Wednesday, January 02, 2013

Nusantara itu Warisan Tuhan...!

MISTERI “OPHIR” DI SUMATERA


Oleh : Rizal Bustami

Peta Ptolemyus / Sumber CBN Polona
Dalam peta Sumatera yang dikeluarkan oleh Nelles Maps yang dapat dibeli di toko-toko buku, di Provinsi Sumatera Barat, tertera “Mt.Ophir”. Teks Ophir dicetak dalam kurung buka. Diantara “Mt. Ophir” terdapat “Mt. Talaman” dan “Mt. Pasaman”. 

Kata “Ophir” bukanlah bahasa Indonesia atau bahasa Melayu dan bukan pula bahasa Sanskerta. Kata Ophir berasal dari bahasa Ibrani tua, yang dikaitkan dengan emas atau perak. Dalam kisah-kisah Salomon, pada mitologi Yahudi, Nabi Sulaiman dalam Islam, kata “Ophir” mengacu kepada Nabi agama Yahudi, Islam dan Nasrani itu. Lalu, mengapa pula kata “Ophir” muncul di Sumatera ?



Mt Ophir di Sumatera / Sumber Nelles Maps
Syahdan ! Menurut mitologi Yunani, Timur Jauh adalah ujung dunia, dimana Adam dan Hawa diturunkan ke bumi. Diyakini pula, Asia Tenggara (Nusantara) adalah pusat chryse (emas) dan argse (perak). Dalam kitab Perjanjian Lama disebutkan, Nabi Sulaiman pernah mencari ophir (emas) ke wilayah timur. Menurut kepercayaan dulu, bahwa tanah tempat Sulaiman mendarat tersebut adalah Auerea Chersensus (Golden Peninsula Malaya) dan tepatnya di Ceylon dan Sumatera. Inilah pangkal muasal haluan kapal diarahkan ke matahari terbit.




Kitab-kitab kuno mendiskripsikan, sorga dengan ciri-ciri : Hijau hutannya, banyak buahnya, banyak airnya, banyak binatangnya, dan banyak daratannya. Manusianya tidak tinggi, tidak pendek. Rambutnya tidak kriting, dan tidak pula lurus. Kulit tidak hitam, tidak pula putih. Hidung tidak mancung, tidak pula pesek. Mata tidak besar, tidak pula sipit. Jika kita sedikit menerawang, tanpa bekal pengetahuan yang luas, bisa dibayangkan, kawasan yang disebut-sebut sebagai sorga itu tentulah kawasan kepulauan dan berada di khatulistiwa ini.


Diskripsi kitab-kitab kuno itulah membuat para pengelana terobsesi berlayar ke arah matahari terbit untuk menemukannya. Para pengelana tersebut kemudian memang berhasil mencapai suatu kawasan kepulauan (archipelago), yang kemudian mewarnai sejarah kawasan yang tak bernama ini dulunya.

Peta buatan Theordore De Bray tahun 1598 / Sumber peta : Barry Lawrence Ruderman Atique Maps Inc.
Kembali kita ke kata “Ophir”, yang telah menjadi mesteri besar dalam sepanjang sejarah manusia, yang membuat saya penasaran ada kata asing tak dikenal tertera di kawasan Sumatera ini.

Kitab Ibrani ('ofir, Kej 10:29; 'ofir, 1 Raj 10:11), dikutip dari Alkitab Sabda,

1. Nama anak Yoktan dalam silsilah Sem. Suku ini terkenal dari prasasti-prasasti zaman pra Islam.  Wilayah mereka terletak antara Saba di Yaman dan Hawilah (Hawlan).  Tradisi Islam menyamakan Yoktan dengan Qahtan, seorang anak Ismael dan 'ayah semua orang Arab'.

2. Negeri dari mana emas murni diimpor ke Yudea, kadang-kadang dalam jumlah besar, dan kayu cendana, perak, gading, dan dua jenis kera, dan batu-batu permata yang mahal. Iring-iringan kapal Salomo sampai ke Ofir dari Ezion-Geber di Teluk Akaba, menggunakan 'kapal-kapal Tarsis', barangkali kapal-kapal yang biasanya dipakai mengangkut biji-biji besi. Pelayaran ini memakan waktu 'tiga tahun'; ini barangkali hanya satu tahun penuh ditambah beberapa waktu dari kedua tahun lainnya. Perdagangan ini cukup terkenal, sebab Ofir searti dengan emas halus, yang merupakan hasilnya utamanya .

