goa, terdapat percabangan. Kedua cabang tersebut memiliki pintu keluar dan masuk. Di dalam goa banyak kayu yang berserakan. Kayu tersebut dihanyutkan oleh sungai didalamnya. 

Goa ini sebagai tempat bersarang burung wallet dan kelawar. Banyak terdapat stalaktit didalamnya. Kelembaban sangat tinggi. 

Keluar dari goa, terdapat jalan setapak menuju jalan yang sedang dibangun. Goa ini sejajar Tenggara – Barat Laut. Mulut goa manakah yang akan dijadikan sebagai pintu masuk, masih dalam kajian.
Sebetulnya masih ada beberapa goa di kawasan ini, namun tidak akan dibuka untuk umum karena harus dilindungi. Sedangkan Goa Sengring, akan dibuka untuk kunjungan wisatawan.

Di kawasan hutan tersebut, ditemukan habitas burung rangkong. Yang tidak kalah menarik adalah, disepanjang jalan munuju Goa Sengring dari Desa Tiangko, berada dalam habitat primate dan berbagai burung.


















DTW TAMAN BATU
S2 03.588 E102 19.189
Jarak dari kota Bangko : 5,5 km

Taman Batu berupa penampakan berbagai macam fosil batu, yang diletakkan di semacam tiang penyangga, tidak ubahnya seperti pondasi tiang rumah. Taman Batu tersebut berada ruas Jalana Raya Lintas Sumatera, di Desa Langling, Kecamatan Bangko.







BIOSITE ARBORETUM ALIF
S2 03.467 E102 19.272
Jarak dari Kota Bangko : 6 km

Lokasinya tida seberapa jauh dari Taman Batu. Berada di ruas Jalan Raya Lintas Sumatera, Desa Langling, Kecamatan Bangko. Di dalamnya terdapat hutan lebat sepanjang 1 km, dengan jalan beraspal halus. Di dalamnya ada lapangan parkir yang luas. Memasuki hutan tersebut, terdapat jalan setapak, kolam buatan, air terjun buatan, dan kebun binatang mini – yang koleksinya hanya rusa. Menurut informasi, rusa tersebut didatangkan dari Istana Bogor. Hutannya rimbun, berbagai suara burung terdengar di dalamnnya. Meski masyarakat Merangin sudah terbiasa dengan lingkungan hutan, taman hutan tersebut cukup bisa mengusir penat dan menjauhkan diri dai rutinitas. Hanya saja, di kawasan Arboretum tersebut telinga dipekakkan oleh deru seperda motor yang berlomba. Tetapi memang, aktivitas sepeda motor tersebut diperbolah, seperti yang tertera di pakan penanda tempat.










DTW JAM GENTO
S2 04.570 E102 16.475
Kota Bangko
Jam Gento merupakan icon kota Bangko. Jam tersebut berada diatas bukit. Dari pelatarannya pengunjung bisa duduk-duduk santai. Jam merupan penunjuk waktu, Jam Gento adalah lambang kota Bangko, tetapi jam tersebut berhenti total menunjukkan waktu terkini.




DTW OLEH-OLEH GELAMAI PERENTAK
S2 04.803 E102 15.942
Kota Bangko




Inilah satu-satunya toko oleh-oleh di kota Bangko. Toko Gelamai Parentak, terletak di Jalan Prof.Muhamad Yamin. Umumnya menjual kelamai atau dodol khas Merangin – yang dikemas dalam berbagai rupa. Selain dodol, menyediakan kopi bubuk dengan berbagai merek. Selebihnya, makanan kering pada umumnya.

RUMAH  MAKAN ANUGRAH
S2 04.479 E102 16.503
Kota Bangko

Rumah Makan ini, yang terletak di Jalan Kadipan,Banbgko. Khusus menyediakan ikan khas sungai-sungai Merangin terutama ikan semah, ikan baung, ikan tapah dan ikan dalum. Ikan tersebut diolah dalam menu gulai. 

