Saturday, March 27, 2010

Sejarah Islam di Tiongkok



Islam di China, Bagian I
DARI ABAD KE 7 SAMPAI ABAD 20
Oleh : Rizal Bustami

Pengantar :
Pertengahan tahun 2009 terjadi kekacauan di Sinkiang (Xinkiang), sebuah perovinsi di China bagian utara. Meliter China harus melepaskan tembakan, sehingga korban nyawa berjatuhan dipihak warga Sinkiang. Tapi ini cerita lama yang terulang, karena perseteruan yang sudah berlangsung berabad-abad.
Artikel dengan title “Islam di China” ini, akan dimuat secara bersambung dengan tujuan agar kaum Muslim Indonesia dan masyarakat Tionghoa mendapatkan suatu asupan sejarah, bahwa Muslim di China berperan penting dalam tata kehidupan sosial, kebudayaan, keagamaan, ilmu pengetahuan, melitar dan politik. Artikel ini merupakan saduran dari buku “Islam di Tiongkok”, karangan M.Rafiq Khan, diterbitkan oleh Nasional Academy New Delhi. Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Sulaimnsjah dengan Penerbit Tinta Mas tahun 1967. Buku ini disusun ditengah-tengah pergolakan di China, masa awal komunis mengambil kekuasaan dari kaum Nasionalis. Dan, sumber-sumber yang dipakai, merupakan naskah aktual pada masa itu.






Perhubungan antara Tiongkok dengan Jazirah Arab sudah berlangsung lama. Lebih lama dari lahirnya Islam. Kedua kawasan tersebut telah terhubung oleh kaum pedagang, sehingga sudah saling mengenal. Lalu lintas perdagangan melalui perjalanan darat, yang kemudian dikenal dengan “Jalur Sutra”.
Dengan perhubungan yang sudah terjalan lama itu, pengenalan kebudayaan dan kepercayaan pun tidak menjadi suatu hambatan karena manusianya saling mengenali.

Tiongkok mengenal Islam pada zaman pemerintahan Tai Tsung (627-650), kaisar kedua Dinasty Tang. Pada zaman itu, ada empat orang pendatang Muslim, satu orang tinggal di Kanton, satu lagi di Yang Chow. Sedangkan dua orang lainnya, berkedudukan di Chuang Chow.

Orang yang mula-mula mengajarkan Islam ialah Saad bin Abi Waqqas. Dialah yang pertama-tama meletakkan batu masjid Kanton, yang kemudian digelari Masjid Muhammad sebagai kenang-kenangan untuk Nabi Muhammad.

Pada zaman itu, Arab diperintah oleh Khalifah Usman. Berbagai utusan dikirim ke kaiseran Tiongkok. Perutusan tersebut bertemu di Changan (Sianfu), ibukota Tiongkok waktu itu.
Setelah lama berdiam di Kanton, Waqqas kembali ke Arab. Ia meninggal di perjalanan. Wafatnya Waqqas menjadi pertanyaan sejarah, meninggal di Arab atau di Kanton. Sebab kuburannya diakui ada di Kanton, juga di Madina. Namun ahli sejarah sepakat, bahwa Waqqaslah mubaligh pertama di Tiongkok, peninggalannya yang menumental itulah Masjid Kanton.

Guru Islam lainnya ialah Haji Jin Ha, mengajarkan Islam di Chuang Chow. Pemerintahan Jin Chu, kaiser ketiga dinadsty Ming, mengangkat Jin Ha sebagai Duta Besar untuk negeri-negeri Barat. Barat dalam termonologi Tiongkok yaitu negeri-negeri yang berada diluar perbatasan Tiongkok, terutama Parsi dan negeri-negeri Arabia.

