Showing posts with label MY BOOK : Capita Selecta. Show all posts
Showing posts with label MY BOOK : Capita Selecta. Show all posts

Sunday, April 29, 2012

Capita Selecta Moh Natsir Bag 14


KEDUDUKAN PERGURUAN PARTIKELIR
DALAM MASYARAKAT KITA
SEPTEMBER 1938

“Ekolah Liar”
Tahun 1930
Holl. In. Onderwijs Commissie menyampaikan laporannya. Antara lain ditaksirnya bahwa banyaknya anak-anak yang diwaktu itu masih belum dapat pelajaran, ada kira-kira, 19.000.000. (baca: 19 juta).

Krisis makin lama makin hebat. Pemerintah tak sanggup menambah sekolah pengemasi anak-anak yang bermiliun-miliun itu. Malah Pemerintah terpaksa mengurangi  sekolah yang ada. Jadi, anak-anak yang akan terlantar, akan bertambah banyak. Sekolah-sekolah yang akan menyambut mereka akan bertambah kurang.

Anggaran belanja untuk Departemen Pergajaran terpaksa dikurangi setiap tahun. Sehingga dari tahun 1930 sampai tahun 1937 sudah dipotong sampai 53%. Bertambah dahsyatlah musibah kekurangan pengajaran dikalangan rakyat yang amat haus kepada pelajaran itu.

Musibah ini membangunkan semangat rakyat itu sendiri supaya mereka mencukupkan keperluan pengajaran dengan tenaga sendiri pula.

Dimana-mana timbullah sebagai cendawan sesudah hujan, berpuluh, ya beratus-ratus sekolah partikelir. Menyambut anak-anak yang sedang terlantar dan yang diperebutkan oleh Zending dan Missi. Menyambut pula guru-guru dari Pemerintah yang “overcompleet”. Menyambut tamatan dari H.I.K. Pemerintah yang tidak dapat tempat dalam kalangan Pemerintah sendiri. Semuanya diselenggarakan dengan amat susah payah dalam kekurangan segala macam. Akan tetapi, walaupun bagaimana, apa yang dapat dikurbankan, dikurbankan juga. Menolong mengerjakan setengah dari pada kewajiban yang suci dari Pemerintah Negeri. Bukankah “Indische Staatsregeling” art. 179 telah berkata: “Pelajaran umum adalah satu barang yang senantiasa berada dalam pemeliharaan dan penjagaan gobnor Jenderal.[1] Artikel 182: Gobnor Jenderal (harus) menyelenggarakan pendirian sekolah-sekolah untuk rakyat bumiputera”.[2]

Wednesday, April 18, 2012

Capita Selecta M.Natsir

MENUJU KOORDINASI PERGURUAN-PERGURUAN ISLAM
JULI 1938

Cita-cita untuk mengadakan koordinasi atau persamaan rencana pelajaran dalam perguruan-perguran Islam yang bertebaran diseluruh negeri kita, yang didirikan atas kemauan rakyat dan didorong oleh kemauan rakyat itu, memang suatu cita-cita yang bukan baru lagi.

Dari salah seorang teman di Sumatera Barat pernah kita mendengar, kira-kira dua tahun yang lalu, bahwa sudah mulai dianjurkan disana menciptakan maksud tersebut. Mudah-mudahan sekarang sudah berhasillah hendaknya, sungguhpun belum terdengar benar kabar tentang hasilnya cita-cita yang mulia itu. Tuan Dr.  Satiman, promotor dari pendirian Sekolah Tinggi Islam di Solo juga sudah memberi sedikit anjuran dalam salah satu artikelnya, dimana beliau telah memakai perkataan: “coordinair”. Yakni supaya rencana pelajaran perguruan-perguruan Islam dinegeri kita ini dapat disusun menurut garis-garis yang tentu, agar dapat menjadi dasar yang baik untuk sekolah tinggi yang sedang beliau usahakan sekarang itu. Tuan Z. Usman, mudarris Tsanawiyah di Talu, Seumatera Barat, telah memberi  pemandangan panjang tentang perluannya perbaikan pelajaran dalam perguruan-perguruan kita itu dalam Panji Islam beberapa nomor yang lalu. Dan baru-baru ini kita mendapat kabar bahwa di Palembang telah didirikan satu badan untuk menyusun rencana pelajaran sekolah-sekolah agama yang ada di Palembang. Syukurlah!