Kuah gulai ikan tersebut bersantan ringan dan dengan bumbu dan rempah yang terasa halus. Kekentalan kuahnya antara sup ikan, dan gulai, namun rasa gulainya lebih terasa karena santannya itu. Citra rasa kuah ikannya, tidak bisa dikatakan sebagai masakan Minang, namun  ada kemiripinnya. 
Dalam sajian di meja seperti rumah makan Padang, pengunjung bingung melihatnya, karena bentuk potongan ikan dan warna dagingnya hampir serupa. Karena itu, tanyakan kepada pelayannya, ikan apa itu yang disajikan di piring kecil. 

Rasa daging semua ikan sungai tersebut hampir sama. Namun, ikan paling pavorit, adalah semah.  Dipasaran harganya mencapai Rp. 250.000 per kilogram. Jika pengunjung beruntung, bisa mencicipi ikan termahal di Merangin tersebut. “Ikan semah tidak selalu ada. Ikan tersebut diantar langsung oleh penemunya,” terang Pak Haji Imam Tauhid, pemilik rumah makan tersebut.

Rumah Makan Anugrah dimulai sejak tahun 2010. Dikelola oleh Pak Imam Tauhid dengan istrinya Pardiam. Yang memasak adalah Ibu Pardiam. “Kalau laki-laki yang masak, rasanya akan berbeda lagi,” terang Pak Imam yang selalu antusias menerima orang makan di rumah makannya. Kini, anak-anaknya sudah bisa memasak dengan citra rasa yang sama.

 Rumah makan yang berada di keramaian tersebut selalu ramai. Antara jam 14-00 – 15.00 menu ikan habis. Disamping menyajikan menu gulai ikan, juga ada menu lain, seperti goreng ayam kampung, gulai tunjang, dan beberapa menu umum lainnya.










DTW LBT COFFE
S2 04.825 E102 16.497
Kota Bangko

LBT kopi, berada di Jalan M.Seidi, Kota Bango, bukan kafe atau restaurant, melainkan sebuah LSM yang membina dan menampung hasil kopi petani kopi Jangkat. 

LBT (Lembaga Tiga Beradik), telah bergerak membina petani kopi di kawasan Jangkat sejak tahun2016. LBT pulalah yang menampung dan memasarkan kopi Jangkat. Pemasaran kopi Jangkat, baru di sekitar kota Merangin, kota Jambi, dan Bogor. 

Lembaga Tiga Beradik yang didirikan oleh Yudha, asal Desa Pulau Tengah, Jangkat Timur itu, karena dia melihat kopi melimpah, tetapi tidak diurus dan diproses dengan baik. Lembaga Tiga Beradik tersebut penamaan filosofis tentang alam, dimana menurut Yudha dan kawan-kawan, alam terbagi tiga, yaitu gunung sebagai jantung, hutan sebagai paru-paru, dan sungai sebagai nadi. Jadi, ketiga unsur alam tersebut merupakan Tiga Beradik.

Kopi Jangkat pernah memenangi kontes kopi di Bali tahun 2018 dan kontes kopi di Bandung tahun 2019. Di dua event kopi nasional tersebut, merebut pridikat sebagai kopi terbaik di Indonesia. “Tadinya, tujuan kami hanya memperkenalkan kopi Jangat. Ketika diumumkan, kopi Jangkat terpilih sebegai kopi terbaik nasional. Itu di Bali. Tentu kami kaget, dan tidak percaya. Waktu kami ke Bandung, kopi Jangkat terpilih lagi. Itu membuat kami bersemangat,” jelas Yudha. 
Di sekretariat LBT, pengunjung bisa melihat bagaiman memproses biji kopi. Pengunjung jua bisa mencicipi kopi, sembil berbincang-bincang. Untuk oleh-oleh, kopi Jangkat sudah di sediakan dalam bentuk kemasan siap saji.








PENGOLAHAN KOPI D’JANGKAT
S2 34.759 E101 56.137

Bang Jumadi, adalah seorang petani kopi di Desa Baru, Kecamatan Jangkat Timur.
Dulunya dia petani budi daya. Pada tahun 2013, Bang Junaidi beralih menanam kopi di lahannya seluas 3 ha, secara berangsur-angsur. Tahun 2017, dia mulai memproduksi kopi. Satu musim panen raya, masa panennya 3 sampai dengan 4 bulan. Menunggu lagi 8 bulan, baru panen lagi. Produksi kopi dalam 1 ha lahan, mencapai 1 ton kopi. Itu pun tergantung cuaca. Jika cuaca panas, buahnya bisa berkurang karena bunganya rontok. Bibit kopi didatangkan dari Pagar Alam, Sumatera Selatan.

