Sunday, September 29, 2013

Kisah Penglima Awang, Pengeliling Dunia dari Malayu

Pengantar Editor, 
28 Juli Voice of Amerika melansir berita, dimana menurut sejarawan Dr. Joyce Chaplin – yang mengira bahwa orang pertama mengelilingi dunia adalah berasal Melayu, yaitu bernama Panglima Awang. Berdasarkan artikel tersebut, saya mencari sumber lain di internet. Ternyata kisah petualangan Panglima Awang yang bernama lain Enrique de Malacca sebagai awak armada  Ferdinand Magellan banyak ditemui di situs-situs Negara jiran, Malaysia dan Singapore. Namun orang hebat ini tidak dikenal di Indonesia. Di Malaysia dan di Singapore, Panglima Awang amat dihormati dan dikenang. Sumber kisa Panglima Awang yang pakai, berasal dari http://library.utem.edu.my/, dengan judul tulisan Panglima Awang sebagai Magellan Melayu.
Dimanakah asal Panglima Awang, apakah dari Indonesia, Malaysia atau Singapore, bagi saya tidaklah penting karena pada masa itu kawasan Nusantara ini belum terpecah-pecah menjadi beberapa Negara. Bahwa Panglima Awang anak Melayu, ya !
Tulisan ini akan menjadi pengetahuan yang luar biasa guanyanya bagi orang Indonesai, bahwa ada anak Melayu yang sejajar dengan pengelana dari Eropa dan Arab.




Voice of Amerika, Minggu, 28 Juli 2013
Sejarawan Universitas Harvard: 
Penjelajah Bumi Pertama adalah Putera Melayu
Menurut sejarawan Dr. Joyce Chaplin, sebenarnya, orang pertama yang berkeliling dunia kemungkinan adalah seorang pria Muslim asal Melayu yang bernama Enrique de Malacca atau dikenal sebagai Panglima Awang.
Ninie G. Syarikin
WASHINGTON, DC — Hasrat dan upaya orang untuk menaklukkan bumi tak pernah henti, mulai dari  putera Maroko, Ibnu Battuta, hingga Laksamana Zenghe dari China pada abad ke-14; dari  penjelajah Portugal, Ferdinand Magellan, pada abad ke-16, hingga Laura Dekker, pelaut remaja puteri Belanda pada abad ke-21 ini. Dr. Joyce E. Chaplin berkisah lebih jauh tentang kembara manusia ini.

Novel pengarang Prancis Jules Gabriel Verne berjudul “Keliling Dunia Dalam Waktu 80 Hari,”  yang terbit tahun 1873, telah mengilhami Dr. Joyce  Chaplin, untuk menulis bukunya yang berjudul “Round About the Earth: Circumnavigation from Magellan to Orbit,” yang berarti “Mengitari Bumi: Penjelajahan dari Magellan hingga Mengorbit.”

Menurut Chaplin, adalah menakjubkan bahwa novel Jules Verne itu sempat diterjemahkan ke dalam banyak bahasa, bahkan pada masa hidupnya, termasuk bahasa Arab dan bahasa Persia, sehingga menjadi karya sastera dunia.

Masa 250 tahun pertama  usaha manusia untuk mengitari bumi, 90 persen  gagal, ungkap Chaplin. Kebanyakan penjelajah menemui ajal mereka. Bumi  terkesan terlalu besar untuk dapat ditaklukkan. Berbagai tantangan muncul, di antaranya penyakit. Hanya segelintir  yang berhasil kembali ke tempat asal mereka.

“Sebenarnya, mungkin orang pertama yang berkeliling dunia adalah seorang pria Muslim, seorang budak yang hanya kita ketahui bernama Enrique de Malacca, milik Ferdinand Magellan, yang diperolehnya selama perang di Malaka. Magellan membawanya dari Spanyol, berharap Enrique bertindak sebagai penerjemah dan pemandu di beberapa wilayah tertentu di Asia,” demikian ungkap Dr. Chaplin.

Sampul buku karangan Dr. Joyce E. Chaplin: “Round About the Earth: Circumnavigation from Magellan to Orbit" atau 'Mengitari Bumi: Penjelajahan dari Magellan hingga Mengorbit' (courtesy photo).Sampul buku karangan Dr. Joyce E. Chaplin: “Round About the Earth: Circumnavigation from Magellan to Orbit" atau 'Mengitari Bumi: Penjelajahan dari Magellan hingga Mengorbit' (courtesy photo).

Enrique de Malacca, nama yang diberikan tuannya Ferdinand Magellan ini, dikenal di kawasan Nusantara masa itu sebagai Panglima Awang, yang disebut-sebut berasal dari Sumatera atau Malaka. Enrique menyertai Magellan dalam semua penjelajahannya, termasuk pelayaran dari tahun 1519 hingga 1521, yang didanai Raja Spanyol, untuk mencari rempah-rempah.

Magellan meninggalkan Spanyol dengan konvoi lima kapal dan 270 kelasi, namun hanya satu kapal dan 35 pelaut yang berhasil kembali ke Spanyol. Magellan sendiri terbunuh di Filipina, sementara Enrique de Malacca alias Panglima Awang ini, akhirnya berhasil mencapai kembali tanah Malaka, melengkapi lingkar kembaranya.

Jelajah bumi di kemudian hari menjadi lebih mudah diarungi, ujar Chaplin: “Menjelang abad 19, perjalanan menjelajah dunia lebih mudah. Kapal uap, Terusan Suez, dan segala fasilitas yang membantu,   menyebabkan orang bepergian dengan rasa aman. Terdapat persepsi baru bahwa orang biasa dapat melakukannya.”
Jelajah bumi terasa lebih aman masa itu, jelas Chaplin, karena imperialisme Barat, seperti Inggris, Belanda, Prancis, Portugal dan Spanyol, mendirikan koloni di berbagai teritori di seluruh dunia sebagai penyedia fasilitas.

Chaplin menguraikan lebih jauh: "Kini penjajahan telah lenyap, kita hidup pada masa de-kolonisasi, sebagaimana mestinya, itu berarti bagian-bagian dunia yang semula diawasi imperialisme, kini tidak lagi,  dan keadaan menjadi lebih berbahaya bagi orang-orang Barat untuk bepergian. Tidak berarti situasi menjadi lebih baik atau lebih buruk; hanya berbeda saja.”

Dewasa ini, jelajah bumi mencakup alam raya, ramai pula diikuti insan aneka bangsa, pria dan wanita. “Pernah seorang astronot Muslim, dari Malaysia melakukan orbit selama bulan suci Ramadan, dan majelis ulama  bersama  tim ilmuwan menyusun sebuah pedoman untuk menentukan arah kiblat dan berapa jam masa berpuasa semestinya. Kedua hal ini amat sulit ditentukan saat  melakukan orbit bumi," demikian ungkap Chaplin.

Sembilan astronot Muslim telah mengangkasa, dengan yang terakhir Dr. Sheikh Muszaphar Shukor, berekspedisi dalam pesawat Soyuz TMA-11 ke Stasiun Antariksa Internasional,  kerjasama antara kedua pemerintah Malaysia dan Rusia.

Sheikh Muszaphar meluncur ke antariksa tanggal 10 Oktober, 2007 dan kembali ke bumi 11 hari kemudian. Dia merayakan Idulfitri di Stasiun Antariksa tanggal 13 Oktober dengan makan sate dan kue-kue bersama dua koleganya, astronot Rusia, Yuri Ivanovich Malenchenko, dan astronot perempuan Amerika, Peggy Annette Whitson.
Dr. Joyce E. Chaplin, penulis buku  “Round About the Earth: Circumnavigation from Magellan to Orbit,”  yang diterbitkan tahun lalu oleh penerbit Simon & Schuster ini, adalah dosen di Jurusan Sejarah, Universitas Harvard di Cambridge, Massachusetts.

Pernah menyandang gelar “Fulbright Scholar,” dia telah mengajar di lima universitas di dua benua dan di sebuah pulau, serta pada sebuah program kajian maritim di Samudera Atlantik. Seperti karya yang telah ditulisnya ini, dia gemar membahas  topik-topik yang berkenaan dengan persilangan manusia dan alam.

Panglima Awang sebagai Magellan Melayu
(Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd, Rahman, Shaiful Bahri MD.Radzi,
Khazin Mohd.Tamrin dan Yahaya Abu Bakar)
(http://library.utem.edu.my/)

Abstrak
Artikel ini membincangkan pelayaran pertama manusia mengelilingi dunia pada abad ke-16. Barat mengangkat Ferdinand de Magellan sebagai manusia pertama melakukannya manakala Sebastian del Cano disanjung Sepanyol kerana melengkapkan ekspedisi tersebut. Dalam realiti sebenar, secara teknikalnya Enrique Melaka merupakan manusia pertama mengelilingi dunia mendahului pelaut lain melengkapkan pusingan 360 darjah berbanding Magellan mahupun del Cano dengan mengambil masa sembilan tahun.
Kejayaan Enrique dikagumi kerana kemampuannya melakukan sesuatu yang di luar dugaan sehingga difiksyenkan Harun Aminurrashid dalam novel Panglima Awang. Berbanding pahlawan-pejuang Melaka menentang Portugis dalam cereka, dalam realiti sebenar dia hanyalah remaja berusia lingkungan 12-15 tahun seorang tawanan perang ketika kejatuhan Melaka pada tahun 1511 yang menjadi hamba yang setia kepada Magellan. Walaupun Enrique tidak kembali semula ke titik permulaannya di Melaka tetapi dia berjaya sampai semula ke wilayah Melayunya, tempat bahasa itu dipertuturkan sebagai linguafranca. Kemampuan Enrique mengharungi lautan yang luas dan sifat kesetiaannya tinggi, pastinya dia adalah Orang Laut yang sememangnya telah terbiasa dengan pengalaman penghidupan yang sedemikian rupa memandangkan suku kaum ini pada abad ke-16 adalah kumpulan manusia yang menjadikan laut sebagai halaman untuk didiami mereka. Kejayaan ini membolehkan Enrique Melaka atau Panglima Awang diangkat sebagai Magellan Melayu, manusia pertama mengelilingi dunia.

Pengenalan 
Kemunculan novel Panglima Awang pada tahun 1958 dalam dunia kreatif membangkitkan kesedaran diri masyarakat Melayu tentang jati diri bangsanya.

Sebagai wira, kehebatan Panglima Awang dilegendakan. Bukan sahaja sebagai pahlawan yang handal, ketokohan Panglima Awang diserlahkan dengan ketahanan fizikal dan mental, berdaya juang, bersemangat kental dan juga memiliki sifat kesetiaan yang tinggi. Kualiti diri ini memungkinkannya mencipta kejayaan mengembara mengelilingi dunia apabila sampai semula ke tanah tumpah darahnya setelah terlibat mengikuti ekspedisi Magellan menjejaki Maluku. Dari perspektif Melayu, kejayaan anak watan Melaka ini amat dikagumi dan dapat dijadikan wadah bagi mengimbau keagungan Melayu sebagai bangsa bermaruah dalam membina asas tamadunnya bersandarkan pengalaman maritime di rantau Nusantara.

Berlatarkan awal abad ke-16, novel ini mengisahkan pelayaran seorang hamba tawanan perang peribumi Melaka bernama Panglima Awang (Enrique ketika dalam pelayaran) yang berjaya belayar mengelilingi dunia dengan membuat pusingan penuh 360 darjah. Dalam karya, watak ini dikaitkan sebagai hamba yang amat setia kepada Fernado Magalahes (Ferdinand de Magellan).

Sungguhpun begitu, sumber sejarah membuktikan bahawa tokoh itu sememangnya wujud dan lebih dikenali sebagai Enrique Melaka (Enrique of Malacca), hamba Magellan yang amat setia. Lazimnya, sebagai hamba, riwayat hidup dan pencapaiannya tidak diketengahkan mahupun disanjungi. Oleh itu, Magellan diangkat dan dinobatkan dunia sebagai manusia pertama mengelilingi bumi dan fakta sejarah ini kekal hampir 500 tahun. Bagi segelentir khalayak sastera tanah air terutama mereka yang kini menjangkau usia 60-an, Panglima Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al. 169
Awang mempunyai nilai sentimental tersendiri memandangkan kumpulan ini adalah antara yang berpeluang menghayati karya ini ketika di bangku sekolah (Wan Hashim Wan Teh 2003). Walaupun begitu popular ketika diterbitkan, novel ini tidak ketinggalan mengundang kerencaman pandangan baik yang meyakini mahupun yang meragui akan kebenaran faktanya selain menimbulkan kekesalan apabila watak protagonisnya dikristiankan. Sehubungan itu, perbincangan ini akan merungkai pelbagai keraguan dan kekeliruan yang berkisar terhadap watak Panglima Awang atau Enrique sejak novel ini diterbitkan 51 tahun yang lalu.

Panglima Awang
Panglima Awang merupakan watak protagonis novel Panglima Awang hasil nukilan Harun Aminurrashid (1958), tokoh pelopor genre novel sejarah di Malaysia. Kelahiran karya ini mencerminkan jiwa dan semangat nasionalisme pengarangnya sehingga mampu mengangkat dan mengharumkan namanya.

Walaupun agak sederhana mutunya jika dibandingkan dengan novel Melayu lainnya tetapi kekuatan novel ini terletak pada mesej dan perspektif yang ingin disampaikannya.1 Melalui karya ini, Harun cuba mendidik bangsanya dengan mengembleng paduan minatnya terhadap sastera; ilmu sejarah yang dipelajarinya serta jiwa nasionalisme yang dimilikinya melalui pencerekaan realiti. Matlamat ini bertepatan dengan profesyen perguruan yang ditekuninya kerana sebagai guru dia mahu mengajar. Dalam satu temubual, Harun menegaskan pendiriannya terhadap sejarah apabila mengatakan, “…give a new life to the elements of history. The society knows itself – because only by knowing history may know ourselves. Our identity,” (Muhammad Haji Salleh 1982: 391).

