Showing posts with label ARTIKEL BEBAS. Show all posts
Showing posts with label ARTIKEL BEBAS. Show all posts

Sunday, January 14, 2018

Review Camera Activ Garmin Virb Ultra 30

Review Camera Active Garmin Virb Ultra30

Untuk orang-orang yang suka merekam aktivitasnya di luar ruang, banyak camera yang ditawarkan. Selain camera konvensional, muncul camera kompak berukuran kecil dan mudah digunakan. Camera tersebut untuk merekam aktivitas yang tidak merepotkan pengguna. Camera kecil tersebut bahkan digunakan pengambilan gambar dari udara. Camare active GoPro tentu fenomenal dalam katagori ini.
Saya orang yang banyak melakukan aktivitas di luar ruang untuk kegiatan perjalanan, seperti mendaki gunung, survey GPS, bersepeda, off road dan sebagainya, memerlukan camera kompak yang sesuai dengan kebutuhan saya. Kebutuhan dasar saya adalah, semua alat perekam gambar bisa merekam setiap gerakan.

Ada gear outdoor lain memiliki GPS, seperti GoPro, Timex, Suunto, Nikon AW 100,120,140 dan sebagainya. Dalam memilih gear digital, saya tidak mengambilnya berdasarkan merek, melainkan dukungan software yang memadai untuk mengolah data, keseragaman software untuk semua gear yang dipakai. Saya memakai GPS genggam merek Garmin, jam tangan Garmin Fenix, maka saya memilih Camera Garmin  pula. Dari varian yang ditawarkan oleh Garmin, saya memilih tipe Garmin Virb Ultra 30. Dengan satu merek, saya mendapatkan software yang sama dan satu sistim koneksi. Baiklah, saya lanjutkan review Garmin Virb Ultra 30, yang saya yakini sebagai pengguna pertama di Indonesia.

Proses
Cara menjalankan camera sudah tersedia manualnya di internet, bahkan dalam Bahasa Indonesia. User silahkan mempelajari sendiri.

Tidak serta merta video yang dijalankan terlampir data GMetrik. Supaya video memiliki data GMetrik, seperti track, elevasi, kecepatan, arah, dan sebagainya, harus meng-instal VirbEdit. Ketika membuka VirbEdit, kita diperintahkan untuk men-download template, yang dapat dipilih. Tanpa mendownload template,   data GMeterik pada video tidak akan tampil.

Pemilik camera aktiv Garmin wajib mendownload Virb Editor untuk dipasang di laptop. Juga tersedia versi Android, meski dengan fungsi yang berbeda.

Pada VribEdit, terdapat alat Editing, G-Metrik, Pengaturan Transisi, Pengisi Suara, Membuat Titel, dan Map (Google Maps) untuk melihat tracklog.

Hasil rekaman gambar dan video yang dialihkan ke laptop, tersimpan dalam dua Folder, yaitu Folder DCIM dan GMetrik. Format yang ada di DCIM adalah GLV dan THM. Sedangkan di Folder GMetrik ber-format fit. Format fit merupakan catatan aktivitas oleh GPS. Format fit hasil rekaman Virb30 tersebut bisa dibaca oleh Garmin MapSource, terutama Garmin BaseCame Map. Dan, bisa dilihat di GoogleEarth.

Video yang direkam oleh VirbUltra 30, bisa dilihat otomatis dengan pemutar video, namun tidak mengandung data-data pergerakan. Supaya lengkap dengan catatan perjalannya, maka diolah di VirbEdit.


Gambar : Gamin Forums

Foto : Rizal Bustami


Contoh Video murni dari camera VirbUltra 30 yang saya buat:

Menggabungkan data GPS genggam dan video
Ternyata, VirbEdit bisa menggabungkan data GPS genggam dengan video yang dibuat terpisah, asalkan video yang dijalan bersamaan waktunya dengan GPS genggam. GPS genggam yang rekamannya berformat asli GPX, dapat dibaca oleh VirbEdit. Saya mencoba menggabung rekaman GPS genggam Garmin 62s dengan rekaman video dari camera handphone Asus ZenFone. Perlu sedikit pekerjaan tambahan dalam prosesnya. Durasi video dan durasi tracklog GPS terlebih dahulu disesuaikan jam,menit dan detik memulainya. Dikahiri pula dengan jam,menit dan detik yang sama. Bisa saja detiknya tidak sama pasti, namun masih dalam toleransi waktu. Penyesuaian waktu pngambilan video dan dari GPS, saya lakukan di Garmin MapSource. Selanjutnya, diproses di VirbEdit.

Conto video  menggabungkan GPS genggam dengan video terpisah yang saya buat:

Untuk lebih banyak mengetahui Garmin VirbUltra30, buka link ini :

Selain versi windows, juga tersedia versi Android. Hanya saja, versi Andorid fungsinya hanya sebagai remote, entahlah nanti setelah dikembangkan terus oleh Garmin.
Saya berharap, developer Garmin memperbaiki dan memperbaharui terus aplikasi miliknya.

Silahkan mencobanya…

Saturday, January 31, 2015

Petualangan Devi Asmadiredja

Devi Asmadiredja tinggalkan Jerman demi gubuk di Chechnya

BBC,27 Januari 2015


Devi Asmadiredja awalnya menghabiskan waktunya sebagai ibu rumah tangga di Jerman, tapi kemudian sang suami yang keturunan Chechnya menyuruhnya berkemas dan meninggalkan negara itu.

Asmadiredja yang berdarah Indonesia, akhirnya tinggal di sebuah pondok terpencil di kawasan pegunungan antara Chechnya dan lembah Georgia Pankisi, setelah menempuh perjalanan sejauh 3.000 km (2.000 mil).



Para wisatawan yang pernah mengunjungi lembah ini, mengenalnya sebagai tempat penyelundupan narkotika dan senjata, serta tempat tinggal salah satu pemimpin Negara Islam (ISIS), Abu Omar al-Shishani.