Kopi yang masih berkulit ari, ia kirim ke LBT Bangko. Harga 1 kg kopi berkulit ari Rp. 35.000, sedangkan kelas bean Rp. 50.000. Ia sendiri memproduksi kopi siap saji. Dalam sebulan, dia memproduksi 2 kali. Harga kopi bubuk yang ia produksi sendiri Rp. 10.000 per ons, pembelinya masyarakat sekitar. Bang Junaidi, salah satu petani kopi yang dibina oleh kelompok LBT.











AIR TERJUN PUTI DABER
S2 19.597 E102 01.846
Jarak dari Kota Bangko : 57 km

Sebuah air terjun kecl yang berada tidak jauh dari jalan raya, di Desa Peradun Temberas, Kecamatan Muara Siau. Ke air terjun, melalui jalan setapak tanah. Aliran sungai Air Terjun Putri Daber, dimanfaatkan oleh warga untuk mandi dan mencuci.




GEOSITE AIR TERJUN DUKUN BATUAH
S2 33.385 E101 58.497
Jarak dari Kora Bangko : 101 km

Dari Jalan Raya Sungai Tenang, ke Air Terjun Dukun Batuah, melalu jalan pengerasan, lebih kurang 1 km. Kemudian dilanjutkan turun di jalan setapak bertangga. Awal jalan tangga beton, selanjutnya jalan tanah bersemak-semak. Jalan setapak tersebut, memiliki goa kecil, cukup untuk berteduh. Di dekat air terjun, terdapat gazebo, yang kondisinya basah dan kumuh.







GEOSITE AIR TERJUN SERINTIK HUJAN PANAS
S2 21.128 E102 00.070
Jarak dari Kota Bangko : 56 km

Air Terjun Serintik Air Panas, Desa Talang Pauh, Kecamatan Masurai. Untuk sampai ke Air Terjun Serintik Hujan Panas, melalu perkampungan yang padat. Dari jalan raya sejauh 4.5 km melalui jalan pengerasan dan beton. Jalan selanjutnya ke air terjun, melalui jalan setapak bertangga.




GEOSITE AIR TERJUN  SEGERINCING
S2 22.687 E101 54.496
Jarak dari Kota Bangko : 80 km

Air Terjun Segerincing memiliki jalan yang relative baik, sebagian memang masih jalan tanah pengerasan begitu keluar dari Jalan Raya Lambah Masurai – Jangkat. Selebihnya sudah dibeton. Ke air terjun ini, melaui jalan penurunan dan pendakian tajam, sulit kendaraan bermotor bisa melaluinya. Untuk sepeda motor saja, tidak mampu membawa penumpang, demikian pula dengan kendaraan roda empat. Penumpang terpaksa tidak bisa dibawa. 

Air Terjun Sigerincing cukup besar, airnya bergumuruh dan berkabut. Aliran sungainya dimanfaatkan untuk Tenaga Listrik Desa.

Tidak ada jalan khusus untk mendekati air terjun. Jalan yang tersedia, melalui kolong pipa-pipa air pembangkit tenaga listrik. Di seberang sungai air terjun, terdapat gazebo besar yang selalu basah. 
Segerincing layak untuk dikembangkan, dengan mebuat jalan sendiri ke bebatuan dasar air terjun. Membangun toilet, dan gazebo diluar area air terjun. Jalan yang terjal, beresiko untuk kendaraan, meski jalan tersebut sudah dibeton.











AIR TERJUN EMPENAU 
S2 34.954 E101 57.704
Jarak dari Kota Bangko : 106 km

Air Terjun Empenau sulit dijangkau, karena jalan setapak yang menukik, dan sulit diakses terhalang oleh pipa air Pemangkit Listrik Tenaga Air untuk desa.





CULTURALSITE BATU SILINDRIK SITUS LUBUK MENTILIN
S2 33.036 E101 44.644
Jarak dari Kota Bangko : 124 km

Berada di Desa Lubuk Mentilin, Kecamatan Jangkat. Siti ini, oleh penduduk setempat disebut “Batu Menangis”.





