Showing posts with label LINGKUNGAN HIDUP. Show all posts
Showing posts with label LINGKUNGAN HIDUP. Show all posts

Thursday, September 12, 2013

Indonesia paling Timur dan Selatan...




Taman Nasional Wasur

Taman Nasional Wasur merupakan perwakilan dari lahan basah yang paling luas di Papua/Irian Jaya dan sedikit mengalami gangguan oleh aktivitas manusia.

Sekitar 70 persen dari luas kawasan taman nasional berupa vegetasi savana, sedang lainnya berupa vegetasi hutan rawa, hutan musim, hutan pantai, hutan bambu, padang rumput dan hutan rawa sagu yang cukup luas. Jenis tumbuhan yang mendominasi hutan di kawasan taman nasional ini antara lain api-api (Avicennia sp.), tancang (Bruguiera sp.), ketapang (Terminalia sp.), dan kayu putih (Melaleuca sp.).

Jenis satwa yang umum dijumpai antara lain kanguru pohon (Dendrolagus spadix), kesturi raja (Psittrichus fulgidus), kasuari gelambir (Casuarius casuarius sclateri), dara mahkota/mambruk (Goura cristata), cendrawasih kuning besar (Paradisea apoda novaeguineae), cendrawasih raja (Cicinnurus regius rex), cendrawasih merah (Paradisea rubra), buaya air tawar (Crocodylus novaeguineae), dan buaya air asin (C. porosus).

Keanekaragaman hayati bernilai tinggi dan mengagumkan di Taman Nasional Wasur, menyebabkan kawasan ini lebih dikenal sebagai “Serengiti Papua”.

Lahan basah di taman nasional ini merupakan ekosistem yang paling produktif dalam menyediakan bahan pakan dan perlindungan bagi kehidupan berbagai jenis ikan, udang dan kepiting yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.

Berbagai jenis satwa seperti burung migran, walabi dan kasuari sering datang dan menghuni Danau Rawa Biru. Oleh karena itu, Danau Rawa Biru disebut “Tanah Air” karena ramainya berbagai kehidupan satwa. Lokasi ini sangat cocok untuk mengamati atraksi satwa yang menarik dan menakjubkan.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Danau Rawa Biru, Ukra, Maar, Kakania, Dikbob, Rawa Panjang, Pilmul. Pengamatan satwa, danau, menyelusuri sungai, berkuda dan wisata budaya.Yanggandur, Soa, Ukra, Onggaya. Savana, pengamatan satwa, menyelusuri sungai, memancing, dan wisata budaya.
Musim kunjungan terbaik: bulan Juli s/d Nopember setiap tahunnya.

Cara pencapaian lokasi: Dari Jayapura ke Merauke (Plane) dengan waktu 1,5 jam, kemudian dari Merauke ke lokasi menggunakan kendaraan roda empat dalam waktu satu sampai dua jam melalui jalan trans Irian (Jayapura-Merauke).                   

Kantor: Jl. Raya Mandala, Gang Spadem No. 2 Merauke 99611, Papua/Irian Jaya
Telp. (0971) 322495, 325406, 325408
Fax. (0971) 325407                 
Dinyatakan ---
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 448/Menhut-VI/90
luas 413.810 hektar
Ditetapkan ---
Letak Kabupaten Merauke, Provinsi Papua
Temperatur udara 22° - 30° C
Curah hujan Rata-rata 2.400 mm/tahun
Ketinggian tempat 0 – 90 meter dpl.
Letak geografis 8°04’ - 9°07’ LS, 140°29’ - 141°00’ BT

Sumber artikel : www.dephut.co.id
Photo              : Alvin
Tracklog         : Alvin, by Garmin



 
 

Monday, July 22, 2013

Penyelamatan Orangutan...!


Orangutan yang terjebak di pohon kelapa sawit, di perkebunan kelapa sawit Padang Tulang, Sumatera Utara, berhasil diselamatkan oleh petugas Orangutan Information Center (OIC).
Berita foto ini diambil dari http://berita.plasa.msn.com/


Petugas dari Orangutan Information Center (OIC) mengambil peluru senapan angin
yang membius orangutan saat terjebak di pohon sawit di perkebunan sawit, Padang
Tualang, Sumatera Utara, Indonesia, 21 Juli 2013.