Oleh karena itu, bagi mengenali jati diri, Harun mengajak khalayaknya menelusuri zaman keruntuhan Melaka bagi mengembalikan keagungan Melayu menerusi kejayaan Panglima Awang. Melalui usaha ini beliau berharap agar peristiwa ini dapat diteladani khalayaknya bagi menghadapi masa hadapan yang lebih cerah ketika Tanah Melayu baru sahaja mencapai kemerdekaan (Muhammad Haji Salleh 1982 dan Virginia Matheson-Hooker 1999). Kejayaan mencipta Panglima Awang menyebabkan Cheah Boon Kheng (1973) meletakkan Harun sebagai pelopor yang mengungguli genre novel sejarah tanah air sama seperti Walter Scott (1771-1832) bagi sastera Inggeris.2

Novel Panglima Awang menenggelamkan karya-karya kreatif Harun yang lain termasuk yang berasaskan sejarah seperti Wan Cantuk (1949), Anak Panglima Awang (1961),3 Tun Mandak (1963) dan Wan Derus (1965). Karya yang siap ditulis pada 11 September 1957 dan diterbitkan pertama kalinya pada tahun 1958mendapat sambutan yang amat menggalakkan sehingga diulang cetak beberapa kali.4 Kesesuaian tema patriotisme yang dihidangkan dalam mengangkat martabat bangsa Melayu menyebabkan karya ini dipilih menjadi 170 Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al.teks bacaan bagi mata pelajaran sastera peringkat Senior Cambridge (SC) dan Malayan Certificate of Education (MCE). Di Singapura pula, novel ini menjadi bacaan bagi peringkat tiga sekolah menengah Melayu sekitar awal tahun 1960-an. Memandangkan kepada popularitinya, novel ini kemudiannya diterjemahkan ke bahasa Inggeris dengan judul A Malay Among the Portuguese oleh Ahmad Husain pada tahun 1961.

Melalui imiginasi Harun, watak Panglima Awang dilukiskan sebagai pahlawan Melayu Melaka bersemangat patriotik yang tangkas dan licik mengatur strategi dalam gerakan menentang Peringgi (Portugis) secara gerilya selepas kejatuhan Melaka pada tahun 1511. Dalam usaha membebaskan Melaka, Panglima Awang tertangkap ketika melakukan satu serang hendap ke atas sebuah kapal Portugis yang berlabuh. Penangkapan dan penahanan Panglima Awang tidak meredakan keadaan kerana serangan terus berlaku sehingga mencemaskan Portugis terutama Albuquerque. Bagi membunuh semangat juang orang Melayu Melaka, Portugis mengambil keputusan untuk memindahkan Panglima Awang ke Portugal bagi mengurangkan pengaruhnya. Penghantaran Panglima Awang ke Eropah kemudiannya menandakan permulaan pengembaraan tokoh ini mengelilingi dunia. Semasa dalam pelayaran, nama Panglima Awang ditukarkan kepada Enrique dan juga statusnya, daripada seorang tahanan kepada hamba oleh Kapitan Fernado (Ferdinand de Magellan). Hubungan mereka yang begitu rapat semasa pelayaran akhirnya menjadikan Panglima Awang sahabat yang akrab dan juga kelasi yang amat dipercayai Fernado. Kesetiaan, ketaatan, tingkah laku dan sopan santunnya yang baik menyebabkan adik Fernado, Mariam yang cantik jelita jatuh hati kepadanya ketika mereka bertemu di Portugal. Walau bagaimanapun, hubungan itu terbantut begitu sahaja apabila Panglima Awang terpaksa meninggalkan Portugal ke Sepanyol secara tergesa-gesa mengikuti Magellan bagi menyelamatkan diri. Tindakan ini diambil Magellan kerana difitnah oleh musuh-musuhnya yang iri hati dengan mendakwanya berbaikbaik dengan musuh Kristian iaitu orang Islam semasa mereka berada di Afrika sebelum itu dan termasuk juga Panglima Awang.5 Tindakan drastik ini memungkinkan Panglima Awang pulang semula ke rantau asalnya, Dunia Melayu apabila dengan secara tidak sengaja turut terlibat mengikuti ekspedisi Magellan mencari laluan baru ke Kepulauan Rempah di bawah tajaan Raja Sepanyol.

Pelayaran ekspedisi Magellan yang juga merupakan pelayaran pulang Panglima Awang ini bermula dari Seville, Sepanyol. Laluan bertentangan menghala ke barat merentasi Lautan Atlantik dan Lautan Pasifik dengan mengelilingi benua Amerika Selatan diambil memandangkan ekspedisi itu di bawah kibaran bendera Sepanyol dan bukannya Portugis yang sudah menguasai laluan mengelilingi Tanjung Pengharapan, Afrika ke Timur. Setelah berbulan lamanya dan ramai di kalangan anak kapal mati akibat penyakit dan kebuluran akhirnya ekspedisi ini tiba di Cebu, Filipina. Malangnya, Magellan terbunuh dalam peperangan di Pulau Mactan bagi membantu Raja Hamabun yang menjadi Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al. 171 sahabat mereka mengalahkan musuhnya, Raja Mactan Si Lapu-Lapu. Setelahkematian Magellan, timbul perselisihan fahaman antara Panglima Awang dengan rakan pelayarnya apabila mereka menuduh Raja Hamabun bertindak khianat sehingga menyebabkan kematian Magellan. Kematian itu juga meletakkan misi itu dalam bahaya kerana ketiadaan nakhoda. Barbosa, pengganti Magellan dan pelayar Eropah lain berpakat menculik Raja Hamabun tanpa pengetahuan Panglima Awang untuk dilarikan ke Sepanyol. Menerusi pakatan ini, Panglima Awang diperdaya bagi mengundang Raja Hamabun ke kapal untuk diperangkap tetapi muslihat jahat tersebut diketahui juga Panglima Awang. Sebagai tindak balas, Panglima Awang pula berpakat dengan Raja Cebu bagi menyerang dan menawan kapal-kapal Sepanyol. Dalam pertempuran itu, dua buah kapal Berjaya ditawan manakala sebuah lagi berjaya meloloskan diri. Kejadian itu memungkinkan Panglima Awang memisahkan diri dari rakan pelautnya dan kembali semula ke Melaka menumpang kapal dagangan Siam bagi menyambung semula perjuangannya yang tertangguh serta menemui kekasihnya, Tun Gayah.
Menerusi novel Panglima Awang, Panglima Awang diangkat sebagai manusia pertama mengelilingi dunia walaupun Magellan yang dinobatkan Barat boleh dipersoalkan. Fakta sejarah membuktikan bahawa Magellan terbunuh dipancung Si Lapu-Lapu seorang tokoh wira legenda peribumi Mactan dalam satu pertempuran di pantai Punto Engano. Oleh itu, pastinya Magellan tidak mungkin melengkapkan laluan pelayaran antara Pulau Cebu dengan Melaka.

Dari segi teknikalnya, Panglima Awang yang dilarikan ke Eropah secara tidak langsung telah memulakan pelayarannya dari Melaka hingga ke Goa, India; Tanjung Pengharapan, Afrika dan terus ke Portugal. Dari Portugal, Panglima Awang kemudiannya ke Sepanyol mengikut Magellan yang belot dan dari situ belayar pula merentasi Lautan Atlantik dan Pasifik mengikuti ekspedisi ke Maluku sehingga sampai ke Filipina. Berdasarkan kepada novel Panglima Awang, jelas laluan yang tidak dilalui oleh Magellan ini dilalui Panglima Awang untuk pulang ke Melaka melengkapkan pusingan 360 darjah menjadikannya manusia pertama mengelilingi dunia. Berbanding pelaut Barat lain dalam ekspedisi itu, mereka baru menyelesaikan separuh jarak perjalanan apabila sampai di Filipina. Ini bermakna mereka harus melengkapkan separuh lagi perjalanan dari Filipina ke Maluku sebelum merentasi Lautan India dan mengelilingi benua Afrika untuk ke barat sebelum sampai ke Sepanyol semula.

Melalui novel ini, Harun mengangkat martabat bangsanya sebagai bangsa bermaruah dan agung yang pernah membina asas tamadun yang kuat seiring dengan semangat kemerdekaan yang baru diperolehi. Harun dalam satu ceramah anjuran Kesatuan Guru-guru Melayu di Batu Pahat, Johor pada 26 Jun 1965 dengan tegas menyatakan hasrat dan tujuan penciptaan karyanya ini yang antara lain menyatakan:
“Tidak-kah mereka mengenal diri mereka, tidak-kah mereka mengenal KEAKUAN mereka bangsa yang pernah berkuasa besar, bangsa yang pernah menguasai di-seluroh samudera Alam Melayu, bangsa yang berdiri tegak 172 Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al. dengan kebudayaan-nya, bangsa yang pandai membuat perhubongan dengan bangsa2 asing yang datang ka-Alam Melayu, bangsa yang pandai melayari dan mengunjongi negara2 tetangga di-luar Alam Melayu?” (Mahmud Ahmad 1966: 25)
Kenyataan Harun ini bertepatan dengan pandangan Sasterawan Negara Abdullah Hussain (1982) yang menganggap pengarang kelahiran Singapura ini sebagai “Pembangkit Semangat Kebangsaan.” Dakwaan ini bersandarkan kepada aktiviti-aktiviti Harun sama ada sebagai penuntut mahupun tenaga pengajar di Sultan Idris Training College (SITC), Tanjung Malim, Perak dalam usaha meniup ‘semangat kebangsaan’ di kalangan warga kolej tentang kemerdekaan tanah air. Akibatnya, dia ditukarkan ke Brunei oleh pemerintah (British) atas alasan kenaikan pangkat. Sehubungan itu, kemunculan novel ini jelas memperlihatkan Harun mempergunakan saluran kreativiti yang dimilikinya dalam menyalurkan semangat kebangsaan yang dipegangnya. Bersandarkan sumber maklumat yang terbatas tetapi kaya dengan imaginasi serta berbekalkan kreativiti yang tinggi, Harun mengolah dengan jayanya novel Panglima Awang.

Melalui fiksyen ini Harun membuktikan bahawa manusia Melayu hebat setanding dengan keupayaan manusia Barat yang pernah menjajah bangsanya, baik Portugis mahupun Belanda dan Inggeris. Bagi mencipta karya ini, beliau mengakui menggunakan dua sumber utama yang merupakan rencana akhbar apabila menjelaskan:
“Saya tertarek hati kapada dua buah karangan pendek yang isi-nya hamper sama ia-itu sa-buah di-siarkan dalam akhbar bahasa Inggeris dan sa-buah lagi dalam akhbar bahasa Indonesia pada beberapa tahun lepas. Ke-dua2 karangan itu mencheritakan sudut sejarah dunia yang berlaku di-atas Tanah Ayer kita pada abad keenam belas. Mengikut pengakuan ke-dua2 buah karangan itu: ada-lah orang yang pertama mengelilingi dunia ia-lah “Orang Melayu Melaka”, ia-itu dalam abad yang keenam belas ketika lepas orang2 Portugis datang menyerang dan menaklokkan negeri Melaka dari tangan Kerajaan Melayu Melaka.” (Mahmud Ahmad 1966: 25)

Dua buah akhbar yang dimaksudkan oleh Harun ialah Straits Times dan Waspada selain Fajar Asia yang dibaca lebih awal lagi. Butiran lanjut tentang akhbar ini adalah seperti di bawah: i. Mohd. Taha Suhaimi, “Anak Melayu Yang Pertama Mengelilingi dunia,” Fajar Asia, November 1944. ii. GE, “First man to sail round the world was a Malay,” Straits Times (Straits Times Special Feature), 22 Oktober 1955. iii. Mohd Said, “Pengeliling dunia yang pertama adalah saorang Indonesia,” Waspada, 2 Julai 1956, (keluaran Medan).

Dalam rencana Straits Times bertarikh 22 Oktober 1955 yang digunakan Harun dalam mencipta karyanya itu, GE menulis: Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al. 173 “The first man ever to sail round the world and come back to his own was a Malay. We do not know his history. We do not know his real name; only the one conferred on him in 1512. That year he was converted to Christianity and baptized “Enrique.” Enrique was at Malacca when it was taken from the Malay Sultan by the Portuguese admiral, Albuquerque.
He was sold as slave to one of Albuquerque’s captains whose name, it was to be immortal, was Fernao de Magalhaes. Magalhaes (anglicized ‘Magellan’) sprang from the (Fidalgo de cota de arms) and hailed from the village of Sabraza near the city of Villa Real in the province, Traz oz Montes. When went into action with the great Albuquerque he had already made himself beloved at court as page to Queen Leonor. His prospects seemed most glorious”.

“Of Enrique who became his most devoted servant we only know he was Sumatra-born. His prospects looked most bleak. It was a queer twist of fortune that brought Magellan to a wretched end and at the same time restored Enrique to his people and to freedom. The fate of a slave to a Portuguse captain in the sixteenth century was grim. He could look forward to work and blows and curses till he worked to death”.
Enrique Melaka.

Berdasarkan pelbagai sumber penulisan termasuk diari, jurnal, penulisan kontemporari, waran diraja, keterangan mahkamah, dokumen dan juga memoir pengambara sezaman tentang Ferdinand de Magellan, baik yang bersifat akademik mahupun kreatif sering kali pelayar agung ini dikaitkan dengan hambanya yang amat setia, Enrique atau Henrich atau lebih dikenali sebagai Enrique Melaka.6 Tokoh ini dikatakan sebagai hamba kepada Magellan yang ditawannya di Melaka selepas kejatuhan negara-kota itu. Hamba ini hanyalah seorang remaja lelaki berusia sekitar 12-15 tahun yang dikristiankan lalu diberi nama Enrique. Dari satu segi, gambaran Harun Aminurrashid terhadap wira binaannya dalam novel itu sebagai hamba tawanan perang ada kebenarannya.

Sungguhpun begitu, watak ini bukan seorang dewasa yang bertindak sebagai pejuang yang mampu mengetuai satu pemberontakan dalam menentang kuasa Barat Portugis di Melaka.

