Sunday, April 11, 2010

Sejarah Islam di Tiongkok

Islam di China, Bagian II
PROFIL ISLAM CHINA
Oleh : Rizal Bustami

Pengantar :
Pertengahan tahun 2009 terjadi kekacauan di Sinkiang (Xinkiang), sebuah perovinsi di China bagian utara. Meliter China harus melepaskan tembakan, sehingga korban nyawa berjatuhan dipihak warga Sinkiang. Tapi ini cerita lama yang terulang, karena perseteruan yang sudah berlangsung berabad-abad.
Artikel dengan title “Islam di China” ini, akan dimuat secara bersambung dengan tujuan agar kaum Muslim Indonesia dan masyarakat Tionghoa mendapatkan suatu asupan sejarah, bahwa Muslim di China berperan penting dalam tata kehidupan sosial, kebudayaan, keagamaan, ilmu pengetahuan, melitar dan politik.
Artikel ini merupakan saduran dari buku “Islam di Tiongkok”, karangan M.Rafiq Khan, diterbitkan oleh Nasional Academy New Delhi. Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Sulaimnsjah dengan Penerbit Tinta Mas tahun 1967. Buku ini disusun ditengah-tengah pergolakan di China, masa awal Komunis mengambil kekuasaan dari Kaum Nasionalis. Dan, sumber-sumber yang dipakai, naskah aktual pada masa itu.

Sejak zaman kekaiseran, Pemerintahan Nasionalis dan sampai ke kekuasaan Komunis, tidak ada usaha sistimatis untuk mendata jumlah orang Muslim di China. Namun, ada usaha-usaha dari pihak kaum Muslim sendiri dan diplomat untuk mencatat jumlah orang Muslim di China sampai awal abad 20.

Misalnya catatan M.de Thiersant, seorang Konsul Jenderal Perancis di Tiongkok, selama 8 tahun melakukan penyelidikan terhadap kuam Muslim. Tahun 1878 ia melaporkan, jumlah penduduk Muslim di Tiongkok sebanyak 20.000.000 jiwa.

Marshal Broomhall, seorang missionaries Kristen tahun 1910, membuat laporan, jumlah kaum Muslim di Tiongkok sekitar 10.000.000 jiwa. Ia menulis, “…. Penulis, setelah mempertimbangkan dengan seksama, berdasarkan sejumlah korespondensi, cenderung berpendapat kepada jumlah yang tertinggi daripada yang terendah.” The Encyclopaedia of Mission memberikan jumlah 30.000.000 jiwa.

Bahruddin Chini, dalam laporannya menyebutkan, umat Muslim di China tahun 1935 sejumlah 39.918.000.000 jiwa.

Lelaki Muslim di Sinkiang, Kansu dan Yunan, umumnya melakukan poligami yang luas. Lelaki Muslim di kawasan ini juga melakukan perkawinan dengan perempuan Han. Keadaan ini sebagai faktor lain jumlah umat Muslim yang jauh lebih besar dari angka-angka resmi karena keluarga Muslim rata – rata berjumlah lebih besar dibandingkan dengan kaum Han.

Selama 10 abad Islam di Tiongkok, yaitu sejak abad ke 7 sampai abad ke 17, tidak ada kejadian yang dapat dicatat sebagai perselisihan baik di kalangan Muslim sendiri, maupun dengan penduduk lainnya.



Firqah dalam Islam Tiongkok
Mereka menyebut diri sebagai Hanafis, karena mereka mengikuti Iman Abu Hanifah. Mereka tidak mengenal ajaran Syiah atau Sunnah.

Orang pertama yang mendirikan Firqah diantara kaum Muslim ialah Mal-zi, seorang penduduk dari Ha Chow, Provinsi Kansu. Ia adalah kawan sepeguruan dengan Ma-Min-Shin (Mohammad Amin) di Bokhara. Ma-Min-Shin, adalah pendiri kedua.