Namun bagi Devi Asmadiredja, wilayah terpencil bagian dari pegunungan Kaukasus ini adalah tempatnya mengungsi.

Empat tahun yang lalu, dia tinggal bersama suami dan ketiga anaknya di Jerman. Tetapi pada awal 2011 secara tiba-tiba suaminya mengatakan bahwa ia tidak lagi mencintainya dan menyuruhnya untuk meninggalkan rumah.

Suami memintanya pergi ke Pankisi untuk belajar bahasa Chechnya, bahasa leluhurnya.
"Ia tahu bahwa saya bisa belajar bahasa dengan cepat dan ia pikir saya akan kembali dan mengajarkannya,"katanya.

"Saya belum pernah bepergian sebelumnya," ujarnya setelah suaminya membelikan tiket pesawat dan memberinya uang untuk makan.

Ia mengatakan bahwa hal itu menarik dan kesempatan untuk melarikan diri dari suaminya. Namun meninggalkan tiga anaknya yang berusia lima, delapan dan 12 tahun adalah keputusan terberat.
"Itu sangat sulit. Saya tidak bisa tidur setiap malam tanpa mereka,"katanya. Tapi ia tak punya pilihan lain.

Tidak kenal seorang pun
Asmadiredja tiba di Tbilisi, ibu kota Georgia dengan menaiki serangkaian kendaraan minibus atau marshrutki menuju ke desa Duisi, desa pertama yang ia lalui sebelum lima desa lainnya.

Ia mengatakan bahwa ia tidak mengenal seorang pun di sana, hingga ia bertemu dengan warga dan menanyakan apakah ada orang yang bisa mengajarinya bahasa Chechnya.

Dalam waktu 20 menit, ia berhasil mendapatkan pelajaran dan akomodasi gratis berkat pertolongan warga setempat.

Ia mempelajari bahasa itu dengan cepat dan masyarakat setempat memberinya nama Khedi yang berasal dari Khedijat [Khadijah], nama istri Muhammad.

Tapi tak jarang kehadirannya mengundang rasa curiga, baik sebagai orang asing maupun wanita yang bepergian sendiri. "Mereka pikir saya mata-mata Russia," katanya.

Ia memang terlihat berbeda dengan wanita lain di kawasan itu karena penampilannya yang tanpa kerudung dan memiliki tujuh tato, termasuk sebuah belati tradisional Indonesia di kaki kirinya dan belati Kaukasia di kanan.

Namun, karena mendapat tekanan  dari salah satu imam mesjid Wahhabi, tuan rumah tempatnya menumpang mengatakan ia harus pergi dan pindah dengan keluarga Kist lainnya, yang sekarang ia sebut sebagai "ibu saya" dan "adik saya".

Keluarga Kists, adalah keturunan Georgia Chechnya yang pindah ke lembah itu pada abad ke-19.

Setelah tinggal selama 18 bulan di desa itu, suaminya menelepon dari Jerman dan mengatakan padanya bahwa ia telah menemukan cinta yang lain, jadi Asmadiredja tidak perlu lagi pulang.

Usai menerima kabar yang mengejutkan itu, ia pindah ke pegunungan dan tinggal di di sebuah gubuk penggembala sapi - bangunan sederhana dari batu tanpa alat pemanas, listrik, ataupun air.

Namun ia memiliki telepon genggam dan baterai bertenaga matahari.

Dua bulan lamanya Asmadiredja bertahan hidup hanya dengan pemberian makanan dari para penggembala yang melintas dan minum air yang mengalir dari pegunungan.

Jatuh cinta

Meskipun ia hidup dalam lingkungan yang keras, namun kesendirian dan kehidupan di pegunungan membawa berkah baginya.

"Saya jatuh cinta dengan pegunungan,"ujarnya. "Saya belum pernah melihat pegunungan seperti ini sebelumnya, orang-orang dan cahaya di gunung yang luar biasa."

Ia mengatakan, ia hanya makan sedikit dan menghangatkan diri dengan berjalan kaki ke sejumlah desa terpencil lainnya seperti Khevsureti, Tusheti, and Georgia.

Ia mengaku tidak memiliki uang sehingga pilihan satu satunya adalah berjalan kaki.
Asmadiredja yang awalnya hanya menguasai bahasa Chechnya, kini mampu berbicara dalam bahasa Georgia setelah diajari oleh para penggembala asal Tush dan Khevsur.

Dia menghafal labirin, jalur dari Pankisi ke pegunungan, setelah dia terluka di pergelangan kakinya dan tersesat, tanpa makanan dan hanya minum air dari sungai selama 12 hari sebelum ada orang yang lewat menemukannya. "Aku sangat dekat dengan kematian saat itu," tuturnya.

Tantangan lainnya datang dari masyarakat setempat, beberapa penggembala mengejarnya dengan agresif karena mereka sudah lama tidak melihat perempuan. Perempuan yang hidup sendiri seperti Asmadiredja, sangat menarik bagi mereka.

Ia biasanya mampu mengusir para pengganggu hanya dengan kata-kata atau mengibaskan sepotong kayu, tapi kadang ia harus melawan untuk menghadapi para penggembala yang sangat agresif. Setelah tinggal lama di pegunungan, Asmadiredja pun memutuskan kembali ke desa.

Mendapat pekerjaan
Sebuah agen perjalanan Jerman menawarinya pekerjaan sebagai pemandu bagi para pendaki melalui Kaukasus dengan gaji $100 per hari, di sana terdapat sarana pariwisata kecil dan ada penduduk yang berbicara bahasa Inggris atau Jerman.

"Saya sampai harus membuka rekening bank," katanya sembari tertawa.

Teman lainnya memberinya kamera bekas setelah mendengar ketertarikannya di bidang fotografi dan ia mulai memamerkan foto-foto tentang Pankisi di sejumlah galeri di Tbilisi. "Saya bukan penyusup, orang-orang di sini kenal saya,"katanya.

