Apa saja di Baduy ?
Wisata Budaya
dan Wisata Alam tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan. Sepanjang waktu,
sepanjang musim kawasan-kawasan wisata budaya dan alam selalu dikunjungi.
Manusia perlu hiburan, perlu “pencucian otak”, setelah dihimpit oleh berbagai
persoalan pekerjaan sehari-hari dan kerutinan rumah tangga. Anak-anak pun
memerlukan hiburan, dengan wisata setelah berjam-jam, berhari-hari belajar.
Jalan-jalan merupakan terapi terbaik agar pikiran manusia pulih kembali.
Banten dalam
posisinya sebagai tetangga Jakarta ,
mendapatkan suatu keuntungan geographis. Mudah dijangkau, karena terdapat jalan
tol Jakarta Merak. Pada penghujung jalan tol ini, Banten menyediakan obat itu
bagi kaum Jakarta
yang sudah penat otaknya. Apa yang disediakan oleh Banten ? Banten memiliki Pantai
Carita, Labuan dan Plorida yang sudah kondang.
Banten memiliki wisata budaya, seperti perkampungan Orang Baduy. Dan setelah disusuri,
ternyata Banten lebih banyak memiliki wisata Budaya dibandingkan dengan Jawa
Barat. Sebut saja misalnya Perkampungan
Adat Ciptagelar, Cisungsang, Pasir Eurih, dan lainnya.
Anyer / Carita
dan Baduy sudah menjadi icon wisata Banten, termasuk Taman Nasional Ujung Kulon.
Keuntungan dari berkembangnya suatu kawasan wisata, bertambahnya inkam bagi
warga setempat dan penambahan pendapatan bagi kas pemerintah daerah. Namun, tidak serta merta suatu keelokan alam
dan keunikan budaya - jika tidak tersedia dukungan prasarana dan sarana akan
dikunjungi orang. Orang tau bahwa Carita atau Anyer elok pantainya, dan dekat
dari Jakarta . Jika
memasuki kawasan Kratau Steel jalan bekubang dan terjadi kemacetan, tentu
membuat enggan orang untuk datang. Bagi yang sudah terlanjur mendatanginya,
akan membawa kabar yang buruk kepada orang lain. Apabila wisatawan menuju
Cijahe, pintu masuk lain ke Baduy dalam perjalananya dihadapkan pada jalan yang
berlubang dan jalan bebatuan, tentu akan mengurungkan niatnya pula.
Wisata
sebenarnya dimulai sejak dalam perjalanan, tiba di gerbang dan di dalam kawasan
itu. Gerbang kawasan merupakan serambi atau teras sebuah rumah. Kesan baik di
plaza atau perparkiran tentulah harus diciptakan untuk menumbuhkan rasa senang,
nyaman dan aman. Siapa yang tak was-was, misalnya, tamu meninggalkan kendaraan
di Cijahe jika kondisinya seperti saat ini.
Jalan – jalan di
lingkaran luar Baduy baru terasa nyaman dan terkesan baik ketika menelusuri
jalan dari Persimpangan Muncang ke Desa Suka Jaya.
Selama ini pintu
masuk ke Baduy ditandai ada 3, yaitu Pintu Ciboleger, Pintu Nangrang, dan Pintu
Cijahe. Pintu Ciboleger merupakan pintu utama.
Gerbang Ciboleger
Gerbang
Ciboleger ditandai dengan Patung satu keluarga, terdiri Ayah, Ibu dan satu anak
laki-laki serta anak perempuan. Berbaju putih, dengan pakaian bawah berwarna
hitam. Sang Ayah bercaping, dan menyandang pacul. Di tiang patung tertera “Selamat
datang di Ciboleger”. Patung ini tidak dapat mendiskripsikan apapun, tidak
mewakili suatu kelompok masyarakat apapun, namun masyarakat pendatang mengetahuinya
sebagai Patung Orang Baduy. Untuk menggambarkan atau men-simbolkan Orang Baduy,
tentu tidak tepat, karena Orang Baduy tidak memakai caping dan tidak
menggunakan pacul sebagai alat pertanian.
Patung ini tidaklah mewakili budaya Baduy sebagai tujuan wisata di
kawasan tersebut. Patung ini justru menyesatkan masyarakat luar dengan atribut
yang terpasang pada patung tersebut. Wisatawan mengira patung tersebut, adalah
patung orang Baduy.
Patung tersebut
terlah menjadi issu sensitive bagi orang Baduy. Mereka merasa telah dijadikan
sebagai sebuah objek belaka. Karena bangunan tersebut berada di luar kawasan
Baduy, mereka tidak bisa berbuat apa-apa.
