Friday, August 31, 2012

ORANG UTAN MATI TERBAKAR...



TURUT BERDUKA, SEDALAM-DALAMNYA, ATAS KEMATIAN TRAGIS "SAUDARA TUA MANUSIA" INI. 
"Kau adalah makhluk yang tak pernah berdosa, tapi manusia telah berbuat dosanya sendiri terhadap kau. Aku pinta kepada Tuhan, agar mengkutuk orang-orang yang menyebabkan kamatian kau. Kau adalah makhluk yang tak bernama, tapi kau sudah menjadi martir, korban - untuk kalangan kau sendiri. Jika aku dekat dengan kau, aku turut menggali kubur untuk kau. Selamat jalan, saudaraku...!" (Rizal Bustami)



Barikut ini merupakan pemberitaan beberapa media di Jakarta. 

Orang Utan Akhirnya Mati
Penulis : Agustinus Handoko
PONTIANAK, KOMPAS.com
Orang utan yang dievakuasi dari Wajok Hilir, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat akhirnya mati pada Rabu (29/8/2012) malam sekitar pukul 22.30 WIB. Orang utan jantan dewasa itu mati dalam perjalanan untuk menjalani perawatan ke Ketapang.

Manajer Program World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia Kalimantan Barat Hermayani Putera, Kamis (30/8/2012) mengatakan, orang utan mati saat dalam perjalanan menuju pusat rehabilitasi dan konservasi International Animal Rescue (IAR) Ketapang.

Rabu sore, orang utan yang semula dirawat di Daops Manggala Agni Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalbar, Rasau Jaya, Kubu Raya dibawa ke Ketapang. "Saat ini tim dari beberapa lembaga sedang mencari tempat otopsi dan menyiapkan peralatan di Pontianak. Sebagian anggota tim juga sedang menyiapkan penyimpanan mayat," kata Hermayani.

Sampai saat ini belum diketahui penyebab kematian orang utan itu. Sejak Sabtu lalu, orang utan berumur sekitar 17 tahun itu diketahui berada di kebun warga. Lalu, Senin lalu berhasil dievakuasi dengan luka bakar di beberapa bagian tubuh. Orang utan itu mengalami luka bakar di pohon kelapa yang pelepahnya terbakar setelah pengasapan menimbulkan percikan api.

Sepanjang hari Minggu lalu, orang utan itu sudah tiga kali ditembak menggunakan bius, tetapi tak berhasil dilumpuhkan. Baru pada Senin sore, tembakan obat bius berhasil.
================================
Team dokter yang melakukan Otopsi (Foto:Kompas)

Luka Bakar Bukan Penyebab Orangutan Mati
Penulis : Agustinus Handoko
Jumat, 31 Agustus 2012

PONTIANAK, KOMPAS.com
Tim dokter hewan telah menyelesaikan nekropsi atau, dalam bahasa medis manusia, otopsi terhadap orangutan yang mati. Orangutan mati akibat komplikasi, sedangkan luka bakar bukan merupakan penyebab utama kematiannya.

Tim nekropsi terdiri dari lima dokter hewan. Hasil nekropsi sudah diserahkan kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalbar, Jumat (31/8/2012). Anggota tim nekropsi, Drh Yudha Dwi Harsanto, mengatakan, orangutan itu mati karena kekurangan oksigen, stres, dan dehidrasi. "Kami juga menemukan bahwa 50 persen jantungnya diselimuti lemak dan saluran pencernaan berisi gas," kata Yudha.

Orangutan itu memang mengalami luka bakar hingga 70 persen, tetapi hanya di jaringan paling luar. Orangutan itu mati pada Rabu malam dalam perjalanan menuju pusat rehabilitasi dan konservasi International Animal Rescue (IAR) Ketapang. Kamis kemarin, tim melakukan nekropsi di klinik hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kalbar.
Editor :Rusdi Amral
================================
Orang Utan yang Terbakar Akhirnya Mati 
TEMPO.CO, Pontianak
Kamis, 30 AGUSTUS 2012
Seekor orang utan jenis Pongo pygmaeus yang masuk ke perkampungan penduduk di kawasan Wajok, Kalimantan Barat, pekan lalu, akhirnya mati. Orang utan tersebut mengalami luka bakar ketika warga berupaya mengusirnya.