Maka sudah patut kita menyelidiki masalah ini lebih lanjut untuk melakukan langkah-langkah yang perlu dalam jurusan ini. Sebab soal ini bukan lagi soal salah satu atau dua daerah, melainkan mengenai kepentingan seluruh kaum Muslimin, diseluruh kepulauan Indonesia. Tetapi belumlah dimaksud dengan artikel ini satu rencana yang lengkap dengan seluk-beluknya, melainkan sekedar membentangkan garis besar yang perlu kita perhatikan sebagai dasar menciptakan rencana lengkap kelaknya, sambil menyelidiki dua tiga hal yang mungkin menjadi alangan, yang harus sama-sama kita hindarkan.

Saturday, March 10, 2012

Moh.Natsir : Capita Selecta

SEKOLAH TINGGI ISLAM
JUNI 1938
I
Tuan Dr. Satiman telah menulis artikel dalam “PM.” No 15 membentangkan cita-cita beliau yang mulia itu, akan mendirikan satu Sekolah Tinggi Islam. Saudara dari Redaksi telah menyambut artikel itu dalam editorial P.M. no 16 dan mengundang supaya Yain-yain teman beramai-ramai membicarakan soal ini dan mengemukakan fikiran masing-masing, agar cita-cita itu tercapai hendaknya.

Dalam A.I.D. 12 Mei, no 128 tersiar berita, bahwa sudah diadakan permusyawaratan antara tiga badan pendiri Sekolah Tinggi, yakni yang di Betawi, di Solo dan di Surabaya.

Di Jakarta akan diadakan Sekolah Tinggi sebagai bagian atas dari Sekolah Menengah Muhammadiyah (A.M.S.) yang bersifat westersch (kebaratan). Jadi bukan  satu Sekolah Tinggi yang memberi pelajaran tinggi tentang Agama Islam.

Di Solo akan diadakan satu Sekolah Tinggi untuk mendidik muballighin  yang cukup pengetahuan umum. Dan akan diambil bibitnya dari Mulo atau H>B.S. 3 tahun untuk bagian bawahnya dan dari H.B.S. 5 tahun untuk bagian atasnya.

Di Surabaya akan diadakan Sekolah Tinggi yang menurut kabar “akan menerima orang-orang dari pesantren”.

Begitulah “pembagian pekerjaan” yang kabarnya sudah diperbincangkan.

Saturday, February 18, 2012

Selecta Capita Bagian XI

PERGURUAN KITA KEKURANGAN GURU!
MEI 1938

Sekarang saya mempropagandakan pendidikan,
tapi nanti, saya tak dapat mendidik anak-anak saya!

Beginilah satu alasan yang dikemukakan oleh seorang lepasan HIK.[1] Pemerintah, yang pernah jadi pemuka dari satu organisasi guru-guru dinegeri kita ini. Beliau menukar pekerjaan sebagai guru dengan pekerjaan sebagai klerk pos dan sebagai alasan kepada teman sejawat yang menanya, apakah sebabnya beliau menukar pekerjaan itu, dijawabnya dengan kalimat yang kita terakan diatas.

Memang maksudnya dalam, kalau kita perhatikan lebih jauh isi perkataan beliau itu. Seorang yang telah menempuh pelajaran seperti H.I.S., kemudian dipilih supaya sampai di Mulo, disini dipilih pula supaya duduk di HIK, sudah tamat pula disana dengan membawa diploma, setelah itu bekerja dengan aktif dalam organisasi guru-guru muda, tapi kemudian pada satu saat merasa terpaksa meninggalkan kelas dan murid-muridnya, ditukarnya dengan pekerjaan di kantor pos.