Antara sumber sejarah yang dapat membuktikan kewujudan Enrique sebagai manusia yang benar-benar hidup ialah laporan dalam bentuk diari pengembara sezaman tentang pelayaran Magellan mengelilingi dunia yang dikenali sebagai Primo Viaggio Intorno al Mondo (First Voyage Around the World).7 Penulisnya, Antonio Pigafetta adalah antara anak kapal yang turut terlibat sama mengikuti pelayaran tersebut sebagai sukarela yang bertindak sebagai jurutulis.8 Selain laporan Pigafetta, terdapat satu lagi sumber sezaman tentang ekspedisi ke Pulau Maluku ini iaitu De Molucis Insulis tulisan Maximilian Transylvania.9 Mengikut catatan diari Pigafetta pada pagi Khamis 28 Mac 1521, ketika Armada Maluku 174 Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al. ini berada di perairan Filipina di Limasawa berdekatan Pulau Leyte, Enrique, hamba kepada Magellan berketurunan Melayu Sumatera dari Melaka ini muncul buat pertama kalinya. Sebagai tokoh yang mempunyai peribadi, Enrique bertindak sebagai jurubahasa dan berupaya untuk berkomunikasi dengan peribumi tempatan termasuk rajanya, Raja Calambu. Pigafetta (1969: 67) mencatatkan:
“On Thursday morning twenty-eighth March, because during the night we had seen a fire on an island ahead, we came to anchor near the said island, where we saw a small boat which they call Boloto, with eight men in it, which came near to the captain-general’s ship. Then a slave of his, who was of Zamatra, formerly called Taprobana, spoke to those men at a distance, and they heard him speak and came alongside the ship, but drew off quickly and would not come on board because they mistrusted us. Then the captain, seeing their mistrust, showed them a red cap and other things, which he caused to be tied and fastened on a small plank. Which those of the boat took forthwith and gladly, and then returned to inform their king. Two hours or so later, we saw approaching two long boats, which they call Ballanghai, full of men, and in the larger was their king seated below an awning made of mats. And, when they came near the captain’s ship, the said slave spoke to that king, who understood him well. For, in that country, he kings know more languages than the common people do. Then the king ordered some of his men to go to the captain’s ship, [telling them] that he would not stir from his boat rather close to us. Which he did, and when his men returned to his boat he immediately departed”.

Catatan Pigafetta ini memperlihatkan peranan Enrique sebagai seorang jurubahasa memandangkan penguasaan bahasa Sepanyolnya yang lancar selain bahasa Melayu, iaitu bahasa ibundanya. Selain itu, Enrique juga digambarkan menjadi utusan Magellan untuk berhubung dengan peribumi tempatan bagi mendapatkan bekalan makanan serta menjalin persahabatan dalam upacara kasikasi (Cassi Cassi).10 Menurut Pigafetta (1969: 67):
“On Good Friday, the captain sent ashore the said slave, our interpreter, to the king, requesting him to cause, in return for his money, some provisions to be given for the ships, telling him that he had come into his country, not as an enemy, but as friend. The king, hearing that, came with seven or eight men in a boat, and boarded the ship, and embraced the captain, and gave him three porcelain jars covered with leaves and full of raw rice, and two Orades, which are fairly large fish of the kind described above, and he gave him also some other things…And by the said interpreter he caused the king to be told that he wished to be with him Cassi Cassi, that is, brothers. To which the king replied that he too wished to be the same with him”.

Sebaliknya, dalam laporan Maximilian, Enrique didakwa berkomplot dengan peribumi tempatan dalam merancang pembunuhan pelaut Sepanyol ketika ‘jamuan kematian’ di Pulau Cebu selepas kematian Magellan. Tindakan ini didakwa dilakukan Enrique yang marah terhadap Serrano yang memarahinya Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al. 175 dengan kata-kata kesat setelah enggan melakukan tugas hariannya yang pada ketika itu sedang bersedih kerana kematian tuannya.11 Antara lain Maximilian melaporkan:
“Magellan had a slave, born in the Molucca, whom he had bought in Malacca some time back; this man was a perfect master of the Spanish language, and, with the assistance of one of the islanders of Subuth as interpreter, who knew the language of the Molucca, our men managed all their communications. This slave had been present at the battle of Mauthan, and had received some slight wounds in it. For which reason he lay all day long nursing himself. Serrano, who could manage nothing without him, spoke to him very harshly, and told him that he had not ceased to be a slave and bondsman because Magellan was dead, but that the yoke of slavery would be heavier, and that he would be severely flogged unless he did the services required of him more zealously”.
“The slave conceived an intense hatred of us from these words; but, concealing his anger, he went a few days after to the chief of Subuth, and told him that the greed of the Spaniards was insatiable, that they had resolved and determined, after they had conquered the King of Mauthan, to make a quarrel with him and take him away prisoner, and there was no other remedy possible than to anticipate their treachery by treachery. The savage believed it all. He made peace secretly with the King of Mauthan and the others, and they plotted our destruction. Serrano, the commander, with all the rest of his officers, who were about twenty-seven in number, were invited to a solemn banquet. They, suspecting no evil – for the savages had cunningly dissimulated in everything – land, careless and unsuspecting, as men who were going to dine with chief would do. Whilst they were feasting they were set upon by those who had been placed in ambush. Shouts were raised on all sides, and news flew to the ships that our men were murdered, and that everything on the island was hostile to us…”
(dipetik dari Nowell (ed.). 1962: 296-298)

Satu lagi rekod yang membuktikan kewujudan Enrique ialah surat wasiat Magellan bertarikh 24 Ogos 1519 yang ditulis ketika Armada Maluku berlabuh di muara Sungai Guadalquivir di San Lucar de Barrameda, Sepanyol bagi menantikan tiup angin yang sesuai untuk memulakan pelayaran. Dalam surat wasiat ini, Magellan memberi pengakuan bahawa Enrique adalah hamba tawanannya yang berasal dari bandar Melaka dan ketika itu berumur sekitar 26 tahun. Magellan menuntut pembebasan Enrique dari belenggu perhambaan dan diberikan wang pampasan belanja sara hidup sebanyak 10,000 maravedis12 sekiranya berlaku kematian ke atasnya semasa pelayaran apabila menjelaskan:
“And by this my present will and testament, I declare and ordain as free and quit of every obligation of captivity, subjection, and slavery, my captured slave Enrique, mulatto, native of the city of Malacca,13 of the age of twentysix years more or less, that from the day of my death thenceforward forever the said Enrique may be free and manumitted, and quit, exempt, and relieved 176 Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al. of every obligation of slavery and subjection, and that he may act as he desires and think fit; and I desire that of my estate there may be given to the said Enrique the sum of ten thousand maravedis in money for his support; and this manumission I grant because he is a Chiristian, and that he may pray to God for my soul…” (Guillemard 1890: 316-326)

Satu lagi dokumen penting yang dapat membuktikan kewujudan Enrique ialah daftar senarai anak-anak kapal dalam armada tersebut. Nama Enrique tersenarai dalam kapal Trinidad yang menjadi kapal utama Armada Maluku dan dinakhodai sendiri oleh Magellan. Walaupun seorang hamba, Enrique didaftarkan sebagai seorang jurubahasa/penterjemah yang dibayar gaji sebanyak 1500 maravedis sebulan.14 Jumlah ini melebihi bayaran yang diperuntukkan kepada pelaut mahir, pelaut perintis dan juga kelasi biasa. Keadaan ini menunjukkan kepentingan dan kedudukan Enrique sebagai jurubahasa dan penterjemah bagi ekspedisi ini terutama apabila berada di Timur nanti.

Perbandingan ini dapat dilihat dalam Jadual 1.
Jadual 1. Daftar kapal Trinidad (Sebahagian daripada 62 orang kelasi)
Nama Asal Pangkat asal Gaji Catatan (maravedis) Fernao de Portugal Kapten-Jeneral 146,000 Mati, Mactan, Magalhaes (setahun) 27/04/1521 (Fernando de Magallanes)
Estevao Gomes Portugal Jurumudi utama 30,000 Lari, pulang ke (Esteban (setahun) Sepanyol (San Gomes) Antonio) 6/03/1521
Francisco Albo Rhodes Pembantu ketua 2,000 Pulang ke Sepanyol kapal (Victoria),6/09/1522
Juan Rodriguez Sepanyol Pelaut mahir 1,200 Mati, 5/10/1522
Domingo Portugal Pelaut perintis 800 Mati (Victoria) Alvares 7/06/1522
(Domingo de Cabillana)
Enrique de Melaka Penterjemah/juru 1,500 Kekal di Cebu Malacca bahasa selepas 1/05/152115
Cristovao Rebelo Portugal Kelasi biasa 1,200 Mati, Mactan, (Cristobal Ravelo) 27/04/1521
Antonio Pigafetta Lombardy Kelasi biasa 1,000 Pulang ke Sepanyol (Victoria), 6/09/1522
Sumber: Disesuaikan dan diterjemahkan daripada Joyner, 1994, Magellan dan de Navarrete,
1837. Colección de losviajes y descubrimientos que hicieron por mar los espaDoles desde fines
del siglo XV. vol 4.
Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al. 177

Selain itu, dalam salah satu ‘Koleksi Navarrete’ susunan Martin Fernandez de Navarrete16 pada tahun 1837 yang dikenali sebagai Colección de Losviajes y Descubrimientos que Hicieron por mar los EspaDoles Desde Fines del Siglo XV, terdapat catatan khusus tentang Enrique termuat dalam jilid keempat yang memperkatakan secara khusus tentang pelayaran Armada Maluku. Navarrete menjelaskan bahawa hamba ini dibeli Magellan di Melaka. Asal usulnya pula berkemungkinan sama ada dari Melaka atau Maluku lalu dikristiankan dan diberi nama Enrique. Hamba ini fasih berbahasa Sepanyol dan bertindak sebagai jurubahasa semasa armada berada di Timur. Antara lain Navarrete menyatakan:
Tatkala Magellan berada di India, dalam perkhidmatan Raja Portugal, dia telah membeli seorang hamba di Melaka, kelahiran Pulau Maluku, demikian menurut sesetengah pengkaji, dan dari Sumatra menurut yang lain; yang dikenali sebagai Enrique, dan di Sepanyol dia belajar bahasa Sepanyol secara tekun dan mampu bertutur dengan lancar sekali. Beliau berkhidmat kepada tuannya dan juga orang Sepanyol selaku penterjemah di rantau Timur, kerana bahasa Melayu dipertuturkan dari Melaka hingga ke Filipina; sebaliknya, ketika berada di Kepulauan Penyamun (Ladrones), kini dikenali sebagai Marianas, pelayar Sepanyol diterima baik penduduk tempatan dan memahami tujuan sebenar kehadiran mereka yang bersifat damai walaupun tanpa memahami bahasa mereka, atau melalui penterjemah bagi mengelakkan sebarang perselisihan faham. Gomara berpendapat bahawa Magallanes (Magellan) mempunyai seorang lagi hamba perempuan yang berasal dari Sumatra dan memahami kepelbagaian dialek kepulauan alam Melayu yang terdapat di Melaka. Di Kepulauan Penyamun (Ladrones), terdapat gipsi, kumpulan yang berasal dari Mesir, demikian menurut hamba perempuan milik Magallanes yang memahami keterangan peribumi tempatan (Kepulauan Penyamun). Sungguhpun begitu, tidak terdapat sebarang penulis sezaman yang memperkatakan mengenai hamba perempuan itu, dan juga tersebarnya bahasa Melayu melewati kepulauan Filipina, ataupun, keupayaan hamba perempuan itu untuk memahami bahasa tempatan Kepulauan Penyamun, dan keadaan ini samalah halnya dengan Enrique di Kepulauan Filipina.

Terjemahan Haji Yahaya Abu Bakar dari Martin Fernandez de Navarrete. 1837. Colección de losviajes y descubrimientos que hicieron por mar los espaDoles desde fines del siglo XV. vol 4.

Selain sumber-sumber di atas, catatan tentang Enrique juga dibuat secara sepintas lalu umpamanya ketika memperkatakan tentang pertemuan antara Magellan dengan Raja Sepanyol Charles V di istana Valladolid pada 20 Januari1518 bagi mendapatkan penajaan yang turut disertai Rui Faleiro.17 Ketika pertemuan itu berlangsung, Enrique diperlihatkan kepada Charles sebagai bukti bahawa tokoh ini seorang Melayu peribumi Melaka dan juga bagi mengesahkan bahawa Magellan pernah ke Timur agar dapat meyakinkan Raja Sepanyol supaya membiayai projek ke Timurnya.18
178 Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al.

Megellan Melayu 
Pelayaran Enrique Melaka ke Eropah mengikuti Magellan pulang ke Lisbon berkemungkinan bermula pada Disember 1511.19 Menjelang Jun 1512 mereka berdua telah berada di Lisbon yang merupakan salah sebuah kotaraya pelabuhan besar abad ke-16. Pemergian ini menandakan titik permulaan pengembaraan Enrique belayar mengelilingi dunia. Sungguhpun begitu, tarikh dan kapal yang ditumpanginya tidak dapat ditentukan secara sah20 tetapi dari segi masa ianya diandaikan bersamaan dengan masa ekspedisi Antonio de Abreu dan Francisco Serrao21 bertolak menjejaki Maluku pada Disember 1511. Pelayaran ini bukan sahaja memberikan Enrique pengalaman pertama keluar dari dunia Melayu tetapi membolehkannya menjejaki Goa, Tanjung Pengharapan dan Cape Verde; pengalaman menerokai Lautan Hindi, Laut Arab, Lautan Atlantik, Lautan Pasifik dan Selat Magellan yang lebih luas serta amat berbeza sekali daripada laut yang biasa dilayarinya di Nusantara. Pengalaman ini juga mendedahkan Enrique dengan perubahan suhu sejuk, kapal layar dan teknologi Eropah yang jauh berbeza daripada pengalamannya sebelum ini.