“Diagnosis awal penyebab kematiannya, kami tidak bisa pastikan. Nanti dokter hewan yang akan memastikannya lewat otopsi,” kata Koordinator Pengendali Ekosistem Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat, Niken Wuri Handayani, kepada Tempo, Kamis, 30 Agustus 2012.

Menurut Niken, orang utan tersebut mati tadi malam sekitar pukul 22.00 WIB dalam perjalanan ketika dibawa ke pusat rehabilitasi yang dikelola oleh International Animal Rescue Indonesia di Ketapang.

Proses otopsi untuk mengetahui penyebab kematian orang utan tersebut dilakukan oleh UPT Laboratorium Kesehatan Hewan dan Kesmavet Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kalimantan Barat. Itu sebabnya jasad orang utan tersebut dibawa kembali ke Pontianak.

Niken menjelaskan bahwa proses otopsi terhadap orang utan jantan dengan berat dan usia sekitar 16-17 tahun itu memerlukan waktu sekitar lima jam.

Sebelumnya, Kepala Balai Konservasi Ssumber Daya Alam Kalimantan Barat, Johan Utama, mengatakan bahwa kondisi orang utan tersebut sudah berangsur membaik dan terus diobservasi oleh tim dokter hewan yang diperbantukan. Bahkan, untuk menghindari stress, orang utan tersebut tidak boleh mendapatkan kunjungan manusia.

Orang utan tersebut masuk ke kawasan sekitar pemukiman warga di kawasan Wajok, Kalimantan Barat, diduga untuk mencari makanan akibat pakan aslinya yang habis bersamaan dengan maraknya pembukaan lahan. Warga membakar pohon tempat orang utan itu menghindar saat dikejar.
==================================
Foto :Tribun news

Orangutan yang Terbakar di Pontianak Akhirnya Mati
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA
Orangutan (Pongo pygmaeus pygmaeus) yang tersesat di Desa Wajok Hilir, Kecamatan Siantan, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat, dan mengalami luka bakar, akhirnya mati, malam tadi, Rabu (29/08/2012), pukul 22.30 WIB.

Primata dilindungi itu menghembuskan nafas terakhirnya dalam perjalanan menuju fasilitas perawatan Pusat Rehabilitasi & Konservasi International Animal Rescue (IAR) di Ketapang, setelah melalui perawatan secara intensif di DAOPS Manggala Agni, Rasau Jaya, Kubu Raya selama tiga hari sejak berhasil dievakuasi 27 Agustus lalu.

Manajer Program Kalimantan Barat, WWF-Indonesia, M. Hermayani Putera dalam siaran pers yang diterima Tribun mengatakan, menurut hasil pemeriksaan petugas medis pasca evakuasi, luka yang dialami tidak membahayakan dengan perkiraan waktu pemulihan sekitar 2-3 minggu sebelum dapat dilepasliarkan kembali.

"Satwa tersebut sudah mulai mau mengkonsumsi buah-buahan. Sayangnya, tingkat stress dan dehidrasi satwa tersebut memang masih sangat tinggi," katanya.

Berdasarkan rekomendasi medis, tim gabungan yang terdiri dari Balai KSDA Provinsi Kalimantan Barat, Yayasan Titian, Yayasan IAR, Lembaga Gemawan dan WWF-Indonesia memutuskan untuk memberangkatkan Orangutan ke IAR Ketapang untuk perawatan yang lebih baik kemarin, Rabu, (29/8/2012).

Pemeriksaan sebelum keberangkatan menunjukkan kondisi orangutan yang terbakar dalam proses pengasapan saat evakuasi itu, memungkinkan untuk menempuh jalur tersebut.