Monday, December 26, 2011

Capita Selecta M.Natsir Bagi X

II. PENDIDIKAN
IDEOLOGI DIDIKAN ISLAM
Pidato pada Rapat Persatuan
Islam di Bogor, tg. 17 Juni 1934

I.
          Ibu-bapa dan saudara-saudaraku kaum Muslimin
Kini kami meminta perhatian ibu-bapa dan saudara-saudara kami kaum Muslimin yang hadir, terhadap satu masalah, yang mengambil tempat yang sangat penting dalam kehidupan kita sebagai manusia umumnya, dan sebagai pengikut dari Junjungan kita, Nabi Muhammad s.a.w. khususnya. Masalah itu, ialah masalah didikan anak-anak kita kaum Muslimin.
Maju atau mundurnya salah satu kaum bergantung sebagian besar kepada pelajaran dan pendidikan yang berlaku dalam kalangan mereka itu.

Sunday, December 18, 2011

Capita Selecta M.Natsir Bagian IX

PEMANDANGAN TENTANG “BUKU-BUKU ROMAN” JANUARI 1940
Bandung, tgl. 1 Januari 1940
Sdr. Z. A. ahmad dan
M. Yunan Nasution

Assalamu’alaikum w.w.
Surut sdr-sdr kebetulan sama datangnya, yakni yang berhubung dengan ajakan sdr-sdr supaya saya turut menulis satu artikel tentang roman-roman yang sekarang musim diperbincangkan orang.
Lama saya beragak-agak hendak menulis, akan tetapi kesudahannya saja mengambil keputusan, meminta maaf kepada sdr-sdr, lantaran tidak sanggup saya memenuhi ajakan sdr-sdr itu. Sebabnya, bukan lantaran apa-apa, melainkan karena saya belum lagi membaca roman-roman tersebut. Bagaimanakah saya akan menetapkan salah satu pemandangan terhadap sesuatu yang belum saya ketahui. Satu tahun yang lalu, pernah saya mendapat kiriman satu kitab roman yang baru terbit, yang bersangkutan dengan Tuanku Imam bonjol. Akan tetapi pembacaan yang satu itu tentu tak mungkin menjadi dasar untuk membicarakan puluhan roman yang belum saya baca.
Oleh sebab itu harap dimaafkan. Dalam pada itu harap jangan sdr-sdr sangka, bahwa saya menganggap masalah roman ini tak begitu penting, atau bagaimana. Roman adalah salah satu dari bentuk-bentuk perpustakaan, jadi juga salah satu bahagian dari kebudayaan, satu bahagian dari cultuurverschijnsel. Sedangkan bermacam-macam kelahiran kultur itu,ialah lukisan dari tingkatan kecerdasan salah satu kaum, bukan? Betul ada juga saya mendengar dan membaca keberatan-keberatan beberapa pembaca, umpamanya yang berhubung dengan scene asyik ma’syuk itu. Itu bukan satu hal yang tak mungkin terjadi dalam roman-roman kita. Saya tidak baca sendiri roman yang asal. Cuma saya baca beberapa penolakan atau keberatan-keberatan tersebut.
Umpamanya penolakan itu begini: “Pekerjaan asyik-mas’syuk itu bukan satu hal yang tak mungkin terjadi dalam masyarakat kita sekarang ini. Apakah salahnya kita menceritakan hal-hal yang mungkin terjadi, bukan fantasi dan bukan dusta? Semuanya itu bisa dibaca saban waktu dalam warta harian surat-surat kabar. Melukiskan satu asyik-ma’syuk itu ‘kan tidak berarti: menyuruh orang mengerjakannya! Apa bahayanya? Dll. Dll.

Thursday, December 01, 2011

Capita Selecta M.Natsir Bab VIII

MUHAMMAD DAN CHARLEMAGNE
NOPEMBER 1938

Ditengah bermacam-macam tuduhan dan celaan yang dilemparkan oleh mereka yang sontok fikiran dan ta;assub agama terhadap Islam dan Rasulnya Saidina Muhammad s.a.w., terdengarlah suatu suara dari kalangan yang sesungguhnya tidak disangka-sangka, yang amat berlainan, bahkan boleh dikatakan berlawanan sangat dengan yang sudah biasa didengarkan oleh kaum Muslimin dari kalangan Nasrani dan “netral-agama” selama ini. Suara itu bukanlah satu suara yang terbit dari hati yang chizid dan dengki, bukan pula terpengaruh oleh salah satu keta;assuban agama, melainkan terbit dari satu penyeledikan dan pemeriksaan yang lama, teliti dan adil serta dengan keberanian menantang dan membongkar apa yang seelama ini dianggap orang banyak sebagai satu kebenaran yang berdasar kepada ilmu-pengetahuan yang tidak perlu dibanding lagi.
Ialah suara yang diserukan oleh seorang yang berhak menamakan dirinya Iahli, dan memang diakui demikian, yakni Iprof. Henri Pirenne bekas Profesor pada universitet di Gent, anggota dari ”I’ Academie Royale de Belgique”, dalam kitabnya “Mohomet et Charlemagne”. Dengan membawakan alasan riwayat yang lengkap, didorong pula oleh keberanian mengemukakan kebenaran, Prof. Pirenne memperbandingkan dua orang pahlawan yang meninggalkan bekas dalam riwayat dunia, yakni: Muhammad s.a.w, dan Charlemagne.