CULTURALSITE BATU SILINDRIK, SITUS DESA GEDANG
S2 32.711 E101 58.526
Jarak dari Kota Bangko : 99 km

Tempat berdirinya Batu Selindrik Berlies, berada di dekat jalan raya. Batu dengan  dua tonjolan di “dada”. Situs kuno tersebut berada di Desa Gedang, Kecamatan Jangkat Timur, dan tidak terlindungi.





GEOSITE AIR TERJUN MUKUS
S2 22.421 E101 56.260
Jarak dari  kota Bangko : 78 km

Air terjun Mukus, berada di Desa Koto Rami, Kecamatan Lembah Masurai. Aliran sungainya, sama dengan Air Terjun Air Terjun Segerincing di Batang Siau.

Untuk mencapainya, satu jalan raya dengan Air Terjun Segerincing. Ke Air Terjun Mukus, jalan sedang dibuka, masih berupa jalan tanah. Akhir dari jalan tanah tersebut, menuruni anak tangga jalan setapak yang jumlahnya 200. Aliran sungai tersebut, dimanfaat pula sebagai tenaga PLTA yang menerangi desa-desa setempat. 

Air Terjun Mukus, bisa dilihat dari atas, dan bisa pula dari bawah. Jika dilihat dari bawah,  terlihat tiga atau lebih air terjun, tergantung debit air sungai. Landasan air terjun, bisa untuk berenang dan bermain. Di Air Terjun Mukus, belum memiliki fasilitas umum.










GEOSITE AIR TERJUN SUNGAI HITAM
S2 36.255 E101 55.055
Jarak dari Kota Bangko : 113 km

Berada di Desa Koto Renah, Kecamatan Jangkat Timur. Air terjun ini unik, karena pengunjung bisa berada di belakang curahan air, sehingga berada di balik cucuran hujan.
Mencapai Air Terjun Sungau Hitam, sulit dan berbahaya karena tangga dibuat terjal. Tangga tersebetulnya untuk jalan inpeksi ke Pembangkit Listrik Tenaga Air Mini.







CULTURALSITE DESA PULAU TENGAH
S2 37.052 E101 52.350
Jarak dari Kota Bangko : 118 km

Dari atas jalan, disebelah kiri, terdapat sekelompok pemukiman beratapkan seng berwarna coklat tua. Hamparan sawah, dengan beberapa lumbung padi berada di atasnya. Sebuah jembatan gantung melintasi sungai. Melayangkan mata ke kiri, tampak puncak Gunung Masurai. 

Dusun Pulau Tengah, Desa Pulau Tengah, Kecamatan Jangkat Timur, semua rumah warga terbuat dari kayu, berpanggung, dan beratapkan seng. Memasuki kampung ini, penataanya seperti perumahan modern. Rumah tersusun rapi, dengan jalan yang cukup dilewati oleh kendaraan roda empat. Ukuran tanah hampir sama, seperti sudah dikavling. Padahal, kampung tersebut didirikan pada tahun 50-an, bahkan bisa puluhan tahun sebelumnya.

Disebuah warung, 5 orang bapak-bapak yang sudah berumur cukup, sedang mengobrol. Menurut bapak-abak tersebut, Kampung Pulau Tengah merupakan cikal bakal Desa Pulau Tengah. Tentang susunan rumah yang tertata itu, dari dahulu sudah seperti itu, kata bapak-bapak tersebut.

Dari cakupan lahan persawahan, bapak-bapak tersebut menjelaskan, tidak memungkinkan lagi untuk menambah rumah. Karena itu, banyak pula warganya memiliki rumah di luar kampung.

Prihal lumbung tua yang berdiri kekar di tengah sawah, masih difungsikan sebagai penyimpan padi.
Desa ini memiliki banyak sudut, dan detil untuk dipotret oleh fotografer professional, dan peneliti. Ini barang langka…















CULTURALSITE RUMAH  SEPAKU
S2 38.531 E101 54.302
Jarak dari Kota Bangko : 120 km

Rumah mungil dengan ornament unik, diantara rumah-rumah kayu. Rumah ini seperti barang asing diantara bangunan lainnya. Penuh dengan ukuran, dan ornament. Dinamai Rumah Sepaku, karena tidak satu pun bagian yang dipaku. 