Pada pemeriksaan lanjutan dalam pukul 22.00, di daerah Kubu Raya, orangutan tidak menunjukkan pergerakan sebagaimana mestinya.

Setelah melalui pemeriksaan intensif oleh Drh Ahmad Syifa Sidik, S.KH, pada pukul 22.30 orangutan tersebut dinyatakan mati. Mayat orangutan kembali dibawa ke Pontianak untuk menjalani proses otopsi

“Saat ini kami sedang menunggu hasil otopsi untuk mengetahui sebab kematian orangutan jantan yang kami evakuasi dari Wajok Hilir. Sangat disayangkan proses penyelamatan yang telah dilakukan bersama dalam beberapa hari terakhir tidak mampu menyelamatkan orangutan tersebut,” ujarnya.
================================
WWF Prihatin Orangutan Terbakar Mati
Jakarta (ANTARA)
Kamis, 30 Agustus 2012

Aktifis lingkungan World Wildlife Fund (WWF) prihatin dan menyayangkan matinya orangutan yang terbakar di Kalimantan Barat setelah sebelumnya kondisi hewan dilindungi tersebut sempat membaik.

"WWF prihatin dan tentunya menyayangkan, semestinya itu tidak perlu terjadi," kata Koordinator Konservasi WWF-Indonesia, Chaerul Saleh di Jakarta, Kamis.

Chaerul mengatakan, tadinya orangutan jantan yang berusia sekitar 16-17 tahun itu diharapkan segera sembuh setelah dipindah ke fasilitas Pusat Rehabilitasi dan Konservasi Internasional Rescue, Kabupaten Ketapang.

Kronologis kejadian terbakarnya orangutan tersebut berawal dari usaha masyarakat untuk mengusir orangutan yang memasuki perkebunan mereka pada hari Minggu (26/8) di Kampung Parit Wadongkak, Desa Wajok Hilir, Pontianak, Kalimantan Barat.

Berbagai upaya sudah dilakukan termasuk melaporkan ke Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) setempat yang berusaha membius orangutan untuk di evakuasi tapi tidak berhasil.

Masyarakat berinisiatif untuk mengasapi dengan menggunakan api, tapi malah pohon kelapa ikut terbakar dan turut membakar orangutan tersebut.

Koordinator WWF Kalbar, Hermayani Putra yang dihubungi juga mengaku bersedih dengan matinya orangutan tersebut karena berbagai upaya maksimal sudah dilakukan.

"Orangutan itu mati sekitar pukul 22.30 WIB. Oleh tim gabungan diputuskan dibawa ke Pontianak untuk autopsi," kata Hermayani.

Menurut dia berdasarkan keterangan yang diperoleh dari dokter, sebenarnya kondisi luka bakar orangutan tersebut tidak begitu parah, tapi karena tingkat hidrasi dan stress yang tinggi bisa menjadi penyebab matinya satwa itu.

"Kemarin sore kondisinya semakin membaik. Tapi untuk memastikan penyebab kematian orangutan akan dilakukan autopsi," tambah Hermayani Putra.

Lebih lanjut dia menyatakan, WWF akan melakukan investigasi untuk mengetahui penyebab keluarnya orangutan seberat 70 kg itu dari habitat aslinya sampai masuk ke perkebunan masyarakat.

Populasi orangutan saat ini semakin berkurang karena rusaknya habitat asli mereka disebabkan pembukaan lahan perkebunan maupun ilegal loging. Diperkirakan saat ini populasi orangutan di Kalimantan hanya tersisa 50.000 ekor saja.(rr)





Thursday, August 30, 2012

Cartenz

Peta Topographi Cartenz / Puncak Jaya / Puncak Mandala
Peta ini diambil dari Soviet Military Maps / Topomapper
Guna mendapatkan detil peta, peta Puncak Cartenz, Papua ini, ditampilkan dalam per sheet. 











HARGA BENELLI MOTOBI 152 TH 2023