Saturday, September 17, 2011

Capita Selecta M. Natsir Bab 7


HAY BIN YAQDZAN.[1]
DESEMBER 1937

Roman falsafah dari Ibnu Thufail – Percobaan mem-“populer”-kan
Falsafah – Perintis jalan untuk “Robinson crusoe”.

Falsafah dan orang awam
       Falsafah amat sukar dapat memasuki pembacaan rakyat umu. Dengan pelbagai macam masalah dan istilahnya yang kerap kali suit dipaham dan hambar dibaca, dia itu susah sekali memikat hati dan minat pembaca yang awam. Tidak heran kalau seorang filosof seperti Ibnu Haitam  menutup salah satu kitab falsafahnya (430 H.) dengan tegas:
       “saya tidak menghadapkan kalam saya ini kepada semua manusia. Akan tetapi kepada tiap-tiap seorang dari mereka, yang harganya sama dengan ribuan, malah puluh-ribuan. Lantaran tidak banyak manusia yang sampai kepada hak atau kebenaran yang halus dan tajam itu, kecuali yang mempunyai paham yang halus dan tajam diantara mereka!”
        Sungguhpun demikian, falsafah itu bukanlah semestinya tetap menjadi milik yang dimonopoli oleh “cabang-atas” saja. Diwaktu orang bertanya kepada seorang filosof Yunani: “Apakah paedahnya falsafah itu?” Dijawabnya dengan penting-ringkas: “Supaya jangan ada satu batu bertengger diatas batu yang lain”.
        Maksudnya ialah, bilamana seorang duduk diatas batu tembok sebagaimana yang galib dizaman itu bila orang menonton permainan dalam theatre, (yakni tempat tontonan berbagai macam permainan) si penonton itu jangan sama pula derajatnya dengan batu yang ia duduki.
        Kalau si awam tidak sampai kepada falsafah, maka utang bagi filosof mencari ikhtiar supaya falsafah dapat memasuki alam fikiran mereka, menurut kadar dan cara yang sepadan dengan tingkatan akal mereka agar mereka dapat pula mengecap kelazatan hikmah-hikmah itu.

Saturday, August 20, 2011

Capita Selecta M Natsir Bab 6

 JEJAK ISLAM DALAM KEBUDAYAAN
1937

Tidak  orisinil?
          “Cobalah kita kenangkan sebentar!”, kata Prof. Sattar Chairi, seorang Guru-Besar di Berlin, - “jika dalam pergaulan hidup kita sekarang ini tidak ada kertas, timbangan, kompas, gula, baju dalam, ilmu kimia, disitu barulah dapat kita merasakan apa benarkah yang telah kita terima dari Islam.!”
Ucapan itu amat ringkas, tapi jitu!
Ada lagi terdengar suara lain: “Betul, ada banyak hasil-hasil yang diberikan Islam dalam kebudayaan kepada kita, tapi kauym Muslimin itu bukanlah memberikan yang muchtara’, yang orisinil, hanya meneruskan yang telah ada!”
Mendengar ucapan ini kita teringat kepada suatu lelucon pendek oleh penulis Mark Twain, kira-kira begini”.

