Friday, May 18, 2012

Gajah Aceh diburu...

Foto : Antara News
Gajah mati lagi di Aceh Jaya
Antara News, Selasa, 15 Mei 2012
  
Kematian satwa berbelalai dan dilindungi itu merupakan kasus ke dua selama tiga pekan terakhir. Satu gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) jantan ditemukan tewas di Gampong (desa) Pante Kuyun Kecamatan Setia Bakti, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh.

Pejabat di Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Aceh Jaya, Armidi, yang dihubungi dari Banda Aceh, Selasa mengatakan, satwa dilindungi itu ditemukan tewas di salah satu kebun kosong yang berjarak sekitar 750 meter dari pemukiman penduduk Desa Pante Kuyun.

"Informasi dari warga gajah itu saat turun dari gunung sudah sempoyongan, kami belum dapat memastikan penyebab matinya gajah itu," kata Armidi.

Sementara itu, Koordinator Conservation Respon Unit (CRU) Aceh Jaya, Fendra, juga mengatakan telah mendapat informasi tentang tewasnya satwa dilindungi itu.

"Besok kami akan mengerahkan personil ke lokasi dan menyelidiki sebab kematian gajah jantan dewasa itu," kata Fendra.

Fendra mengatakan kematian satwa berbelalai dan dilindungi itu merupakan kasus ke dua selama tiga pekan terakhir.

Sebelumnya pada 29 April 2012 satu gajah betina yang diperkirakan berusia 25 tahun juga ditemukan tewas di badan jalan lintas SP IV-SP V Gampong Krueng Ayon, Kecamatan Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya.

"Diduga gajah betina yang masih menyusui anaknya itu mati akibat diracun, saat ditemukan badannya membiru, mulutnya berbusa dan dubur juga mengeluarkan darah," kata Fendra.

(KR-IRW/H011), Editor: Ade Marboen, COPYRIGHT © 2012


Hentikan perburuan gading gajah di Aceh
Antara News, Rabu, 16 Mei 2012



Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) meminta aparat berwenang segera menghentikan perburuan gading gajah menyusul ditemukan bangkai satwa dilindungi itu di pedalaman Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh.

"Penemuan bangkai gajah jantan itu mengindikasikan proses perburuan terhadap gading masih terjadi. Jika dibiarkan, akan berdampak punahnya satwa dilindungi tersebut," kata Direktur Eksekutif Walhi Aceh T.M. Zulfikar di Banda Aceh, Rabu.

Hal tersebut disampaikan menanggapi temuan bangkai gajah jantan tanpa kepala dan gading di alur (sungai kecil) Oen, Desa Pantee Kuyun, Kecamatan Setia Bakti Kabupaten Aceh Jaya, Rabu.

Ia menilai kasus kematian gajah betina di Aceh Jaya beberapa waktu lalu akibat diracun, maka kemungkinan besar terkait dengan bangkai gajah jantan yang mati tanpa kepala dan gading.

"Artinya, jika gajah jantan dan betina yang mati itu dikarenakan termakan racun, ada korelasi bahwa kedua satwa tersebut memang diburu untuk diambilkan gadingnya. Namun, semuanya itu kita berharap adanya penyelidikan dari pihak berwenang," kata dia.

Namun, kata dia, kematian gajah betina beberapa waktu lalu bukan sasaran dari upaya peracunan pihak yang tidak bertanggung jawab.

Untuk itu, aktivis lingkungan juga meminta aparat penegak hukum serius menyelidiki dan memburu pelaku yang telah menyebabkan kematian satwa dilindungi tersebut di Aceh Jaya.

"Itu juga merupakan kejahatan lingkungan yang tidak boleh dibiarkan. Kalau tidak, kehidupan satwa dilindungi khususnya gajah tidak hanya terancam, tetapi akan punah. Oleh karena itu, diperlukan keseriusan penegak hukum untuk mengusutnya," kata T.M. Zulfikar.
(A042), Editor: Ella Syafputri, COPYRIGHT © 2012

Kedua artikel dan foto-foto ini diambil dari Antara News, Rizal Bustami

Monday, May 14, 2012

Tahun 2013, Bukittinggi Tidak Lagi Buang Sampah 
ke Ngarai Sianok
Asap sampah di Ngarai Sianok/Foto Rizal Bustami

Kamis, 10 Mei 2012
Bukittinggi (ANTARA News)

Pemerintah Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, menargetkan pada tahun 2013 
tidak lagi membuang sampah ke dasar Ngarai Sianok di daerah Panorama Baru.

"Mudah-mudahan target itu terwujud," kata Kepala Bidang Kebersihan dan Pertamanan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bukittinggi Maruf Amin di Bukittinggi, Kamis.

Agar tidak lagi membuang sampah ke dasar Ngarai, kata dia, Pemkot telah menjalin hubungan kerja sama dengan Kota Payakumbuh dalam pengolahan sampah karena memiliki tempat pengolahan sampah regional.

"Kerja sama pengolahan sampah dengan Kota Payakumbuh telah ditandatangani oleh kedua kepala daerah. Sekarang tinggal penandatanganan bentuk kesepakatan tentang apa hak dan kewajiban masing-masing daerah," katanya.

Kota Bukittinggi hari biasa menghasilkan 350 meter kubik sampah dan 450 meter kubik pada hari libur, yang dapat diolah menjadi kompos baru sekitar 50 kilogram sehari di rumah kompos di Talao.

"Pengolahan sampah menjadi pupuk organik pada rumah kompos yang berlokasi di Talao, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan itu menggunakan alat icenerator," kata dia.

Menurut dia, pupuk organik dihasilkan tersebut dimanfaatkan untuk pupuk tanaman yang ada di seluruh taman kota serta kantor di Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ada di kota itu.

Sampah yang berasal dari sampah pasar dan rumah tangga itu diangkut dengan mobil serta becak sampah.

Selama ini, sampah yang dihasilkan itu hanya dilakukan sistem pembuangan terbuka, bukan diolah, di mana sampah itu dibuang ke dasar jurang dengan kedalaman 100 meter di daerah Panorama Baru.

Untuk mengurangi daya angkut sampah ke dasar jurang itu, selain mengolah sampah menjadi kompos di rumah kompos di Talao, warga juga dilatih mengolah sampah rumah tangga menjadi pupuk organik.

"Pelatihan pengolahan sampah rumah tangga menjadi pupuk organik merupakan pengolahan sampah secara 3R, yakni "Reduce, Reuse dan Recycle," kata dia.

Ia berharap dengan pelatihan itu seluruh masyarakat bisa mengolah sampah rumah tangganya sendiri menjadi pupuk organik, karena bisa sebagai pupuk tanaman bunga di rumah.

Editor: Tasrief Tarmizi

COPYRIGHT © 2012

HARGA BENELLI MOTOBI 152 TH 2023