Awal tahun depan, untuk pertama kalinya Asmadiredja akan menunjukkan hasil karyanya di ajang internasional, di Kedutaan Besar Georgia di Jakarta.

Tapi kepulangannya ke desa terasa menyesakkan. "Saya bukan orang Chechnya, Kist, bahkan Georgia. Saya lahir di Jerman Timur. Saya butuh kebebasan. Saya seorang wanita mandiri, yang tidak memerlukan ijin untuk pergi ke mana pun. Dalam tradisi Kist Anda harus mengikuti orang tua Anda. Saya butuh waktu untuk sendiri, [di tempat] di mana seorang pun tahu. "

Pada bulan Maret tahun lalu, temannya bercerita tentang gua kecil yang tersembunyi di selatan provinsi Samtskhe-Javakheti Georgia. Ia langsung bertolak ke sana, hanya berbekal kompor berkemah, kantong tidur, dan serta buah-buahan dan kacang-kacangan.

Namun kedatangan dua orang penggembala sapi setempat mengubah hidupnya, mereka memaksanya untuk kembali ke rumah namun ia menolak.

Saya pikir 'Mengapa mereka tidak meninggalkan saya sendiri?" "Mereka bertanya apakah ia menyukai khinkali - daging tradisional Georgia. "Mereka meninggalkan saya dan setengah jam kemudian mereka kembali dengan membawa khinkali dan anggur."

Salah seorang penggembala Georgia, bernama Dato, mengunjunginya setiap hari dan meminta nomor teleponnya. Dari sana, terjalinlah sebuah hubungan.


Mereka berencana untuk menikah akhir tahun ini. Namun upacara itu tidak dilaksanakan secara hukum karena status Asmadiredja masih menikah dengan suami Chechnya yang berada di Jerman. Tapi keluarga angkatnya telah merencanakan pesta tradisional Pankisi. "Saya tidak pernah berpikir saya akan memiliki cinta seperti itu," katanya.

Ia tahu bahwa ia tidak bisa tinggal dengannya di berbagai gua dan pondok, jarak yang memisahkan antara rumah di Pankisi dan pegunungan cukup jauh, jadi ia mendorong suaminya untuk belajar mengemudi, sehingga ia bisa bekerja bersamanya untuk memandu wisatawan.


'Rumah saya di gunung'
Bahkan hingga kini, Asmadiredja, 45, menyadari betapa banyak yang ia telah tinggalkan. Dua anaknya, masing-masing berusia sembilan dan 12, yang awalnya tinggal bersama suaminya, kini dirawat di panti asuhan. Dengan pasangan yang berbeda, ia juga memiliki seorang anak yang berusia remaja, seorang anak perempuan yang tinggal dengan ayahnya.

Asmadiredja mengirim surat kepada anak-anaknya secara rutin, tetapi mereka tidak membalas. Ia sempat tergoda untuk kembali ke Jerman dan menuntut hak asuh atas anak-anaknya, tetapi ia tidak mendapat jaminan bahwa ia akan berhasil.

"Saya punya kehidupan di sini," kata dia. "Kehidupan ini telah menyerap banyak energi saya. Untuk kembali ke Jerman... mungkin saya akan mendapatkan anak-anak saya lagi, mungkin tidak, tapi bahkan jika saya mendapatkan mereka, [mungkin hanya untuk] beberapa tahun saja, dan untuk itu, saya harus melepaskan semua? Saya tidak bisa. Mungkin saya egois, tapi saya sudah membangun hidup saya di sini. Nama saya dikenal sebagai pemandu, fotografer. Kenapa saya harus melepaskan itu semua demi hidup dengan jaminan di sana?"

Pegunungan itu, kata dia, adalah rumahnya yang asli. "Di gunung saya bebas."


Sumber Foto : BBC dan Devi Facebook. Peta : GoogleMaps

Tuesday, December 23, 2014

RELOKASI PENDUDUK TOKYO...




Krisis Demografi
Tokyo Targetkan Relokasi 30 Ribu Warga Per Tahun

Denny Armandhanu, CNN Indonesia Minggu, 21/12/2014

Tokyo Targetkan Relokasi 30 Ribu Warga Per TahunRelokasi dilakukan untuk mengurangi konsentrasi penduduk yang terlalu besar di Tokyo dan meratakannya ke wilayah lainnya di Jepang. 

Pemerintah Jepang menargetkan 30 ribu warga pindah dari Tokyo per tahunnya mulai 2020 untuk mengurangi kepadatan penduduk di ibukota dan pemerataan penduduk. Di antara strateginya adalah meningkatkan industri di berbagai provinsi lain.


Hal ini tercantum dalam rancangan strategi vitalisasi kota Tokyo yang dikutip The Japan News, Minggu (21/12). Dalam rencana itu, Tokyo juga menargetkan mengurangi jumlah pendatang ke ibukota sebanyak 70 ribu orang setiap tahunnya.

Hal ini dilakukan untuk mengurangi konsentrasi penduduk di Tokyo dan berkurangnya jumlah penduduk di wilayah lain karena tingkat kelahiran yang rendah.

Tren demografi di Tokyo juga timpang. Pada 2013, sekitar 410 ribu warga pindah ke Tokyo, dan sekitar 340 ribu yang keluar dari kota tersebut.

Pemerintah Jepang akan melakukan langkah-langkah selama lima tahun pada 2020 untuk membuat warga pindah dari ibukota, di antaranya adalah rencana vitalisasi di provinsi.

Di antaranya adalah meningkatkan agrikultur sehingga menjadi industri berpotensi tinggi dan merelokasi warga dari pusat ke provinsi. Pemerintah menargetkan 50 ribu lapangan pekerjaan baru dalam lima tahun ke depan di daerah selain Tokyo.

"Penciptaan pekerjaan di wilayah provinsi akan menciptakan gelombang perpindahan warga ke wilayah tersebut," tulis dokumen rancangan tersebut.
Pemerintah Jepang juga menargetkan meningkatkan nilai total ekspor produk-produk industri agrikultur, kehutanan dan perikanan menjadi 1 triliun yen dari sekitar 550 miliar yen pada 2013.