Di Lisbon, mereka mengalami nasib malang apabila pelaburan yang dibuat Magellan bersama Pedro Annes Abraldez seorang saudagar Portugis ketika berada di India tidak membuahkan hasil kerana saudagar itu mati manakala warisnya menghilangkan diri.22 Bagi mendapatkan semula wang pelaburannya, Magellan menyaman Raja Portugal memandangkan raja itu berhutang dengan Abraldez selain mendesak permintaan untuk kenaikan elaun (moradia)23 dan peluang belayar ke Timur. Sementara menunggu tuntutan mahkamah selesai, Magellan ke Azamor, Morocco pada 1513 apabila turut serta dalam kempen mematahkan pemberontakan di tanah jajahan Portugis itu dengan membawa Enrique bersamanya. Nasib malang Magellan berterusan apabila kakinya tercedera dalam satu pertempuran lalu tempang dan dituduh pula menggelapkan wang kaitan penjualan ternakan rampasan kepada musuh. Setelah tuduhan itu terbukti meleset mereka pulang semula ke Portugal pada pertengahan tahun 1515 tetapi dipinggirkan Raja Portugal. Magellan yang kecewa kerana jasanya tidak dihargai berpindah bersama Enrique ke Oporto24 sebelum berhijrah ke Sepanyol, musuh tradisi Portugal yang sedia menanti kehadiran belayar berpengalaman sepertinya bagi menandingi kejayaan pelayaran Portugis di era Zaman Penemuan (Age of Discovery) itu.

Oporto menjanjikan harapan baru buat Magellan dan Enrique dalam merencanakan projek ke Timur dengan belayar ke barat merentasi Lautan Atlantik untuk ke Maluku bagi diajukan kepada penaja yang sesuai khususnya Sepanyol. Oporto dipilih memandangkan lokasinya yang jauh dari istana bagi mengelak rancangan dikesan kerana sebarang maklumat tentang pelayaran adalah rahsia yang dilindungi kerajaan; tempat berkumpulnya para pelayar terutama jurumudi25 dan juga wilayah kelahiran Magellan. Dari jurumudi yang ditemui di sana seperti Joao de Lisboa dan Joao de Lopes Carvalho, pelbagai Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al. 179 maklumat dikumpul khususnya tentang pelayaran di kawasan barat Lautan Atlantik serta di kawasan selatan lautan tersebut26 dan kawasan di bahagian timur Melaka. Tidak ketinggalan daripada kalangan jurumudi ini Magellan mendalami pengetahuannya tentang carta pelayaran dan pengiraan garisan lintang. Selain jurumudi, mereka berdua turut berkenalan dengan ahli buana (ahli kaji kosmologi) seperti Ruy Faleiro dan adiknya Francisco Faleiro yang kemudiannya menjadi rakan kongsi dalam projek tersebut 27 serta ahli geografi dan pembuat peta seperti Pedro Reinel dan Jorge Reinel.28 Walau bagaimanapun, perkembangan diri Enrique tidak dapat dipastikan secara sah tetapi yang pasti dalam catatan sejarah tokoh ini sentiasa berada bersama Magellan setiap masa. Sebagai orang asing yang masih remaja, Enrique sedar bahawa dirinya berada di tempat baru yang serba asing lagi berbeza suasananya dan Magellan satu-satunya yang dikenali dan dapat dianggap sebagai saudara selain tempatnya bergantung hidup. Peluang kembali ke Melaka adalah mustahil dan pilihan yang ada bagi kelangsungan hidup hanyalah menyesuaikan diri dengan keadaan dirinya sambil mengambil hati dan taat kepada tuannya.

Magellan yang juga terdesak dengan masa hadapan yang gelap kerana factor usia,29 cacat, kedudukan kewangan meruncing, tanpa pekerjaan, ketiadaan harta kecuali memiliki Enrique sebagai hamba. Keadaan ini menyebabkan mereka saling bergantungan antara satu sama lain dan secara tidak langsung merapatkan lagi hubungan persahabatan mereka. Enrique yang bijak dan cepat menguasai bahasa Portugis bagi memudahkan komunikasi harian selain rajin, baik, taat, amanah dan mendengar kata menyebabkannya disayangi dan dipercayai Magellan. Dalam pada itu, Enrique yang meningkat dewasa dan berumur sekitar 15-18 tahun pada 1515 dianggap aset kerana mampu menguasai pelbagai maklumat dan pengetahuan tentang pelayaran hasil perkenalannya dengan para pelayar seperti jurumudi, ahli buana dan pembuat peta yang ditemui Magellan termasuk diajari sendiri oleh tuannya. Sehubungan itu, Enrique juga berkemungkinan memahami konsep-konsep asas tentang geografi, ilmu pelayaran dan peralatan pelayaran yang meliputi peta, glob, buku log kapal dan carta pelayaran selain pengetahuan praktikal tentang pelayaran seperti tugas pelaut, penyelenggaraan, membaiki kapal, persenjataan dan urusan melengkapi kapal untuk pelayaran jauh serta ilmu mempertahankan diri Barat.

Walaupun telah menetap di Oporto, Enrique kerap ke Lisbon mengikut Magellan mengunjungi Casa Da India e da Guinea (Indian House) yang merupakan tempat pelbagai maklumat pelayaran Portugis disimpan.30 Ketika di Lisbon, mereka juga bertemu bakal penaja projek terutama kalangan mereka yang memusuhi Manuel seperti Duarte Barbosa31 dan Christoper de Haro32 yang menyediakan tapak bagi penghijrahan Enrique dan Magellan ke Sepanyol.

Selain itu, mereka juga menguar-uarkan secara terbuka akan kepentingan Serrao di Ternate dan aktiviti penjelajahan Sepanyol sehingga menimbul rasa tidak senang di pihak istana. Desakan ini membuka ruang kepada Magellan mengadap Manuel buat kali ketiga dan terakhir sebelum berhijrah ke Sepanyol. Dalam 180 Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al. pertemuan pada September 1517 itu, semua cadangan Magellan ditolak malah diperhina di hadapan khalayak istana. Peristiwa ini mempercepatkan penghijrahan tersebut yang turut disertai saudara mara Magellan yang direkrut di Oporto seperti Martin Mesquita dan anaknya Francisco Mesquita serta abang Martin, Alvaro de Mesquita. Selain mereka, rombongan ini juga disertai beberapa orang jurumudi berpengalaman seperti Joao de Lopes Carvalho dan Estevao Gomes.
Menjelang 20 Oktober 1517, rombongan Magellan semuanya telah sedia berada di Seville.33 Ketika tiba, Enrique berusia dalam lingkungan 17-20 tahun setelah berada di Lisbon lebih kurang lima tahun (1512-1517). Seville pada awal abad ke-16 merupakan sebuah bandaraya pelabohan yang terletak di tebing Sungai Quadalquivir yang memainkan peranannya sama seperti Lisbon bagi Portugal. Kehadiran mereka telah diatur lebih awal atas usaha Diogo Barbosa34 melalui Juan de Aranda hasil restu Juan Rodriguez de Fonseca.35 Usaha ini membolehkan Magellan bertemu Raja Sepanyol Charles V36 lalu diberi peluang mengetuai ekspedisi mencari laluan ke Maluku yang turut disertai Enrique.

Menurut Rodrigue Levesque (1980: 12), Magellan merancang untuk mencari laluan di bahagian hujung terselatan benua Amerika Selatan yang baru ditemui sebelumnya oleh Columbus bagi mengelak pertembungan dengan Portugis yang pada dasarnya ingin memonopoli perdagangan rempah dan juga untuk menyelamatkan dirinya yang dianggap penderhaka. Dengan sokongan Raja Sepanyol serta pembiayaan modal Haro, Magellan dibekalkan lima buah kapal iaitu San Antonio, Trinidad, Conception, Victoria dan Santiago yang membentuk armada yang dikenali sebagai Armada Maluku (Armada de Molucca) termasuk segala perbelanjaan dan kelengkapannya (lihat Jadual 2 bagi saiz dan kos setiap kapal).

Jadual 2. Kos kapal Armada Maluku
Kapal Berat Harga Harga Semasa Harga Semasa (ton) (Maravedis) USD RM(RM3.50)
1519 Harga emas 1990 2009
San Antonio 120 330,000 35,310 123,585
Trinidad 110 270,000 28,890 101,115
Conception 90 228,000 24,476 85,666
Victoria 85 300,000 32,100 112,350
Santiago 75 187,500 20,062 70,217
Sumber: Disesuaikan daripada Joyner 1994

Ekspedisi ke Maluku ini bermula pada hari Isnin 10 Ogos 1519 bersamaan dengan perayaan Hari St. Lawrence dari pelabohan Seville menyusuri Sungai Guadalquivir ke muara di San Lucar de Barrameda, sebuah pelabohan di selatan Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al. 181 Sepanyol. Dari Sanlucar de Barrameda armada belayar keluar ke Lautan Atlantik pada hari Selasa 20 September 1519. Persediaan bagi ekspedisi pelayaran ini mengambil masa selama satu tahun dengan kos perbelanjaan keseluruhannya berjumlah 8,751,125 maravedis.37 Walaupun ekspedisi ini ditaja Sepanyol tetapi ramainya pelaut Portugis yang terlibat termasuk Kapten-Jeneralnya Magellan menimbulkan pertentangan Sepanyol-Portugis dalam armada. Sentimen bangsa ini dikeruhkan lagi oleh Foncesa sejak kerja-kerja persiapan lagi dan memuncak semasa pelayaran menyebabkan berlakunya beberapa siri pemberontakan. Bagi mengukuhkan kepentingannya, Foncesa meletakkan beberapa orang kepercayaannya sebagai pegawai tertinggi armada bagi menyaingi kuasa Magellan (Lihat Jadual 3). Selain ancaman warga Sepanyol dalam armada, Magellan juga menghadapi ancaman Portugis baik sebelum mahupun semasa pelayaran yang cuba memintas dan memusnahkan armada. Keseluruhan ahli ekspedisi ini merangkumi pegawai hingga kepada kelasi biasa berjumlah seramai 270 orang.38 Mereka terdiri daripada pelbagai warganegara dengan sebahagian besarnya Sepanyol 165 orang khususnya Basques 29, Portugis 31, Itali 29, Perancis 17, Jerman, Fleming, England, Greek, Negro (Afrika) dan termasuklah Enrique, warga peribumi Melaka.

Pada 26 September 1519, Armada Maluku singgah berlabuh di Pulau Tenerife, Kepulauan Canary. Di situ, Magellan menerima pesanan bapa mertuanya mengingatkannya agar berhati-hati terhadap niat jahat Cartagena untuk membunuhnya. Belayar sehingga ke pesisir pantai Liberia dan Sierra Leone tanpa singgah di Cape Verde menimbulkan kemarahan Cartagena. Ketika berada berhampiran pantai Sierra Leone, Cartagena cuba mencetuskan pemberontakan tetapi dapat dipatahkan. Setelah Catagena ditahan armada mula menyeberangi Lautan Atlantik.39 Pada 29 November 1519 lautan itu Berjaya diseberangi apabila sampai di Pernambuco, Brazil dan hanya berlabuh pada 13 Disember 1519 (Saint Lucia’s Day) di Teluk Guanabara, Rio de Janeiro. Setelah berlabuh selama dua minggu untuk membaiki kapal, mengisi bekalan baru dan menghukum pesalah, pada 26-27 Disember 1519 mereka bergerak menghala Jadual 3.

Kapten Armada Maluku Kapal Berat (ton) Pangkat Bangsa Trinidad 110 Ferdinand de Magellan Portugis
(Kapal Utama) (Kapten Jeneral)
San Antonio 120 Juan de Cartagena Sepanyol
(Kapten dan Inspektor Jeneral)
Conception 90 Caspar de Quesada (Kapten) Sepanyol
Victoria 85 Luis de Mendosa (Kapten dan Bendahari) Sepanyol
Santiago 75 Juan Rodrigues Serrano (Kapten dan Pilot) Sepanyol
Sumber: Disesuaikan daripada Joyner 1994
182 Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al. ke selatan menyusur pantai timur benua Amerika Selatan sepanjang Negara Argentina kini, ke kawasan yang belum pernah diterokai dan dijelajahi oleh orang Eropah ketika itu dengan harapan mencari laluan menghubungkan Lautan Atlantik ke Lautan Besar Selatan (Lautan Pasifik kini). Oleh itu, setiap teluk dan muara sungai yang ditemui sepanjang pelayaran diperiksa dengan harapan laluan yang dicari-cari itu dapat ditemui. Sepanjang pelayaran ini mereka sering dilanda ribut dan menghadapi musim sejuk yang melampau sehingga menimbulkan keresahan di kalangan anak kapal termasuk Enrique dan juga kerosakan kepada armada. Bagi warga Sepanyol terutamanya Luis de Mendoza kapten bagi kapal Victoria (selepas Cartagena ditahan) Magellan dipersalahkan kerana cuai sehingga menyebabkan mereka berada dalam keadaan bahaya ini sebagai alasan untuk bangkit memberontak pada masa yang sesuai.

Hampa dengan Rio de la Plata40 yang hanya merupakan sebuah muara sungai bukannya laluan seperti yang diharapkan, armada itu belayar hingga tiba ke San Julian pada 31 Mac 1520 yang terletak jauh di selatan Argentina sekarang. San Julian merupakan sebuah teluk semulajadi yang membolehkan armada berlabuh selama lima bulan bagi berlindung menghadapi musim sejuk.

Di situ, pada 1 April 1520, Mendoza bangkit mengetuai satu pemberontakan terbesar menentang Magellan dan berjaya menguasai tiga buah kapal yang terdiri daripada San Antonio, Conception dan Victoria. Pemberontakan itu akhirnya berjaya dipatahkan. Pemberontak yang terlibat ditahan dan diadili lalu dihukum dengan kejam. Mayat Mendoza yang mati terbunuh dipotong empat lalu dipakukan pada sebatang tiang. Turut dihukum ialah Quesada yang dipancung dan tubuhnya juga dipotong empat. Carteagena dan seorang paderi iaitu Pedro Sanchez Reina pula ditinggalkan di sebuah pulau kecil tanpa penghuni apabila armada bergerak meninggalkan San Julian kemudiannya.41 Pesalah lain dirantai dan dipaksa melakukan kerja berat termasuk membersih dan membaiki kapal yang rosak. Peristiwa di San Julian ini merupakan kemuncak kepada tentangan warga Sepanyol ke atas Magellan yang disaksikan Enrique.

