Tuesday, February 16, 2010

Teh Nomor 1 Dunia

Kayu Aro dengan Gunung Kerinci
SEINDAH LUKISAN

Seruput teh pagi-pagi,
Minuman para raja,
Inilah teh kelas satu dunia

Hamparan hijau tanaman teh bagai permadani. Di belakang Gunung Kerinci memagar dengan bentuknya yang sempurna. Hawa dingin yang menyentuh kulit, mendakan bahwa kita berada di ketinggian alam pegunungan.

Dari sisi mana saja memandang, hamparan tanaman teh dengan latar Gunung Kerinci selau terhidang. Perkebunan teh terluas dan tertinggi di dunia dengan gun
ung tertinggi di Sumatera. Gunung yang berdiri angkuh, seakan menjaga keelokan yang ada disana. Itulah Kayu Aro, nama daerah yang kemudian menjadi nama teh setempat. Teh “berkwalitet” nomor satu dunia, teh yang saban pagi dihidangkan untuk raja, ratu, pangeran dan putri kerajaan Belanda.



Perkebunan teh yang di kelola oleh PTP Nusantara VI (Persero) ini amat luas. Bukit-bukit kecil dalam jumlah banyak, nampak seperti ombak. Jalan tanah dan berbatu membelah-belah hamparan tenaman teh. Seruas jalan beraspal halus melintas di tengahnya yang menghubungkan kota Sungaipenuh (Propinsi Jambi) denan kota Solok (Sumatera Barat). Ditengah perkebunan, terdapat pabrik pengolahan teh, yang juga merupakan pabrik pengolahan teh terbesar di dunia. Rumah-rumah pimpina
n perkebunan yang berwarna warni berjejer di sisi jalan. Rumah tua yang tertata rapi dan cantik. Rumah-rumah model begitu mengingatkan kita seperti rumah-rumah peninggalan Belanda di Menteng Jakarta, Jalan Dago Bandung atau villa-villa di Cipanas, Jawa Barat. Ini saja, sudah membawa suatu suasana baru bagi pengunjung.

Begitu memasuki kawasan perkebunan, langsung disambut Gunung Kerinci. Takjub begitu tiba-tiba puncak gunung sudah berada di hadapan mata. Inilah salah satu gunung melegenda di Sumatera karena ketinggian, hutan dan binatang buasnya. Bila jalan raya diikuti terus, maka sekonyong-konyong berada di kakinya. Besar, menjulang dan kokoh. Puncak terdapat luka karena lele
han lahar. Betapa kerdil manusia berada dibawah raksasa berwarna biru itu.

Gunung Kerinci dan perkebunan teh dua keindahan alam. Hamparan tanaman teh saja sudah cantik. Gunung Kerinci itu sendiri elok pula. Sulit untuk mengatakannya. Dengan kata apa harus melukiskannya. Seindah lukisan karean komposisinya lengkap.

Bermalam di salah home stay milik di Kersik Tuo, harus berbekal selimut tebal. Tidur serasa dibawah lindungan raksasa biru berharap-harap tak ada kabut menyelimutinya. besok pagi. Home stay yang terletak di kaki Gunung Kerinci, dan menghadap langsung ke gunung tersebut.

Bagunlah pukul 06.00. Ketika jendela dibuka, Gunung Kerinci memperlihatkan bentuknya yang sempurna itu ketika matahari menyinarinya dari sisi kanan. Beberapa orang bule, tau – tau sudah ada saja di kebun teh menghadap gunung. Kindahan pagi itu jangan sampai dilewatkan. Untuk itu saja umumya orang datang kesana.

Pagi yang masih terasa menggigit, para pemetik teh menunaikan tugasnya. Para petani, dengan gerobak sapi, beriring-iringan di jalan – jalan menuju ladang mas
ing-masing. Waktu begitu lambat tarasa disini, sebagaimana gerobak-gerobak tadi berjalan gontai. Namun, waktu terasa begitu pendek karena Gunung Kerinci cepat ditutupi kabut seiring naiknya matahari.

Kayu Aro
Perkebunan teh PTP VI dengan panorama Gunung Kerinci, unggul untuk wisata keluarga. Perkebunan teh ini dibuka oleh NV. Handie Veriniging Amsterdam), sebuah perusahaan Belanda pada tahun 1925 sampai 1928. Penanaman dimulai setahun kemudian dan pabrik teh didirikan tahun 1932. Sejak dibuka, teh yang dihasilkan adalah jenis teh hitam (ortodok). Pada tahun 1959, pemerintah melakukan nasionalisasi. Sampai saat ini masih dikelola dengan baik.