Rumah Sepaku, berada di pinggir Jalan Raya Rio Gagah Mudo, Desa Muara Madras, 2 km dari Desa Pulau Tengah.  

Rumah tersebut saat ini dihuni oleh Depa (27), Bersama suami dan seorang anak perempuannya. Depa, merupakan generasi ke 4, yang diwariskan dari nenek dan Ibundanya.

Menurut Depa, yang suaminya sebagai petani, banyak juga yang melihat-melihat rumahnya. Depa menceritakan, ada orang kulit putih yang datang, kemudian memberikan bantuan untuk memperbaiki atapnya. Bantuan orang kulit putih tersebut, dikira masyarakat, rumah antic tersebut dibeli oleh orang asing tersebut. “Nggak dibeli. Rumah ini masih atas nama keluarga saya,” tegas Depa, polos.
Perlu pendampingi kepada pemilik rumah, terutama Depa, agar rumah tersebut tidak dimiliki oleh orang lain. Rumah tersebut harus dilindungi, sebagai yang terseisa dari rumah masa lalu.





















CULTURALSITE SITUS PRATIN TUO
S2 22.432 E101 54.144
Jarak dari Kota Bangko : 73 km







CULTURALSITE BATU BERTULIS KARANG BERAHI
S2 03.605 E102 28.171
Jarak dari kota Bangko : 25 km 

Situs Budaya Karang Berahi, terletak di Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi, Kecamatan Pamenang. Untuk menuju kesana, keluar dari Jalan Raya Lintas Sumatera, lalu memasuki perkampungan, kemudian menyeberangi jembatan gantung diatas Batang Merangin
Situs Kerang Berahi merupakan batu bertulis, yang dikeluarkan pada zaman Kerajaan Sriwijaya. Batu bertulis tersebut, berhuruf Palawa, dengan Bahasa Melayu Kuno. Isinya, kutukan kepada orang-orang yang tidak setia kepada raja Sriwijaya, dan hukuman bagi orang-orang yang berbuat jahat. Ditemukan pada tahun 1904 oleh seorang kontroler Belanda untuk Bangko bernama L. Berkhout.









AIR TERJUN TALUN PERENTAK
S2 08.602 E101 53.606
Jarak dari Kota Bangko : 59 km

Berada di Desa Perentak, Kecamatan  Pangkalan Jambu. Air terjun yang berundak-undak tersebut, mudah dijangkau. Terdapat akses jalan yang keras, kendaraan diparkir tidak jauh dari air terjun. Di area terbuka, terdapat gazebo. 

Air Terjun ini, satu jalur jalan ke Goa Tiangko dan Goa Sengering, di Jalana Raya Bangko-Kerinci. 
Air Terjun Perentak dijaga oleh warga setempat. Salah seorang penjaga air terjun, yang menyebut dirinya dengan nama Endi, mengatakan bahwa kawasan air terjun adalah milik keluarganya. Ketika ditanyakan, jika pemerintah membangun dan membenahi lingkungan Air Terjun Perentak, dia menjawab, “Tida bisa langsung bangun begitu. Kontraktornya harus saya.”
Setiap pengunjung yang datang, dipungut bayaran, Rp. 5.000 s/d Rp. 10.000 per orang.







GEOSITE DANAU PAUH
S2 33.975 E101 49.618
Jarak dari Kota Bangko : 107 km

Inilah master distination wisata Merangin saat ini. 
Sudah menjadi mitos rupanya, jika belum ke Jangkat atau ke Masurai, artinya belum ke Merangin atau belum ke Bangko. Itulah mitos tentang Merangin dibicarakan banyak orang. 

Yang disebut-sebut Jangkat dan Masurarai itu ialah suatu kawasan pegunungan. Di kawasan tersebut terdapat Gunung Masurai, Gunung Ulu Nilo, Gunung Sumbing, Danau Pauh yang terkenal, dan perkebunan kopi yang luas. Dan, ada pula Danau Dipati IV, yang tersembunyi.

Memulai perjalanan dari Kota Bangko, setelah melalui Jalan Raya Kerinci-Bangko, di Gapura Geopark berbelok ke kiri, memasuki Jalan Raya Masurai – Pulau Rengas. Sampai di Pasar Masurai, Kecamatan Jangkat, suasana jalan masih biasa-biasa saja. Selepas dari Pasar Masurai, baru apa disebut dengan keindahan Masurai menampakkan diri sedikit-sedikit. Ya, sedikit-sedikit, itupun kalau cuaca elok. 