Pada 24 Ogos 1520 Armada Maluku belayar meninggalkan San Julian menuju ke selatan.42 Pada 21 Oktober 1520 mereka menemui Cape of the Elevan Thousand Virgins yang merupakan pintu masuk kepada laluan yang dicari dan kini dikenali sebagai Selat Magellan. Sebelum sempat melepasi selat ini, kapal San Antonio yang merupakan kapal simpanan bekalan makanan armada Berjaya memisahkan diri lalu belayar pulang ke Seville. Akhirnya, pelayaran menyeberangi Lautan Pasifik hanya disertai tiga buah kapal sahaja iaitu Trinidad, Conception dan Victoria. Pengalaman menyeberangi Lautan Pasifik amat mengerikan. Setelah lebih kurang sebulan belayar secara berterusan semua simpanan bekalan makanan rosak manakala air minuman menjadi bangar.

Bekalan makanan tidak dapat diganti memandangkan tiada terdapat dataran tanah yang sesuai kecuali pulau-pulau kecil yang tidak berpenghuni. Bagi mengelak kebuluran mereka terpaksa bertahan dengan biskut lama yang telah rosak dan hancur, kulit pembalut tiang layar dan pelapik pelantar, serta tikus Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al. 183 yang berkeliaran dalam kapal (Pigafetta 1969: 57). Keadaan tambah meruncing apabila kebuluran berlaku hingga merebaknya penyakit skurvi (scurvy) di kalangan anak-anak kapal. Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan vitamin C dalam badan ini adalah penyakit yang lazim berlaku ke atas para pelaut akibat berada terlalu lama di laut tanpa mengambil sayur-sayuran dan buah-buahan segar. Mangsa kebiasaanya mengalami bintik kemerah-merahan gelap pada kulit terutamanya pada betis dan kaki serta gusi membengkak lalu menyebabkan ketanggalan gigi. Selain itu, terdapat juga mangsa yang mengalami hidung berdarah, parutan lama terbuka semula, kehilangan kuku dan juga kerap membuang air besar hingga menyebabkan muka pucat, mata cengkung, lemah tidak bermaya dan merasai kemuraman. Serangan penyakit ini menghadkan pergerakan anak-anak kapal bagi menguruskan armada. Keseluruhannya skurvi membunuh seramai 19 orang kelasi terutama di kapal Victoria daripada lebih kurang 25 ke 30 orang yang menghidapinya ketika menyeberangi Lautan Pasifik.

Sungguhpun ramai yang mati akibat serangan penyakit skurvi tetapi Enrique, Pigafetta, Espinosa dan Magellan tidak menghadapi masalah kesihatan.

Hubungan rapat antara mereka bertiga dengan Magellan memberi peluang kepada mereka menerima resepi peribadi Kapten-Jeneral itu yang berupa jeruk buah quince yang mengandungi vitamin C yang amat tinggi. Pengambilan jeruk ini tentunya mengelakkan mereka dari diserang penyakit skurvi berbanding yang lain. Jeruk buah ini merupakan antara barangan peribadi Magellan yang dibungkus rapi ketika konsul Portugis di Seville mengunjunginya semasa cubaan memujuk pelayar veteran itu membatalkan niatnya mengetuai armada Sepanyol dan balik semula ke pangkuan Manuel. Walaupun diserang kebuluran dan penyakit tetapi mereka bernasib baik kerana belayar dalam cuaca yang amat baik. Kejayaan itu mencatatkan Magellan dan anak-anak buahnya termasuk juga Enrique sebagai pelayar pertama melayari dan merentasi Lautan Pasifik itu pada abad ke-16. Setelah belayar selama tiga bulan 20 hari, pada 7 Mac 1521 mereka sampai di Guam dan seterusnya sampai di Pulau Samar, Filipina pada subuh hari Sabtu 16 Mac 1521 lebih kurang satu tahun setengah selepas meninggalkan Sanlucar de Barrameda di Sepanyol. Keesokan harinya mereka berlabuh di Pulau Suluan yang tidak berpenghuni yang terletak di selatan Pulau Samar.

Di Filipina, terutama di Pulau Cebu Enrique muncul dalam catatan diari Pigafetta apabila berupaya berkomunikasi dengan peribumi tempatan menggunakan bahasa Melayu yang merupakan lingua franca di Nusantara.

Kebolehannya bertutur menyebabkan Enrique menjadi jurubahasa sepanjang berada di perairan Filipina. Pertembungan dengan penduduk peribumi itu kemudiannya memungkinkan mereka menjalin hubungan persahabatan dengan Raja Humabon dan membolehkan Magellan menyebarkan agama Kristian bagi menyediakan tapak kukuh bagi dominasi Sepanyol dalam ekspedisi akan datang.

Walaupun agama ini mudah diterima oleh peribumi Cebu tetapi tidak bagi kepulauan lain terutama di Mactan. Ini menyebabkan ketuanya, Si Lapu-Lapu 184 Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al. bangkit menentang sehingga terjadinya pertempuran di pantai Punto Engano yang terletak di bahagian utara Pulau Mactan yang akhirnya membawa kepada kematian Magellan pada pagi Sabtu 27 April 1521. Dalam pertempuran itu, gerombolan Magellan yang terdiri daripada hanya 45 orang sukarela turut disertai Enrique di barisan hadapan terpaksa menghadapi tentangan ribuan peribumi Mactan. ‘Kebenaran’ agama Kristian dan kehebatan teknologi perang Eropah tidak memihak kepada Magellan. Sikap takbur dan angkuh Barat tidak dapat menangkis serangan lembing buluh milik peribumi. Dalam pertempuran itu dianggarkan kira-kira tujuh orang Sepanyol mati dan beberapa orang lagi menyusul beberapa hari kemudiannya manakala 15 orang tumpas di pihak peribumi. Enrique dan Pigafetta yang sentiasa berada di samping Magellan turut tercedera. Pigafetta (1969:46) menggambarkan peristiwa kematian Magelan itu dengan penuh tragis sekali:
“Recognizing the captain, so many turned upon him that they knocked his helmet off his head twice, but he always stood firmly like a good knight, together with some others. Thus we fight for more than one hour, refusing to retire further. An Indian hurled a bamboo spear into the captain’s face, but the latter immediately killed him with his lance, which he left in the Indian’s body. Then, trying to lay hand on sword, he could draw it out but halfway, because he had been wounded in the arm with the bamboo spear. When the natives saw that, they all hurled themselves upon him. One of them wounded him on the left leg with a large cutlass, which resembles a scimitar, only being larger. That caused the captain to fall face downward, when immediately they rushed upon him with iron and bamboo spears and with their cutlasses, until they killed our mirror, our light, our comfort, and our true guide. When they wounded him, he turned back many times to see whether we were all in the boats. Thereupon, beholding him dead, we, wounded, retreated as best we could to the boats, which were already pulling off”.

Selepas pertempuran Mactan berlaku pula peristiwa pembunuhan pegawai atasan Sepanyol pada pagi hari Khamis 1 Mei 1521 apabila Raja Humabon belot ke atas tetamunya. Peristiwa yang dikenali sebagai ‘jamuan kematian’ (banquet death) ini sering kali dikaitkan dengan penglibatan Enrique sebagai perancang utama dalam mempengaruhi Raja Humabon. Enrique didakwa bertindak menentang rakan pelaut Sepanyolnya kerana kebencian dan kemarahannya terhadap Duarte Barbosa akibat satu pertengkaran sehingga maruahnya tercabar. Dalam pertengkaran itu, Enrique yang tercedera dan masih dalam keadaan bersedih atas kematian tuannya telah dicerca dengan kata-kata yang kesat sehingga menyinggung perasaannya. Pigafetta (1969: 89) merakamkan peristiwa ini sebagai berikut:
“Our interpreter named Henrich (because he had been slightly wounded) no longer went ashore to do our necessary business, but was always wrapped in a blanket. Wherefore Duarte Barbosa, commander of the captain’s flagship, told him in a loud voice that, although the captain his master was dead, he Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al. 185 would not be set free or released, but that, when he reached Spain, he would still be the slave of Madame Beatrix, the wife of the deceased captain-general.
And he threatened that if he did not go ashore he would be driven away. The slave, hearing this, rose up and feighing to take no heed of these words, went on shore and told the Christian king that we were about to depart immediately, but that, if he would follow his advice, he would gain all our ships and merchandise. Anad so they plotted a conspiracy. Then the slave returned to the ships, and he appeared to behave better than before”.

Dalam nada yang sama seperti Pigafetta, Samuel Eliot Morison (1974:438-439) pula menyatakan:
“Enrique de Malacca, the slave who had fought beside Magellan at Mactan, now turned lazy and surly when he could have been most useful, for he knew Spanish as well as Malay, and could handled all communications with the rulers and the people of Cebu. Enrique now declared that his master’s death released him from servitude, which was correct; Magellan’s last will and testament not only freed him but left him a legacy of 10,000 maravedis. So the fomer slave took to his bunk, nursing a slight wound he had received in the fight. This exasperated Captain General Barbosa, who spoke to Enrique somewhat in this wise: “Rise and shine’ you lazy son-of-a-bitch, or I’ll have you triced up and well flogged!” At any rate, he called him a dog and threatened to have him whipped, thus arousing all the man’s native pride and vindictiveness, and costing Barbosa and some twenty-five shipmates their lives”.

Dalam komplot tersebut, Enrique dan Raja Homabun memerangkap mereka dengan mengatur satu jamuan bagi mengelirukan mangsanya. Ketika jemputan sedang menikmati juadah secara tiba-tiba mereka diserbu lalu dibunuh dengan disembelih. Seramai 27 orang yang menghadiri jamuan tersebut dibunuh kecuali Joao de Lopes Carvalho dan seorang konstable yang terselamat kerana pulang ke kapal lebih awal apabila mensyaki ia adalah satu perangkap. Sebaik tiba di kapal mereka terdengar jeritan dan suasana hiruk pikuk dari pantai.
Seketika itu juga sauh diangkat lalu armada dirapatkan ke pantai dan mula membedil ke daratan. Ketika membedil mereka ternampak Serrano yang berlumuran darah diheret ke pantai. Serrano yang khuatir dirinya akan dibunuh merayu kepada Carvalho supaya berhenti membedil dan menebusnya. Walau bagaimanapun, permintaan itu tidak dilayan Carvalho kerana ingin menjadi kapten armada memandangkan dirinya adalah pegawai tertinggi yang tinggal. Gambaran peristiwa malang itu adalah tulisan kemudian Pigafetta yang mungkin digembargemburkannya kerana tidak menggemari Carvalho kaitan peristiwa penculikan wanita ketika berada di perairan Laut Sulu selepas itu. Sebaliknya, dalam sumber lain, Carvalho diperlihatkan sebagai seorang yang bertanggungjawab apabila berusaha menyelamatkan Serrano dengan menghantar dua buah meriam seperti yang dituntut Si Lapu-Lapu sebagai tukaran. Setelah dihantar ke pantai, tuntutan itu digandakan lagi sehingga menyebabkan Serrano mengarahkan agar armada 186 Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al. itu belayar meninggalkannya di situ bagi mengelakkan ekspedisi itu terancam.

Sikap Serrano ini selari dengan yang ditunjukkannya selama ini dalam pelbagai misi peninjauan yang diarahkan Magellan baik di Rio de Janeiro, Rio de la Plata, San Julian, Selat Magellan dan sebagainya. Armada itu kemudiannya belayar menghala ke Bohol lalu membakar kapal Conception kerana kekurangan kelasi untuk menguruskannya yang hanya berjumlah 115 dari jumlah asalnya 270 orang bagi meneruskan pelayaran mencari Maluku.43 Satu hal yang pasti, Enrique tidak menyertai rombongan ekspedisi seterusnya selepas peristiwa pembunuhan itu. Peristiwa itu merupakan catatan terakhir Pigafetta buat Enrique dalam diari tersebut. Kemungkinan campur tangan Enrique dalam peristiwa pembunuhan itu ada asasnya. Ini kerana Serrano yang dalam keadaan cemas untuk menyelamatkan diri memberitahu bahawa semua anak kapal yang berada di pantai mati dibunuh kecuali Enrique. Selepas peristiwa penyembelihan itu, kedudukan dan arah haluan Enrique seterusnya tidak dapat dipastikan dengan nyata memandangkan tokoh ini lenyap dari lipatan sejarah. Terdapat kemungkinan Enrique menetap dan bermastautin serta berkeluarga di Cebu dan hidup secara sederhana tidak menonjolkan diri ada asasnya kerana keselamatan dirinya terancam kerana dikendaki Portugis sekiranya pulang ke Melaka memandangkan dirinya sekarang adalah seorang ‘Sepanyol’ berbanding Melayu. Sebaliknya, kemungkinan Enrique pulang semula ke Melaka seperti yang difiksyenkan oleh Harun Aminurrashid dalam Panglima Awang juga tidak boleh ditolak memandangkan hubungan perdagangan antara wilayah Filipina khususnya Cebu dengan Melaka telah wujud yang semestinya memberi peluang untuknya menumpang kapal pulang ke Melaka.

Walaupun kehadiran Enrique secara samar-samar di sebalik watak kreatif Panglima Awang namun tokoh ini sememangnya wujud dalam sejarah. Sebagai manusia yang benar-benar hidup, kemunculannya dalam catatan laporan Antonio Pigafetta hanya selama 35 hari ketika berada di perairan Filipina bermula dari pagi Khamis 28 Mac 1521 hingga 1 Mei 1521. Dalam tempoh waktu yang singkat ini, kemunculan Enrique adalah sama seperti orang lain yang mempunyai peribadi dan emosi. Ketika muncul, Enrique diperlihatkan sebagai seorang taat dan bertanggongjawab melakukan segala arahan yang diperintahkan Magellan sama ada sebagai jurubahasa/penterjemah mahupun wakil dalam urusan dengan peribumi tempatan. Sebagai manusia biasa, Enrique juga mempunyai perasaan dan emosi. Cercaan yang melampau menyinggung perasaannya hingga membangkitkan kemarahannya. Akibat marah menyebabkannya bertindak balas dengan berkomplot dengan peribumi tempatan di Cebu bagi membalas dendam.