Jepang juga akan merelokasi beberapa departemen riset dan pengujian ke daerah lain dari Tokyo.

Pada akhir tahun fiskal 2014, Jepang akan mendata departemen dan mengumpulkan pendapat pemerintah lokal yang akan menampung relokasi pada 2015. Diharapkan, langkah ini bisa segera dilakukan pada 2016.

Pemerintah juga mempertimbangkan sistem yang memungkinkan utang pendidikan mahasiswa di daerah provinsi dikurangi atau bahkan dihapuskan jika mereka mau bekerja di provinsi dan tidak datang ke Tokyo.

Terkait perusahaan swasta, Jepang akan memberikan beberapa kemudahan dan memfasilitasi perusahaan yang ingin memindahkan kantor atau fasilitas pelatihan mereka ke tempat lain dari Tokyo.

Bagi perusahaan yang memindahkan kantor pusat mereka ke provinsi lain, pemerintah Jepang akan memberikan penghargaan khusus, seperti pengurangan pajak selama beberapa waktu.

Sumber artikel : http://www.cnnindonesia.com/
Sumber foto     : http://wordpress.tokyotimes.org/

Thursday, June 27, 2013

Moralitas dan Tuhan

Apakah Manusia Perlu Tuhan untuk Menjadi Bermoral?
Penulis : Yunanto Wiji Utomo

(Artikel ini diambil dari KOMPAS.com,  Selasa, 9 April 2013)

Mana yang lebih tepat? Apakah manusia bermoral karena percaya Tuhan atau manusia percaya Tuhan karena manusia bermoral. Hingga kini, jawaban pasti pertanyaan itu masih menjadi perdebatan.

Frans de Waal, ahli primata ternama dunia, biolog di Emory University dan Direktur Living Links Center di Yerkes Primate Center di Atlanta, mencoba memberi uraian untuk menuju pada jawaban akan pertanyaan tersebut lewat bukunya, The Bonobo and the Atheist.

Agamawan dan kaum pemeluk agama yang taat pastinya akan menjawab bahwa manusia bermoral karena percaya Tuhan. Namun, De Waal menjawab sebaliknya. Menurutnya, manusia percaya Tuhan karena manusia bermoral.

Jawaban De Waal didasarkan atas hasil penelitian selama bertahun-tahun pada perilaku primata besar seperti simpanse dan bonobo. Ia menunjukkan bahwa moralitas berkembang sebelum manusia dan kebudayaan manusia berkembang.

Penelitian menunjukkan bahwa primata besar memiliki empati. Mereka memiliki rasa keadilan, mereka bisa memelihara dan peduli satu sama lain serta mampu berbagi dengan individu lain yang kurang beruntung.
Karakter primata yang menyerupai sifat manusia tersebut membuat De Waal berpikir bahwa primata pun punya akar moralitas. Walaupun, memang, primata selain manusia belum bisa dikatakan bermoral; primata punya penyusun utama moralitas.

Dalam bukunya, De Waal menuliskan, "Ada sedikit bukti bahwa hewan menilai kesesuaian suatu aksi yang tak secara langsung berdampak pada dirinya. Dalam perilaku ini, kita pun mengenal nilai yang sama."
"Saya mengambil petunjuk-petunjuk kepedulian pada komunitas ini sebagai tanda bahwa penyusun utama moralitas lebih tua dari kemanusiaan, dan kita tidak perlu Tuhan untuk menjelaskan bagaimana kita bisa sampai pada posisi kita sekarang," tulis De Waal seperti dikutip ABC News, Senin (8/4/2013).

De Waal yang juga seorang ateis menegaskan, moralitas berkembang dari proses perkembangan spesies manusia itu sendiri, bukan diberikan oleh Tuhan. Ia mengungkapkan tanda lain adanya moralitas pada primata. Salah satunya, primata selain manusia juga bisa merasa bersalah.

Kasus tersebut dijumpai pada bonobo bernama Lody di Kebun Binatang Milwaukee County. Bonobo itu menggigit tangan dokter hewan yang memberikannya vitamin. Akibat gigitan, dokter hewan tersebut kehilangan satu jari.

Mendengar teriakan sang dokter saat jarinya digigit, Lody menengok ke atas dan terkejut. Ia lalu melepaskan tangan yang sudah kehilangan satu jari itu. Hari berikutnya, saat dokter hewan kembali menengoknya, Lody lari ke sebuah sudut, menundukkan kepala dan melingkarkan tangan di tubuhnya.
Yang mengejutkan, 15 tahun setelah berpisah dengan dokter hewan itu, Lody tetap mengenalinya dan mengingat kesalahannya. Saat dokter hewan itu berdiri di kerumunan, Lody berlari ke dokter itu seraya melihat tangan kiri sang dokter. Lody terus melihat tangan dan wajah dokter itu.

Apa yang dilakukan Lody menjadi bukti adanya bibit-bobot moralitas pada hewan. Apakah Lody merasa malu? Atau, apakah dia takut akan pembalasan? Yang jelas, apa yang dilakukan Lody adalah bukti bahwa dia merasa bersalah, sekaligus menjadi tanda bahwa ia punya bibit moralitas.

Berkali-kali, para ahli primata juga mendokumentasikan rasa bersalah, sedih, dan iba saat pada individu lain yang sekarat, pada ibu kera yang kehilangan anaknya, serta memelihara anakan yang kehilangan orangtuanya.

"Beberapa orang mengatakan, hewan adalah diri mereka sendiri, sementara manusia mengikuti sesuatu yang ideal, tapi itu terbukti salah. Bukan karena kita tak punya sesuatu yang ideal tetapi karena mereka pun memilikinya," tulis De Waal.