Petugas dari Orangutan Information Center (OIC) mengangkut orangutan yang
pingsan di perkebunan sawit, Padang Tualang, Sumatera Utara, Indonesia, 21 Juli
2013.

Petugas dari Orangutan Information Center (OIC) menyiapkan jaring untuk
mengantisipasi orangutan jatuh dari pohon sawit di perkebunan sawit, Padang
Tualang, Sumatera Utara, Indonesia, 21 Juli 2013.

Petugas dari Orangutan Information Center (OIC) mempersiapkan senjata bius
untuk menembak orangutan yang terjebak di pohon sawit di perkebunan sawit,
Padang Tualang, Sumatera Utara, Indonesia, 21 Juli 2013.

Petugas dari Orangutan Information Center (OIC) menstabilkan orangutan setelah
dibius saat terjebak di pohon sawit di perkebunan sawit, Padang Tualang,
Sumatera Utara, Indonesia, 21 Juli 2013. Orangutan betina dewasa ini terjebak
beberapa minggu di atas pohon sawit di perkebunan sawit. Banyak orangutan yang
habitatnya terganggu karena penebangan pohon dan pelebaran lahan sawit,
sehingga mereka tidak memiliki tempat tinggal lagi.


Friday, May 18, 2012

Gajah Aceh diburu...

Foto : Antara News
Gajah mati lagi di Aceh Jaya
Antara News, Selasa, 15 Mei 2012
  
Kematian satwa berbelalai dan dilindungi itu merupakan kasus ke dua selama tiga pekan terakhir. Satu gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) jantan ditemukan tewas di Gampong (desa) Pante Kuyun Kecamatan Setia Bakti, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh.

Pejabat di Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Aceh Jaya, Armidi, yang dihubungi dari Banda Aceh, Selasa mengatakan, satwa dilindungi itu ditemukan tewas di salah satu kebun kosong yang berjarak sekitar 750 meter dari pemukiman penduduk Desa Pante Kuyun.

"Informasi dari warga gajah itu saat turun dari gunung sudah sempoyongan, kami belum dapat memastikan penyebab matinya gajah itu," kata Armidi.

Sementara itu, Koordinator Conservation Respon Unit (CRU) Aceh Jaya, Fendra, juga mengatakan telah mendapat informasi tentang tewasnya satwa dilindungi itu.

"Besok kami akan mengerahkan personil ke lokasi dan menyelidiki sebab kematian gajah jantan dewasa itu," kata Fendra.

Fendra mengatakan kematian satwa berbelalai dan dilindungi itu merupakan kasus ke dua selama tiga pekan terakhir.

Sebelumnya pada 29 April 2012 satu gajah betina yang diperkirakan berusia 25 tahun juga ditemukan tewas di badan jalan lintas SP IV-SP V Gampong Krueng Ayon, Kecamatan Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya.

"Diduga gajah betina yang masih menyusui anaknya itu mati akibat diracun, saat ditemukan badannya membiru, mulutnya berbusa dan dubur juga mengeluarkan darah," kata Fendra.

(KR-IRW/H011), Editor: Ade Marboen, COPYRIGHT © 2012


Hentikan perburuan gading gajah di Aceh
Antara News, Rabu, 16 Mei 2012



Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) meminta aparat berwenang segera menghentikan perburuan gading gajah menyusul ditemukan bangkai satwa dilindungi itu di pedalaman Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh.

"Penemuan bangkai gajah jantan itu mengindikasikan proses perburuan terhadap gading masih terjadi. Jika dibiarkan, akan berdampak punahnya satwa dilindungi tersebut," kata Direktur Eksekutif Walhi Aceh T.M. Zulfikar di Banda Aceh, Rabu.

Hal tersebut disampaikan menanggapi temuan bangkai gajah jantan tanpa kepala dan gading di alur (sungai kecil) Oen, Desa Pantee Kuyun, Kecamatan Setia Bakti Kabupaten Aceh Jaya, Rabu.