Ketika Mal-zi kembali ke Tiongkok setelah menyelesaikan pelajarannya, ia mulai mengajar apa yang menurutnya sebagai ajaran Islam yang sebenarnya. Ia tidak hendak berniat mendirikan friqah sendiri, namun murid-muridnya memberikan kepercayaan tertentu kepadanya dan mereka menamakan dirinya Firqah Khwazi. Khwazi adalah gelar untuk Mal-zi. Khwazi, berkembang pesat pula di Shanting dan Honan. Firqah ini didirikan tahun 1736, ketika Chiang Lung memerintah. Berarti, selama sepuluh abad Islam di Tiongkok, baru muncul firqah.

Tatkala Ma-Min-Shin datang dari Buchara, ia menemukan aliran yang kuat dari firqah Khwazi mempengaruhi aliran Muslimin di Tiongkok. Dengan antusias keagamaan, ia mendirikan perguruan di Desa Kwan Chuan, Kansu. Terjadilah persaingan antara kedua perguruan tersebut, namun tidak sampai terjadi kekerasan. Firqah Ma-Nib-Shin dinamai Ma-Min-Shin.

Ma-Min-Shin meninggal, muncul tiga firqah baru, yaitu Jauharia, Chufia dan Qaharia. Firgah Jauharia pecah menjadi dua golongan, Jauharia Klasik dan Neo-Jauharia.

Sebutan Hui Hui
Ada dua istilah untuk Islam dan dua untuk aliran-aliran Islam sebelum pendudukan oleh kaum komunis. Orang Muslim China menamakan diri mereka Chew-min dan yang bukan Islam menamakan mereka Hui Hui. Agama mereka disebut Hui Hui Chew atau Tsing Ching Chew. Tsing Chew berarti “Agama yang Suci”.

Di perbatasan barat Tiongkok berdiam suku Hui Chhi yang telah memeluk Islam semenjak Qutaiba bin Muslim. Saat agama Islam di Tiongkok berkembang, penduduk Tiongkok memberikan nama itu kepda semua pemeluk agama Islam. Kemudian, ketika mereka melihat kaum Muslim dari tanah Arabia dan lain-lain, barulah mereka menyadari bahwa nama itu tidak betul dan memberi mereka sebutan Hui Hui – yang diartikan oleh orang Islam sebagai “seseorang yang merangkum baik kehidupan dunia maupun kerohanian dari pada manusia”. Yang lain mengartikan perkataan itu sebagai “seseorang yang jauh dari pada syaitan.” Broomhall mengatakan bahwa arti harfiah dari perkataan itu ialah “Yang kembali”.

Literatur Islam
Pada masa Pemerintahan Tai Cho (1368), seorang ulama besar, Syaichul Masjaich, diberi tugas menterjemahkan karya-karya ilmu pasti dan astronomi dalam bahasa Arab yang terdapat di perpusataan penguasa-penguasa Yuan. Pekerjaan tersebut diselesaikan dalam setahun oleh Syaich dan kawan-kawannya. Terjemahan itu diberi kata pengantar oleh Wu-Chong-Peh, Menteri Pendidikan di Istana Tai-Cho.

Sejumlah buku diterjemahkan lagi pada pasa masa Pemerintahan Jhong Chiang, Kaiser terakhir Dinasty Ming.

Lui Tshih dipandang sebagai orang suci oleh umat Muslim Tiongkok, terutama karena dia menulis beberapa risalah Islam. Ia menulis Peri Kehidupan Nabi dan sejumlah besar karya-karya lainnya dalam bahasa China.

