Tuesday, June 12, 2018
Monday, June 11, 2018
Matinya Badak Samson
Siang-Malam Menjaga Kuburan Samson
Sumber Detik
https://x.detik.com/detail/investigasi/20180523/Siang-Malam-Menjaga-Kuburan-Samson/index.php
Kamis, 24 Mei 2018
Pantai Karang Ranjang, tak jauh dari Pulau Handeleum, Ujung
Kulon, Pandeglang, Banten, begitu indah. Tak salah bila pantai ini disebut
surga dunia di wilayah paling barat Pulau Jawa itu. Tak ada kebisingan, pasir
pantainya putih, air lautnya jernih kebiruan. Suara hanya datang dari deburan
ombak dan embusan angin.
Ombak Pantai Karang Ranjang cukup tinggi karena berasal dari
lautan Samudra Hindia. Rerumputan yang menghijau dengan pepohonan yang rimbun
menjadikan tempat ini penuh kedamaian dan ketenangan. Maklum, kawasan pantai
yang berada di kawasan hutan lindung Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) ini
jarang dijamah manusia.
Begitu juga dengan Samson, yang mencari tempat peraduan
terakhirnya. Berhari-hari ia berjalan meninggalkan hutan pedalaman TNUK untuk menuju
pantai itu. Kakinya yang besar seakan tak mampu lagi menopang tubuhnya.
Langkahnya diseret mencoba mendekati bibir pantai pada Minggu, 22 April 2018.
Ketika air pasang, setengah tubuhnya tenggelam. Pada pukul 22.00-00.00 WIB,
tubuhnya ambruk dan mati.
Samson bukanlah tokoh dalam cerita legenda yang sakti
mandraguna. Tapi Samson adalah seekor badak Jawa (Rhinoceros sondaicus). Badak
Jawa bercula satu ini merupakan spesies langka yang dilindungi pemerintah
Indonesia dan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
(UNESCO) serta masuk daftar merah International Union for Conservation of
Nature and Natural Resources (IUCN).
Bangkai badak jantan itu baru ditemukan keesokan harinya
oleh petugas harian lepas TNUK bernama Nandang Sumarna, yang bertugas di Pos
Pantai Karang Ranjang pada Senin, 23 April 2018, pukul 07.00 WIB. Sebelumnya,
ketika berpatroli, Nandang memang sempat melihat pergerakan badak dari arah
timur menuju barat, persisnya dari arah Aermokla, yang merupakan kawasan Java Rhino
Study and Conservation Area (JRSCA), menuju Pantai Karang Ranjang. Tapi badak
itu beberapa kali keluar-masuk dari atau menuju area pagar JRSCA.
Keesokan harinya, Nandang terkejut melihat badak yang
teridentifikasi bernomor ID: 037.2012 terbujur kaku di pantai. Kaki-kakinya
yang besar tertimbun pasir. Badak itu ternyata Samson, yang ditaksir berumur 30
tahun. Badak yang berusia seperti itu sudah dikategorikan sepuh alias tua.
“Kita duga malam Senin (matinya Samson). Kakinya kan jalan
di pasir, mungkin di situlah dia meregang nyawa. Air makin pasang, seolah-olah
terendam, padahal kan dia dekat laut,” kata Kepala Balai TNUK Mamat Rahmat
kepada detikX, 9 Mei 2018.
Melalui alat komunikasi yang dibawanya, Nandang melaporkan
temuannya ke Balai TNUK. Keesokan harinya, Selasa, 24 April 2018, pihak Balai
membentuk tim gabungan dari petugas TNUK, tim dokter hewan patologi Institut
Pertanian Bogor, dan World Wide Fund for Nature Ujung Kulon Project.
Tim gabungan berangkat melalui jalur laut. Sebab, bila
melalui darat, perjalanan akan memakan waktu lebih lama karena mesti menembus
hutan lebat di kawasan Taman Nasional. Dari Kecamatan Sumur, tim bergerak
menuju Desa Muara Laban, desa terdekat yang berbatasan dengan Taman Nasional.
Perjalanan pun dilanjutkan dengan menggunakan speedboat
menuju Pantai Karang Ranjang. Perahu yang mereka tumpangi menyusuri garis
pantai menuju bagian utara Ujung Kulon. Jarak tempuh dari Muara Laban hingga
Pantai Karang Ranjang sekitar 4 kilometer, tapi waktu tempuhnya sekitar 1,5
jam. Mereka harus melalui hutan mangrove yang banyak tumbuh di sepanjang
pantai.
Samson ditemukan tewas di Pantai Karang Ranjang, Ujung Kulon,
Pandeglang, Banten. Samson ditemukan tewas pada Senin, 23 April lalu.
Begitu sampai, tim langsung melakukan pendokumentasian dan
penyelamatan cula. Maklum, cula badak sangat dicari oleh para pemburu liar dan
harga jualnya fantastik. Agar bangkai Samson tak terbawa arus, tim
mengevakuasinya sejauh 300 meter agar aman dan tak terkena air laut pasang.
“Itu ditarik-tarik lebih dari 20 jam. Lumayan, dari pagi sampai sore
mengangkatnya. Maklum, berat Samson mencapai 2,3 ton,” ujar Mamat.