Ia menilai kasus kematian gajah betina di Aceh Jaya beberapa waktu lalu akibat diracun, maka kemungkinan besar terkait dengan bangkai gajah jantan yang mati tanpa kepala dan gading.

"Artinya, jika gajah jantan dan betina yang mati itu dikarenakan termakan racun, ada korelasi bahwa kedua satwa tersebut memang diburu untuk diambilkan gadingnya. Namun, semuanya itu kita berharap adanya penyelidikan dari pihak berwenang," kata dia.

Namun, kata dia, kematian gajah betina beberapa waktu lalu bukan sasaran dari upaya peracunan pihak yang tidak bertanggung jawab.

Untuk itu, aktivis lingkungan juga meminta aparat penegak hukum serius menyelidiki dan memburu pelaku yang telah menyebabkan kematian satwa dilindungi tersebut di Aceh Jaya.

"Itu juga merupakan kejahatan lingkungan yang tidak boleh dibiarkan. Kalau tidak, kehidupan satwa dilindungi khususnya gajah tidak hanya terancam, tetapi akan punah. Oleh karena itu, diperlukan keseriusan penegak hukum untuk mengusutnya," kata T.M. Zulfikar.
(A042), Editor: Ella Syafputri, COPYRIGHT © 2012

Kedua artikel dan foto-foto ini diambil dari Antara News, Rizal Bustami

Monday, May 14, 2012

Tahun 2013, Bukittinggi Tidak Lagi Buang Sampah 
ke Ngarai Sianok
Asap sampah di Ngarai Sianok/Foto Rizal Bustami

Kamis, 10 Mei 2012
Bukittinggi (ANTARA News)

Pemerintah Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, menargetkan pada tahun 2013 
tidak lagi membuang sampah ke dasar Ngarai Sianok di daerah Panorama Baru.

"Mudah-mudahan target itu terwujud," kata Kepala Bidang Kebersihan dan Pertamanan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi Maruf Amin di Bukittinggi, Kamis.

Agar tidak lagi membuang sampah ke dasar Ngarai, kata dia, Pemkot telah menjalin hubungan kerja sama dengan Kota Payakumbuh dalam pengolahan sampah karena memiliki tempat pengolahan sampah regional.

"Kerja sama pengolahan sampah dengan Kota Payakumbuh telah ditandatangani oleh kedua kepala daerah. Sekarang tinggal penandatanganan bentuk kesepakatan tentang apa hak dan kewajiban masing-masing daerah," katanya.

Kota Bukittinggi hari biasa menghasilkan 350 meter kubik sampah dan 450 meter kubik pada hari libur, yang dapat diolah menjadi kompos baru sekitar 50 kilogram sehari di rumah kompos di Talao.

"Pengolahan sampah menjadi pupuk organik pada rumah kompos yang berlokasi di Talao, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan itu menggunakan alat icenerator," kata dia.

Menurut dia, pupuk organik dihasilkan tersebut dimanfaatkan untuk pupuk tanaman yang ada di seluruh taman kota serta kantor di Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ada di kota itu.

Sampah yang berasal dari sampah pasar dan rumah tangga itu diangkut dengan mobil serta becak sampah.

Selama ini, sampah yang dihasilkan itu hanya dilakukan sistem pembuangan terbuka, bukan diolah, di mana sampah itu dibuang ke dasar jurang dengan kedalaman 100 meter di daerah Panorama Baru.

Untuk mengurangi daya angkut sampah ke dasar jurang itu, selain mengolah sampah menjadi kompos di rumah kompos di Talao, warga juga dilatih mengolah sampah rumah tangga menjadi pupuk organik.

"Pelatihan pengolahan sampah rumah tangga menjadi pupuk organik merupakan pengolahan sampah secara 3R, yakni "Reduce, Reuse dan Recycle," kata dia.

Ia berharap dengan pelatihan itu seluruh masyarakat bisa mengolah sampah rumah tangganya sendiri menjadi pupuk organik, karena bisa sebagai pupuk tanaman bunga di rumah.