Dalam Kata Pengantar buku Peri Kehidupan Nabi, Lui Tshih menulis, “….Menulis bukanlah suatu pekerjaan yang ringan. Saya memulai membaca buku pada umur lima belas tahun, setelah belajar dengan tekun selama delapan tahun. Saya menggunakan tulisan – tulisan pengikut-pengikut Kong Hu Cu dan buku-buku lain. Saya belajar bahasa Arab selama enam tahun dan belajar Buddisme selama setahun. Kemudian saya mempelajari 137 karya buku-buku “Barat” (Arab dan Parsi, pen). Kemudian saya melakukan penyelidikan dalam ilmu Keislaman. Saya menulis kira-kira 100 buku tentang Islam, antara lain Adat Istiadad Bangsa Arab dan Kepercayaan Muslim, yang telah diterbitkan….. Sekarang saya telah menyelesaikan Peri Kehidupan Nabi untuk memperkenalkan kepada rakyat tentang pendirian agama dan menanamkan kepada mereka bahwa essensi dari pada dunia adalah satu…. Untuk mengumpulkan bahan-bahan yang berhubungan dengan buku ini, saya melakukan perjalanan yang jauh keempat penjuru dunia, bertanya dimana terletak perpustakaan dan mengetuk pintu para cendikiawan. Akan tetapi saya tidak menemukan buku tentang peri kehidupan Nabi. Akhirya saya pergi ke Naking, ibukota, dan disana saya menemukan sejumlah besar buku bahasa Arab di rumah keluarga Wu. Buku - buku ini adalah peninggalan kaum bangsawan dizaman Yuan. Saya meneliti bahan - bahan dari buku-buku tersebut dan mempersiapakan naskah ini. Saya memulai pekerjaan dalam tahun 1782 dan selesai dalam tiga tahun. Saya tidak pernah beristirahat dan pekerjaan saya ini sekarang memburu saja kesana – kemari”.

Buku ini pertamakali diterbitkan tahun 1788 dengan susah payah karena naskahnya dirampas oleh pemerintah dan baru beberapa tahun kemudian dikembalikan. Buku lainnya tidak dapat diterbitkan karena lithographi maupun percetakan belum dapat pada waktu itu. Untuk menerbitkan sesuatu, maka naskah harus diukirkan pada lembaran kayu yang biayanya sangat mahal, sehingga adalah diluar kemampuan orang biasa untuk mengerjakannya. Dalam hal Lui Tshih ini, barangkali disebabkan oleh kekurangan dana dan waktu, maka buku lainnya tidak dapat diterbitkan. Dimanakah naskah-naskah itu ? Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab karena kaum komunis melarang menerbitkan apapun.

Buku Adad Istiadad Bangsa Arab, Kepercayaan Muslim, Lima Asas Pokok dan Peri Kehidupan Nabi telah dicetak kembali oleh Pemerintahan Nasionalis.

Ma Fu Hiang, Ketua Muslim daripada Komisi urusan Tibet dan Mongolia dalam zaman Pemerintahan Nasionalis, telah mencetak atas biayan sendiri tahun 1925 dan dapat diperoleh secara cuma-cuma. Edisi baru dari Peri Kehidupan Nabi dengan Kata Pengantar Ma Lin Yee, seorang Menteri Pendidikan Muslim dibawah Pemerintahan Nasionalis.

Selain Lui Tshih, banyak penulis penting bermunculan pada priode itu. Diantaranya yang terpenting ialah Wang Tai Po, Ma Cho Si, Ma Te Shin, King Tian Choh, Pa Min Pen. Wang Tai Po menulis dua buku, The Reality of Islam dan The Permanent Religion. Ma Cho Si menulis The Guidance of Islam. Ma Te Shin menulis The Four Principles, All Thing will Return to Him, The Song of Islam dan The History of Arabia. King Tian Choh mewariskan buku yang disebutnya Revomer of Doubts about Islam. Pa Min Yan menjadi termasyhur karyanya Times of Islam, Islam and Christianity, Infidelity and Innovation dan Quaratul Mabata fil Arabia. Ma Fu Cho yang berasal Provinsi Yunan menulis sejumlah buku dalam bahasa Tionghoa, Arab dan Parsia. Diantara buku yang ia tulis ialah Fasl, Muhimmat dan Mushtaq yang ternyata amat berharga.

Pada Ppemerintahan Nasionalis, buku – buku tersebut sebagai mata pelajaran pokok di sekolah-sekolah Islam di seluruh negeri. Tahun 1934, Anjumane Mueenul Musalmin menerbitkan satu seri dari delapan buku dalam bahasa Arab, China dan Cgang Teh.