Enrique terselamat dalam mengharungi pelayaran yang penuh cabaran itu. Kejayaan itu dapat dikaitkan dengan kedudukannya sebagai warga rantau Melayu seorang peribumi Melaka yang merupakan sebahagian daripada warga maritim yang telah biasa dengan kehidupan di laut. Secara sedar, Enrique mengetahui bahawa dirinya seorang yang merdeka, bebas dari status hamba Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al. 187 berdasarkan surat wasiat Magellan. Dalam hal ini, Panglima Awang atau Enrique Melaka pastinya dapat dianggap sebagai Magellan Melayu kerana tokoh inilah sebenarnya manusia pertama mengelilingi dunia setelah mendahului pelaut lain dalam Armada Maluku melengkapkan pusingan 360 darjah berbanding Ferdinand de Magellan yang dinobatkan Barat mahupun Sebastian del Cano yang disanjungi Sepanyol. Walaupun tidak kembali ke titik permulaannya di Melaka tetapi Enrique sampai semula ke rantau Melayunya, tempat bahasa itu dipertuturkan sebagai lingua franca dengan mengambil masa selama Sembilan tahun iaitu antara 1512 hingga 1521. Pandangan ini mengukuhkan kenyataan yang dilontarkan Martin Torodash (1971: 321-322) apabila dengan yakin menegaskan, “…they should confer the honor of premier circumnavigator upon Henrique de Malaca, Magellan’s slave, who certainly was the first man to take 360 degree trip.” Pandangan ini kemudiannya mempengaruhi pandangan sarjana lain yang meletakkan Enrique sebagai manusia yang pertama mengelilingi dunia secara teknikal bukannya Magellan seperti Edouard Roditi (1972), Samuel Eliot Morison (1974), Carlos Quirino (1995), Tim Joyner (1995), Laurence Bergreen (2003) dan John Keay (2005). Kehebatan dan kehandalan anak peribumi Melaka ini dalam pengembaraannya mengelilingi dunia dapat diteliti melalui Jadual 4

Garisan-masa di bawah:
Jadual 4. Garisan-Masa pengembaraan Enrique Melaka @ Panglima Awang 1511 Melaka jatuh ke tangan Portugis.
Akhir Ogos - Ditawan sebagai hamba tawanan perang dan dikristiankan oleh Magellan lalu diberi nama Enrique atau lebih dikenali dalam sejarah sebagai Enrique Melaka. Akhir Disember - Belayar ke Portugal mengikut Magellan apabila diperintahkan pulang oleh Albuquerque.
1512 Belayar melalui Goa, India; memusing Tanjung Pengharapan, Afrika Selatan; dan sampai di Lisbon, Portugal.Jun - Berada di Lisbon, Portugal.
1513 Mengikuti Magellan ke Azamor, Morocco. Magellan terlibat dengan peperangan dan menyebabkan kakinya tempang.
1515 Pertengahan Ogos – Berada di Lisbon selepas kembali dari Azamor dan tidak lama selepas itu berhijrah ke Oporto.
1517 Mengikuti Magellan meninggalkan Portugal berhijrah Sepanyol. 20 September – sampai di Seville.
1518 20 Januari - Enrique diperlihatkan kepada Raja Sepanyol, King Charles V di istana Valladolid oleh Magellan sebagai bukti dia seorang peribumi Melayu.Terlibat dengan persiapan Armada Maluku.
1519 10 Ogos, Isnin (St. Lawrence’s Day) – Armada memulakan pelayaran dari Pelabohan Seville menyusuri Sungai Guadalquivir ke muara di San Lucar de Barrameda.24 Ogos – Surat wasiat Magellan ditulis dan menyatakan tentang hambanya, Enrique serta pembebasan sebagai seorang yang merdeka jika berlaku kematian ke atasnya semasa pelayaran dengan dibayar pampasan belanja sara hidup 10,000 maravedis.20 September, Selasa – Magellan 188 Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al. memulakan pelayaran sebenar Armada de Maloccus ke Maluku dari San Lucar de Barremada. Panglima Awang sentiasa bersama Magellan dan didaftarkan di dalam kapal utama, Trinidad sebagai penterjemah dengan bayaran gaji 1500 maravides.26 September – Sampai di Pulau Tenerife, Kepulauan Canary.
Magellan mendapat surat amaran daripada bapa mertuanya mengingatkan tentang niat jahat orang Sepanyol terutama Cartegena.3 Oktober, Isnin – Lintasi Cape Verde dan terus belayar di pesisir pantai Liberia dan Sierra Leone.
Magellan menghukum penjenayah dari Kapal Victoria kerana kesalahan meliwat berhampiran Guinea.Oktober – Menyaksikan pemberontakan yang diketuai oleh Cartegena tetapi dapat dipatahkan oleh Magellan dan memulakan penyeberangan Lautan Atlantik.29 November – Nampak daratan pertama di Pernambuco, Brazil selepas menyeberangi Lautan Atlantik dari Benua Afrika.13 Disember (Saint Lucia’s Day) – Berlabuh di Pelabohan Rio de Janeiro dan berjumpa penduduk asli Brazil.26/27 Disember – Meninggalkan Rio de Janeiro, Brazil belayar menghala ke selatan.
1520 31 Mac – Sampai di San Julian.31 Mac - 24 Ogos (lima bulan) – Terperangkap di San Julian, Argentina kerana cuaca buruk, musim sejuk. Nampak gergasi dan dapat tangkap seorang.1 April – Menyaksikan pemberontakan kedua yang terbesar dan terakhir diketuai oleh Quesada dan Cartegena di San Julian, Argentina tetapi dapat dipatahkan oleh Magellan. Ramai pemberontak ditangkap dan dihukum dengan hukuman berat.22 Mei – Kapal Santiago pecah dipukul ribut di Santa Cruz semasa melakukan peninjauan. Anak kapal terpaksa berjalan kaki pulang ke San Julian. 24 Ogos – Armada meneruskan pelayaran ke selatan dengan meninggalkan Juan de Cartagena dan seorang paderi di situ. Kapal Santiago karam dipikul ribut.21 Oktober – Ekspedisi Magellan menemui tanjung yang kemudiannya dinamai Cape of the Elevan Thousand Virgins yang merupakan pintu masuk ke laluan menghala ke barat yang sekarang ini dikenali sebagai Selat Magellan.Kapal San Antonio meloloskan diri belayar pulang ke Sepanyol.28 November, Rabu - Sampai ke Lautan Pasifik. Berada di Lautan Pasifik selama 3 bulan dan 20 hari tanpa mengambil sebarang bekalan semasa pelayaran.
1521 6 Mac – Nampak dataran di Kepulauan Marianas atau Ladrones (kini dikenali sebagai Guam) ketika menyeberangi Lautan Pasifik selama 98 hari dari Selat Magellan.16 Mac, Sabtu - Sampai di Kepulauan Filipina di Pulau Samar.22
Mac, Jumaat – Peribumi datang membawa makanan seperti yang dijanjikan pada waktu tengah hari.28 Mac, Khamis - Pertama kali muncul dalam laporan Pegafetta apabila berkomunikasi dengan peribumi tempatan, Raja Kalambu.1
April (Good Friday) – Enrique dihantar oleh Magellan ke pantai untuk membeli bekalan makanan.7 April – Armada sampai ke Pulau Cebu.14 April – Mendarat di pantai bersama 40 pelayar lengkap bersenjata26 April, Jumaat – Raja Mactan menghadiahkan dua ekor kambing menerusi anaknya sebagai wakil kerana tidak dapat hadir berjumpa Magellan sendiri kaitan keengganan Si Lapulapu.
27 April, Sabtu – Menyertai pertempuran menentang peribumi Mactan dan sentiasa berada di sisi Magellan. Magellan mati terbunuh manakala Enrique tercedera.28 April, Ahad – Enrique bertengkar dengan Duarte Barbosa.1 Mei, Rabu – Pelaut Sepanyol diperdaya dengan satu undangan jamuan yang Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al. 189 mengakibatkan seramai antara 24 hingga 27 orang terbunuh. Pelaut yang tidak menghadiri jamuan tersebut berjaya melarikan diri bersama tiga buah kapal bagi meneruskan pelayaran ke Pulau Maluku. Pakatan ini didakwa didalangi oleh Enrique bersama Raja Homabon kaitan peristiwa pertengkarannya dengan Duarte Barbosa. Peristiwa inilah merupakan kali terakhir Enrique muncul dalam lipatan sejarah.

Siapakah Enrique Melaka atau Panglima Awang ?
Sebagai penakluk dunia apabila menjadi orang pertama mengelilingi bumi mengatasi kehebatan Magellan dan juga del Cano, kejayaan Enrique Melaka amat dikagumi sehingga dianggap sebagai seorang wira. Kehebatannya difiksyenkan Harun Aminurrashid dalam Panglima Awang bagi memberikan kekaguman dan kesedaran khalayak Melayu terhadap kehebatan bangsanya ketika negara baru sahaja mencapai kemerdekaan. Walau bagaimanapun, kehebatan ini menimbulkan persoalan tentang latar belakang diri tokoh ini sebenarnya. Berdasarkan sumber sejarah, tokoh ini hanya seorang hamba tawanan perang dari Melaka yang ditawan dalam usia remaja sekitar 12-15 tahun selepas kejatuhan Melaka lalu dikristiankan sebelum dibawa ke Eropah (1512) serta dinamai Enrique. Dari Portugal kemudiannya mengikuti Magellan ke Sepanyol (1517) dan terlibat dalam ekspedisi Armada Maluku ke Kepulauan Rempah. Dalam sejarah, Enrique terkenal dengan kesetiaan dan kebolehannya berkomunikasi terutama bahasa Sepanyol ketika terlibat dalam ekspedisi Magellan ke Maluku sebagai penterjemah dan jurubahasa.

Sehubungan itu, faktor bahasa Melayu dan kesetiaan Enrique dapat dijadikan sandaran dalam mengenal pasti latar belakang sebenar tokoh ini. Dalam konteks bahasa, pastinya bahasa Melayu yang dipergunakan Enrique semasa berkomunikasi dengan peribumi tempatan termasuk rajanya di perairan Filipina itu memandangkan tokoh ini adalah seorang yang berkemampuan bertutur dalam bahasa Portugis dan Sepanyol dengan lancar selain bahasa Melayu. Pada abad ke-16 itu, bahasa Melayu merupakan lingua franca di wilayah Nusantara termasuk Kepulauan Filipina. Mengulas pandangan Antonio Galvao, Gabenor Portugis di Maluku (1536-1539) yang mengumpamakan bahasa Melayu sebagai bahasa Latin di Eropah, James T. Collins (1998: 23) menjelaskan bahawa bahasa Melayu pada abad itu adalah bahasa terunggul di Nusantara memandang ianya digunakan sebagai bahasa ilmu pengetahuan, perdagangan, diplomatik dan keagamaan. Jelasnya, bahasa Melayu merupakan bahasa persuratan resmi baik di istana mahupun untuk keagamaan dan dalam pada masa yang sama ia juga merupakan bahasa pertuturan harian dalam urusan pekerjaan serta interaksi umum di pusat perniagaan dan juga pelabohan (Collins 1998: 25). William Hendry Scott (1994:9) seorang ahli sejarahwan dan pakar ethnografi Filipina 190 Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al. turut memberikan ulasannya terhadap bahasa Melayu dari perspektif Filipina. Menurutnya, bahasa Melayu amat meluas penyebarannya di kawasan itu dan amat dikuasai oleh golongan bangsawan ketika itu memandangkan mereka terlibat dalam aktiviti perdagangan. Oleh itu, pastinya Enrique berkomunikasi dalam bahasa Melayu memandangkan Cebu adalah pelabohan dan pusat perniagaan yang utama di perairan Limasawa, Filipina ketika itu.

Selain itu, kesetiaan sering dikaitkan sebagai kualiti diri yang dimiliki Enrique dalam dokumen sejarah pelayaran dunia apabila menyentuh tentang Ferdinand de Magellan. Kesetiaan Enrique dapat juga dilihat melalui perwatakannya terutama ketika armada berada di Filipina. Melalui diari Pigafetta, Enrique dengan patuh menjadi jurubahasa dan penterjemah bagi komunikasi dengan peribumi tempatan selain turut juga bertindak beberapa kali sebagai utusan bagi merundingkan pembelian bekalan makanan atas arahan Magellan. Enrique juga bertindak secara sukarela tanpa menghiraukan keselamatan dirinya apabila terlibat menyertai gerombolan 45 orang yang diketuai Magellan menyerang petempatan Si Lapu-Lapu di Mactan. Ketika bertempur, tokoh ini sentiasa berada di barisan hadapan terutama apabila sebahagian besar gerombolan itu lari mendapatkan perahu untuk menyelamatkan diri masing-masing semasa berundur setelah diserang balas oleh ribuan peribumi Mactan. Enrique yang berada bersama Pigafetta dan Rebelo ketika itu cuba melindungi Magellan sebelum Kapten-Jeneral itu tumbang di tangan Si Lapu- Lapu. Atas dasar kesetiaan, Enrique juga diperlihatkan Pigafetta bersedih menangisi kematian tuannya lalu enggan menghiraukan arahan Duarte Barbosa ke atasnya. Gambaran Pigafetta terhadap Enrique tidak menampak sikapnya yang membantah akan segala perintah dan suruhan Magellan ke atasnya semasa di perairan Filipina itu. Jauh lebih awal lagi, atas dasar kesetiaan, Enrique mengikuti setiap langkah Magellan sejak ditawan di Melaka ketika masih kanakkanak sehingga dewasa. Dari Melaka, Enrique ke Lisbon, kemudiannya ke Azamor, Morocco lalu ke Oporto sebelum berhijrah ke Seville untuk menyertai pelayaran yang penuh mencabar baik dari segi ancaman fenomena alam mahupun angkara manusia atas dasar kesetiaan ke atas Magellan. Atas kualiti diri inilah dan disertai sifat kerajinan, kebaikan, ketaatan, amanah dan mendengar kata maka dia amat dikasihi, disayangi serta dipercayai hingga terjalin persahabatan yang begitu akrab lalu menarik perhatian Magelan untuk memerdekakannya. Kemurahan hati Magellan melakukan sesuatu yang di luar jangkaan ini mungkin juga ada kaitannya daripada sikap kesetiaan yang ditunjukkan Enrique kepadanya selama ini.