Thursday, July 28, 2011

Capita Selecta M Natsir Bab 5

ABU HAMID BIN MUHAMMAD BIN MUHAMMAD AL-GHAZALI.
(450-505 H. 1058-1111 M.)
APRIL 1937.
Sedikit perbandingan dengan David Hume (1711-1776)
Langkah pertama kepada Causaliteitsleer (Al-Musabbibat)

Sejarahnya
          Al-Ghazali, ialah seorang ulama ilmu kalam yang terbesar dalam mazhab syafe’i pada zamannya, dilahirkan di Thus, yakni satu kota di Churasan, dalam tahun 450 H. (1058 M.).
Setelah mempelajari beberapa ilmu di negeri tersebut, berangkatlah  Al-Ghazali ke Negeri Nisapur. Disanalah mulai kelihatan tanda-tanda ketajaman otaknya yang luar biasa. Berhubung dengan kemahirannya dalam falsafah dan ilmu kalam, ia lantas dilantik jadi guru di Perguruan Nizhamijah di Bagdad.
Dalam umur 33 tahun, al-Ghazali telah termasyhur  dalam kalangannya dimasa itu. Dalam tahun 484 H., ia pergi ke Mekah menyempurkan rukun Islamnya. Setelah selesai mengerjakan haji, ia terus ke Damaskus, Baitulmakdis, dan Aleksandria memberi pelajaran di Universitet yang ada di kota-kota tersebut. Kemudian kembali ke Thus dan mulai dari waktu inilah al-Ghazali menghabiskan umurnya dengan berfikir dan menulis bermacam kitab, menerangkan bagaimana perbedaan dan kelebihan Agama Islam dari agama-agama yang lain dan dari falsafah yang mana saja. Oleh karena itulah, ia digelari dengan “Huddjatul-Islam” dan Zainud-din”. (Hiasan Agama).

Monday, July 18, 2011

Capita Selecta M.Natsir Bab.4

ABU NASR AL-FARABI
(Wafat 339 H-950 M.)
MARET 1937

Politik-Ekonomi Siapa Bapanya? 
Al-Farabi-Ibnu chaldun-Machiavelli-Hegel-Gibbon 

Abu Nasr Muhammad bin Muhammad binauzalagh bin Thurchan, anak dari seorang pembesar militer dari Parsi. Dilahirkan di Farab, yaitu suatu negeri bahagian Turkestan. Tidaklah tahu ahli tarich tahun berapa ia dilahirkan, akan tetapi dengan yakni dapat ditentukan bahwa ia berpulang kerahmatullah dalam umur + 80 tahun pada bulan Rajab tahun 339 H. (Dec. 950 M.).

Sunday, June 26, 2011

Capita Selecta M.Natsir Bab.3

Bab.3
IBNU SINA
(980-1037 M)

Bila Al-Farabi telah meninggalkan pusaka yang tak ternilai dalam ilmu falsafah dan musik, maka Abu ‘Ali Husein bin’ Abdullah bin Sina tidak kurang pula meninggalkan jasa yang amat besar dalam ilmu tabib dan falsafah.

Ibnu Sina dilahirkan dalambulan Safar tahun 370 H. atau bulan Agustus tahun 980 M, di negeri Ifsina, yaitu negeri kecil dekat Charmitan. Diwaktu berumur 10 tahun, Ibnu Sina sudah hafal Al-qur’an dan mengetahui sebahagian besar dari ilmu-ilmu Islam dan ilmu nahwu.

Monday, June 20, 2011

Capita Selecta M.Natsir Bab. 2

Bab 2. 
IBNU MASKAWAIH
   Pebruari 1937

Sedikit perbandingan dengan Schopenhauer -, sigmund Freud.
Psycho-analist – Introspectieve Methode.

Abu ‘ali al-Chazin ahmad bin Muhammad bin Ja’cuc terkenal dengan nama Ibnu Maskawaih, berasal dari Persi, hidup diawal abad ke 5 (Hijrah) (wafat th. 421 H.). Ibnu Maskawaih tadinya beragama Majusi, kemudian masuk Islam.

Mazhab aristoteles.
Ibnu Maskawaih, salah satu dari ahli-ahli fikir yang memberi bekas dalam sejarah kebudayaan. Ia mempunyai ilmu tentang kultur purba dengan luas dan sempurna. Selainnya seorang filosof, ia juga seorang penyair yang masyhur.
Seperti sebagian filosof-filosof Islam yang lain, gemar kepada falsafah Yunani, Ibnu Maskawaih mendekati mazhab aristoteles, seperti juga mereka yang gemar kepada falsafah ketasaufan (mutasawwifin) belakangan menurut mazhab al-Ghazali, dan mereka yang gemar kepada falsafah-amaliyah menurutkan mazhab Ibnu Chaldun.