Editor: Tasrief Tarmizi

COPYRIGHT © 2012

Monday, February 06, 2012

Sampah Ngarai Sianok


Sampah ditumpahkan ke ngarai


Ukhh…, Ngarai Sianok, dibalik

Keindahanmu

Jalan menuju Panorama Baru lebar dan halus, rumah-rumah pun jarang sehingga tersedia ruang hijau.
Apa yang disebut sebagai Panorama Baru itu adalah posisi pandang untuk kawasan lain Ngarai Sianok. Pemda Bukittinggi mengembangkan distinasi wisata baru di Bukittinggi. Terdapat bangunan bagi pengunjung untuk menikmati Ngarai Sianok dengan latar belakang Gunung Marapi dan Gunung Singgalang. Bagai lukisan, karena kelengkapan ruang disebidang kanvas.

13 tahun mengais-ngais sampah
Bagian utara kota Bukittinggi, disebut sekarang Panorama Baru, disinilah kehidupan masyarakat asli Bukittinggi, yaitu Kurai.
Bagi saya, inilah bagian dari Bukittinggi yang masih hijau dan bersih lingkungannya. Meski terdapat rumah-rumah bagus, namun kepatuhan kepada petuah lama masih dianut.
Ngarai Sianok dari Panorama
Sebagai kawasan wisata, Panorama Baru sedikit orang yang mengunjunginya. Tentu harus ada objek-objek pendamping lainnya supaya wisata tidak terkonsentrasi di pusat kota. Bukan tidak ada yang berminat berinvestasi membangun hotel, sampai gedung konferensi disini, tapi itu tadi, tanah tidak bisa dialihtangankan.
Panorama Baru
Saya tengah menikmati kopi Bukik Apik yang terkenal itu, di warung dekat gerbang Panorama Baru. Si Uni pun mendengar, rencana-rencana pembangunan di kampungnya itu. "Ada yang mau buat kebun binatang," katanya pesimistis.
Sebuah truck membawa sampah meluncur, menyisakan bau busuk. "Ni, kemana itu truck sampah," tanya saya.
"Mau dibuang ke ngarai. Lihatlah kesana, indah pemandangannya," terang si Uni.
Lanjut si Uni, ninik mamak memberi izin untuk membuang sampah."Kasihan urang Bukittinggi, kemana sampah dibuang," si Uni menerangkan.
Panorama Baru 
Sampah tersebut bukannya tidak meninggalkan masalah bagi warga. Sampah yang dibuang ke ngarai dibakar untuk menghancurkannya. Asap itulah yang kerap menimbulkan masalah bagi warga. "Asapnya sampai kesini, searah angin. Kalau warga sudah protes, sampah dimatikan dengan menyemprotkan air," ungkap si Uni. "Kesanalah, selagi ada truck sampahnya," lanjutnya.
Saya pun menggowes sepeda ke tempat pembuangan sampah itu. Saya dapati truck sampah tersebut telah membuang muatannya dan meninggalkan kawasan itu.
Diselimuti asap
Asap membungbung tinggi, meyesakkan napas dan.menghalangi pandangan ke arah Gunung Merapi dan Gunung Singgalang. Bagaikan kawah gunung yang sedang aktif, asap dalam volume besar menutupi kawasan. Dasar jurang tidak tampak, saking  dalamnya.
Separuh dari pandangan mata, menyajikan alam yang indah bagai lukisan. Di hadapan jurang yang menganga berliuk-liuk. Mata diputar searah jarum jam, Gunung Marapi dan Gunung Singgalang menampakkan keelokan dirinya secara utuh. Namun, perasaan jengkel merebak karena asap mengotori pandangan.
Peluncuran sampah
Tidak akan bisa menikmati alam yang elok ini berlama-lama. Alam cantik milik Bukittinggi itu telah di hinakan dengan sampah.
Beberapa anak muda, meninggalkan kawasan tersebut dengan sepeda motor karena tidak tahan terhadap kepungan asap. “Tidak tahan Pak, dengan asapnya, padahal kami ingin berlama-lama disini,” tutur salah seorang mereka yang datang dari Payukumbuh.
Karimudo
Untuk kelengkapan gambar, keesokan harinya saya kembali ke Panorama Baru. Nah, saya datang pada waktu yang tepat. Truck silih berganti menurunkan sampah.
“Prit, prit…,” seorang Pak Tua, berpakaian kuning meniup peluit.
Kemudian, truck menurunkan sampah. Sampah meluncur deras. Truck meninggalkan tempat peluncuran sampah. Truck lain datang. Pak Tua kembali meniup peluit.
Pemulung dari dasar ngarai
 Adalah Janwar Karimudo, 58 tahun, yang meniupkan peluit itu. Peluit ditiupkan supaya pemulung yang berada dibawah menyingkir.