Hamparan ladang baru dibuka,  ladang kopi, perkebunan kentang, perkebunan ubi jalar, dan lainnya. Di sebelah kiri jalan ada Gunung Masurai memanjang, disebelah kanan Gunung Sumbing dan Gunung Ulu Nilo. Makin ke barat, pemandangan makin menampakkan dirinya. Sampailah ke Danau Pauh.

Jika pengunjung datang saat-saat ini, terkesan tidak menyenangkan, terganggu oleh pasar kecil yang kotor di pintu gerbang, jalan dalam proses pengerasan dan pelataran danau yang sedang dibenahi. Kelak, lingkungan disekitar danau akan bagus, sehingga mendukung citra keindahan danau.
Di Danau Pauh, bisa dilihat Gunung Sumbing, Gunung Ulu Nilo, dan Gunung Masurai, itupun dengan cuaca bagus.

Di Danau Pauh, terdapat beberapa homestay, tetapi saat ini yang beroperasi hanya satu, yaitu Homestay Faris. Ketersediaan pendukung pariwisata di Danau Pauh, tidak memadai. Misalnya, kebutuhan sehari-hari hanya berupa toko kelontong. Rumah makan dan oleh-oleh, belum ada. 

Cuaca di kawasan ini sering hujan, dan berawan. Udara sejuk, mendekati dingin pada malam hari yang berada di ketinggian 1300 dari permukaan laut (dpl). Air komsumsi dan air rumah tangga bening, dan dingin.











GEOSITE DANAU DIPATI IV
S2 37.562 E101 47.075
Jarak dari Kota Bangko : 127 km

Danau Dipati IV, bakal menjadi primadona wisata Merangin berikutnya. Saat ini, untuk mencapai Danau Dipati IV, sulit karena jalan sejauh 7 km dari Desa Rantau Kemas masih berupa jalan tanah. Untuk kesana, harus memakai kendaraan 4x4. Kelak, jalan sejauh 7 km tersebut sudah bagus, bakal ramai pengunjung.

Danau yang tersembunyi yang berada di Taman Nasional Kerinci Seblat tersebut,  dipagari oleh hutan lebat. Di beberapa lokasi, masyarakat pendatang membuka hutan untuk perkebunan kopi. 
Terasing oleh ektivitas manusia. Hanya segelintir orang saja yang berkativitas di danau yang kalem ini. Entahlah nanti, ketika Danau Dipati IV dibuka untuk umum, karena saat ini sedang ada pekerjaan membuat berbagai fasilitas wisata disana.

Di sepanjang jalan dari Danau Pauh, sampai ke Desa Rantau Kemas, tersaji pemandangan yang spatakuler, berupa tiga gunung yaitu Gunung Sumbing, Gunung Ulu Nilo, dan Gunung Masurai menjadi satu di pandangan mata. Gunung tersebut, dibawahnya terhampar perkebunan kopi dan kulit manis. 

Tak usahlah berpanjang kata, lihat saja ini :


















GEOSITE AIR PANAS GRAO SAKTI
S2 28.101 E101 38.751
Jarak dari Kota Bangko : 144 km

Geosite Air Panas Grao Sakti, berada di Desa Renah Kemumu, Kecamatan Jangkat












DESA-DESA ADAT SERAMPAS
Tersebutlah 5 desa, yaitu Desa Rantau Kermas, Desa Lubuk Mentilin, Desa Tanjung Kasri, Desa Renah Kemumu, dan Desa Renah Alai. Empat Desa yang berurutan, yaitu Desa Rantau Kermas, Desa Lubuk Mentilin, Desa Tanjung Kasri, dan Desa Renah Kemumu, berada dalam satu kawasan. Yang mana keberadaannya di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. Nah, Desa Renah Alai, berada diluar kawasan taman nasional. Desa Renah Alai, terletak di Jalan Raya yang menghubungkan Kota Bangko dengan Danu Pauh. Desa Renah Alai tersebut terpisah sendiri, namun berada dalam satu kecamatan, yaitu Kecamatan Jangkat. Meski terpisah dengan empat desa lainnya yaitu Desa Rantau Kermas, Desa Lubuk Mentilin, Desa Tanjung Kasri, dan Desa Renah Kemumu, Desa Renah Alai merupakan satu kesatuan adat, yang disebut Adat Serampas. Keterpisahan Desa Renah Alai dengan empat desa lainnya, karena leluhur dari empat desa lainnya, membuka ladang baru di kawasan Desa Renah Alai saat ini. Lama-kelamaan, desa baru tersebut berkembang secara social dan ekonomi. Namun demikian, Desa Renai Alai, memegang kuat Adat Serampas.