Ada satu kasus menarik. Bonobo pun tahu cara mencegah perang. Koloni bonobo kadang berkumpul saat dua pejantan akan berperang. Yang menarik, saat perang telah siap dimulai, bonobo betina yang ada di sekitarnya justru mulai bercinta dengan sesama ataupun lawan jenisnya.

Dalam sudut pandang manusia, apa yang dilakukan bonobo itu bisa disebut orgy. Lalu, apakah orgy adalah wujud moral? Pastinya, bagi manusia, hal itu tidak bermoral. Namun mungkin, bonobo hanya menyadari bahwa memang lebih baik bercinta daripada berperang.
Sumber :ABCNews
Editor :yunan

Monday, June 17, 2013

Mengenal Turki...!



(Artikel ini diambil dari VOA Indonesia. Artikel yang berasal dari Ruters tersebut, menjadi menarik untuk mendalami Turki, sebagai Negara yang menjembati dua peradaban yaitu Barat (Eropa) dan Timur, khususnya Timur Tengah. Turki yang bersejarah hebat, merupakan satu-satunya Negara Islam yang berperadaban Barat, Editor Cantigi Peace).

Konflik di Turki Soroti Perpecahan Budaya
Protes-protes yang terjadi di Turki menyoroti perpecahan yang berakar sampai

1920an, ketika Mustafa Kemal Ataturk membentuk republik sekuler.

Mustafa Kemal Ataturk, Wikimedia

Istanbul_
Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan berdiri di depan para pendukung
setianya yang melambaikan bendera-bendera Turki, menyerukan "Allahu Akbar,"atau Allah Maha Besar, dan memanggil nama-nama penyair Ottoman yang saleh dalam mengecam warga lain yang menantang kekuasaannya. 

Para pendukung melambai-lambaikan bendera Turki dengan latar belakang gambar Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan saat mereka menunggu kedatangannya di Ankara (9/6).

Di seluruh Istanbul,  bendera-bendera yang sama, bulan sabit dan bintangberwarna putih dengan latar belakang merah, juga dilambaikan, namun merekamemproklamirkan apa yang oleh beberapa pengkritik Erdogan sebagai Turki yang berbeda. 

Kerusuhan dan demonstrasi telah menyoroti perpecahan pada masyarakat Turki yang berawal pada 1920an ketika Mustafa Kemal Ataturk membentuk republik sekulerdari reruntuhan teokrasi Ottoman.
Ia melarang identitas Islam tampil di kehidupan publik, menggantikan huruf Arabdengan aksara Latin dan mendorong penggunaan pakaian ala Barat serta hak-hak perempuan.

Saturday, March 23, 2013

Oh... Bali !



Pemuda Adat:
Citra Kuta Bali Semakin Murahan

Jakarta, Kompas.com, Senin, 18 Maret 2013
Wakil Pemuda Desa Adat Kuta dari 13 banjar di Bali mengatakan, saat ini citra kawasan Kuta, Bali, semakin murahan di mata para wisatawan, terlihat dari perilaku para turis yang datang.

"Hal tersebut terindikasi dari kualitas turis yang berkunjung ke Kuta, yang telah mengalami penurunan, termasuk tingkah dan perilakunya," kata perwakilan Pemuda Desa Adat Kuta, I Gede Ary Astina, melalui pesan singkat yang diterima di Jakarta, Jumat (15/3/2013).

Ary mengatakan, Pemuda Desa Adat Kuta berencana menemui Gubernur Bali Made Mangku Pastika pada Sabtu (16/3/2013) untuk menyuarakan tuntutan tersebut.
Menurut Ary, sudah banyak terjadi kasus-kasus memalukan yang disebabkan oleh perilaku turis-turis yang kurang berkualitas.

Hal tersebut, menurutnya, berdampak pada pemberitaan internasional yang semakin mencitrakan daerah Kuta atau Bali sebagai sebuah daerah atau pulau di mana para turis bisa melakukan hal apa saja dengan bebas.

"Banyak sekali kasus-kasus yang disebabkan perilaku turis-turis yang kurang berkualitas, bisa dicari di internet. Ada turis yang menembaki taksi, buronan interpol kabur ke Bali, melakukan penusukan dengan senjata tajam, hingga melakukan hubungan seksual di pura," kata Ary.

Dia menekankan bahwa Pemuda Desa Adat Kuta meminta pemerintah untuk segera membuat sebuah sistem filterisasi terhadap wisatawan yang masuk ke Kuta, misalnya dengan memperketat syarat-syarat bagi para turis yang akan berkunjung ke Kuta atau Bali.

"Agar citra Bali khususnya Kuta tidak terlalu murahan di mata turis. Karena ada kekhawatiran akan terjadi kasus-kasus rasialisme," ujar dia.

Selain itu, kata dia, Pemuda Desa Adat Kuta juga meminta pemerintah secara serius dan intensif melakukan edukasi terhadap warga lokal agar tidak menjadi "budak pariwisata". Hal itu, menurut mereka, bisa dimulai dari kurikulum sekolah-sekolah pariwisata agar Bali melahirkan tenaga kerja pariwisata yang cerdas, berani bersaing, dan tidak minder melihat warga asing.

"Harus digarisbawahi bahwa turis yang lebih memerlukan Bali, bukan Bali yang harus mengemis kepada turis. Dengan harga diri yang terjaga, rasa hormat dan apresiasi akan datang dengan sendirinya. Mental budak harus dihapuskan," kata dia.

"Besok, Sabtu, Gubernur Bali membuat acara Simakrama di Wantilan DPRD Renon. Simakrama itu semacam pertemuan dengan warga. Kami ingin memanfaatkan momentum tersebut untuk bicara dengan gubernur," kata dia.