Pada tahun 713 perbatasan barat Tiongkok dikuasai oleh seorang jenderal Arab terkenal, yaitu Qutaiba bin Muslim. Sang jenderal telah menaklukkan daerah yang luas di Asia Tengah dan namanya sangat ditakuti.
Kaisar Hsuan Tsung (713-756), mengirim 200.000 bala tentara ke perbatasan untuk mengusir pasukan sang Jenderal Besar, tetapi mengalami kekalahan. Setelah kekalahan itu, sang kaisar mengirim utusan sekaligus upeti dengan permintaan agar Qutaiba tidak menyerang Tiongkok. Qutaiba membuat perjanjian.

Pendapat lain mengatakan, sebab Jenderal Qutaiba mengurungkan niatnya melakukan invasi ke Tiongkok, ialah karena Khalifah Walid bin Abdul Malik al-Umawi wafat. Walid bin Malik digantikan oleh Sulaiman. Oleh Khalifah baru tersebut, Qutaiba diperintahkan menarik pasukannya dan kembali ke Arab.
Meski tentara Arab tersebut urung menjejakkan kakinya di Tiongkok, namun meninggalkan pengaruh yang luar biasa bagi suku-suku di kawasan tersebut (Batat Laut Tiongkok) karena beralih memeluk Islam.
Suatu kejadian penting dalam pertumbuhan Islam di Tiongkok adalah pemberontakan Jenderal An Lu Sahan terhadap Kaiser Hsuan Tsung pada tahun 755. Sang kaiser terusir dari tahta, digantikan putranya Su Tsung (756-763).

Su Tsung meminta bantuan meliter kepada Khalifah Abu Jafar. Abu Jafar mengirim kontingen 10.000 tentatara. Tentara-tentara tersebut berasal dari perbatasan Turkistan dan berhasil mengalahkan pemberontak. Garnisun itu kemudian mendapatkan tempat terhormat dan diterima oleh rakyat Tiongkok.
Pada priode 841-847 terjadi imigrasi besar-besaran kaum Islam dari perbatasan barat Tiongkok. Mereka memohon kepada Kaiser Chung agar diterima sebagai rakyat Tiongkok. Kaiser menerimanya, mereka ditempatkan di kawasan Kansu dan Shensi.
Para Imigran tersebut menyatu dengan kebudayaan Tiongkok, memakai Bahasa China, namun tetap menganut Islam.

Islam di Zaman Dinasty Tang
Tahou Chian menulis dalam History of the T’ang Dinasty, “Beribu-ribu kaum Muslim hidup sebagai tamu ibukota. Mereka memakai pakaian yang asing dan bersikap baik terhadap orang China. Kota Changan dipenuhi pedagang Muslim. …. Kaiser memberikan pesanggarahan khusus untuk mereka.”

Pada Masa pemerintahan Tai Tsung empat orang Muslim datang ke Kanton, kemudian disusul oleh sejumlah mubaligh. Mereka menjabarkan Islam sampai ke daerah Kiangsi, Fukein dan Chekiang. Mereka juga menjelajahi Asia Tengah sampai ke Manchuria dan Mongolia. Yunan, mereka kuasai secara meliter dan politik.

Seorang Islam yang memangku jabatan tinggi di Istana Tsang, ialah Ko Shin Han, seorang komandan meliter terkenal. Pada tahu 747 ia diangkat menjadi Raja Muda untuk daerah Turkistan. Pemimpin Islam lainnya yang penting pada priode Dinasty Tsung ialah Pi Tu Er Ti.

Dalam catatan Dinasty Sung, terdapat 20 Keduataan dari Arabia berada di Tiongkok, termasuk diantaranya pada Dinasty Liao yang memerintah di bagian utara.

Pada masa pemerintahan Tai Chong, Tiongkok diserbu oleh Baghra Khan, seorang penguasa Muslim dari Kashgharja. Singkiang diduduki.

