Membawa sepeda ke Puncak Geger Bentang, Taman Nasional Gede Pangrango, jelaslah perbuatan yang sia-sia. Sampai di Geger Bentang, dibelokkan pula ke Perkebunan Teh Gunung Mas.
Senen, 30 November 2009, Alvin, Juned, Ombing, Rizal Bustami dan Verdi ke Geger Bentang dengan mountain bike masing-masing. Alvin sebagai leader. Perjalanan dilakukan ditengah musim hujan, pada saat curah tertinggi di kawasan ini.
Bagi pendaki gunung, Geger Bentang tentulah tahu posisi dan keadaan alamnya, yang kasat dipandang dari Pasar Wisata Cibodas.
Perjalanan dimulai dari Kedai Kopi Cantigi pukul 09.00, setelah sarapan di Warung Mang Koko. Bekal makan siang, dibawa 5 bungkus nasi. Tujuan pertama Sadelan. Menuju Sadelan dari daratan Kandang Babi, merupakan tantangan pertama, karena sepeda sudah harus dipanggul. Dari Sadelan sampai ke Puncak Geger Bentang, terdapat banyak rintangan, kalau tidak sepeda diangkat diatas pohon, atau disorongkan di “kolong”. Di beberapa tempat, sepeda harus ditarik dengan webing. Sepeda dinaikkan secara estafet. “Tobat,” teriak Hombing.
Senangnya hati sampai di Puncak Geger Bentang. Disini, kami tidak bisa berlama-lama karena sore, jam 17.00. Setelah makan nasi bungkus Mang Koko, perjalanan dilanjutkan tujuan Gunung Mas. “Enaknya, buka camp nih,” cetus Verdi.
Perjalanan turun tidak kalah repotnya, karena jalan sempit dan terjal. Tidak jarang sepeda diturunkan bergantian karena harus ada bantuan tenaga. “Wadow....,” teriak Hombing terpelanting.
Berjalan di kegelapan, berpenerangan senter sepeda. Hujan membuat lintah bergelayutan di kaki dan tangan. Bagusnya, kami membawa obat anti lintah mujarab, satu tetes saja pacet menarik diri dari kulit. “Bang, bang. Lintah, lintah... Tolongin, cepat,” igau Juned panik.
Sampai Simpang Pasir Sumbul, setelah melewati punggungan jalan mulai menghilang. Jalan tembus ke tepi Gunung Mas ditutupi ilalang tinggi. Verdi dan Alvin yang mengenali kawasan tersebut, di depan membuka jalan. “Saya temukan jalannya. Aman,” teriak Verdi di kejauhan.
Sampailah di persimpangan ke Gunung Mas dan Ciloto. Disini kami berdoa, atas ditemukannya jalan yang jelas untuk pulang. Dari persimpangan ini ke jalan raya Puncak, cukup jauh juga. Akhirnya kami muncul di Jalan Raya Puncak, dekat Hotel Bukit Indah.
“Gue puas, sudah lama pengen coba jalur ini dengan sepeda,” teriak Alvin.
Dari Cibodas (Cipanas), Jawa Barat (1330 dpl) – Geger Bentang (1995 dpl), sepeda sama sekali tidak bisa digoes. Tapi, dari Geger Bentang ke Ciloto (1400 dpl), sepeda bisa dinaiki, asalkan pelan-pelan. Karena malam dan hujan, kami tidak bisa menaiki sepeda.
Mencoba jalur ini, tanggalkan pakaian sepeda, ganti dengan pakaian pendakian. Pakai sepatu tracking tinggi, jas hutan, gaiter, sarung tangan panjang, dan helm. Senter dan lampu sepeda dengan battery cadangan harus dibawa. Minuman masig-masing 3 liter, makanan utama dan makanan tambahan. Obat anti pacet wajib dibawa.
Asupan kalori perlu diperhatikan. Sekuat apapun pisik, akan kehabisan tenaga karena energi yang terkuras. “Doping” kalori terbaik adalah coklat susu. Masing-masing 2 batang coklat, sudah cukup. Satu batang untuk naik, satu batang bekal turun. Interval makan coklat, satu bagian setiap 2 jam. Dengan interval 2 jam, tubuh selalu terkondisi dengan asupan kalori rutin.
Sia-sia saja membawa sepeda. Bisa dikatakan begitu. Namun sebagai pemain sepeda mejelajah, percobaan ini sebagai latihan menghadapi situasi yang tak terduga di jalanan.
Tentu disadari, latihan pisik ada aerobik harus diperbanyak.
Bagi Hombing, Juned dan Verdi, perjalanan ke Geger Bentang ini telah menguras tenaganya karena sehari sebelumnya mereka menggoes sepeda dari Bogor lewat Tapos turun di Gunung Mas. Selasa siang, mereka harus pula menggoes sepeda dari Cibodas ke Depok.
Cibodas - Geger Bentang – Gunung Mas – Ciloto data tercatat oleh Garmin 60CSx, berjarak 12 km. Total lama perjalanan 16 jam, waktu berhenti 10 jam. Efektif bergerak hanya 6 jam.
Silahkan mencoba track ini ¡ (Rizal Bustami)