Thursday, June 09, 2011

Capita Selecta M.Natsir Bab. 1

Moh.Natsir dihari tuanya....
Bab 1
ISLAM DAN KEBUDAYAAN
Juni 1936

       Islam indeed much more than a system of theology, it is a complete civilisation. (H. A. R. Gibb, Whither Islam, pg 12). (Islam itu sesungguhnya lebih dari satu sistem agama saja, dia itu adalah satu kebudayaan yang lengkap). (H. A. R. Gibb).
       Demikian bunyi pengakuan seorang pujangga ahli tarich, Prof. H. A. R. Gibb dalam kitabnya yang terkenal “Whither Iwlam”. Satu pengakuan dari seorang yang bukan dipengaruhi oleh perasaan fanatik-agama, merdeka dari perasaan-perasaan ta’assub dan membentangkan dengan terus terang keyakinannya, yang berdasarkan kepada penyelidikan teliti dan saksama.
       Dan bersama dengan beliau itu ada berpuluh, kalau tidak akan beratus, ahli ilmu pengetahuan yang ternama dari berbagai agama, yang mengakui dan menghargai dengan cara satria, akan jasa-jasa Islam terhadap kebudayaan umumnya. Ada yang memandang dari pihak ilmu pengetahuan, ada yang menilik dari pihak falsafah, dari pihak pemerintahan, perekonomian, akhlak dan lain-lain.
Tarich (tahun/zaman,red) telah menunjukkan bahwa tiap-tiap bangsa yang telah menempuh ujian hidup yang sakit dan pedih, tapi tak putus bergiat menentang marabahaya, berpuluh bahkan beratus tahun lamanya, pada satu masa akan mencapai satu tingkat kebudayaan, yang sanggup memberi penerangan kepada bangsa yang lain; satu masa mereka akan meninggalkan buah yang lazat untuk bangsa-bangsa yang datang di belakang mereka.

Capita Selecta M.Natsir

CAPITA SELECTA
Oleh M. Natsir

Sebuah buku karangan M.Natsir, berjudul Capita Selecta, sudah lama saya pegang. Buku yang tidak pernah dipublikasikan ini, diterbitkan oleh N.V.Penerbitan W.Van Hoeve, Bandung. Karangan M.Natsir dihimpun oleh D.P.Sati Alimin, diterbitkan tahun 1954. Kata Pendahuluan diberikan oleh D.P. Sati Halimin, Sepatah Kata oleh Z.A. Achmad dan Kata Sambutan oleh H.Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka). Berturut-turut akan saya terbitkan isi Capita Selecta ini, bagian yang tercecer dari pemikiran Sang Buya yang tak banyak dikenal oleh kalangan sekarang. Cantigi Peace akan menyajikannya bab per bab. (Rizal Bustami)