Tahun 1068, Safar Khan, penguasa dari Bochara datang ke Ibukota Tiongkok, bertemu dengan Kaiser, Zing Chong, kaiser keempat Dinasty Sung. Dengan kunjungan tersebut, hubungan Tiongkok dengan kaum Muslim makin mesra. Seorang putera Safar Khan, diangkat sebagai Gubernur Shantung, seorang putra lainya diberi gelar tertinggi “Orang yang diberkahi dan Suci”.
Penerus Safar Khan mendapat tempat yang baik pada masa Dinasty Sung. Perlakuan yang baik dari oleh Dinasty Sung itu mendorong beribu-ribu kaum Muslim menuju perbatasan Tiongkok. Di Tiongkok mereka mendapatkan pekerjaa dan kesempatan yang sama dengan penduduk setempat.

Islam dibawah Orang Mongol, Dinasty Yuan (1260 – 1368)
Runtuhnya Dinasty Sung, orang-orang Mongol mulai menguasai Tiongkok. Kaum Muslim mendapat tempat di kekuasaan Mongol.

Tentara Jenghis Khan sebagian besar dari kaum Muslim suku Donghan. Hampir semua jenderal pengganti Ugdai Khan adalah orang Muslim. Keluarga-keluarga dari prajurid Islam menetap di bagian Timur Sinkiang. Beribu-ribu keluarga Chogtai yang Muslim, menetap di utara Tien Shan.Kubilai Khan, kaiser terbesar, yang secara teoritis menguasai wilayah yang amat luas di Asia dan Eropa, mempunyai beberapa menteri utama beragama Islam. Sai Tien Enik, bergelar Syed Ajal Syamsuddin Umar, merupakan menteri utama Kubilai Khan.

Kubilai Khan menghargai ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada tahun 1267, Jamaluddin, seorang ahli ilmu falak Persia, memberikan tujuh alat astronomi langsung kepada Kubilai Khan. Jamaluddin juga memperkenalkan sebuah skema astronomi baru tentang penanggalan yang terkenal dengan sebutan “Penanggalan Sepuluh Ribu Tahun”.
Kubilai Khan menghargai kaum Muslim dengan membebaskan pajak.

Ibnu Batuta, seorang pengelana Arabia, mencatat mengenai baiknya perlakuan dan keramahan dari penguasa Mongol tersebut terhadap ahli-ahli pengetahuan beragama Islam.

Pertempuran Siangyangfu pada tahun 1271 dimenangkan berkat persenjataan terbaru, yaitu ketapel yang diperkenalakan oleh dua orang Muslim dari Persia. Adalah Ismail dan Jamaluddin datang ke Tiongkok memperkenalkan ketapel sebagai senjata berkuatan besar dan merusak.

Tahun 1312 Kaiser Shui Chong mengangkat Hasan sebagai Menteri Kanan. Menteri Kanan dianggap paling penting dari semua kementerian dalam pemerintahan. Dewan Kerajaan yang mengurus soal provinsi-provinsi, umumnya terdiri dari orang Mongol Muslim. Apabila tidak terdapat orang Mongol Islam yang tepat untuk kedudukan itu, pilihan selanjutnya ialah orang Turki Islam. Bila tidak terdapat calon yang cocok dari kalangan Islam, barulah kaiser memilih orang Han.
Seni dan ilmu pengetahuan Islam tertentu justru berkembang pesat pada Kubilai Khan, sementara di Bagdad mengalami pemunduran.

Tahun 1327, tahun pertama dari penobatan nya, Kaiser Shi-ju mendirikan suatu Lembaga Sejarah dan menganggkat lima orang pejabat diantara orang-orang China Muslim sebagai pelaksana. Lembaga Astronomi didirikan. Dua orang Muslim ditunjuk sebagai ahli apoteker Kerajaan. Pekerjaan dibagi dua, satu orang mencampur obat-obatan, satu orang lainnya memisahkannya. Dibentuk pula Lembaga Pengadilan Islam, yang diketaui oleh uslim Qazis. Sebuah Lembaga Pengkajian Muslim didirikan. Kedudukan Komandan Arteleri dan Angkatan Laut diberikan kepada orang Muslim.