Hasil teh PTP VI, yang lebih dikenal dengan t
eh Kayu Aro, seluruhnya di ekspor, yaitu ke Eropa, Rusia dan pecahannya serta Timur Tengah. Di Eropa, teh Kayu Aro paling tinggi mutunya. Rasa dan aromanya sangat khas. Karenanya teh Kayu Aro mendapat tempat yang terhormat di masyarakat Eropa. Di kalangan istana Belanda, teh Kayu Aro menjadi hidangan utama.

Perkebunan PTP berada pada ketinggian antara 1.401 sampai 1.715 dari permukaan laut. Luasnya 2.474.69 Ha, dan masih akan ditanami. Inilah membuat
PTP VI kebun tertinggi dan terluas di dunia. Memperkerjakan sebanyak 2574 orang yang terdiri dari pemetik dan perawatan. Kemampuan produksinya, paling tinggi tercatat tahun 1998, yaitu 5.776.052 kg, tahun 1999 merosot menjadi 5.480.825 kg.

Mengapa sampai teh Kayu Aro begitu terkenal di Eropa, Sahriza, Kepala Bagian Umum, PTP VI, mengatakan tanaman teh diperlakukan dengan baik. Dirawat seperti orang merawat tanaman hias di halaman rumah. Saban hari diperhatikan dan dirawat. “Memetiknya tidak boleh sembarangan. Jangan diremas atau pakai sabit. Daun yang dipetik dengan standar tertentu dan harus seragam,” kata Sahriza.

Kayo Aro sangat pantas dikembangkan sebagai obyek wisata agro. Apalagi didukung dengan keindahan Gunung Kerinci. Namun, PTP VI, belum ada la
ngkah kesana. Misalnya saja menyediakan fasilitas inap di areal perkebunan. Banyak orang mengira bahwa di Kayu Aro ada hotel yang repsentatif sebagaimana terdapat di Gunung Mas, Puncak, Jawa Barat. Soal itu, Sahriza mengatakan, “Memang idenya ada. Kesulitan kami soal investasinya.”

Di Kayu Aro ada 4 buah penginapan kecil. Keempat penginapan tersebut masih pada tingkap home stay yang dikolala secara apa adanya. Home stay tersebut dibawah binaan WWF Kerinci. Memang, Kerinci banyak menarik wisatawan asing. Karena itu WWF memberikan bimbingan kepada pemilik rumah sekedar layak menerima tamu asing. Salah satunya adalah home stay milik Darmin. Ia mendapat pelatihan dari WWF. Pada mulanya WWF pula yang meromendasikan tam
u untuknya. Maka home stay-nya banyak dikunjungi oleh turis asing. Bahkan, beberapa turis yang tercatat di buku tamunya sudah berulang kali singgah ketempatnya. “Bagi orang asing, yang penting adalah kamar mandi harus bersih dan tempat tidur tidak bau. Soal kemewahan tak penting bagi mereka,” terang Darmin.

Home Saty yang terdapat di Kersik Tuo, Kayu Aro adalah, Bandi, Kliwon (Darmin), Paiman, Wandi. Semuanya di Jalan Raya Kayu Aro. Tarif bermalam rata – rata 6000 - 7500 rupiah satu malam. Sedangkan makan, lain lagi tarifnya. Makan apa saja bisa dibuatkan. Tentunya makanan setempat. “Mau nasi goreng, ayam goreng, kita buatkan,” kata Darmin.

Kayu Aro, adalah sebuah kecamatan. Satu jam perjalanan dengan kendaraan pribadi dari kota Sungaipenuh. Juga ada angkutan umum yang menuju kesana. Bila ingin bermalam di kota Sungaipenuh, cukup banyak hotel yang baik juga tersedia berbagai macam makanan yang lezat.

Lain lainnya apa ?
Ke Sungaipenuh atau ke Kayu Aro, tidak hanya kebun teh dan Gunung Kerinci. Selain terkenal dengan Gunung Kerinci, juga ada Danau Kerinci. Danau ini hanya beberapa kilo meter saja dari kota Sungaipenuh. Danau Kerinci dapat dikelingingi dengan kendaraan roda
empat. Jalan raya tersebut juga menghubungkan Sungaipenuh dengan Bangko. Hanya saja, Danau yang terkenal ini tidak mendapat perhatian.

