Friday, June 10, 2022

Pengalaman dengan Suzuki Smash 110 CC Jakarta Nol KM Sabang



Saya baru-baru ini saja bisa mengendarai sepeda motor dalam arti sesungguhnya. Dengan kata lain, status pemula. Namun, dalam hitungan bulan, saya telah melakukan perjalanan dengan sepeda motor Suzuki Smash 110 produksi tahun 2006 ke KM Nol Sabang sejauh 3000 lebih full melalui Jalan Lintas Barat Sumatera.

Saya dikenal sebagai petualang, penulis dan fotografer. Sering memberikan Talk Show dan  ceramah untuk kegiatan alam bebas dan pariwisata. Sebagai wartawan media cetak era tahun 90-an sampai tahun 2010-an, lebih dari 20 tahun sebagai penulis,  telah banyak dan cakupan yang luas mengunjungi dan melakukan perjalanan di Indonesia dan lintas negara. Seluruh perjalanan saya tersebut, saya rekam dan catat dengan  GPS Garmin. Rute jalan dan nama tempat (POI) saya catat. POI yang saya catat yaitu hotel dan penginapan, SPBU Pertamina, Bank dan ATM, mini market, kios kelontong, kios penjualan bahan bakar kendaraan, rumah makan, pelayanan medis, kantor polisi dan TNI, view, situs sejarah, dan sebagainya. Semua catatan GPS tersebut saya peruntukkan bagi masyakat umum, yang saya upload di www.navigasi.net, Open Source Maps, Google Maps, dan situs webs wisata dan petualangan di luar negeri. Bagi saya catatan GPS tersebut lebih penting dari pada video dan foto, sebab data GPS sangat berguna untuk memperkaya data peta Indonesia.

Saya melakukan perjalanan dengan team dan mandiri, menggunakan jasa transportasi dan kendaraan sendiri. Kendaraan sendiri yang saya gunakan, yaitu sepeda MTB, mobil landrover, dan kendaraan roda empat lainnya. Namun, untuk kendaraan roda dua bermesin, kali inilah saya melakukannya.

Saya memiliki Suzuki Smash tahun 2006. Sepeda motor tersebut saya beli sekitar bulan Maret 2021 untuk tujuan belajar dan berlatih. Saya memang tidak bisa mengendarai sepeda motor, terutama di jalan raya. Setelah saya bisa / berani mengendarai sepeda motor, saya menyesalinya kenapa tidak dari dulu saya melakukannya. Dan, saya kagum kepada pengendara sepeda motor yang lincah di jalan. 

Perihal perjalanan saya dari KM Nol Jakarta/Cawang (S6 14.809 E106 52.616). Sampai ke KM Nol Sabang (N5 54.354 E95 13.010), saya memilih rute Jalan Lintas Barat Sumatera, full sampai ke Pelabuhan Ulee Lheue (N5 33.879 E95 17.649).

Saya melakukan perjalanan tersebut seorang diri. Tentu, bukan saya saja yang telah melakukan perjalanan seorang diri sejauh itu. Sebagai pemula di dunia sepeda motor, saya mendapatkan berbagai tips dari yang berpengalaman. 

Sebagai pemula, apalagi perjalanan jauh di Sumatera, muncul juga perasaan was-was, baik untuk ketahanan pisik dan mental, serta stamina Suzuki Smash. Muncul perasaan  nggak karuan, ketika saya  keluar dari ferry di Bakauhuni. Apakah iya… Berada di Sumatera menempuh Jalan Lintas Sumatera yang terkenal itu seorang diri. Perasaan tersebut hanyalah persepsi pribadi saya, sebagai pemula.

Rute yang saya tetapkan dan kemudian saya jalankan adalah, Tahap I : Bakauhuni, Pantai Guci, Dermaga Ketapang, Kota Agung, Tanjakan Sedayu, Tanjung Setia / Krui (Provinsi Lampung), Manna, Bengkulu Kota, Mukomuko (Provinsi Bengkulu), Tapan, Pantai Carocok, Padang, Bukittinggi (Povinsi Sumatera Barat). Tahap II : Bukittinggi, Pariaman, Pasaman Barat (Provinsi Sumbar), Natal, Danau Siais, Batang Toru, Sibolga, Barus (Sumatera Utara), Singkil, Subulusalam, RCU Trumon, Tapak Tuan, Calang, Lamno, Banda Aceh, Pulau Weh (Provinsi Aceh). Dalam catatan GPS, jarak tempuh Bakauhuni – Bukittinggi 1390 Km. Jarak tempuh Bukittinggi – Sabang 1806 km. Perjalanan Suzuki Smash sebetulnya melebihi dari yang terekam oleh GPS. 