Selain sifat kesetiaan, satu hal lagi yang menarik tentang diri Enrique ialah kemampuannya mengharungi pelayaran yang mencabar ke Eropah pada awalnya ketika masih remaja lagi dan kemudiannya mengikuti pelayaran menjejaki Kepulauan Rempah dengan Armada Maluku melalui benua Amerika dan merentasi Lautan Pasifik setelah dewasa. Berbanding kira-kira 270 orang yang menganggotai ekspedisi itu pada awalnya hanya 26 orang sahaja yang Berjaya Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al. 191 sampai ke tempat asalnya dengan selamat termasuk Enrique ke rantau Melayunya. Keadaan ini memperlihatkan daya tahan dan daya juang Enrique baik dari segi fizikal mahupun mental untuk kelangsungan hidup yang begitu mencabar, suatu kualiti diri yang dimiliki oleh orang yang mempunyai pengalaman atau telah biasa dengan dunia kehidupan di laut. Sehubungan itu, berdasarkan kepada sifat kesetiaan dan juga kemampuannya bertahan mengharungi kehidupan di laut yang dilaluinya serta bersesuaian dengan lokasi tempat mulanya tokoh ini ditawan iaitu di Melaka dapat dibuat kesimpulan bahawa kreteria ini menepati kualiti diri yang dimiliki suku kaum Orang Laut yang kemungkinan besar Enrique adalah sebahagian daripadanya.
Orang Laut44 yang digelar dengan pelbagai gelaran seperti sea gypsies, sea nomads, sea folk, sea hunters and gatherers, people of the sea, dan juga boat tribe adalah satu kumpulan suku kaum yang hidup secara nomad di laut serta meliputi kumpulan yang menjalani kehidupan di pesisiran pantai dan terlibat dengan pelbagai pekerjaan maritim (Chou 2003: 2). Secara tradisinya, Orang Laut merupakan kumpulan suku kaum yang secara harafiahnya menjalani kehidupan secara kekalnya di dalam sampan tanpa sebarang lokaliti tetap di daratan. Oleh itu, kehidupan suku kaum ini secara tradisinya adalah di laut di selat-selat sempit di sekitar pulau-pulau di sepanjang Selat Melaka antara Sumatera dan Semenanjung yang menganjur dari utara ke selatan ke penghujung timur selat tersebut hingga ke Riau-Lingga.

Sepanjang sejarah Asia Tenggara, Orang Laut memainkan peranan yang amat penting dalam kebangkitan dan kejatuhan sesuatu negara-kota di sepanjang Selat Melaka, selat perdagangan terpenting di wilayah ini yang dianggap sebagai ‘highway’ kepada mereka sejak sealaf lamanya (Barnard 2003 dan 2007).
Sebagai kumpulan yang berkemahiran tentang selok belok kehidupan di laut termasuk mengetahui tentang arus, angin dan cuaca serta berpengetahuan melayari kawasan sekitar yang dipenuhi sungai, pulau, kuala, tanjung, beting, kukup dan paya, suku kaum yang kompleks ini menjadi begitu penting dalam menyediakan diri sebagai angkatan tentera dengan memberi sokongan kuat kepada raja-raja Melayu. Selain menyediakan tenaga pendayung, Orang Laut turut bertindak mengawal dan meronda perairan, memandu masuk kapal dagangan ke pelabohan, mengutip ufti serta membantu menghukum para sekutu yang berdegil bagi pihak penaungnya sementara mereka hidup bersenang lenang di istana yang kebiasaannya terletak di muara sungai ataupun jauh di pedalaman ke hulu sungai.

Sifat kesetiaan Orang Laut terhadap raja-raja Melayu khususnya Kesultanan Melaka yang menjadi penaungnya amat terkenal sekali. Evolusi hubungan ini dapat ditelusuri sejak awal Melaka diasaskan pada abad ke-14. Sebagai penduduk awal yang tinggal di kawasan pesisiran pantai dan kuala Sungai Melaka, ketibaan Seri Tri Buana (Parameswara), putera buangan dari Palembang yang diangkat sebagai raja mereka dalam suatu upacara yang memberikan kedaulatan kepadanya dan juga keturunannya selepas itu sehingga membawa kepada 192 Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al. terasasnya Kesultanan Melaka. Kesetiaan Orang Laut yang tidak berbelah bagi kepada keturunan ini seterusnya berlanjutan kepada Kesultanan Johor yang mempunyai jalinan darah dengan Melaka setelah runtuhnya kerajaan tersebut (Wolters 1970: 125-126; L. Andaya 1975: 42-44 dan Zainal Abidin Borhan 1994: 47-53). Dalam konteks ini, Orang Laut sanggup mengabdikan diri mereka kepada kerajaan Melaka kerana berbangga dengan kemampuan dan kehebatan Melaka yang ditadbirkan oleh para raja dan pembesarnya yang cekap dan berkebolehan. Sesuai dengan latar belakang kehidupan, pengalaman, kemampuan serta ketahanan di kawasan laut menyebabkan tenaga Orang Laut dimanfaatkan oleh kerajaan Melaka sebagai pahlawan untuk menjaga perairan Selat Melaka. Malahan peranan dan sumbangan Orang Laut sebagai penyokong kuat kerajaan Melayu tidak pernah terputus sejak kerajaan Srivijaya hingga ke zaman Kesultanan Melaka dan selepasnya, di Johor terutama ketika kemunculan Raja Kecil Siak yang dinafikan hak sebagai Sultan Johor oleh Bendahara Abdul Jalil lalu membawa kepada konflik dengan Bugis pula. Kehandalan dan kesetiaan suku kaum ini kepada rajanya dirakam dalam pelbagai karya sastera sejarah warisan kesusasteraan Melayu tradisional termasuk Sejarah Melayu, Hikayat Siak dan Tuhfat al-Nafis. Dari kalangan mereka jugalah Andaya (2002: 34-35) mendakwa Hang Tuah, pahlawan terbilang dan terkenal Melaka itu berasal.
Mereka juga adalah antara yang terlibat dalam perjuangan merebut kembali Melaka dari tangan Portugis di bawah pimpinan Hang Nadim, laksamana Melaka keturunan Orang Laut lantikan Sultan Mahmud Shah 1 (1511-1528).

Senario ini juga dirakam Tome Pires, pencatat terkenal Portugis apabila menyentuh tentang Orang Laut yang mendiami Melaka dan kawasan sekitar perairannya dalam karya terkenalnya, Suma Oriental yang ditulis sekitar 1512 dan 1515 setelah segala hasil tulisan tempatan dicanainya. Walaupun persepsi Tome Pires terhadap Orang Laut agak negatif sebagai lanun dan perompak terutama terhadap kapal-kapal dagang asing khasnya dari Eropah sama seperti pandang Barat lain kemudiannya tetapi pada hakikatnya ia lumrah kerana mereka bertanggongjawab menjaga kepentingan penaungnya raja-raja Melayu dari dirampas dan dimonopoli orang asing. Oleh itu, segala kawasan yang sangat strategik dari segi jalan perdagangan antara wilayah sekitar Pulau Jemaja di Laut China Selatan dengan alam Nusantara, khasnya antara Wilayah Kalimatan dengan Semenanjung Tanah Melayu termasuk Selat Melaka menjadi daerah dominasi mereka. Maka tidak hairanlah sekiranya kedaulatan raja-raja Melayu di Nusantara menjadi amanah kepada Orang Laut sehingga mereka sanggup mempertahankan maruah bangsa dari pencerobohan orang-orang asing yang datang bertujuan menjajah dan merampas aktiviti perdagangan dan kehidupan mereka di perairan Nusantara.

Sehubungan itu, latar belakang Orang Laut dengan sifat kesetiaan yang tinggi serta berkemahiran dan berpengalaman dalam menjalani penghidupan di laut ketika merajai rantau Nusantara ini dapat dijadikan acuan yang amat berpadanan dengan diri hamba Magellan, Enrique. Memandang kualiti ini selari Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al. 193 dengan kualiti diri yang dimiliki Enrique maka tentunya dapat dibuktikan bahawa tokoh ini sememangnya berketurunan Orang Laut. Walaupun Pigafetta menyatakannya sebagai seorang yang berasal daripada Sumatera (Zamatra) tetapi perlu diingat bahawa kehidupan Orang Laut bertebaran di sepanjang pesisir Selat Melaka sama ada di sebelah Sumatera mahupun Semenanjung hidup secara nomad. Dalam penghidupan yang sedemikian rupa, kemungkinan besar Enrique berhijrah ke Melaka kerana ketika itu negara-kota ini menjadi pusat tumpuan para pedagang dan juga masyarakat warga Nusantara lainnya termasuk Orang Laut untuk berbakti penuh kesetiaan kepada jurai keturunan raja Bukit Siguntang Mahameru setelah dilakar ‘waad,’ teguh janji antara Demang Lebar Daun dengan Seri Teri uana.
Oleh itu, tidak keterlaluan sekiranya dengan kehandalannya menguasai laut serta kejayaannya menyelamatkan dirinya di laut sepanjang pelayaran yang penuh pancaroba itu ialah kerana Enrique sendiri adalah Orang Laut yang merupakan sebahagian daripada warga maritim yang telah terbiasa dengan kehidupan sedemikian rupa di laut. Sifat kesetiaan yang dimilikinya menyebabkan tokoh ini dilindungi Magellan sejak zaman kanak-kanak lagi membawa kepada zaman dewasa kerana kasih tuannya terhadap dirinya yang taat, rajin, bijak dan mendengar kata. Sungguhpun begitu, Harun Aminurashid mencerekakan tokoh ini atas landasan kehandalan dan ketangkasannya sebagai seorang dewasa yang bertindak menjadi seorang pejuang sebelum ditangkap mahupun ketangkasannya di atas kapal bagi menyelamatkan tuannya dan diancam bahaya. Sebaliknya, dalam realiti sejarah sebenar, Enrique hanyalah seorang budak yang baru berusia antara 12-15 tahun semasa ditawan sebelum dibawa ke Eropah.

Seperkara lagi, sebagai Orang Laut pada abad ke-16 itu, suku kaum ini masih lagi berpegang kepada fahaman animisme yang mempercayai akan kewujudan makhluk halus, semangat dan roh dalam menentukan perjalanan hidup mereka. Oleh itu, tidak timbul tanda tanya yang membawa kepada keraguan dari segi status akan kepercayaan keagamaan yang dianuti Enrique walaupun dia dikristiankan oleh Magellan setelah ditawan kerana dia sememangnya bukan beragama Islam. Keadaan ini tentunya berbeza dengan gambaran yang dilukiskan Harun memandangkan watak Panglima Awang itu dibina atas tokoh seorang Melayu yang berpegang kepada agama Islam yang kukuh. Sebagai Melayu beragama Islam, Panglima Awang diperlihatkan sebagai penganut Islam yang kuat beribadat dan tidak tergoda dengan pujuk rayu Mariam adik Fernando yang terpikat kepadanya semasa mereka bersua muka di Lisbon.

Kesimpulan 
Enrique Melaka merupakan manusia pertama mengelilingi dunia dan secara kiasannya anak peribumi Melaka ini adalah Magellan Melayu. Kejayaannya dikagumi kerana melakukan sesuatu yang di luar dugaan pada abad ke-16 dalam 194 Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al. keterbatasan teknologi pelayaran memandangkan pengalaman dirinya sebagai sebahagian daripada warga maritim sehingga difiksyenkan Harun Aminurrashid dalam Panglima Awang. Berbanding pahlawan Melaka menentang Portugis dalam cereka, dalam realiti sejarah tokoh ini hanyalah seorang remaja tawanan perang berusia lingkungan 12-15 tahun yang menjadi hamba kepada Magellan.

Kehebatan Harun Aminurrashid sebagai pelopor genre novel sejarah Malaysia berjaya mencerekakan realiti sehingga menyentak kesedaran khalayak dengan pencerekaannya yang bertujuan untuk menyedarkan khalayaknya akan kehebatan bangsa Melayu yang bertamadun dan bermaruah. Enrique tidak kembali semula ke titik permulaannya di Melaka kerana hilang begitu sahaja dalam lipatan sejarah setelah muncul dalam laporan Pigafetta di perairan Filipina.
Walau bagaimanpun, yang pentingnya Enrique sampai semula ke rantau Melayunya, tempat bahasa itu dipertuturkan sebagai lingua franca dengan mengambil masa selama sembilan tahun bagi melengkapkan pelayaran pulangnya. Memandangkan kemampuannya mengharungi lautan yang begitu luas dan sifat kesetiaannya tinggi, pastinya Enrique adalah merupakan suku kaum Orang Laut yang sememangnya telah terbiasa dengan pengalaman penghidupan yang sedemikian rupa.