Peta Ptolemyus yang digambar kembali tahun 1478 / Sumber peta : Barry Lawrence Ruderman Antique Maps Inc.
Dalam Yes 13:12 Ofir disejajarkan dengan 'ogir, yang berarti 'saya akan membuat mahal'. Penegasan dagang ini terdapat dalam suatu lempengan yang ditemukan di Tell Qasileh (Afek) timur laut Tel Aviv tahun 1946, dituliskan zhb fr lbyt khrn sy = 'emas dari Ofir untuk Bet-Horon 30 syikal' .

Berbagai teori telah dikemukakan mengenai tempat Ofir berada:

a. Barat daya Arabia seperti di atas. R. North mengidentikkan Ofir dengan Parvaim di Yaman sebagai sumber emas Seba.
b. Arabia Tenggara: Oman. Ini tidak jauh dari Ezion-Geber dan harus dianggap: pertama, bahwa pelayaran 3 tahun itu mencakup penggalangan kapal selama musim panas; dan kedua, bahwa beberapa barang dagangan (misalnya kera) yang tidak ada di Arabia Selatan, dibawa ke Ofir sebagai tempat penyaluran barang dari tempat-tempat yang agak jauh.
c. Pantai Afrika Timur laut: tanah Somali, yaitu Punt bh Mesir, sumber kemenyan dan mur dan barang-barang yang ditulis berasal dari Ofir.
d. (S)upara, 75 km di Utara Bombay, India. Josefus menafsirkan Ofir sebagai India. Untuk mendukung penafsiran ini adalah kenyataan-kenyataan, bahwa semua barang yang disebut dikenal di India purba, dan diketahui juga, bahwa mulai dari milenium 2 SM ada perdagangan laut yang giat di antara Teluk Persia dan India. (alkitab.sabda)


Namun kemudian, kata “Ophir”, berserakan di permukaan bumi ini dan terdapat di semua benua, di Afrika, anak benua India, Amerika, bahkan di Sumatera dan Serawak.  Benarlah rupanya, bahwa kata Ophir merupakan “turunan” dari Yahudi, pra Islam, lalu mengapa pula kata Ophir muncul di Sumatera untuk menamai suatu tempat.

Peta butan Sebastian Munster tahun 1550 / Sumber peta : Barry Lawrence Ruderman Antique Maps Inc.
Marilah kita tengok, seperti apa Pulau Sumatera pada pra Islam. Dalam cerita rakyat Minangkabau, yaitu blada Cindua Mato, Pulau Sumatera disebut dengan Pulau Ameh (emas). Sedangkan pada cerita rakyat Lampung, disebut dengan Tano Mas.

Nama-nama yang melekat untuk Pulau Sumatera sebegai personifikasi dari emas. Berbagai catatan lama menyebut dengan nama Pulau Percha, Pulau Andalas, Suwarnadwipa. Pada prasati Padang Roco, tahun 1286, kembali disebut Swarnabhumi. Catatan Negarakertagama menyebut Sumatera dengan Bumi Melayu.


Sebuah kerajaan besar dan berdaulat pernah berdiri di Sumatera, yaitu Samudera Pasai,yang berada di bagian Provinsi Aceh saat ini. Kerajaan ini banyak mendapatkan kunjungan dari berbagai negeri dalam rangka perdagangan. Ibnu Batutah, musafir Muslim, pernah mengunjungi negeri ini. Para musafir Arab menyebut Sumatera dengan nama "Serendib".


Pada awal Masehi, antara tahun 90 – 168, hidup seorang ahli matematika dan astronomi dari Alexandaria bernama Claudeos Ptolemyus. Dialah orang pertama di dunia yang membuat ancar-ancar letak kawasan kepualan di timur, Sumatera disebutnya dengan nama Taprobana. Taprobana adalah nama untuk Sumatera dalam naskah kuno Yunani. Ptolemyus telah merancukan antara Cylon dan Taprobana. Manurut dia waktu itu, Cylon dan Taprobana adalah sama, sampai kemudian diluruskan oleh musafir berikutnya. Namun demikian, Ptolemyus sampai juga ke tanah yang ia cari. Ia tercatat singgah di Palembang. Palembang kemudian ia sebut dengan negeri Barousai, barangkali itu adalah Barus, karena dia mengapalkan kapur barus dari Palembang.  Ia menukar kapur barus dengan keramik dan minyak wangi Yunani. Rute Ptolemeus adalah Venesia, Iskandaria, Teluk Aden (Yunani), India, Barus, China dan kembali ke Venesia.