Anehnya, Quran, meskin sudah masuk ke Tiongkok sejak Islam diajarkan, baru tahun 1927 diterjemahkan ke bahasa China. Lee Tei Ching, seorang non Muslim, menterjemahkan Al Quran tesebut dari bahasa Jepang dan mencetakknya di China Press di Tiensen. Penterjemahan tersebut mendorong ke usaha-usaha memperbanyak. Tahun 1935, Wang Chin Zai menerbikan kembali terjemahan tersebut. Jee Zumi juga menerbitkna terjemahannya dan diterbitkan di Shanghai tahun 1931. Harun, seorang Yahudi Inggris, memberikan sokongan keuangan setiap penterjemahan Al Quran tersebut.

Baharudin Chini menulis dalam tahun 1935, bahwa beberapa terjemahan lain telah siap diterbitkan pada waktu itu, dan diterbitkan tahun 1938. Penterjemahnya ialah Yang Min Chong. Biaya penerbitan ditakisr $ 5000. Terjemahan dilakukan dari bahasa Arab, dan keuangannya berasal dari masyarakat Muslim yang kaya di Taiwan.

Media Massa Muslim
Pemerintahan Nasional benar-benar telah menegakkan demokrasi bagi seluruh rakyatnya. Keadaan ini disambut antusias oleh kalangan Muslim yang sudah terbiasa kebebasan berpendapat.
Tahun 1911, pemerintahan modern yang baru terbentuk, disambut dengan munculnya penerbitan berkala oleh cendikiawan Muslim. Bagai terbebas dari belenggu sarang, bermunculan penerbitan berkala.
Di Yunan terbit Berkala Islam dan di Peking terbit Kesuteraan Islam, keduanya dalam bahasa China.
Domestic Education (Pendidikan Rumah Tangga) di Kanton (1912), The Light of Islam di Shanghai (1920), Islamic Sciences dari Ko Kiang (1921), Muslim Youth dari Kanton (1926). Kanton juga menerbitkan The Journal of the Muslim Youth.
Tapi kemudian, Pemerintahan Komunis menutup semua penerbitan tersebut, juga yang yang diterbitkan oleh kaum non Muslim. Kembalilah umat Musliman dalam kegelapan.

Pendidikan Umum dan Pendidikan Keagamaan
Model pendidikan Muslim di Tiongkok pada umumnya sama saja dengan yang terdapat di negeri - negeri Muslim lainnya. Yunan dan Kansu adalah pusat utama pendidikan Islam. Pusat Islam di Kansu yaitu Ho Chow. Murid-murid berdatangan dari berbagai daerah di Tiongkok dan begitu pun ulama dan guru-guru berdatangan. Pendidikan agama, diadakan di Masjid. Pendidikan agama di Yunan masyhur pada abad 18 dan 17, di Kun Min Fu, ibukota provinsi.

Dalam tahun 1880, Do Win Shui, seorang pemimpin Muslim di Yunnan, dikalahkan oleh tentara kerajaan. Selanjutnya terjadi pembinasaan terhadap kaum Muslim, termasuk menghancurkan pusat pendidikan Islam. Namun demikian, Ho Chow, tetap bertahan, menjadi “mercu suar” satu-satunya dari penalahan Islam sampai tahun 1928. Serangan Fang Yu Hiang pada tahun itu, menimbulkan banyak kerugian bagi kalangan Muslim, pusat pendidikan Islam menyingkir ke Peking.

Pendidikan sekuler secara relativ lebih populer dikalangan umat Islam dan setiap koloni Muslim sekurang-kurangnya memiliki satu sekolah umum. Lama pendidikan sekolah dasar enam tingkat. Biaya pendidikan ditanggung oleh orang tua murid. Buku pelajaran berdasarkan buku-buku pelajaran yang dicap oleh Kementerian Pendidikan Tiongkok. Kaum Muslim diberi kebebasan menggunakan literatur Islam di sekolah.
Murid di kelas terdiri dari anak lelaki dan anak perempuan, demikian pula guru-guru. Sekolah-sekolah disubsidi oleh umat Muslim dari cukai rumah pemotongan hewan.
Para pelajar memakai seragam. Seragam hitam di musim dingin, dan seragam putih pada musim panas. Setiap pelajar memakai badge, dimana tertulis nama murid dan sekolah.