Islam Dibawah Ninasty Ming (1368-1644)
Adalah berkat bantuan orang-orang Muslim juga maka Kaiser Ming yang pertama, Hung-yu dapat naik singgasana dan membangun dinasty selama 3 abad.

Hung-yu mempunyai dua orang sahabat Muslim yang penting, yaitu Sang yu Chuin dan Mu-yin. Sang merupakan seorang prajurit hebat dan diangkat sebagai panasehat agung. Ia juga diangkat sebagai pangeran, meninggal tahun 1369. Mu-yin diangkat sebagai Gubernur Yunan dalam tahun 1384, meninggal tahun 1392.

Seorang Muslim lainnya adalah Tie Suan, menjabat Menteri Peperangan. Seorang Muslim bernama Yang Lob, ditunjuk sebagai komandan ekspedisi pelayaran di Laut China Selatan sampai Lautan Hindia. Nama lain adalah Sai Ha-chih, pada tahun 1393 memperoleh konsesi besar dari Pemerintah untuk kalangan Muslim, dimana setiap keluarga Muslim mendapat 50 batang perak dan 200 bal pakaian. Ia juga mendirikan Masjid disetiap kota.

Kaum Muslim dibawah pemerintahan Kaiser-kaiser Ming selama 300 tahun, mendapat kedudukan penting dalam meliter dan politik. Sebaliknya, orang – orang Muslim memberikan konstribusi dalam hal kehiupan intelektual, astronomi, pengobatan, dan adminiastrasi, dan meliter.

Pada Chin Shee (ujian pegawai negeri) yang diadakan tahun 1373, terdapat 10 orang Muslim yang lolos ujian.
Kaiser Tai Cho, mengangkat Ibnu Abdullah sebagai Direktur Institut Astronomi, dan ditugaskan mempersiapkan penanggalan. Di Chin Yuan, Kaiser membangun observatorium, Ali diangkat sebagai Direktur. Observatorium ini terbagi empat bagian, yaitu Bagian Astronomi, Bagian Assaetual Mutah, Bagian Penaggalan Universal dan Bagian Penanggalan Hijriah. Tahun 1883 Tai Cho mangangkat dua orang sastrawan Islam untuk menterjemahkan baratus-ratus buku teks Arab ke Bahasa China.

Islam Dibawah Dinasty Manchu (1644-1911)

Berakhirlah kejayaan Muslim di Tiongkok.
Runtuhnya Dinasty Ming, kaum Islam pun mengalami keterpurukan. Dibawah kekuasaan Manchu mereka kehilangan kebebesannya dan mengalami penindasan yang hebat dalam sejarah Tiongkok. Mereka mendekam dalam tirani Manchu, dan melakukan berbagai pemberontakan.Selama ini ras-ras Muslim Tiongkok diperlakukan dengan baik, termasuk juga pada awal-awal pemerintahan Manchu sampai tahun 1782.

Sekitar 1000 orang Salar memberontak terhadap pejabat Kansu karena pemerintah melarang kaum Muslim menunaikan haji, membatalkan izin membangun masjid, dan melarang para mullah memasuki Tiongkok. Pemberontakan itu ditumpas tentara Kerajaan, namun api terus menyala.

Tahun 1862 terjadi pemberontakan besar-besaran yang berlangsung hingga tahun 1876. Sebab utamanya ialah karena terjadi pembunuhan massal terhadap kuam Muslim di Desa Tsinkia. Alasan pembunuhan tersebut, soal sepele, tuduhan memotong bambu milik pejabat. Dengan cepat diseluruh Provinsi Shensi bergolak, karena terjadi pemberontakan diamana-mana. Kaiser Tong Chie memerintahkan pembinasaan seluruh penduduk Muslim di Shensi. Di provinsi Kansu terjadi pula pemberontakan. Penduduk Islam di Kuncang dibinasakan. Sebanyak 30.000 tentara Muslim memberontak di Hami dan Urumanchi, yang sekarang menjadi Provinsi Sinkiang.