Kawasan parkir
Ciboleger sudah kumuh dan lusuh. Sungguh kawasan ini tidak mencerminkan sebagai
pintu gerbang ke Baduy, yang berbudaya tinggi. Beberapa mini bus di parkir
permanen, sepeda motor sebagai angkutan ojek, di parkir di jalan tangga,
sehingga mengganggu keleluasaan pejalan kaki. Petugas pakir amatiran bersikap
tidak ramah. Sikap macam ini sudah barang tentu tidak nyaman bagi tamu yang
membawa kendaraan sendiri.
Sebagian besar
tujuan wisata di Baduy umunya sampai di Dusun Gazeboh, sebagai penyekat
memasuki Baduy Dalam. Rumah-rumah di Gazeboh tertata apik, bersusun-susun,
dengan pedestarian berbatu. Setiap rumah memiliki pelanta atau serambi atau
bale. Di bale yang terbuat dari belahan bambu inilah tamu diterima. Berada di
Gazeboh, atau di Marenggo, sungguh memberikan kesan yang kuat. Disini dapat
dilihat wanita-wanita menenun dengan suara alat tenun yang sahut - menyahut.
Anak laki-laki berbaju hitam, anak perempuan berkebaya mini dengan warna ungu,
bermain-main dan lalu-lalang disisi-sisi perumahan. Ini tentu menjadi
pemandangan yang unik. Di Dusun Gazeboh inilah terbentang jembatan bambu
menghubungkan ke Baduy Dalam. Dibawahnya mengalir Sungai Ciujung.
Dusun Gazeboh
mampu menampung tamu sampai 300 orang. Jika tamu berlebihan, maka ditempatkan
di dusun berdekatan, yaitu di Dusun Marengo dan Dusun Kedu Ketu.
Tamu-tamu
tersebut tentunya harus terlayani dengan baik. Untuk pelayanan makan dan tidur,
tidak menjadi masalah. Namun menjadi masalah kebutuhan MCK. Untuk mandi, bisa
dilakukan di Sungai Ciujung bagi tamu-tamu yang memiliki keinginan khusus. Tapi
bagi yang enggan mandi di sungai, mutlaklah adanya kamar mandi. Selain kamar
mandi, dibutuhkan pula kakus atau WC. Menjadi persoalan sensitiv jika diadakan
atau dibuatkan kakus di kawasan Baduy karena betentangan dengan adat. Untuk
sebatas kamar mandi, bisa dibuatkan dan dapat diterima oleh masyarakat Baduy.
Pada musim
kemarau, beberapa anak sungai mengalami kekeringan. Distirbusi air menjadi jauh
menuju sumber air. Dari sumbernya, air
harus disalurkan ke pemukiman. Maka diperlukan intstalasi air ke pemukiman.
Melalui pipainisasi atau dengan selang, berlawanan dengan tatanan adat, karena
ada benda atau material asing yang dipakai. Namun, penyaluran air dengan selang
sudah dilakukan oleh penduduk Baduy. Pemakaian selang ini sudah mencapai
Kampung Gazeboh.
Penampungan air
boleh diadakan atau dibuatkan, asalkan terbuat dari bahan non semen. Lazim
dipakai oleh warga untuk penampungan air di kamar mandi, adalah dengan
menggunakan ember besar.
Gerbang Nangrang
Kampung
Nangrang, Desa Kebun Cauk, Kecamatan Cirinten. Rupanya di Nanggerang pernah
ditetapkan sebagai pintu masuk ke Baduy, dengan repitalisasi kawasan. Gerbang
Nanggerang dapat dicapai melalui Persimpangan Kampung Kuranji, di Jalan Raya
Mojong Manik-Malimping.
Sebelum mencapai
Nangrang, di Persimpangan Cinangka juga terdapat jalan menuju Baduy. Kampung Baduy terdekat dari sini yaitu
Kampung Cikakal Girang, bertemu di jalan setapak yang menghubungkan ke Gazeboh
dan Cibeo.
Melalui jalan
kecil berbatu ini, melewati jembatan gantung besi. Ada yang menyebutnya jembatan gantung Ciawi.
Jembatan gantung tersebut tidak dapat dilalui oleh kendaraan roda empat.
Sekitar 1 km dari jembatan gantung, terdapat simpang tiga. Ke kanan menuju
Persimpangan Kedu Hejo di jalan raya Malimping-Bojong Manik, ke kiri lebih
kurang 500 meter ke Gerbang Cijahe menuju Baduy.
Gerbang Cijahe
Di kawasan
Cijahe terdapat replika lumbung khas Baduy. Di pelatarannya tertata bebatuan
seolah-olah peninggalan megalitik. Entah apa pula maksudnya dengan replika
megalitik itu. Terdapat pula pengumuman prinsip hukum adat Baduy dalam bahasa
Sunda dan bahasa Indonesia .