Karimudo, anak dari 2 anak, salah satu anaknya duduk di perguruan tinggi, sudah 13 tahun bekerja sebagai pembersih kota. Dia ditugasi mebersihkan sisa sampah yang dibuang ke ngarai.
Beriwisata diantara asap
 Tempat Pembuangan Akhir Sampah di sini, sudah beberapakali dipindahkan, dan kembali lagi ke tempat semula. “Membuang sampah disini sejak tahun 1953. Waktu itu saya masih kecil,” terangnya, yang berstatus pegawai honorer dengan gaji 1.5 juta.
Truck siap membuang sampah
Soal peliut yang ia tiupkan itu, ia menjelaskan, “Dibawah ada pemulung sampah. Jika tidak diberi tahu, tertimbulah dia.”

Dengan status sebagai pegawai honorer, ia memang dijanjikan mendapatkan pesangon ketika masa kerjanya habis. Namun ia berharap, mendapatkan status pegawai negeri. “Awak lebih suka mendapatkan pensiunan daripada pesangon,” harapnya, warga Kelurahan Puhun Pintu Kabun, Bukittinggi itu. (Rizal Bustami)

 
Lihat Panorama Baru di peta yang lebih besar

Saturday, September 11, 2010

Indonesia Pemakai Air 10 Besar Dunia

Parigi di tengah sawah, lokasi di Cianjur / Foto : Rizal Bustami
 
PEKAN AIR DUNIA

Kompas, Rabu, 8 September 2010 

Masalah kualitas air dibahas dalam forum World Water Week 2010 yang berlangsung 5-11 September 2010 di Stockholm, Swedia. Dalam forum itu berkumpul 2.500 pakar dari 130 negara.Isu yang dibahas, antara lain, penyebaran penyakit terkait air, polusi bahan kimia, serta kondisi sungai dan danau di negara berkembang.Seperti tertuang dalam UN World Water Development Report (2009), saat ini lebih dari 80 persen air limbah di negara berkembang dibuang tanpa diolah sebelumnya sehingga mencemari sungai, danau, dan pesisir. Kurangnya sanitasi serta minimnya air bersih penyebab 88 persen kasus diare di dunia yang membawa kematian dini 1,8 juta orang setiap tahun—90 persen berusia di bawah lima tahun.Direktur World Water Week Jens Berggren mengatakan, ”Secara fisik, air tersedia. Persoalannya ialah manajemen air. Tapi, bisa dipecahkan.”Biaya investasi untuk infrastruktur, penyediaan, dan distribusi air dipandang sebagai beban oleh banyak pemerintah. Padahal, setiap investasi 1 dollar AS untuk penyediaan air dan sanitasi akan kembali 34 dollar AS. Manajemen sumber daya air ikut menumbuhkan perekonomian karena mengurangi biaya akibat polusi dan bencana.Sementara itu, perubahan iklim juga berpengaruh terhadap manajemen air.Berggren mengatakan, hujan yang sulit diprediksi adalah malapetaka dan membuat pengelolaan air kian sulit.”Ini sudah terlihat di Pakistan dan Rusia,” ujarnya. Rusia, misalnya, baru mengalami musim paling panas dalam sejarah. Jam Lundqvist, Kepala Stockholm International Water Institute’s Scientific Programme Committee, mengatakan, akibat sulitnya prediksi cuaca, perlu investasi besar untukberagam model penyimpanan air. Sekitar 66 persen lahan pertanian di Asia bukan sistem irigasi dan di Afrika sekitar 94 persen lahan mengandalkan curah hujan. Sekitar 500 juta orang di Afrika dan India akan mendapat manfaat dari manajemen air pertanian.