Pemberontakan demi pemberontakan terus berlangsung. Tentara Kerajaan mengalami kelelahan.
Muncullah seorang bernama Yakub Khan. Yakub Khan, berasal dari Khokand, bangkit dengan kurang lebih 60 orang, berhasil menguasai keadaan. Ia membebaskan kota-kota dari tentara kerajaan, dan menjadikan Sinkiang sebagai daerah kekuasaannya. Tahun 1872 Yakub Khan memerdekakan Sinkiang, mendapat pengakuan dari Rusia, Tuki dan Inggris.

Sir Douglas Forsyth, utusan Inggris pada tahun 1872, melaporkan bahwa kerajaan Yakub Khan telah dipimpin dengan baik sehingga kejahatan dan perampokan hampir tidak dikenal. Yakub Khan mentaati perjanjian yang ia buat dengan Rusia dan Inggris, sebagai syarat pengakuan kedaulatan.

Namun sayang, kemerdekaan tak lama dinikmati oleh Sinkiang. Pada tahun 1877, Kaiser Tiongkok mengirim Jenderal Tso Chung dengan 100.000 pasukan untuk menaklukkan Sinkiang. Rusia mengkhianati Yakub Khan, dengan diam-diam membantu Tiongkok. Yakub Khan meninggal, juga karena pengkhianatan. Ia diracun oleh seorang kurirnya yang ambisius.
Banyak terjadi pemberontakan menjelang abad 19 di Sinkiang. Kekalahan Sinkiang turut membinasakan Kansu, Yunnan, Shensi dan Szechwan.

Ahli sejarah Chin Yuan menulis, “Semua pemberontakan kaun Muslim selama abad terakhir yang terjadi di utara dan barat Tiongkok, ialah merupakan akibat langsung dari pada tirani dan penindasan Dinasty Manchu. Kaum Muslim adalah rakyat yang taat hukum…”


Peranan Islam dalam Revolusi Politik 1911
Tahun 1911 ditandai sebagai keruntuhan Dinasty-Dinasty Tiongkok. Kaum Nasionalis berhasil menggulingkan Dinasty Manchu. Kaum nasionalis yang terinspirasi dari ide-ide dr.San Yut Sen, menyatukan anak bangsa dalam satu wadah nasional dan menegakkan demokrasi, disambut baik oleh kalangan Muslim, bangsa Han, Mongol, Manchuria dan Tibet.

Bangsa Han merupakan pribumi dan mayoritas penduduk Tiongkok. Mereka menjalankan kebudayaan dan kepercayaan yang berurat dan berakar. Bangsa Han dan masyarakat Muslim hidup berdampingan dan saling menghargai kehidupan dan keagamaan. Namun pada Dinasty Manchu, keharmonisan hubungan keduanya, berubah jadi kekacuan sosial dan politik, dengan politik adu domba yang dilakukan oleh para raja raja Manchu. Tujuannya adalah untuk menghancurkan Islam.
Kaum nasionalis menyatukan semua potensi anak bangsa untuk membangun negeri.

Dalam ketentaraan nasional yang dipimpin oleh Chiang Kai Sek, kum Muslim mendapat bagian mayoritas dan utama. Perwira-perwira meliter diduduki oleh kaum Islam. Kaum Islam memiliki tradisi meliter yang sudah teruji. Mereka dikenal sebagai penunggang penunggang terbaik di dunia. Melepaskan anak panah dari kuda, menombak dari kuda sedang berlari, memainkan pedang di punggung kuda, menunggangi kuda tanpa pelana, daya tahan yang lama di kuda dan pandai merawat kuda. Kalangan Islam dikenal cerdas dalam taktik dan strategi perang.