Terdapat
beberapa kedai kelontong di jalan menuju perbatasan Baduy dengan desa. Antara
desa dengan Baduy, dibatasi oleh Sungai Cibarani yang dihubungkan sebuah
jembatan bambu. Begitu memasuki kawasan Baduy, tugu setinggi 1 meter, menyatakan
sebagai kawasan Baduy. Jalan setapak akan bercabang. Arah kanan ke Kampung Cikesik, arah kiri ke
Cikatawarna dan ke Cibeo. Dari sini juga dapat menuju Dusun Nyalindung, Desa Cibelang,
Kecamatan Sobang setelah melewati Cikesik.
Menurut Pak Saiman,
pemilik kedai di ujung jembatan bambu, pengunjung yang datang memlalui Cijahe,
umunya bertujuan ke Cikesik. Tamu-tamu Cikesik lebih bersifat ziarah ke
pemimpin spiritual Kampung Cikesik, ketimbang rekreasi. Kunjungan ke
Cikatawarna dan Cibeo sedikit sekali. Dalam sepekan, setidaknya ada 4 group
yang mendatangi Cikesik. Mereka yang kemalaman, baik waktu tiba atau hendak
pulang, bermalam di warung miliknya. Tiga warung yang terdapat di Cijahe,
merupakan tempat belanja kebutuhan sehari-hari warga Baduy dari Kampung
Cikesik, Kampung Cisadane, Kampung Batu
Belah dan Kampung Cikatawarna. Warung-warung ini juga sebagai tempat jajan
makanan kecil bagi anak-anak Cikesik dan kampung-kampung terdekat Baduy.
Cijahe – Cikesik
berjarak lebih kurang 2 km, dapat dicapai setengah jam jalan kaki. Sedangkan ke
Cibeo, dicapai 2-3 jam jalan kaki. Melalui Cijahe, Cibeo lebih cepat dicapai.
Jalan menuju Cibeo relatif lebih landai dibandingkan melalui Gazeboh yang mana
naik - turun perbukitan.
Jalan menuju
Cijahe sangat buruk, terutama dari Persimpangan Kedu Hejo sejauh 3 km. Jalan
kecil dan berbatu. Jalan raya Bojong Manik – Malimping juga berlobang-lobang
dalam. Tamu – tamu melalui Cijahe tidak terlayani dengan baik. Tidak terdapat
parkir yang nyaman, tidak terlayani transportasi regular, kedai-kedai yang
kusam, jalan buruk yang menyusahkan pengunjung. Cijahe berada 33 km dari
Ciboleger.
Jembatan Akar
Inilah objek
wisata alam yang diabaikan selama ini. Baduy tidak saja manusianya, juga
keunikan alamnya. Salah satu keunikan alam yang dimiliki Baduy yaitu Jembatan
Akar, yang terentang di atas Sungai Cisimut.
Semua peminat Baduy, pasti tertarik terhadap Jembatan Akar ini. Dimana ? Inilah yang menjadi
pertanyaan. Karena itulah hampir tidak ada pengunjung kesini, padahal tidak
terlalu jauh dicapai dari Ciboleger.
Sisi Jembatan
Akar di Baduy, berada di Dusun Batara Baduy yang menghubungkan dengan Desa
Karang Combong, Kecamatan Muncang. Ke Jembatan Akar dapat dicapai dengan jalan
kaki, sepeda motor atau dengan kendaraan roda empat. Dari Ciboleger, berjalan
kaki selama 2 jam. Rute jalan kaki ini dapat juga ditempuh dengan sepeda motor.
Sedangkan dengan kendaraan roda empat, melalui jalan raya Muncang-Ciboleger. Dengan
mobil, di Persimpangan Pondei, menuju Dusun Cilangir. Di Dusun Cilangir
merupakan batas berhenti bagi kendaraan. Selanjutnya, perjalanan dilanjutkan
berjalan kaki memasuki hutan, melewati Dusun Grendeng dan Dusun Batara di
kawasan Baduy.
Sekali lagi,
jalan menuju Dusun Cilangir rusak parah.
Gerbang Sobang
Satu pintu masuk
lain yang yang tidak diketahui umum adalah melalui Sobang. Sobang dapat dicapai
melalui Ciminyak. Rute kesana adalah Ciboleger – Ciminyak. Dari Pasar Ciminyak
ke kanan. Jalan ini melalui Kampung Adat Pasir Eurih. Jalan mulus,
berbelok-belok dan turun naik di sisi Taman Nasioanal Halimun Salak dengan
lingkungan hijau.