Pada kesempatan itu Pemuda Desa Adat Kuta juga akan meminta Gubernur Bali Made Mangku Pastika melakukan pemberdayaan bisnis lokal, mengubah pola pikir aparat hukum, mengatur ketertiban umum, serta pembatasan kendaraan yang telah menyebabkan masalah lalu lintas di Bali.
Sumber : ANT, Editor : Jodhi Yudono

Tuesday, November 06, 2012

Bagaimana Menjadi Presiden AS




Menurut Konstitusi
Kaukus dan Pemilihan Awal
Konvensi Nasional
Pemilihan Umum
Pelantikan Presiden

Harus dilahirkan di AS
Setidaknya berusia 35 tahun
Telah tinggal di AS selama mininal 14 tahun

Kaukus dan Pemilihan Awal
Para kandidat meluncurkan kampanyenya di negara bagian kunci dan memperjuangkan nominasinya sebagai calon presiden dari partai mereka. Mereka sering memfokuskan usaha
mereka di negara-negara bagian yang menyelenggarakan kaukus dan pemilihan awal, di mana hasil yang baik akan mendorong kesuksesan pencalonan mereka.

Dalam sebuah kaukus, para anggota partai memulai proses dengan melakukan seleksi terhadap daftar kandidat yang mencalonkan diri. Mereka memilih kandidat mereka
melalui serangkaian musyawarah dan pengambilan suara terbanyak.

Dalam sebuah pemilihan awal, anggota partai memilih kandidat mana yang akan mewakili mereka pada pemilihan presiden dengan pengambilan suara terbanyak. Super Tuesday,
hari Selasa pertama di bulan Maret adalah saat di mana pemilihan awal berlangsung di banyak negara bagian sekaligus.

Konvensi Nasional
Partai Republik dan Demokrat masing-masing mengadakan Konvensi Nasional, di mana agenda utamanya adalah meresmikan nominasi masing-masing kandidat sebagai calon
presiden. Saat konvensi, pilihan kandidat untuk calon wakil presiden juga secara formal disahkan. Konvensi yang biasanya digelar selama beberapa hari menampilkan
tokoh-tokoh parta, dihadiri oleh ribuan delegasi dan anggota media

Pemilihan Umum
Para kandidat berhadapan satu sama lain dalam debat calon presiden dan kampanye di seluruh penjuru AS, dengan tetap berfokus pada negara-negara bagian kunci di mana
tidak ada satu di antara dua partai yang mendominasi. Pada tanggal 6 November 2012, warga Amerika akan memilih presiden dan wakil presiden. Warga sebetulnya
menyalurkan suaranya bagi sekelompok orang yang mewakili daerah masing-masing dikenal dengan istilah electoral college.

Electoral College
Sistem Electoral College memberikan masing-masing negara bagian sejumlah perwakilan berdasarkan jumlah perwakilan mereka di Kongres. Pada umumnya, pemenang di masing-
masing negara bagian meraih seluruh jumlah suara dari anggota Electoral Colege. Untuk memenangkan pemilihan, seorang capres memerlukan 270 suara dari jumlah
keseluruhan 538 anggota Electoral College.

Pelantikan Presiden
Presiden dan wakil presiden yang terpilih dilantik pada bulan Januari. (Sumber : VOA Indonesia)

Saturday, October 13, 2012

Islam Agama Baru di Haiti...!


Foto Washington Post


Islam Berkembang di Haiti Pasca Gempa
VOA,Jumat, 12 Oktober 2012

Jumlah pemeluk agama Islam naik di Haiti, yang sebagian besar penduduknya beragama Kristiani dan Voodoo, terutama setelah gempa besar 2010.

Guru sekolah Darlene Derosier kehilangan rumahnya di ibukota Haiti, Port-au-Prince, ketika gempa bumi besar pada 2010 menghancurkan negaranya. Suaminya meninggal sebulan kemudian setelah menderita apa yang ia sebut trauma emosional dari bencana alam tersebut. Ia dan dua anak perempuannya sekarang tinggal di tenda-tenda di luar ibukota, dikelilingi ribuan warga lainnya yang juga kehilangan rumah dan merana karena bencana.

Derosier mengatakan bahwa yang membantunya mengatasi penderitaan tersebut adalah agamanya, namun bukan Katolik, Protestan atau bahkan Voodoo yang mendominasi negara pulau ini. Ia telah masuk Islam, agama yang relatif baru di sini, dan membangun masjid kecil dari batako dan tripleks, tempat sekitar 60 Muslim shalat setiap hari.

Thursday, October 04, 2012

Flipina Menekan Jumlah Penduduk...


Upaya Flipina Menekan Kelahiran

Yahoo! News – 03/10/2012
 Oleh Karen Lema | Reuters

Manila (Reuters)
Presiden Filipina Benigno Aquino sedang berseteru dengan institusi gereja Katolik yang sangat kuat di negara itu demi memberi akses bebas terhadap cara-cara membatasi pertumbuhan jumlah anak.

Negara yang sangat dominan penganut Katoliknya memiliki pertumbuhan jumlah populasi penduduk tercepat di Asia bersamaan dengan tingkat kemiskinan yang kronis. Saat negara-negara tetangganya sudah bergerak menuju kesejahteraan, pertumbuhan Filipina tersendat.

Ahli ekonomi mengatakan bahwa tingginya pertumbuhan populasi menjadi faktor utama lambatnya kesejahteraan negara membaik, namun institusi gereja tak setuju. Menurut mereka, pertumbuhan populasi bukanlah penyebab kemiskinan dan orang-orang membutuhkan pekerjaan, bukan kontrasepsi.

Aquino, yang juga seorang penganut Katolik seperti halnya 80 persen populasi negara itu, sudah memberikan dukungan pada rancangan undang-undang kesehatan reproduksi yang, jika disahkan oleh dua Kongres, menjamin akses alat kontrasepsi gratis dan mempromosikan pendidikan seks.

Keduanya akan menguntungkan seseorang seperti Liza Cabiya-an, jika saja dia mendapat kesempatan tersebut.