Peta butan Ptolemyus / Sumber peta CBN Polona
Ptolemyus seorang pengelana, pedagang dan sekaligus penulis. Ia terinfirasi oleh cerita-cerita kitab suci untuk melakukan perjalanan ke kawasan timur yang belum bernama ketika itu. Dorongan tersebut, didasarkan pula oleh fakta-fakta pada zaman Mesir Kuno, Mesotamia dan Parsia, yaitu bahwa kemenyan, gambir dan kapur barus berasal dari timur. Sebagai pengelana, sudah ia jelajahi benua. Sebagai penulis, ia pun  membuat catatan-catatan tentang negeri yang ia kunjungi.

Di pantai barat Sumatera, di Tapanuli Tengah, Propinsi Sumatera Utara, memang ada kota kecamatan bernama Barus. Disebut Barus, karena dari pelabuhan inilah kapur barus, kemenyan, kayu cendana, gambir dikapalkan ke Mesir, Yunani, Parsi, Iskandaria dan Arabia dan India. Disini pulalah Marcopolo dan Magelan pernah mendarat pertama kali di Bumi Nusantara.  Barus itu kini menjadi situs penelitian, terutama oleh arkeolog Perancis.


I-tsing, musafir Cina yang menetap di Palembang antara tahun 634-713 M, menyebut Sumatera dengan Chin-choi yang berarti “negeri emas”.


Selain catatan Ptolemyus tadi, catatan Yanuni lainnya lebih tua, tahun 70-an Masehi, Periplous tes Erythras Thalasses, menyebut Taprobana sebagai chryse nesos, atau “pulau emas”.


“Dijanjikan bagi mu tempat yang kafur di Surga,” demikian tulis Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar-nya. Menurut penanfsiran Buya Hamka, sumber kaharuman di Timur Tengah dari zaman ke zaman adalah kapur barus. Nah, kapur barus tersebut berasal dari Pulau Sumatera.


Ayat yang ditafsirkan oleh Buya itu tercantum di Surat Al Insaan, ayat 5. Arti dari ayat tersebut, “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum yang campurannya adalah air kafur.” Penjelasan dari ayat tersebut, kafur ialah nama suatu mata air di surga yang airnya putih, baunya sedap dan enak sekali rasanya. Di Sorga, ada keharuman.


Kapur barus berwarna putih kristal, harum baunya, banyak kegunaannya. Ilmuan pertama yang mengurai kandungan kapur barus secara lengkap adalah Ibnu Sina pada abad 8-9. Tentu Ibnu Sina tersinpirasi oleh Al Quran yang menyebutkan kata “kafur” untuk kapur barus itu.


Berabad-abad lamanya, pada abad kuno, kapur barus barang yang paling dicari di dunia. Jika emas banyak terdapat di setiap negeri, kapur barus hanya ada dibelahan dunia paling jauh, di seberang samudera luas. Penting sekali kapur barus bagi kehidupan manusia, karena kandungannya untuk pengobatan, pengawetan dan sumber keharuman. Jika Al Quran mengadopsi kata “kafur’, tentu suatu yang luar biasa.

Peta buatan Cornelis De Bruyn / Sumber peta : Barry Lawrence Ruderman Antique Maps Inc.
Jamal D.Rahman, Sastrawan, di Tempo online 13 Juni 2011, menulis tentang kata “kafur” yang diadopsi oleh Al Quran. Menurut Jamal D.Rahman, yang melengkapi pendapat Agung Yuswanto pada Tempo 9-15 Agustus 2010, kata “kafur” merupakan kata asli Indonesia yang dipakai oleh Al Quran. Menilik sejarah kosa kata, kata “kafur” merupakan kata yang berasal dari bahasa Melayu lebih tua.

Marcopolo pun terinspirasi mencari daratan Sumatera oleh kisah–kisah kitab suci itu dan pentujuk dari Ptolemyus. Pada abad pertengahan, orang Eropa percaya bahwa Timur Jauh (Nusantara) merupakan di mana surga berada. Marcopolo dan Magelan adalah orang yang membuka misteri jalan ke timur tersebut. Begitu sampai di Sumatera, Marcopolo merasa telah menemukan surga itu.


Nusantara bukan hanya kilauan emas dan harumnya kapur barus, tetapi juga keajaiban rempah-rempah.