Gerbang Sobang,
tujuan ke Baduy langsung menuju Kampung Cikesik setelah melewati Dusun
Nyalindung. Sulit menemukan jalan menuju Baduy dari sini, karena tidak terdapat
tanda-tanda. Sebelum menyeberang perbatasan Baduy, jalan setapak melalui
pematang sawah. Jalan ini jarang dilalui oleh warga.
Di Sobang, dapat
ditemukan perkampungan unik, dimana adat setempat masih berlaku. Kampung Adat
dipimpin oleh seorang pemangku adat, dikenal dengan Abah Aden. Pendatang dapat
singgah dan bertemu dengan Abah Aden tanpa kesulitan. “Ooo, silahkan saja kalo
mau istirhat disini,” tutur Abah Aden, dengan bahasa Indonesia berlogat bahasa
Sunda.
Keunikan kawasan
ini adalah rumah yang bersusun rapat dengan atapnya yang terbuat dari ijuk.
Rumah penduduk bertrap-trap, seperti pematang sawah.
Tukul, nama sehari-harinya, adalah seorang pendamping tamu ke Baduy di Ciboleger. Dia juga mendampingi Jaro Pamerentahan setiap ada urusan keluar Baduy. Tukul mengatakan, kunjungan terbanyak ke Baduy terjadi pada masa libur sekolah. Pada puncak kunjungan pada masa libur tersebut, mencapai 1000 orang per bulan. Rumah-rumah disepanjang jalan menuju Gazeboh terisi tamu. Bahkan, mereka yang hendak ke Baduy Dalam, terpaksa menunggu antrian karena Cibeo penuh tamu. “Pada hari-hari biasa, kunjungan per bulan sekitar 250 orang,” jelas Tukul.
Arsyid, Ayah beranak satu ini, berumah di Gazeboh. Sosoknya sangat dikenal, karena banyak berhubnungan dengan orang-orang kota . Ia menyebutkan, dia biasa menerima tamu sampai 300 orang, sehingga ia titipkan di rumah-rumah lainnya di Gazeboh. Gazeboh adalah pintu masuk ke Baduy Dalam. Tidak semua pelancong ke Baduy meneruskan perjalananya ke Baduy Dalam. Menurut Arsyid, “Sekitar 20 persen saja yang meneruskan perjalanan ke Cibeo”.
Angka-angka yang disebutkan diatas, merupakan angka optimistis. Namun lain lagi disebutkan oleh Sarip. Sarip warga Kedu Ketuk Baduy, merupakan perintis pelayanan wisata di Baduy. Dia dulu juga aktif di PHRI Serang. Sarip yang pernah memegang buku tamu di Baduy, mengatakan, tahun 2008, wisatawan ke Baduy mulai turun. Penurunan sangat terasa pada tahun 2009. “Untuk tujuh bulan terakhir ini, saya tidak lagi menerima tamu di rumah saya,” kata Surip.
Menurut Surip, penurunan tamu ke Badui kerena ketidak nyamanan pelayanan di Ciboleger, baik pelayanan perparkiran, maupun pelayanan jasa antar wisata. Tamu-tamu pun merasa tertekan karena dipaksa-paksa untuk mengiktui kemauan pengantar. “Tamu-tamu selalu merasa dikuntit dan diawasi oleh pengantar di Ciboleger,” terang Surip.
Belakangan ini Surip mengalihkan tamunya untuk mengunjungi Kesepuhan Pasir Eurih.
Ciboleger ternyata pangkal persoalan penurunan minat kedatangan ke Baduy dan memberikan kesan yang buruk bagi pengunjung. H. Jusen, pemilik warung dan penginapan di Ciboleger, bahkan mengatakan, “Bongkar saja kios-kios di terminal Ciboleger. Jadikan semua lahan untuk parkir, sehingga bus-bus besar dari Bandung bisa masuk. Itu tanah milik Pemda, bukan milik pribadi.”
Tidak ada Pentunjuk Arah
Rupanya
pemerintah selama ini menganggap bahwa semua tamu tahu persis jalan menuju
Ciboleger sebagai pintu masuk ke Baduy. Tidak tersedia pentunjuk arah jalan
disetiap persimpangan jalan. Adakah ada petujuk di Leuwidamar, atau di Simpang
Bojong Manik ? Apalagi tujuan ke Cijahe, tidak satu pun petunjuk kesana. Petunjuk jalan bukan saja berfungsi sebagai
pemandu arah, melainkan juga sebagai informasi bahwa terdapat kawasan wisata.
Jadi lucu, Pemda ingin mendapatkan hasil dari wisata, tetapi tidak menyediakan
apapun.
(Rizal Bustami)
Lihat Jembatan Akar di peta yang lebih besar
Lihat Track Cijahe di peta yang lebih besar
Lihat Track Sobang di peta yang lebih besar
No comments:
Post a Comment