Danau Kerinci sudah dikepung oleh sawah dan kebun. Terjadi proses pendangkalan dan penyempitan pada danau ini yang kemudian dijadikan sawah oleh warga. Tidak ada yang bisa dinikmati disini seperti yang terdapat di Danau Maninjau, Danau Singkarak apalagi Danau Toba. Andainya saja Danau Kerinci ditata lingkungannya dan dipikirkan masa depannya, tentu akan menambah daya tarik Sungai Penuh sebagai kota wisata. Kemungkinan danau ini akan berubah menjadi daratan besar sekali.

Kawasan Kerinci dan hutan – hutan di Bukit Barisan, merupakan kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Luasnya 1.4 juta hektar. Menjadikannya sebagai taman nasional terbesar di Sumatera dan salah satu taman nasional penting di Asia Tenggara. Gunung tertinggi kedua di Indonesia dan danau kawah tertinggi di Asia Tenggara terdapat disini.

Kerinci Seblat merupakan rumah yang nyaman bagi flora dan fauna yang juga tinggi keragamannya. Diperkirakan ada sekitar 4000 jenis tanaman yang tumbuh di dalam kawasan ini, termasuk bunga terbesar di dunia, yaitu Rafflesia Arnoldi dan bunga tertinggi di dunia Amorphophallus sp. Ada 15 jenis burung endemik bahkan beberapa jenis mamalia tidak ditemukan di tempat lain di suluruh dunia.

TNKS menjanjikan sejumlah petualangan.
Pendaki seluruh dunia datang untuk mendaki Gunung Kerinci. Gunung Kerinci selain menyajikan tantangan, juga menyuguhkan pengalaman yang luar biasa, terutama hutan dan kawahnya. Dari puncak, pandangan tanpa batas. Betapa luas hutan Sumatera yang terkenal itu dapat disaksikan. Pendakian umumnya dimulai di Kersik Tuo.

Bagi yang berminat treking, TNKS merekomendasikan sejumlah jalur. Namun, jalur treking tersebut tidak dianjurkan untuk perjalanan keluarga karena membutuhkan paling sedikit 3 hari perjalanan. Selain itu, medan jelajahnya yang berat membutuhkan kesiapan pisik dan dukungan logistik cukup pula. Bagi penjelajah sejati, rute treking akan sangat menarik selain memiliki tantangan alam, juga akan mendapatkan pengalaman yang tidak diperoleh dimanapun, seperti kemungkinan bersua dengan harimau, badak, tapir, beruang atau Suku Kubu yang hidup nomaden.

Jalur – jalur tertentu masih dipakai secara tradisionil oleh penduduk setempat sebagai jalur perdagangan antar desa dan dusun di hutan.

Untuk penjelajah serius, sangat dianjurkan membawah penunjuk jalan dan membawa porter. Seorang penjuk jalan yang berpengalaman umumnya meminta bayaran 40.000 rupiah sampai 50.000 sehari. Sedangkan porter, 30.000 sampai 40.000 sehari.


Untuk ke Sungai Penuh, dapat dicapai dari Padang dengan bus. Lama perjalanan 10 jam lewat Mura Labuh dan Kayu Aro. Turun saja langsung di Kayu Aro sebelum bis mencapai tujuan terakhir Sungai Penuh. Jalur alternatif dari Padang adalah jalan pesisir lewat Painan. Drai Jambi menggunakan bus umum lewat Sarolangun dan Bangko selama 12-15 jam perjalanan. Bisa pula melalui Bengkulu – Curup – Lubuk Linggau – Bangko. Atau, Bengkulu – Mukomuko – Tapan – Sungaipenuh. Perjalanan menyelusuri pantai barat Sumatera. Antara Tapan – Sungaipenuh jalan kecil dan beraspal membelah TNKS. Dari Bukittinggi bus hanya sekali seminggu. Sedangkan dari Pekanbaru, setiap hari dilayani travel. Sedangkan dengan bus reguler setiap hari lewat Padang selama 20 jam. Rizal Bustami

Foto Foto : Thea Arabella


2 comments:

Anonymous said...

Membaca tulisan ini jadi terbawa dgn kenangan naik kerinci thn. 86 dulu aduh indahnya Da Rizal, rindu rasanya naik kerinci lg (Roy)

Melihat Indonesia said...

Betul Bung Roy ! Sudah banyak negeri yang awak kunjungi, tapi hamparan teh dengan gunung seperti itu, ya adanya di Kerinci. Bagaimana sekiranya kita kayuh seda dari Kayu Aro ke Bukitinggi, melalui Danau Singkarak. Bersyukurlah kita sudah menjejakkan dan melepaskan pandangan di karunia Allah ini.

HARGA BENELLI MOTOBI 152 TH 2023