Rempah-rempah telah membuat orang Eropa mabuk kepayang. Rempah-rempah harus dicari dan dikuasai, begitulah tekat negeri-negeri Eropah pada abad ke 13. Maka muncullah perlombaan antara Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda dan Italia ke Nusantara. Raja Perancis, Henry, memberi perhatian khusus terhadap perusahaan-perusahaan pembuat roti di kota Paris. Penciptaan resep roti rempah-rempah dibawah pengawasan istana dan roti yang beroma unik tersebut menjadi menu wajib istana.

Selain penyedap makanan, rempah-rempah juga dikembangkan untuk berbagai pengobatan. Ada kepercaryaan pada masyarakat Eropah pada abad pertengahan, bahwa rempah-rempah adalah sumber keabadian. “Orang yang mampu membeli kayu manis, tidak seharusnya mati,” mitos yang terbangun di Paris kala itu.

Kunci sukses pelayaran mereka terletak pada peta. Pembuatan peta oleh kartografer menjadi penting. Peta tersebut menjadi barang yang paling dilindungi, setelah nyawa raja. Sebastian Munster dalam bukunya Cosmographia (1538), adalah seorang kartografer dari Jerman, bangsa kulit putih yang memberikan penamaan kepada Sumatera, setelah sebelumnya dikacaukan dengan Ceylon. Melalui fantasi kartografer itu akhirnya Nusantara hiruk pikuk oleh para kolonial.

Selain Ibnu Batutah, dikenal pula pengelana dari Jazirah Arab yaitu Ibnu Majid. Ibnu Majid yang lahir tahun 1412, merintis rute pelayaran ke Asia dengan kompas

buatanya.

Pentingnya rempah rempah bagi Belanda, misalnya, negeri kincir angin ini sampai “tukar guling” Pulau Manhattan (New Amsterdam), Amerika Serikat dengan Pulau Run di Banda, Maluku yang dikusai Inggris. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1667 dalam perjanjian Treaty of Breda. Bagi Belanda ketika itu, Pulau Run lebih penting dibandingkan dengan Manhattan hanya untuk buah pala. Perjanjian Breda, di sebuah kota kecil di Belanda, merupakan kesepakatan yang luas dalam pembagian kekuasaan kolonial antara Inggris, Perancis, Sepanyol, Denmark untuk mengakhiri perseteruan. Belanda diberi hak monopoli perdagangan biji pala dari Pulau Run.


Tidak ada tanaman di dunia ini sehebat buah pala, kayu manis, kapur barus dan gambir. Makanan tanpa bubuhan buah pala hambar rasanya. Fungsi lain dari pala juga tidak tergantikan, misalnya untuk pengawetan makanan. Coca Cola dan sosis tidak sehebat itu tanpa peranan buah pala sebagai pengawet dan cita rasa. Sedangkan bubuk gambir digunanakan oleh penganut Hindu India sebagai bagian dari ritual keagamaan.

Peta buatan Sebastian Munster tahun 1588 / Sumber peta Barry Lawrence Ruderman Antique Maps Inc.
Oleh masyarakat Indonesia rempah-rempah dan tumbuh-tumbuhan dikembangkan untuk pengobatan dan pelezat makanan. Untuk kegunaan obat-obatan dikembangkan oleh masyarakat Jawa dengan jamunnya, sedangkan untuk makanan diolah oleh masyarakat Minangkabau sebagai bumbu masak. Inilah sumbangan yang besar oleh Indonesia bagi masyarakat dunia.

Nusantara suatu kawasan Archipilago yang meliputi Indonesia, Malaysia, Siam,  Fliphina, Pasific Barat. Kawasan yang pernah ingin disatukan oleh Patih Gaja Mada yang terkenal dengan sumpahnya, Sumpah Palapa. Meski impian Gajah Mada tidak terwujud menyatukan kawasan kepulauan ini dalam satu kesatuan politik, tentu  gagasannya pada waktu itu ada dasarnya. Bahwa Nusantara itu ada dan diakui dunia pada zamannya.


Dua kosa kata, yaitu “Ophir” dan “Kafur”, menghubungkan Sumatera dengan Al Kitab, sedangkan “Barus” sudah menjadi “koordinat” tujuan bagi musafir dunia.


Tiada suatu kawasan manapun di dunia yang membuat bangsa-bangsa belahan barat teropsesi ke Nusantara, dan Sumatera menjadi misteri besar dan tujuan utama. Hal dapat kita lihat dari runtutan pemetaan pelayaran – sejak pertama kali diancar-ancar oleh Ptolemeus.


Indonesia adalah warisan kolonial, Nusantara adalah warisan Tuhan.





No comments:

HARGA BENELLI MOTOBI 152 TH 2023