Kelima desa tersebut, memiliki hutan adat Serampas. Hutan adat tersebut, mereka jaga betul keutuhannya. Warganya bersedia secara pisik untuk melawan, mengusir setiap penjarahan dan peladangan. 

Hutan adat mereka sudah mendapat SK Bupati Merangin. Kawasan hutan adat tersebut luasnya 40 ha, dari 140 ha yang diajukan ke kementrian. Hutan dan masyarakat Desa Rantau Kemas, mendapat pendampingan dari Warsi Jambi.

Sebagai pengakuan simbolis terhadap keabsahan kawasan adat tersebut, dibuatkanlah tugu penanda. Tugu tersebut berkoordinat S2 34.346 E101 47.641, berada di pinggir jalan antara Danau Pauh dengan Desa Ranrau Kermas. 

Plakat pada tugu tersebut, tertera : Tugu Batas Wilayah Adat Serampas – Sungai Tenang dan Batas Antara Desa Rantau Kermas, dan Desa Pulau Tengah. Diresmikan oleh Bupati Merangin, Dr. H.A.Harris, pada 4 November 2017.
Tugu tersebut, merupakan kemenangan awal dari masyarakat Serampas dalam memperjuangkan hak ulayat mereka.

Desa Rantau Kermas
S2 35.066 E101 45.021
Jarak dari Kota Bangko : 188 km
Desa Kemas, perimpangan ke Danau Dipati IV. Des aini juga sebagai gerbang ke Hutan Adat Serampas.








Desa Lubuk Mentilin
S2 33.046 E101 44.652
Jarak dari Kota Bangko : 124 km
Desa Lubuk Mentilin berada di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat.





Desa Tanjung Kasri
S2 30.715 E101 41.902
Jarak dari Kota Bangko : 134 km
Desa ini berada di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat





DESA RENAH KEMUMU
S2 26.234 E101 37.569
Jarak dari Kota Bangko : 149 km

Desa Renah Kemumu, merupakan desa paling ujung, dan berada di batas hutan. Sepanjang jalan dari Danau Pauh, berakhir di Desa Renah Kemumu, secara berurutan melewati Desa Rantau Kermas, Desa Lubuk Mentilin, dan Desa Tanjung Kasri, jalan penghubung masih jalan tanah. Jembatan pun berupa jembatan gantung, yang hanya bisa dilalui oleh satu mobil beroda empat. Menjangkau desa-desa tersebut, harus dengan kendaraan kecil double gardan. Sebagai catatan, lama perjalan kami mulai dari Danau Pauh, Renah Kemumu, dan kembali ke Danau Pauh selama 12 jam. Biaya sewa mobil untuk perjalanan tersebut, sebesar Rp. 2.000.000.

Listrik PLN pun baru dipancangkan tiangnya. Penerangan listrik di desa-desa tersebut, berupa Listrik Tenaga Air. Untuk ajringan GSM, hanya di beberapa lokasi saja yang terjangkau. Di Desa Renah Kemumu, tidak terjangkau oleh jaringan GSM apapun.

Meski berada di kawasan terpencil, Desa Renah Kemumu bukanlah desa terbelakang. Banyak dari warga desa setempat bertempat tinggal di kota Bangko dan di kota Jambi. Kehidupan sehari-harinya seperti umumnya masyarakat Merangin. 

Harga barang-barang kebutuhan pokok di Renah Kemumu, tidak jauh berbeda dengan harga di kecamatan, seperti harga gula Rp. 16.000 / kg, beras Rp. 14.000/kg, bensin Petralit Rp.12.000 / liter, bensin biasa Rp.10.000. 