Dari pemeriksaan awal, tak ditemukan adanya luka akibat
perburuan. Tim gabungan selanjutnya melakukan nekropsi (autopsi) dan mengambil
sampel, seperti usus, hati, dan otot jantung. Hasil sementara pemeriksaan
nekropsi, Samson mati tiga hari sebelum ditemukan. Tidak ditemukan tanda adanya
infeksi dengan patogen yang bersifat akut atau perburuan, karena cula masih
ada.
Drh. Sri Estuningsih, ahli patologi Fakultas Kedokteran Hewan
IPB, mengatakan kematian Samson diakibatkan kerusakan organ dalam. Hal itu
setelah dilakukan pengamatan bagian dalam (hasil nekropsi). Penyebab kematian
adalah torsio usus, yaitu terpuntirnya usus besar dan usus kecil. “Ini
mengakibatkan kerusakan pada usus besar, sehingga bakteri mikroflora usus
menghasilkan racun yang menyebar ke seluruh tubuh badak,” kata Sri kepada
detikX, 27 April 2018.
Setelah itu, bangkai Samson dikuburkan di tempat tersebut.
Kuburannya berukuran 4 x 4 meter dengan kedalaman lebih dari 1 meter. Samson
terpaksa dikubur. Alasannya, untuk menghindari pencurian dan dirusak hewan buas
lain yang ada di kawasan TNUK.
“Saya inginnya kan diawetkan, cuma bagaimana angkutnya.
Beratnya saja 2,3 ton. Di tengah hutan lagi. Sudah begitu, harus ada ahlinya,
biayanya berapa? Nah, ini di hutan belantara di pantai selatan Ujung Kulon,
angkutnya pakai apa?” tutur Mamat mengenai alasan penguburan Samson.
Setiap hari kuburan Samson dijaga secara bergantian oleh
5-10 orang per tiga hari. Kuburan itu pun dijaga selama 24 jam sehari. Kuburan
dijaga ketat karena badak Jawa bercula satu sangat dilindungi oleh pemerintah
Indonesia dan dunia. “Hewan ini dilindungi undang-undang dari perdagangan
internasional. Apa pun pasti kena hukum. Penjara 5 tahun dan denda Rp 100
juta,” kata Mamat.
Setelah tiga bulan nanti, kuburan dibongkar untuk diambil
kulit dan tulangnya. Kulit dan tulang ini akan dibersihkan oleh tim ahli dari
IPB dan dirangkai kembali. Setelah itu didaftarkan dalam lembaran barang milik
negara. “Mungkin nanti ditaruh di museum atau di mana, itu kan bagian dari milik
negara,” imbuh Mamat.
Samson sempat terlacak keberadaannya melalui kamera/video
tersembunyi (camera trap) beberapa kali pada 2013, 2015, 2016, dan 2017. Samson
hidup di habitatnya di sekitar Blok Cibanuwuk, Karang Ranjang, sampai ke
Aermokla, yang masuk kawasan JRSCA.
Koordinator Rhino Monitoring Unit/Rhino Health Unit
(RMU/RHU) Balai TNUK Mochamad Syamsudin menambahkan, pada 2014, seekor badak
jantan bernama Sultan juga ditemukan mati di pantai utara Ujung Kulon, tak jauh
dari Pulau Peucang. Sultan juga dikuburkan tak jauh dari lokasi ditemukan
bangkainya.
“Nah, dia juga dikuburkan di situ, dijagain sama kayak
Samson. Digali lagi setelah beberapa bulan, kita ambil lagi tulang belulangnya
dan kita rangkai kayak yang ada di Balai,” ungkap Syamsudin, yang akrab disapa
Kang Apuy, kepada detikX.
Syamsudin pun menjelaskan badak merupakan hewan yang
sifatnya soliter (penyendiri). Karena sifatnya itulah hewan satu ini sulit
dideteksi ketika sedang sakit. Bila akan merasakan kematian, badak akan mencari
sumber air yang dingin, seperti laut, sungai, atau danau, untuk mendinginkan
suhu udaranya.
Hal senada diungkapkan oleh Species Coordinator WWF Ujung
Kulon Ridwan Setiawan. Hampir semua jenis satwa memang memiliki sifat seperti
badak, mencari tempat untuk mati. Apalagi badak sangat sensitif dan tak mau
diganggu oleh kehadiran hewan lainnya, apalagi manusia.
Kenapa harus jauh dari habitatnya dan mencari tempat jauh
hanya untuk mati? “Saya nggak tahu begitu, mungkin kayak manusia, nyari tempat
tenang buat tapa sampai mati, kayak orang dulu,” ujar Ridwan, yang disapa Iwan
Podol, sambil tertawa ketika bersama tim detiXpedition menjelajahi kawasan
hutan TNUK bagian selatan pada 2 Juni 2017.
Subscribe to:
Posts (Atom)
-
LAPORAN PERJALANAN : Apa saja di Baduy ? Wisata Budaya dan Wisata Alam tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan. Sepanjang...
-
Saya baru-baru ini saja bisa mengendarai sepeda motor dalam arti sesungguhnya. Dengan kata lain, status pemula. Namun, dalam hitungan bulan,...