Jenderal terkenal di ketentaraan Chiang Kai Sek, yaitu Jederal Ma Chan San (Muhammad Husain). Kepala Staf Angkatan Darat-Laut-Udara Republik Tiongkok adalah Jenderal Omar Pei Chung-his. Ia juga menjadi Ketua Perhimpunan Muslim Tiongkok. Tahun 1912, Ma Lin-vee, seorang Muslim dari Hunan, diangkat menjadi Menteri Pendidikan.

Namun kemudian apa yang terjadi, kaum Islam kembali menjadi korban penindasan sampai pembinasaan ketika komunis mengambil kekuasaan. Saat-saat berperang mengusir penjajahan Jepang dari China, kaum Islam dan nasionalis berperang pula dengan kaum komunis. Pejuang pejuang Nasionalis yang dipimpin oleh Cheng Kai Sek, osksodus ke Pulau Formusha ( Taiwan), kaum Muslim terus berjuang melawan Komunis di daratan China.

Perlu dicacat dan diketahui oleh generasi sekarang, bahwa kekalahan Nasionalis dari Komunis karena saat berperang dengan penjajahan Jepang dan diperangi pula oleh kaum komunis. Ketika melakukan oksodus ke Taiwan, Cheng Kai Sek mengajak masyarakat Muslim Tiongkok ikut serta. Tapi, kamum Muslim menolak, memilih tetap tinggal di Tiongkok. Bersambung….

Daftar bacaan buku “Islam di Tiongkok”
Buku :
  1. Andrew, G. Findlay – The Crescent in North-west China, The China, Indlan Mission, London, 1921
  2. Broomhall, Marshall – Islam in China, Morgan and Scott Ltd.,London, 1910
  3. Chini, Baharuddin – Chini Musalman, Maarif Press Azamgarh, India, 1935
  4. Encyclopedia of Islam, Luzac and Co, 46 Great Russel Sreet, London, 1934
  5. Forsyth, Sir Douglas – Report and General Discription of Kashgar, 1875
  6. Kao Hao-jan – The Iman’s Story, The Green Pagoda Presa Ltd, Hongkong, 1960
  7. Kirby, E. Staurt, D – Communism in China, Union Research Institute, 71 B. Waterloo Road , Kowloon, Hongkong, 1959
  8. Kandidov, Boris – Church and Espionage, Moscow, 1938
  9. Kishbekov, D., - On Feudal bai-survivals and how to Overcrome Theam, Alma Ata, 1957
  10. Klimovich,L.I, - Islam, its origin and social essence, Moscow, 1956
  11. Kolarz, Walter – Religion in the Soviet Union, Mac Millan dan Company Ltd, London,1961
  12. Kno-chen, M.I. Syah, - Islam in China, Maclagan Press, Lahore, 1938
  13. Latourette, Kenneth Scott, - Chinese Civilization and Culture
  14. Lenin, V.I. – On the National and National-Colonial Question, Moskow, 1956
  15. Lias, Godfrey, Kazak Exodus, Evans Brothers Ltd, London, 1956
  16. Mao Tse-tung – Selected Works, Lawrence and Wishart, London,1954
  17. Marx,K. and F. Engels – On Relgion, Foreigen Langguages Publishing House, Moscow, 1957
  18. Smirnov, N.A. – Essays on the History of the Study of Islam in the USSR