Mata pencarian masyarakat Renah Kemumu dari hasil kayu manis, kopi, dan kacang tanah. Sedangkan sawah, hanya sedikit. Harga komoditi pertanian di Renah Kemumu, sebagai berikut. Kayu manis per kilogram Rp. 50.000, Kopi Rp. 16.000, kacang tanah Rp 15.000.


















GUNUNG MASURAI
S2 30.148 E101 51.465
Jarak dari Kota Bangko : 91 km jalan aspal, 8.2 km Jalan Setapak

Gunung Masurai tidak tepat dimasukkan ke katagori sebagai DTW unggulan. Menjeniskan aktivitas pendakian gunung sebagai wisata, merupakan pandangan yang menyesatkan dan meremehkan resiko dari kegiatan tersebut. Menjeniskan atau mengkatogirkan pendakian gunung sebagai aktivitas khusus, atau minat khusus, boleh saja. Demikian pula sebetulnya dengan ativitas rafting. Rafting, merupakan aktivitas yang yang berisiko tinggi. 




Foto-foto Gunjung Masurai Documen Eko Merangin



GEOSITE TELAGA BIRU
S2 30.489 E101 53.963
Jarak dari Kora Bangko : 107 km Jalan Aspal, 8 km jalan desa, 3 km Jalan Setapak





Foto-foto Telaga Biru Documen Eko Merangin


AIR TERJUN LEMATANG
S2 30.564 E101 54.055

Lokasi Air Terjun Lematang, berdektan dengan Telaga Biru








BATU BERSUSUN
S2 28.277 E102 04.387










LAIN-LAIN TENTANG MERANGIN
1.Transportasi
Kabupaten Merangin tidak ada transportasi umum regular. Transportasi dari Kota Merangin ke kecamatan-kecamatan, dilayani oleh kendaraan plat pribadi untuk penumpang ke semua kecamatan di Kabupaten Merangin. Tempat berkumpul kendaraan penumpang tersebut di Terminal Angkutan Desa Kota Merangin. Setiap kendaraan pribadi tersebut, sudah memiliki trayek sendiri. Keberangkatan pagi hari, dengan jam tidak tentu.

Bandara Muara Bungo ke kota Bangko, 1. 5 jam dilayani oleh Batik Air. Dari Kota Jambi ke Kota Bnagko, selama 4 jam-5 jam.

Kota Bangko dilalui oleh trayek bus jarak jauh Jakarta – Aceh, Medan, Padang dan Bukittinggi. Dan, terdapat trayek khusus Bangko – Jakarta, dan Bangko Bandung.

2.Makanan
Di jalanan, terdapat rumah makan yang melayani trayek jarak jauh. Ciri makanan di rumah makan, dengan menu ayam goreng balado,ikan gurami, ayam gulai, dominan makanan balado.

3.Mini Market
Mini Market seperti Alfamart dan Indomart, hanya ada di kota Bangko. Di luar kota, yang ada hanya toko kelontong sederhana.

4.Bank dan ATM
Pelayanan perbankan hanya di Kota Bangko. Di Bangko ada Bank BCA, Bank Mandiri, Bank BRI dan Bank Daerah Jambi. 

5.Tempat pengisian bahan bakar Pertamina, hanya di Kota Bangko. Di luar kota, POM Mini dan bahan bakar eceran.
Kondisi kawasan wisata di Kabupaten Merangin saat ini, apakah itu kondisi jalan dan Daerah Tujuan Wisata, tidak mencerminkan kondisi masa depan. Sebab, jalan ke beberapa tempat wisata baru dibuka, dan ada dalam proses pengaspalan. Begitiupula dengan DTW, dalam proses pembenahan fasilitas. Tentu kedepannnya, beberapa tahun berjalan, kondisi jalan dan kondisi DTW lebih baik. 
Sebagai orang yang suka jalan-jalan, dan pengamat pariwisata, Kabupaten Merangin sangat layak dikunjungi. Satu saja yang tidak dimiliki oleh Merangin, yaitu pantai laut. 

LINK PETA WISATA MERANGIN :

https://www.google.co.id/maps/@-2.2406771,101.684689,9z/data=!3m1!4b1!4m2!6m1!1s1wFGWcXGeOSPZa06Vu2FSLEPBmuZF1Cac?hl=id







HARGA BENELLI MOTOBI 152 TH 2023