Sumber Kompas

Pincuran / Foto : Rizal Bustami
Air dijadikan pembangkit listrik / Foto : Rizal Bustami
Air sebagai obyek Wisata / Foto : Rizal Bustami
Hulu Sungai Ciliung / Foto : Rizal Bustami
Hutan hujan Taman Nasiona Gede Pangrango / Foto : Krisna
 Air untuk kolam dan kakus lokasi Nagarai Lasi,Sumbar / Foto : Rizal Bustami
Air berwal dari satu tetes / Foto : Rizal Bustami
Pendistribusian air di Palutungan,Gunung Ciremai / Foto : Rizal Bustami
Pembangkit listrik rakyat di Curuk Panjang / Foto : Rizal Bustami
Sawah di kaki Gunung Marapi, Nagari Lasi, Bukittinggi / Foto : Rizal Bustami
Di Taman Nasional Gunung Halimun Salak / Foto : Rizal Bustami
Pembangkit lisrik warga di Ciptagelar / Foto : Rizal Bustami
Hariyono operator Pembangkit Listrik Mikrohydro Cicemet,
Desa Sirna Resmi / Foto : Rizal Bustami
Pembagian air yang rumit / Foto : Rizal Bustami

Sumber air di Cigowong, Gunung Ciremai / Foto : Rizal Bustami

Sunday, October 04, 2009

Gunung-gunung Pulau Jawa Terbakar

Hutan Lereng Merapi
Hasan Sakri Ghozali (ANTARA News)
Selasa, 29 September 2009

Hutan di kawasan lereng Gunung Merapi tepatnya di Dukuh Stabelan, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jwa Tengah, Selasa, mengalami kebakaran.

Kepala Desa (Kades) Jrakah, Kecamatan Selo, Tumar, mengatakan, kebakaran hutan terjadi di kawasan Desa Tlogolele, Kecamatan Selo atau sebelah sisi barat Gunung Merapi, sekitar pukul 09:00 WIB.

Perubahan Iklim

Pernyataan Yudhoyono Direspon Positif di Bangkok

Minggu, 4 Oktober 2009
Denpasar (ANTARA News)
COPYRIGHT © 2009
Pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengenai perubahan iklim di KTT G20 Pittsburgh baru-baru ini, mendapat perhatian dan reaksi positif dari para pihak dalam perundingan perubahan iklim di Bangkok.

Monday, February 23, 2009

Burung Burung Pulau Dua






DI PULAU DUA, BURUNG DATANG DAN PERGI

Dekat di mata, seakan tergapai, namun tak tersentuh. Merekaadalah kerumuman burung liar yang datang dan pergi sesuka hatinya.

Menjelang maghrib di menara pengintai Pulau Dua. Sekawanan burung laut terbang rendah dengan gerakan menjauh-mendekat. Mereka membentuk formasi kalung raksasa yang berjuntai-juntai menghiasi langit. Setelah puas terbang, kawanan burung itu membubarkan formasinya untuk kemudian satu per satu landing di dahan-dahan pohon. Segera saja hutan itu ditingkahi riuh suara mereka. Rombongan lain menyusul turun setelah mempertunjukkan
kebolehan yang sama. Kelak, ketika matahari sudah tenggelam di balik batas laut, keriuhan itu digantikan oleh suara burung Kowa Maling, pencari makan di malam hari.










Tuesday, January 13, 2009

KEARIFAN TRADISIONAL




Soal Kearifan Tradisionil
Rizal Bustami 
 
Kemarau panjang pada tahun 1997 akibat iklim yang menyimpang, terjadi kekeringan dimana-mana. Panen gagal, produksi ikan tawar menyusut, ternak bergelimpangan dan manusia mengalami kelaparan. Demikian keringnya bumi Indonesia saat itu, untuk seteguk air saja susah mendapatkannya. Pelepah pisang dan talas pun diperas airnya.

Pada masa itu, sebuah dusun di pantai selatan Kabupaten Garut, Jawa Barat basah buminya. Sedangkan dusun – dusun lainnya di seputar sana mengalami kekeringan. Sampai – sampai mereka mengambil air di jurang. 

HARGA BENELLI MOTOBI 152 TH 2023