Cheng Da College, Peking. College ini mulanya didirikan di kota Tsinan, Santung tahun 1825. Karena kota tersebut hancur pada peperangan Tiongkon dan Jepang, college terpakasa ditutup, dibuka kembali tahun 1929. Sejumlah aset dan deposit uang milik college hilang. Untuk membangun kembali college tersebut, Jenderal Ma Fo Hiang, seorang Muslim, memperoleh bantuan dari Pemerintah Peking untuk keperluan itu.
Sang Jenderal membangun sejumlah rumah – rumah di sekiat Masjid Besar Peking guna menampung pelajar dari daerah. Biaya bulanan college disokong oleh Ma Fo Hiang dan oleh kaum Muslim kaya.
Dalam laporan Badruddin Chini tahun 1935, menyebutkan dalam 7 tahun berdirinya college tersebut, mengalami kemajuan luar biasa. Pendidikan akademi terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu tingkat remaja, tingkat madya dan tingkat umum.

Ras Muslim Tiongkok
Kaum Muslim Tiongkok, sebagaimana mereka dipanggil “Hui Hui”, terdiri dari tiga ras. Hui Hui Arab dikenal dengan sebagai Ta-shih Hui Hui, Hui Hui Turki dikenal dengan Salar dan Hui Hui Mongol. Ada pula Hui Hui Quighur dan Tartar.

Raut yang khas dari perawatan orang Arab,membedakannya dengan ras lainnya. Sebagian besar dari orang Muslim di Kansu adalah keturunan Arab. Diduga, mereka ini keturunan dari tentara Arab yang datang beberapa kali priode untuk membantu Kaiser Tiongkok serangan dari luar dan pemberontakan. Mereka menggunakan bahasa Tionghoa, disamping bahasa aslinya. Kaum Muslim Salar, merupakan golongan tersendiri, mereka menggunakan bahasa Turki. Kaum Salar berasal dari Samarkand, dan mereka berpakaian menurut cara Samarkand.

Orang Salar dikenal sebagai bangsa pemberani. Mereka terlatih menunggang kuda dan menggunakan berbagai macam senjata. Mereka gemar berperang. Bila pasukan Salar melaukan aksi, serta merta menimbulkan kepanikan. Sering dikatakan, orang Salar hanya bisa diperintah oleh Bangsa Salar sendiri.

Kaum Quighur berdomisili di Kashgaria. Pada abad ke enam, mereka masih memeluk Budha. Misionaris Nestor, menjadikan mereka sebagai pemeluk Kristen. Orang Quighur juga gemar berperang dan mereka ikut mengambil bagian invasi Mongol yang pertama ke Eropa. Pada abad 7 dan 8, orang Quighur memeluk Islam. Mereka bermukim di Sinkiang, Distrik Hami dan Distrik Turfan. Lama kelamaan orang Quighur dan orang Mongol bercampur baur.

Buku Tahunan Dinasty Tang banyak bercerita tentang orang orang Gui Hui itu, dan menyebutkan secara khusus seorang Pengeran Muslim yang mengunjungi Kaiser di istana Tiongkok.

Emigrasi besar-besaran penduduk Barat ini terjadi pada Dinasty Ming. (Bersambung)


Daftar bacaan buku “Islam di Tiongkok”
Buku :
1.Andrew, G. Findlay – The Crescent in North-west China, The China, Indlan Mission, London, 1921
2.Broomhall, Marshall – Islam in China, Morgan and Scott Ltd.,London, 1910
3.Chini, Baharuddin – Chini Musalman, Maarif Press Azamgarh, India, 1935
4.Encyclopedia of Islam, Luzac and Co, 46 Great Russel Sreet, London, 1934
5.Forsyth, Sir Douglas – Report and General Discription of Kashgar, 1875
6.Kao Hao-jan – The Iman’s Story, The Green Pagoda Presa Ltd, Hongkong, 1960
7.Kirby, E. Staurt, D – Communism in China, Union Research Institute, 71 B. Waterloo Road , Kowloon, Hongkong, 1959
8.Kandidov, Boris – Church and Espionage, Moscow, 1938
9.Kishbekov, D., - On Feudal bai-survivals and how to Overcrome Theam, Alma Ata, 1957
10.Klimovich,L.I, - Islam, its origin and social essence, Moscow, 1956
11.Kolarz, Walter – Religion in the Soviet Union, Mac Millan dan Company Ltd, London,1961
12.Kno-chen, M.I. Syah, - Islam in China, Maclagan Press, Lahore, 1938
13.Latourette, Kenneth Scott, - Chinese Civilization and Culture
14.Lenin, V.I. – On the National and National-Colonial Question, Moskow, 1956
15.Lias, Godfrey, Kazak Exodus, Evans Brothers Ltd, London, 1956
16.Mao Tse-tung – Selected Works, Lawrence and Wishart, London,1954
17.Marx,K. and F. Engels – On Relgion, Foreigen Langguages Publishing House, Moscow, 1957
18.Smirnov, N.A. – Essays on the History of the Study of Islam in the USSR