Thursday, July 05, 2012


Eric Martoyo

Montecristo
Seperti Mendengarkan Musik Luar Negeri…

Sebuah pertunjukan kecil tapi mendapat perhatian besar oleh para sesepuh musik, pengamat dan peliputan, terjadi di Bentara Budaya Jakarta, 31Mei 2012. Montecristo, telah membuat para penonton tercengang-cengang…

(Ini adalah sebuah episode dari kehidupan Mrs. Chan saat ia mengatakan kepada saya secara pribadi, Eric Martoyo)

“Ancestral Land”
Words by Eric Martoyo; Music by Eric Martoyo & Fadhil Indra; Arranged by Fadhil Indra
 It was midnight in nineteen fifty two
The propaganda had been burning in her soul
She was only nineteen years old
When she said, “Mama, I have to go”
The moon and stars were dancing in her eyes
When she boarded the ship for her ancestral land
The sail was spreading hopes and dreams
“Hello brothers and sisters, here I am”

Chorus:
They were welcomed by the dragon dance
The only thing to remember again and again
And then a man said, “You don’t belong in this land”
Life’d never be the same

Music: . . . . . .
Nights and days were slowly passing by
She was forced to answer the same questions every day
And for years, she survived on
Three cups of plain rice day after day

Chorus:
They were welcomed by the dragon dance
The only thing to remember again and again
And then the man said, “You’ve come to spy on us”
“This life you must give up”

Her heart was broken and her faith was drowned
She’d got nowhere to hide and nowhere to run
She was a prisoner in her dreamland
The wall was just too high to climb, whoa…

Music: . . . . . .
The sail was spreading hopes and dreams
“Hello brothers and sisters, here I am”

Chorus:
They were welcomed by the dragon dance

The only thing to remember again and again
And then the man said, “You’ve come to spy on us”
“This life you must give up”

Her heart was broken and her faith was drowned
She’d got nowhere to hide and nowhere to run
She was a prisoner in her dreamland

The wall was just too high to climb
They were welcomed by the dragon dance
The only thing to remember again

“Oh Lord, take me with You”
“Where are You?”... “Where are You?”
“Please take me with You now”

“Now! Now! Now! Now!”
 
Ketika diundang oleh Seno M. Hardjo untuk menonton Montecristo di Bentara Budaya Jakarta, 31 Mei 2011, saya pikir ini adalah sejenis musik jazz pop. Kesan itu saya dapatkan dari poster pertunjukannya. Begitu dram ditabuh, gitar listrik dipetik, tuts piano dimainkan, yang muncul adalah musik rock yang hingar bingar dan padat. Saya masih acuh tak acuh, untuk mengeluarkan camera saja malas. Kesan saya mulai berubah menyimak lafal Inggris sang vokalis Eric Martoyo yang sempurna. Ketika Eric berbicara dalam bahasa Inggis yang fasih, sebagai pengantar musik dan groupnya, saya mulai antusias. Puncak keantusiasan saya – ketika sampai ke latar panggung untuk memotret.

Sembilan lagu yang dinanyikan, semua lirik dalam bahasa Inggris, dan gubahan mereka. Tidak ada keraguan lagi jika mendengarkannya bagai mendengarkan musik rock dari Eropa atau Amerika.

“Apa pendapat lu Zal,” tanya Seno seusai pagelaran.

“Seperti mendengarkan musik luar negeri dan elitis,” jawab saya.



Siapa Montecristo ?
Saya pun heran, kok ada group musik sebagus itu yang terkubur diantara rimba musik Indonesia yang “ngak – ngik – nguk”.

Sebagai pengakuan bahwa Montecristo bukanlah group musik “murahan”, adalah kehadiran Yockie Suryo Prayogo di panggung mengiringi Montecristo dengan pianonya. Apa yang dikatakan oleh Bung Yockie, bahwa Montecristo perlu didukung. Tentu Bung Yockie punya alasan tersendiri mengapa ia terlibat dalam group ini.


“Pertama kali Seno menawarkan Montecristo, saya minta sample lagunya. Setelah saya dengarkan, saya minta bertemu dengan mereka. Kami bertemu di Plaza Senayan. Saya tidak yakin, karena yang datang adalah seorang “karyawan berdasi”, dan itu adalah Eric Martoyo. Sejak itu kami garap musik bersama-sama. Sedangkan Seno, adalah ‘ayah angkat’ dari Montecristo,” ungkap Bung Yockie yang diiringi tepuk tangan oleh penonton.

“Ketika pertama kali mendengakan Montecristo, hanya Bung Yockie yang cocok untuk menangani mereka. Begitu saya sampaikan kepada mereka, mereka mau sekali,” terang Seno, mantan wartawan musik, produser, juga penggiat di AMI (Anugrah Musik Indonesia) itu.
 Panggung tidak saja diisi oleh anggota Montecristo, tapi juga ada Lilo (Kla Project) sebagai pembawa acara, yang juga memberikan apresiasi. Secara berseloroh Lilo berkata, telah terjadi “pelecehan intelektual” karena saya menjadi MC. “Ini pertamakali saya sebagai MC,” kata Lilo yang disambut tertawa.

Jadilah panggung tersebut sebagai “panggung sandiwara”, dengan kelihaian Lilo membawakannya, sehingga cair, akrab dan berkesan.
Montecristo lahir tahun 2007 silam. Mereka ini adalah pemain musik yang tekun. Setelah terbentuk, menyamakan persepsi, dan kemudian membulatkan tekat. Mereka terdiri dari Eric Martoyo (vokal utama), Rustam Effendy (gitar), Fadhil Indra (piano, keyboard), Haposan Pangaribuan (bass gitar), Alvin Anggakusuma (gitar) dan Keda Panjaitan (drum). Kemudian mereka sering tampil di berbagai panggung pertunjukan, dengan aliran Rock Progresif.

“Berawal ketika saya bertemu dengan Rustam menonton Dream Theater di Singapore. Kembali ke Jakarta, kami membentuk group musik, lalu susun personel,” Eric menjelaskan.

