Bab 2.
IBNU MASKAWAIH
Pebruari 1937
Sedikit perbandingan dengan Schopenhauer -, sigmund Freud.
Psycho-analist – Introspectieve Methode.
Abu ‘ali al-Chazin ahmad bin Muhammad bin Ja’cuc terkenal dengan nama Ibnu Maskawaih, berasal dari Persi, hidup diawal abad ke 5 (Hijrah) (wafat th. 421 H.). Ibnu Maskawaih tadinya beragama Majusi, kemudian masuk Islam.
Mazhab aristoteles.
Ibnu Maskawaih, salah satu dari ahli-ahli fikir yang memberi bekas dalam sejarah kebudayaan. Ia mempunyai ilmu tentang kultur purba dengan luas dan sempurna. Selainnya seorang filosof, ia juga seorang penyair yang masyhur.
Seperti sebagian filosof-filosof Islam yang lain, gemar kepada falsafah Yunani, Ibnu Maskawaih mendekati mazhab aristoteles, seperti juga mereka yang gemar kepada falsafah ketasaufan (mutasawwifin) belakangan menurut mazhab al-Ghazali, dan mereka yang gemar kepada falsafah-amaliyah menurutkan mazhab Ibnu Chaldun.
Ibnu Maskawaih dan Schopenhauer
Ibnu Maskawaih, seorang filosof yang berjalan atas jalan yang dipilihnya sendiri. Maksud yang terutama dari falsafahnya, ialah hendak menggambarkan kepada manusia satu contoh hidup yang tinggi dan suci sebagai manusia, dan bagaimana jalan mencapai cita-cita itu dengan amal dan pendidikan diri sendiri. Yaitu seperti juga tujuan dari filosof Schopenhauer (1788-1860) yang membentangkan buah fikirannya dalam kitabnya (yang diterjemahkan kedalam bahasa Perancis): “La sagesse de la vie”, - Kebijaksanaan Hidup -.
Psychologi, Introspeksi
Yang amat dipentingkan oleh Ibnu Maskawaih dalam falsafahnya ialah ilmu-nafs atau psychologi. Sampai kezaman Ibnu Maskawaih, umum orang yang hendak mempelajari falsafah, memulai dengan ilmu mantik (logika) dan bermacam-macam ilmu alat yang lain, sebagai perkakas pencapai falsafah.
Akan tetapi Ibnu Maskawaih merintiskan jalan baru yang boleh dikatakan berlawanan dengan itu.
Maskawaih mulai dengan menyuruh memperhatikan diri sendiri dan mendidik ruhani sendiri; membersihkan ruhani dari segala macam syahwat dan tabiat-tabiat yang kurang baik. Setelah itu akan dapatlah kita menerima ilmu dan hikmah; dan berdasar kepada ilmu tentang mengenal diri sendiri itu, akan dapatlah kita meneruskan pemeriksaan kaedah-kaedah dan undang-undang dunia falsafah yang lebih jauh dan lebih sulit.
Inilah cara yang dinamakan orang sekarang metode introspeksi yang rupanya sudah dijalankan oleh filosof Muslim Ibnu Maskawaih, 900 tahun yang lalu.
Marilah kita dengarkan sedikit dari buah penanya yang penting ringkas dan tajam, terkutip dari kitabnya: “Pendidik Budi”, bab “Obat Takut Mati”.
“Sesungguhnya takut mati itu tidak akan dirasa, kecuali oleh orang-orang yang tak tahu arti mati yang sebenar-benarnya dan tidak mengetahui kemana dirinya akan pergi; dan dia menyangka apabila badan kasarnya itu rusak, atau rusak susunannya, akan hilang dan rusak pula dianya sendiri, dengan arti hilang semata-mata. Atau, dia menyangka bahwa dalam mati itu ada sakit yang luar biasa, yang sangat berlainan dengan sakit yang biasa dirasai, hingga menyampaikannya kelubang kubur, dan menjadikan kerusakannya. Dia yang mempunyai kepercayaan akan adanya siksaan yang akan menimpanya sesudah mati, jadi bingung, tidak mengetahui apakah yang akan dihadapinya dan dia merasa sayang meninggalkan harga benda dan hasil keringatnya.
Ini semuanya sangka-sangka yang bukan pada tempatnya dan tak ada buktinya.”
Demikianlah sedikit kutipan itu, yang barangkali amat “modern” terdengarnya dizaman kita ini, bagi mereka yang sedang gemar menyelidiki psychologi umumnya dan bagi mereka yang asyik dengan satu bahagian dari ilmu tersebut yang dinamakan psycho-analyse.
Kalau ada pemuda-pemuda kita yang sedang menelaah kitab-kitab sigmund Freud, psychoanalist yang termasyhur di Weenen itu, silakanlah pula menyelidiki umpamanya: Tahdzibul Achlak, mudah-mudahan akan menambah penghargaan dari kalangan kita Muslimin kepada pujangga kita dari zaman dulu itu, yang sampai sekarang hanya dapat penghargaan rupanya dari pihak “orang lain” saja.
Dan mudah-mudahan akan menjadi sedikit obat untuk penyembuhan penyakit “perasaan-kecil” yang melemahkan ruhani, yang umum ada dikalangan kita kaum Muslimin dizaman sekarang.
Dari Pedoman Masyarakat.
No comments:
Post a Comment