Majalah dan Monograf
  1. Aid to Political Self Education, No.9,Peking, September, 1957
  2. Anhwei Daily, 29 Juni 1958
  3. Anti-religioznik, 1920. No.4, 1931. No.8,1938. No.12
  4. Babinskii Rabochii, 27 Januari, 1956; 6 April 1957; 6 September 1959
  5. Bafagih, Asa : Green Flag, Jakarta, April 1956
  6. Bafagih, Asa : Qalam, Jakarta, November 1954
  7. Botham, M.E, : Islam in Kansu, Muslim Word 10 (1920), pp.337-390
  8. Bezboznik : 10 Oktober 1929; 15 Oktober 1930
  9. Chinese Moslem, 10 September 1958
  10. Chianghai Daily, 15,17,23 Oktober 1958; 2, 14 November 1958
  11. Hadjiheyli, D,: Anti Islmamic Propanganda and its methods in Azzerbaidzhan,
Munich, 1959
  1. Hanna, A.C,: The Panthays of Yunnan, Muslim Words in Azerbaidzhan, 21 (1931), pp. 69 – 74
  2. Harris, G.K. : The Moslems of China today, MW, 25 (1935).399 – 403
  3. Heilung Kiang Daily, 14 November 1959
  4. Hayward,H.D,: The Kansu Moslem, MW, 24 (1934),pp.68-80
  5. Hopei Daily, 10,11 Januari 1958
  6. Ho Sheng : Daily Worker, Peking, 28 November 1956
  7. Inner Mongolia Daily, Desember 1958
  8. Islam in China, The Union Press, Hongkong
  9. Historiya Korbadi, Moskow, 1957
  10. Kansu Dialy, 23,26 Agustus, 1958
  11. Komunist Turkmentstania, Oktober , 1958
  12. Kwangming Daily, 18,25 May, 1957; 11 September , 1958
  13. Lanchow Dialty, Kansu, 23 Januari, 1958
  14. Liaming Dialy, 8 April 1950
  15. Muslim Unrest in China : The Union Press, Hongkong
  16. Nastionality Unity, 14 Mei, 14 Juni, 1958 ; 6 Maret, 1959
  17. NCNA, Semi-Monthly, Peking, 15 Februari, 1958
  18. People’s Dialy, 16 Mei, 4 September, 1958
  19. Philosophical Research, Peking, 15 Februari, 1958
  20. Pravda Yostoka, Moskow, 28 Juni, 1951, No.77, 1927
  21. Saifuddin – Resolutely oppose local nationalism, Peking, Desember, 1957
  22. Sinkiang Daily, 25 Agustus, 1958
  23. The Times, 11 April and 14 Mei, 1929
  24. Zarya Vostoka, Moskow, 10 Oktober, 1954
  25. Zwemmer, S.M.: The Fourth Regilion of China, MW,24 (1934) pp.1-12

4 comments:

Jeri Adiyanto said...

Terima Kasih Bang, dgn catatan ini bisa menambah pengetahuan khasanah sejarah Islam di Cina, yg referensinya menurut saya msh sedikit ...

Melihat Indonesia said...

Sama-sama Jeri.
Artikel ini akan bersambung. Mudah-mudahan artikel dan dengan sumber - sumber awal, akan memberikan gambaran yang jelas tentng Islam di China.Pada intinya, Islam di China itu memiliki eksistensi. Kita berharap, masyarakat Tionghoa Indonesia mengerti pula mengenai Islam di tanah leluhurnya. Dan, masyarakat Islam Indonesia tidak selalu mempunyai perasaan sinis dan antipati terhadap kaum Tionghoa.Marilah kita saling menghargai dengan belajar dari sejarah.

FITRAH said...

kalo sejarah sunan yang dari china di INDONESIA ada ga bang...please thanks

Melihat Indonesia said...

Terimkasih, komen-nya !
Orang Tionghoa turut serta dalam siar Islam di Indonesia. Janganlah dikatakan orang dari Timur Tengah saja yang menyebarkan Islam di Indonesia. Islam di Tiongkok lebih tua dibandingkan Indonesia.
Tentu nanti akan ditulis peran orang Tionghoa dalam siar Islam di Indonesia. Juga akan ditulis masjid-masjid yang dibangun oleh orang China. Salah satunya Masjid Pacinaan di Banten Lama.

HARGA BENELLI MOTOBI 152 TH 2023