Nota
1 Umpamanya, Salina karya A. Samad Said yang dianggap umum sebagai karya malar segar Malaysia yang masih popular hingga kini.
2 Novelis dan penyair terkenal Scotland yang mendapat penghormatan Eropah atas penulisan novel sejarahnya seperti Heart of Midlothian (1818), Ivanhoe (1819) dan The Fair Maid of Perth (1828).
3 Sambungan kepada Panglima Awang.
4 Diulang cetak beberapa kali pada Oktober 1959, Januari dan Jun 1961, November 1962, serta Januari dan November 1964. Memandangkan kepada popularitinya, novel Harun Aminurrashid ini telah diterjemahkan ke bahasa Inggeris dengan judul A Malay Among the Portuguese oleh Ahmad Husain pada tahun 1961.
5 Mereka berdua ke Morocco untuk berniaga.
6 Dalam dokumen Portugis dan Sepanyol Enrique Melaka ditulis sebagai Enrique de Malacca manakala dalam rekod Inggeris sebagai Enrique of Malacca.
7 Penerbitan pertama edisi ini yang berbentuk ringkasan adalah dalam bahasa Perancis pada tahun 1525 berjudul Le voyage et nauigation, faict par les Espaignolz es Isles Mollucques manakala edisi Itali hanya terbit pada tahun 1536.
8 Berbangsa Itali, Pigafetta belayar ke Maluku dalam kapal utama Trinidad yang dinakhodai Magellan sebagai Kapten-Jeneral. Oleh itu, laporan itu merupakan rakaman pengalaman peribadi langsung pengarangnya ke atas setiap peristiwa yang disaksikannya sendiri sepanjang misi pelayaran tersebut.
9 Laporan Maximilian adalah hasil soal siasat ke atas 18 pelaut yang selamat memandangkan penulisnya adalah Setiausaha Charles V pada 1522.
10 Adat tempatan yang dilakukan menerusi penyatuan darah yang dicampur dengan tuak sebelum diminum oleh mereka yang berkenaan bagi menjalin persahabatanpersaudaraan. Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al. 195
11 Dalam kebanyakan sumber lain menyebut tokoh tersebut ialah Duarte Barbosa bukannya Serrano.
12 Bernilai kira-kira RM3745.07 mengikut nilai semasa kini.
13 Tulisan gelap adalah penegasan penulis.
14 Bernilai kira-kira RM561.75 mengikut nilai semasa kini.
15 Tulisan gelap adalah penegasan penulis.
16 Martin Fernandez de Navarrete adalah tokoh yang bertanggungjawab mengumpul dan menyusun dokumen, rekod dan surat resmi kerajaan berkaitan Zaman Penerokaan Sepanyol abad ke-16 yang terdiri daripada 18,000 rekod dalam 44 jilid. Koleksi besar yang meliputi kebanyakan surat-surat asal berhubung aktiviti Sepanyol di seberang laut termasuk penemuan dan penaklukan Filipina dan lain-lain dikenali sebagai ‘Koleksi Navarrete.’ Koleksi ini kemudiannya disimpan di perpustakaan di Kolej Tentera Laut di San Fernando, Cadiz.
17 Rakan kongsi Magellan dalam merencana projek tersebut di Oporto dan juga memusuhi Manuel sama seperti Magellan.
18 Setengah pandangan mengatakan Enrique diperlihatkan bersama seorang lagi hamba perempuan milik Magellan, seorang gadis Melayu berasal dari Sumatera.
19 Magellan diperintahkan pulang setelah perkhidmatannya tidak diperlukan lagi kaitan mempertikaikan strategi peperangan Albuquerque ketika perancangan menakluk Melaka sedang dirangka semasa di Goa lagi.
20 Semua rekod tentang Magellan dalam perkhidmatan di Timur ‘dihapuskan’ daripada lipatan sejarah Portugis kerana dicap sebagai pembelot (traidor) apabila bertukar haluan ke Sepanyol (suo rege transfuga).
21 Kawan baik Magellan di Timur yang beberapa kali diselamatkannya terutama semasa misi peninjauan Sequeira di Melaka tahun 1509. Serrao berjaya sampai ke Ternate dan menjadi tokoh yang amat berpengaruh di istana tetapi dicap Portugis sebagai pelarian dan pembelot itu apabila meninggalkan tugas. Dari Ternate, Serrao berutus surat menyampaikan maklumat tentang Maluku dari segi lokasi dan peluang perniagaan yang kemudiannya digunakan Magellan dalam merangka projek Malukunya.
22 Dalam perjanjian perniagaan yang dimaterai pada 2 Oktober 1510 di hadapan saksi, Magellan memberikan pinjaman wang kepada Abraldez bagi pembelian lada hitam dengan harapan mengaut keuntungan berlipat kali ganda apabila pulang ke Lisbon nanti.
23 Elaun sagu hati sebagai ganjaran menjadi ahli istana kerana di zaman kanak-kanaknya Magellan diambil bersama abangnya sebagai biduanda kepada Raja Joao II dan dilatih oleh Manuel.
24 Oporto (Porto kini) ialah sebuah pelabohan yang terletak di muara Sungai Douro di bahagian utara Portugal.
25 Tempat berkumpulnya para jurumudi yang terdiri daripada pelbagai bangsa seperti Greece, Itali, Portugal, Sepanyol dan Belarus memandangkan terdapatnya syarikat jurumudi antarabangsa yang berpengkalan di sana.
26 Kawasan Amerika Selatan kini memandangkan maklumat tentangnya pada abad ke-16 itu masih tidak diketahui kerana belum diterokai oleh para pelayar Eropah.
27 Dua orang tokoh ahli buana Portugis terkenal yang ini bertanggungjawab mendedah Megellan dengan pandangan dari perspektif sainstifik tentang pelayaran.
28 Dua beranak ini bertanggungjawab menyediakan maklumat tentang geografi terutamanya glob dan lakaran-lakaran peta yang terkini ketika itu yang kemudiannya 196 Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al. digunakan Magellan semasa pertemuan dengan Raja Charles V di istana Villadolid, Sepanyol.
29 Umur Magellan ketika itu sekitar 40 tahun.
30 Mereka bernasib baik kerana pada 24 November 1516 Magellan menerima bayaran 80,751 ries daripada harta Abraldez sebagai bayaran ganti rugi atas arahan mahkamah.
31 Seorang kerani syarikat perdagangan Portugis di Cannanore, India yang mempunyai hubungan dengan Diogo Barbosa, tokoh berpengaruh di Seville yang berkemungkinan bapa atau bapa saudaranya. Melalui Diogo Barbosa, seorang ekspatre Portugis dan ketua pemimpin perbandaran (alcade) di Seville, Magellan dihubungkan pula dengan Juan Rodriguez de Fonseca dan kemudiannya Raja Sepanyol bagi menjayakan projeknya melalui orang tengahnya Juan de Aranda.
32 Seorang saudagar perbankan berketurunan Flemish berpusat di Lisbon yang kemudiannya memindahkan perniagaannya ke Seville bagi menyokong Magellan dengan membiayai sebahagian daripada kos Armada Maluku. Tindakan ini diambil kerana projek ini diandaikan memberikan keuntungan selain memusuhi Raja Portugal, Manuel I kaitan serangan kapal bersenjata milik persendirian Portugis di bawah pimpinan Estevao Yusarte menyebabkan tujuh daripada 16 buah kapal Haro karam.
Bagi meredakan keadaan, Manuel menghukum Yusarte tetapi enggan membayar gantirugi walaupun menghadapi tuntutan mahkamah.
33 Rui dan Francisco Faleiro yang menjadi rakan kongsi Magellan dalam merangka projek ini hanya tiba di Seville pada pertengahan bulan Disember 1517.
34 Sebelum tahun 1517 berakhir Magellan berkahwin dengan anak perempuan Diogo Barbosa, Beatriz.
35 Merupakan seorang uskup, dekan paderi Seville dan penasihat yang paling berkuasa dalam kerajaan yang bertanggongjawab ke atas Casa sebagai Ketua Majlis Tanah Jajahan. Secara licik, meletakkan warga Sepanyol terutamanya Juan de Cartagena untuk kepentingan peribadinya tetapi berselindung di sebalik kepentingan Negara bagi menghadkan kuasa Magellan dalam armada.
36 Berusia 18 tahun ketika menaiki takhta pada tahun 1519 dan pada tahun 1520 dilantik pula sebagai Maharaja Empayar Rom. Baginda tidak digemari rakyatnya kerana dianggap orang luar kerana dilahirkan di Ghent di wilayah Flemish yang berbahasa Perancis (Belgium kini). Baginda menggunakan ekspedisi Magellan untuk meraih pengaruh di kalangan rakyatnya selain mencari keuntungan peribadi.
37 Bersamaan dengan RM492,933.00 mengikut nilai semasa ketika ini.
38 Jumlah sebenar yang mengikuti ekspedisi ini tidak dapat dipastikan memandangkan terdapat anak kapal yang keluar dan masuk di sepanjang pelayaran sebelum menyeberang Lautan Atlantik. Anggaran kelasi secara keseluruhan adalah antara 260 – 270 orang dari pelbagai bangsa.
39 Magellan menggunakan peristiwa pengadilan ke atas Antonio Salamon, ketua kapal atas kesalahan meliwat bagi memulihkan statusnya sebagai Kapten-Jeneral. Hukuman bunuh ke atas pesalah hanya dilaksanakan setelah kapal berlabuh di Rio de Janeiro pada 20 Disember 1519. Semasa pengadilan ini Cartagena cuba mempengaruhi koncokonconya untuk bertindak menentang Magellan tetapi tidak berjaya lalu ditangkap, dirantai dan ditahan.
40 Di kawasan Buenos Aires dan Montevedio kini.
41 Pulau gondol tanpa tumbuhan seluas padang bolasepak terletak di pintu masuk ke teluk San Julian dikenali sebagai Pulau Jastika yang hanya dihuni penguin dan burung camar.
Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al. 197
42 Armada belayar keluar dari San Julian dengan empat buah kapal sahaja setelah Santiago pecah dipukul ribut di kawasan Santa Cruz pada 22 Mei 1520 semasa sesi peninjauan sementara menunggu kapal-kapal lain siap dibaiki. 43 Sebelum sampai ke Tidore, Maluku pada senja hari Jumaat 8 November 1521 mereka tersesat sehingga Brunei, dan Tanjung Simpang Mengayau, Kudat, Sabah. Dari Tidore, mereka belayar pulang beberapa hari sebelum Krismas 1521 tetapi Trinidad terpaksa berpatah balik ke kerana keuzuran lalu ditawan Portugis. Sebaliknya, hanya Victoria sahaja yang berjaya pulang ke Seville dipimpin oleh Juan Sebastian Elcano bersama 18 orang anak kapal lain.
44 Kini, Orang Laut di Semenanjung dikategorikan sebagai Orang Asli dan dikelompokkan di bawah sub-kumpulan Melayu-Proto yang mendiami kawasan pesisir pantai barat Johor terutamanya di daerah Batu Pahat dan Pontian. Kehidupan suku kaum ini yang lebih mirip kepada orang Melayu baik dari segi paras rupa, warna kulit, cara hidup dan adat resam menjalani penghidupan yang bersifat kekal di daratan dan masih menjadikan aktiviti nelayan sebagai pekerjaan utama.
Rujukan
Abdullah Hussain. 1982. Harun Aminurrashid: Pembangkit semangat kebangsaan. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Andaya, L.Y. 1975. The Kingdom of Johor 1641-1728. Kuala Lumpur: Oxford University Press.
Andaya, L.Y. 2002. Orang Asli and the Melayu in the history of the Malay Peninsula. JMBRAS 75(1): 23-48.
Barnard, T.P. 2006. Multiple centres of authority. Society and enviroment in Siak and Eastern Sumatra, 1674-1827. Leiden: KITLV Press.
Barnard, T.P. 2007. Celetes, rayat-laut, pirates: The orang Laut and their decline in history. JMBRAS 80(2): 33-49.
Bergreen, L. 2003. Over the edge of the world. New York: Harper Collins Publishers.
Cheah Boon Kheng. 1973. Everyman’s story teller, The Straits Times, 20 Januari
Chou, Cynthia. 2003. Indonesian sea nomads. Money, magic and fear of the orang Suku Laut. London: RoutledgeCurzon.
Collins, J.T. 1998. Malay, world Language. A short history. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
de Navarrete, M.F. 1837. Colección de losviajes y descubrimientos que hicieron por mar los espaDoles desde fines del siglo XV. vol 4. Madrid: Imprenta Nacional.
Guillemard, F.H.H. 1890. The life of Ferdinand Magellan. London: George Philip.
Harun Aminurrashid. 1958. Panglima Awang. Singapura: Pustaka Melayu.
Joyner, T. 1995. Magellan. Camden, Maine: International Marine.
Keay, J. 2005. The Spice Route: A history. London: John Murry Publisher.
Levesque, R. 1980. The Philippines. Pigafetta’s story of their discovery by Magelan. Quebec: Levesque Publications.
Mahmud Ahmad. 1966. Kajian novel Panglima Awang. Singapura: Pustaka Melayu.
Morison, S.E. 1974. The European discovery of America: The southern voyages. New York: Oxford University Press.
Muhammad Haji Salleh. 1982. The uses of history in Harun Aminurrashid’s novels.
Dlm. Abdullah Hussain, Harun Aminurrashid: Pembangkit semangat kebangsaan. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. 198 Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman et al.
Nowell, C.E. (ed.). 1962. Magellan’s voyage around the world. Evanston: Northwestern University Press.
Pigafetta, A. 1969. Magellan’s voyage: A narrative account of the first circumnavigation. New York: Dover Books.
Quirino, C. 1969. First voyage around the world by Antonio Pigafetta and De Moluccis Insulis by Maximilianus Transylvanus. Manila: Filipiniana Book Guild.
Roditi, E. 1972. Magellan of the Pasific. London: Faber and Faber.
Scott, W.H. 1994. Barangay. Sixteenth-Century Philippine culturul and society. Manila: Ateneo de Manila University Press.
Torodash, M. 1971. Magellan historiography. Hispanic American Historical Review 51 no. 2 (5): 313-335.
Wan Hashim Wan Teh. 2003. Novel Panglima Awang: Sebutir mutiara di dalam lumpur.
Seminar Panglima Awang, Kolej Teknologi Islam Melaka, 18 Oktober 2003.
Wolters, O.W. 1970. The fall of Srivijaya in Malay history. London: Asia Major Library.
Zainal Abidin Borhan. 1994. Orang Seletar: Ibarat meniti buih. Dlm. Abdullah Zakaria Ghazali & Zainal Abidin Borhan. (pnyt.). Johor, Dahulu dan sekarang. Kuala Lumpur: Persatuan Muzium Malaysia.
Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd. Rahman, Ph.D
Felo Penyelidik Utama
Institut Alam dan Tamadun Melayu (ATMA)
Universiti Kebangsaan Malaysia
43600 UKM, Bangi, Selangor, Malaysia.
E-mel: nahas@ukm.my
Shaiful Bahri Md. Radzi, Ph.D.
Pusat Pengajian Bahasa, Kesusasteraan dan Kebudayaan Melayu Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan Universiti Kebangsaan Malaysia 43600 UKM, Bangi, Selangor, Malaysia.
E-mail: sbmr@pkrisc.cc.ukm.my
Khazin Mohd. Tamrin, Ph.D.
Pusat Pengajian Sejarah, Politik dan Strategi Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan
Universiti Kebangsaan Malaysia 43600 UKM, Bangi, Selangor, Malaysia.
E-mel: kmt@pkrisc.cc.ukm.my
Yahaya Abu Bakar Pensyarah (Mantan)
Pusat Pengajian Sejarah, Politik dan Strategi Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan Universiti Kebangsaan Malaysia 43600 UKM, Bangi, Selangor, Malaysia.

No comments:

HARGA BENELLI MOTOBI 152 TH 2023