MENGENAL M.NATSIR


M.Natsir
       Mohammad Natsir (lahir di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Solok, Sumatera Barat, 17 Juli 1908 – meninggal di Jakarta, 6 Februari 1993 pada umur 84 tahun) adalah perdana menteri kelima, pendiri sekaligus pemimpin partai politik Masyumi, dan salah seorang tokoh Islam terkemuka di Indonesia.
      Moh. Natsir, adalah putra kelahiran Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat 17, Juli 1908, dengan gelar Datuk Sinaro Panjang. Natsir adalah orang yang berbicara penuh sopan santun, rendah hati dan bersuara lembut meskipun terhadap lawan-lawan politiknya. Ia juga sangat bersahaja dan kadang-kadang gemar bercanda dengan siapa saja yang menjadi teman bicaranya.
      Ayah Natsir bekerja sebagai pegawai pemerintahan di Alahan Panjang, sedangkan kakeknya seorang ulama. Natsir merupakan pemangku adat untuk kaumnya yang berasal dari Maninjau, Tanjung Raya, Agam dengan gelar Datuk Sinaro Panjang. Ketika kecil, Natsir belajar di HIS Solok serta di sekolah agama Islam yang dipimpin oleh para pengikut Haji Rasul. Tahun 1923-1927 Natsir mendapat beasiswa untuk sekolah di MULO, dan kemudian melanjutkan ke AMS Bandung hingga tamat pada tahun 1930. Di Bandung, Natsir berinteraksi dengan para aktivis pergerakan nasional antara lain Syafruddin Prawiranegara, Mohammad Roem dan Sutan Syahrir. Pada tahun 1932, Natsir berguru pada Ahmad Hassan, yang kelak menjadi tokoh organisasi Islam Persis. Dengan keunggulan spritualnya, beliau banyak menulis soal-soal agama, kebudayaan, dan pendidikan.
     Tanggal 5 April 1950 Natsir mengajukan mosi intergral dalam sidang pleno parlemen, yang secara aklamasi diterima oleh seluruh fraksi. Mosi ini memulihkan keutuhan bangsa Indonesia dalam Negara Kesatuan RI (NKRI), yang sebelumnya berbentuk serikat. Karena prestasi inilah Natsir diangkat menjadi perdana menteri. Bung Karno menganggap Natsir mempunyai konsep untuk menyelamatkan Republik melalui konstitusi.
      Pada masa revolusi kemerdekaan, Natsir pernah menjabat Wakil Ketua KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat), yang waktu itu ketuanya dijabat oleh Assaat Datuk Mudo, dan beberapa kali menjadi Menteri Penerangan.
      Natsir banyak berjasa untuk perkembangan dakwah Islam dan termasuk di antara sedikit tokoh Indonesia dengan reputasi internasional. Dia pernah menjabat presiden Liga Muslim se-Dunia (World Moslem Congress), ketua Dewan Mesjid se-Dunia, anggota Dewan Eksekutif Rabithah Alam Islamy yang berpusat di Mekkah. Sebagai mubaligh, Natsir mendirikan Dewan Dakwah Islamiah Indonesia, yang mengirimkan mubaligh ke seluruh Indonesia.
      Natsir sempat menjadi Perdana Menteri Indonesia setelah pembubaran RIS. Namun penentangan Natsir terhadap sikap Presiden dalam Irian Barat, dan maraknya pemberontakan separatis mengganggu kestabilan kabinatnya. Manjelang akhir masa jabatnaya sebagai perdana menteri, Bung Karno selaku Presiden dan ketua PNI meminta para menteri dan anggota parlemen dari PNI untuk tidak mendukung pemerintahan terutama PM Natsir dan wapres Hatta. Tak lama setelah itu Kabinet Natsir mengalami aneka goyangan dari Partai Nasional Indonesia di parlemen. Menurut Hatta, Soekarno mendesak Manai Sophiaan dan teman-temannya menjatuhkan Kabinet Natsir. Dua kali anggota Partai Nasional Indonesia di parlemen memboikot sidang sehingga tak memenuhi kuorum. Hari itu juga Natsir mengembalikan mandatnya sebagai Perdana Menteri.
     Gelar pahlawan nasional diberikan kepada Muhammad Natsir bertepatan pada peringatan Hari Pahlawan tanggal 10 November 2008.
     Akhir tahun 1979 Raja Fadh dari Arab Saudi memberi anugerah Faisal Award melalui King Faisal Foundation di Riyadh, bersama mufti Palestina. Sebelumnya tahun 1967, Universitas Islam Libanon memberi gelar Doctor Honoris Causa bidang politik Islam. Tahun 1991, gelar kehormatan yang sama dianugerahkan Universiti Kebangsaan Malaysia.
      Perdana Menteri Indonesia ke-5, dengan masa jabatan 5 September 1950–26 April 1951,
Soekarno sebagai Presiden. Ia juga pernah mejabat sebagai     Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia ke-2 pada masa jabatan 12 Maret 1946–26 Juni 1947. (Sumber Wikipedia).

Saya seorang beruntung, ketika melayat kematiannya di rumah anaknnya di Pamulang.  Sebagai mana saya sempatkan mengantar Bung Hatta dan Buya Hamka ke tempat peristirahatan terakhirnya du Tanah Kusir.

PENDAHULUAN

HARGA BENELLI MOTOBI 152 TH 2023