 Menilik lirik-lirik lagunya, cendrung sebagai sebuah puisi atau prosa karena kesungguhan dalam pengarapannya - yang berdasarkan fakta kejadian serta fenomena negeri ini. Misalnya saja lagu yang berlabel Ancestral Land diatas.   Lagu tersebut tentang kisah  Mrs. Chan’s, tante Eric sendiri.

 Pada tahun 1952, Partai Komunis Cina membuat propaganda agar para Cina parantauan (hawkiau) kembali ke tanah lelulur. Berbondong-bondonglah Cina keturunan Indonesia ke Tiongkok. Bertepatan pada saat itu, Tiongkok mengalami kegagalan panen, sehingga terjadi kelaparan. Cina Indonesia yang sudah menjajakan kakinya disana, mendapat perlakuan tidak simpatik oleh masyarakat setempat karena dikira akan mengurangi jatah makan mereka. Pendatang ini dicuigai sebagai agen asing. Sementara dari pemerintah, tidak ada pembelaan. Tantenya yang ketika meninggalkan tanah air baru berusia 19 tahun, kemudian menjadi seorang dokter, berhasil melarikan ke Hongkong. Di Hongkong itulah terjadi pertemuan keluarga, antara keluarga di Jakarta dan keluarga di Hongkong. Kisah nyata itu dijadikan untuk sebuah lirik lagu. Tentu tidak mudah memproses kisah ini dalam sebuah bait-bait lagu. Dan, Eric menyampaikan fakta tersebut di panggung musical.

Nah, lagu terakhir yang dihidangkan Montecristo, yaitu Crash berlatar belakang kejatuhan sebuah pialang saham terbesar, Lehman Brothers   Amerika pada tahun 1998-yang memicu krisis global. Itulah yang puisi yang dinyanyikan. Pembuatan lirik-lirik itu melalui proses pengamatan dan kecermatan seorang yang dibekali kecerdesan.

 Eric Martoyo adalah seorang pengusaha yang sukses. Salah satu usahanya adalah importer alat-alat kesehatan. Sehari-hari ia sibuk mengurusi bisnisnya, pada akhir minggu mereka latihan musik. “Musik adalah jiwa saya, semangat saya. Melalui musik, saya ekspresikan diri saya,” tegasnya dengan mengepalkan tangannya.

Melalui kretivitas musiknya, Montecristo terasa cerdas dan elitis.  Cerdas, karena lirik-liriknya. Elitis, karena santun.
 Soal nama Montecristo, bagi kalangan elitis Jakarta dipersonifikasikan ke cerutu. Bagi saya, mengingatkan ke novel Monte Cristo yang dikarang oleh Alexandre Dumas, pengarang Perancis yang hidup antara 1802-1870.

Rekaman album pertama terjadi antara April dan Juli tahun 2009, dengan label Celebration of Birth.

Inilah lagu-lagunya. Dikatakan oleh mereka, musik ini dilahirkan untuk kritik.

1. Ancestral Land
2. About Us
3. A Romance of Serendipity
4. Garden of Hope
5. Celebration of Birth
6. In Touch With You
7. Crash
8. Forbidden Song
9. Clean

(Rizal Bustami)

Saturday, July 17, 2010

Catatan Zulfikar

Suara Suara Anak Rantau
“MEDAN BAPANEH” DAN PERLUASAN KOTA BUKIKTINGGI

Pengantar dari Redaksi
Zulfikar, seorang asal Bukittinggi, Sumatera Barat, sorang ahli Tata Ruang 
yang tinggal di rantau, mengajak semua pihak untuk duduk 
bersama memikirkan pembenahan kota Bukittinggi secara 
sungguh-sugguh. Bukan berdasarkan tujuan politik dan PAD. 

 Latar Belakang Masalah
Bukit Tinggi sebaiknya tidak ditulis demikian tapi Bukiktinggi karena itulah generik dari nama kota tersebut.  Ini merupakan langkah awal untuk 'Baliak Banagari' (bukan Baliak Ka Nagari).  Kota Bukiktinggi sejak dulu dikenal sebagai 'Koto Rang Agam'.  Substansi dari historis kalimat tersebut seyogyanya menjadi acuan bagi masyarakat yang berada dalam satu kesatuan geo-sosio-eko-kultural 'Agam' dalam membangun wilayah ini ke depan. Cukup banyak sejarah orang Agam yang dapat dijadikan titik ikat (benchmark) dalam membangun wilayah 'Agam' yang pusat pertumbuhan/ pelayanannya adalah Bukiktinggi.



Wednesday, May 26, 2010

Catatan Zulfikar


BUKIKTINGGI YANG CARUT MARUT, 
RATAP SEORANG RERANTAU

Oleh : Zulfikar*

Pengantar
Siapapun di Nusantara ini bila melihat gonjong Jam Gadang di televisi, maka semua pemirsa pasti akan menangkap pesan yang sangat jelas, itu adalah Sumatera Barat.  Jadi Jam Gadang bukanlah sekedar land mark dari kota Bukiktinggi (kami tidak menggunakan kata “Bukittinggi”) tapi merupakan ciri khas Sumatera Barat, ciri visual yang menjadi milik dan kebanggaan khalayak Minang
.

Kekaguman pemirsa atau masyarakat di luar Sumatera Barat tidak saja hanya karena Jam Gadang tapi juga karena lansekap Kota Bukiktinggi yang begitu memikat, Ngarai Sianok yang spektakuler dan tiga gunung yang  indah, Marapi, Sago dan Singgalang. Hampir semua pendatang mengatakan, bila belum ke Bukiktinggi itu artinya belum ke Sumatera Barat.  Disinilah orang bisa menikmati lansekap kota yang cantik sambil mencicipi berbagai penganan dan nasi kapau yang lezat ditingkah semilir angin berhawa pegunungan.  Tentunya kita tidak mengabaikan keindahan Lembah Anai, danau Maninjau dan Singkarak, Lembah Arau, kelezatan Sate Mak Syukur ataupun keagungan Istana Pagaruyuang.

HARGA BENELLI MOTOBI 152 TH 2023