Jarak tempuh yang saya tetapkan setiap hari 90 km sampai 125 km. Saya membatasi lama dan jarak tempuh, karena mencatat dengan gps dan mendukomentasikan perjalanan. Tentu, saya tidak bisa ngebut, yah karena belum mahir…

Pengalaman saya bersepeda di Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba, bahkan di Lembah Baliem (Kabupaten Wamena, Papua), perlengkapan perjalanan yang saya bawa dan pakai sama dengan yang saya gunakan dalam bersepeda. Seperti tanda personal, kompor Trangia, tempat tidur lipat mini, flaysheet, dll.

Alat-alat pendukung perjalanan, laptop Fujitsu (tahan banting dan cuaca), 2 unit GPS Garmin, camara active Garmin Virb Ultra, 2 unit solar cell baterai AA merek Silva, konventer charger 12 volt, extra lampu sepeda, baterai cadangan AA charger untuk GPS. Total berat barang yang saya bawa 35 kg, yang saya tempatkan di 4 tas sepada. Saya tidak memakai boks bagasi, karena sulit menempatkan velbet dan tenda. Selain itu, memakai boks bagasi titik tumpu berat jauh dari sumbu belakang. Di bagian depan sepeda motor, saya tempatkan tas kunci dan flaysheet yang juga berfungsi sebagai pemberat di bagian depan. 

Upgrade Suzuki Smash, penggantian kampas rem, tali gas, membran/pompa bensin (sory nggak paham), dan aki. Itu saja. Suku cadang yang dibawa sambungan rantai, ban dalam, pompa mini dan per ulir kampas rem belakang.

Sejauh perjalanan saya dengan Suzuki Smash, tidak ada masalah serius yang terjadi. Kerusakan yang dialami, hanya per ulir penahan kampas rem belakang putus. Itupun terjadi di Lamno, Aceh. Penggantian Olie, pertama dilakukan di Bukittinggi. Di Bukittinggi saya menemukan olie merek Suzuki. Penggantian olie berikutnya, di Aceh dengan olie merek Suzuki yang saya bawa.

Selama perjalanan, banyak orang yang empati. Mungkin karena usia saya yang sudah menjelang sepuh, dan sepeda moor yang juga sepuh. Setiap hari, ada saja yang membayar makan saya di rumah makan, hotel discount, bahkan ada yang ngasih ban baru di Aceh, dan mengisi bensin gratis. Pemakaian bahan bakar rata-rata 35 liter / kilometer. Saya selalu mencatat jarak tempuh dan pengisian bahan bakar.

Kekurangan dari Suzuki Smash, mesinnya kecil dan lampu penerangan malam yang redup. Kelemahan lainnya mesin berebet sampai mati jika terkena cipratan air terus menerus. (minta saran/petunjuk dari senior dan teknisi Suzuki Motor). Kapasitas mesin yang ideal untuk jalan jauh dan membawa bagasi, menurut saya, minimal 125 CC dan 150 CC. Namun bagi saya, Suzuki Smash cukuplah… 

Saya hanya melakukan perjalanan sampai di KM Nol Sabang. Dari kota Aceh, sepeda motor saya paketkan ke Bukittinggi. Di Bukittinggi, saya jalan-jalan dulu. Dari Bukittinggi, sepeda motor saya paketkan kembali. Saya naik pesawat.

Pertanyaan yang sering muncul dari orang-orang yang ditemui, ada dua: “Om / Pak, yakin”. “Pak / Om, berani sendirian”. Saya jawab, “Saya tidak yakin. Saya tidak berani. Saya harus uji dan coba dulu ketidak beranian saya dan ketidak yakinan saya. Bila nanti terjadi, saya tidak akan melanjutkan perjalanan.” Saya seorang yang naif dan nekat.

Nah, bagi kawan-kawan yang ingin data GPS lengkap, akan saya kirimkan melalui email. Format GPS tersebut adalah GPX untuk GPS Garmin dan format KML untuk bisa dibuka di Google Maps dan Google Earth. Kedua format tersebut juga bisa dibuka untuk aplikasi android.

Shooting video perjalanan saya tersebut, bisa dilihat di Rizal Bustami Chanel YouTube. Permintaan data GPS, ke email : si.rizalbustami@gmail.com atau rizalbustami@outlook.com

Nex time, saya akan melakukan perjalanan lainnya di Indonesia, tentu dengan sepeda motor…

Thank you Suzuki Smash. Next time, we'll be gas tipis-pipis lagi...









HARGA BENELLI MOTOBI 152 TH 2023