Majalah dan Monograf
1.Aid to Political Self Education, No.9,Peking, September, 1957
2.Anhwei Daily, 29 Juni 1958
3.Anti-religioznik, 1920. No.4, 1931. No.8,1938. No.12
4.Babinskii Rabochii, 27 Januari, 1956; 6 April 1957; 6 September 1959
5.Bafagih, Asa : Green Flag, Jakarta, April 1956
6.Bafagih, Asa : Qalam, Jakarta, November 1954
7.Botham, M.E, : Islam in Kansu, Muslim Word 10 (1920), pp.337-390
8.Bezboznik : 10 Oktober 1929; 15 Oktober 1930
9.Chinese Moslem, 10 September 1958
10.Chianghai Daily, 15,17,23 Oktober 1958; 2, 14 November 1958
11.Hadjiheyli, D,: Anti Islmamic Propanganda and its methods in Azzerbaidzhan,
Munich, 1959
12.Hanna, A.C,: The Panthays of Yunnan, Muslim Words in Azerbaidzhan, 21 (1931), pp. 69 – 74
13.Harris, G.K. : The Moslems of China today, MW, 25 (1935).399 – 403
14.Heilung Kiang Daily, 14 November 1959
15.Hayward,H.D,: The Kansu Moslem, MW, 24 (1934),pp.68-80
16.Hopei Daily, 10,11 Januari 1958
17.Ho Sheng : Daily Worker, Peking, 28 November 1956
18.Inner Mongolia Daily, Desember 1958
19.Islam in China, The Union Press, Hongkong
20.Historiya Korbadi, Moskow, 1957
21.Kansu Dialy, 23,26 Agustus, 1958
22.Komunist Turkmentstania, Oktober , 1958
23.Kwangming Daily, 18,25 May, 1957; 11 September , 1958
24.Lanchow Dialty, Kansu, 23 Januari, 1958
25.Liaming Dialy, 8 April 1950
26.Muslim Unrest in China : The Union Press, Hongkong
27.Nastionality Unity, 14 Mei, 14 Juni, 1958 ; 6 Maret, 1959
28.NCNA, Semi-Monthly, Peking, 15 Februari, 1958
29.People’s Dialy, 16 Mei, 4 September, 1958
30.Philosophical Research, Peking, 15 Februari, 1958
31.Pravda Yostoka, Moskow, 28 Juni, 1951, No.77, 1927
32.Saifuddin – Resolutely oppose local nationalism, Peking, Desember, 1957
33.Sinkiang Daily, 25 Agustus, 1958
34.The Times, 11 April and 14 Mei, 1929
35.Zarya Vostoka, Moskow, 10 Oktober, 1954
36.Zwemmer, S.M.: The Fourth Regilion of China, MW,24 (1934) pp.1-12




2 comments:

Anonymous said...

Bung Rizal, ini artikel bagus. Kita di Indonesia jadi tau bagaimana kehidupan Islam di China. Mereka Muslim yang hebat.
Lampiran refrensinya sebagai pengetahuan juga bagi kita.
Islam di Rusia ada nggak Bung !
Dari Tias di Medan, peminat sejarah Islam.

Melihat Indonesia said...

Terimakasih komentarnya.
Memang, artikel tentang Islam di Rusia sedang disiapkan.
Tunggu saja...

HARGA BENELLI MOTOBI 152 TH 2023