Monday, August 01, 2011

Teknik Membuat Artikel

BIKIN ARTIKEL ITU SUSAH
Oleh : Rizal Bustami *

Dalam menuliskan SMS di HP, saya tidak pernah menggunakan kata singkatan. Saya ketikkan kata lengkap, agar orang yang saya kirimi SMS mengerti apa pesan yang saya sampaikan.

Banyak mahasiswa tertunda-tunda menyerahkan skripsinya, karena persoalan penulisan. Para mahasiswa mengalami kesulitan memilih tema atau topik, kemudian bingung apa yang harus ia diketikkan. Akhirnya mahasiswa tersebut terjebak dalam “teknik copy paste”, comot sana, comot sini dah bahkan menyerah kepada jalan pintas, yaitu plagiat. Padahal, si mahasiswa tersebut pintar dan menguasai bidang kuliahnya.


Terdapat dua unsur penting – yang tidak dapat ditiadakan dalam menulis, yaitu ide dan bahasa. Ide yaitu pengetahuan, referesensi dan pengamatan. Unsur kedua adalah bahasa, baik bahasa tulis maupun bahasa lisan.

Sebuah kutipan filosofis berbunyi, bahasa erat hubungannya dengan pikiran. Hal-hal yang terkandung dalam pikiranlah yang dapat diutarakan dalam bahasa. Jika pikiran kosong, atau tidak memadai, apa yang bisa dituangkan dalam bahasa.

Seorang penulis tidak harus menjadi seorang ahli bahasa. Banyak penulis-penulis hebat di di dunia, bukanlah sarjana bahasa. Bahasa itu akan muncul dengan sendirinya ketika seseorang memiliki pengetahuan mendalam, luas, kuat pribadi serta emosinya dan disiplin berpikir. Disiplin berpikir menjadi “rel” atau “jalan” untuk menuangkan apa yang diketahui dan dirasakan. Kedisiplinan berpikir akan membuahkan logika berpikir. Logika berpikir membuahkan bahasa yang logis. Seorang sarjana eksak, cenderung berbahasa lebih baik dan runut karena sudah terbiasa berdisiplin berpikir.

Menulis merupakan ketrampilan. Untuk mendapatkan ketrampilan, harus diasah terus- menerus. Latihan, latihan, dan latihan…
Seorang sarjana bahasa atau sarjana komunikasi massa, tidak menjadi jaminan dia akan menjadi penulis yang baik – jika dia sedikit sekali memeliki pengetahuan apa yang hendak ia tulis. Itulah hubungannya antara pikiran dan bahasa.

Perlu diingat pula, tidak semua yang diketahui harus dituliskan kecuali jika tulisan tersebut buat dirinya sendiri. Jika tulisan tersebut guna dibaca oleh orang lain, maka perlu disusun pokok pikiran atau ide, apa barangkalagi yang menarik bagi pembaca.

Menyusun pokok-pokok masalah sebelum menulis sangat penting. Apa yang akan dituliskan, dipirkan betul supaya runut dan terpeliharan logika topiknya. Adalah kesalahan penulis pemula, menulis semua yang ia ketahui dan kesalahan lain adalah tidak runut pada batang tubuh pokok-pokok masalah. Penulis pemula cendrung merambah kemana-mana, sehingga tersesat dalam rimba kata-kata. Bahkan sering terjadi, dalam satu kalimat, terdapat dua – tiga pokok pikiran. Kalimat yang bertele-tele…

Penulis pemula juga acapkali terjebak dalam pengulangan kata dan kalimat, bahkan terjadi pengulangan pokok pikiran. Penulisan macam ini tidak dibenarkan karena membingungkan pembaca. Pengulangan-pengulangan tersebut dapat dihindari jika si penulis disipilin dan menggunakan logikanya. Sudah logiskah yang ditulis, itu pertanyaan si penulis sendiri terhadap apa yang ia tulis. Selain menulis, lakukan pulalah fungsi-fungsi editor, artinya lakukan editing kata, kalimat, paragrap dan batang tubuh tulisan.  

Contoh kalimat tidak logis :
Ketika petugas polisi mengejar maling, seorang polisi “melepaskan” tembakan dan peluru “sempat nyasar” mengenai seorang anak  kecil yang sedang bermain di rumahnya. Kata “melepaskan” dan “nyasar” tidaklah logis dalam kontek ini. Melepas, artinya melepaskan sesuatu dari tangan. Kata “sempat” artinya : jika ada waktu dan kata “nyasar”, artinya : tersesat atau  tak tau arah. Nah, pikirkanlah logika kalimat ini. Dan, kata “sempat” sudah lazim sebagai pemakaian kata yang latah di televisi Indonesia.

Kalimat tak logis lainnya :
Pesawat “sempat” oleng…. Kereta api “sempat” anjlok…. Jadi, kedua kendaraan tersebut, punya waktu untuk oleng dan anjlok. Logiskah ?

Ragam Tulisan :
Artikel
Artikel adalah karya tulis yang biasanya dimuat di media cetak. Isinya beracam-macam topik. Bisa topik olahraga, ekonomi, wisata, kriminal, bencana alam, pertunjukan seni, ilmiah, sejarah, antropologi, dan sebagainya. Artikel juga bisa tentang profil seseorang, opini, feature, berita, esai dan tajuk. Artikel merupakan ragam-ragam tulisan.

Berita
Artiekl berita berupa Berita Murni, Berita Pendapat, Berita Spot, Berita Interprestasi, Berita Investigasi, Berita Olahraga, Berita Politik, Berita Bencana Alam, Berita Ekonomi, Berita Kriminal, dan lain-lain.

Karena pihak panitya memberikan tema Travel Writer untuk pembelajaran penulisan, maka ragam – ragam diatas dikensel dulu untuk dibahas. Namun demikian, untuk jenis penulisan Feature, Opini, Esai dan Tajuk saya bahas sedikit saja. Feature, Esai dan Tajuk merupakan karangan khas.

Feature
Tidak ada suatu definisi yang sahih mengenai ragam tulis Feature ini. Dapat didiskripsikan, bahwa Feature merupakan pengembangan dari artikel berita. Artikel berita an sich memuat fakta saja. Adakalanya, fakta saja tidak cukup memberikan suatu penjelasan lebih kepada pembaca tentang suatu kejadian atau fenomena. Melalui Feature, penulis menambahkan pendapat atau pendangan pribadinya ke dalam artikel tersebut. Ini boleh saja, asalkan dapat dipertanggungjawabkan. Feature boleh dikatakan, cerita dibalik berita. Feature cenderung bercerita tentang manusia dibalik peristiwa. Bisa pula, Feature karangan mengenai kehidupan. Contoh Feature lihat di halaman pertama Harian Kompas pada pojok kanan bawah.

Opini
Opini adalah karangan khas yang berisi satu topik saja. Karangan Opini lebih bersifat tema khusus. Misalnya tema Ekonomi, Keuangan, Politik, Budaya, Sejarah dan sebagainya – sesuai dengan keahlian penulis. Opini dapat dilihat di halaman 4 Harian Kompas atau di Rubrik Openi Majalah Tempo.

Esai
Inilah jenis tulisan yang sulit dibuat. Esai memerlukan pengetahuan yang mendalam, pendangan luas dan karakter kuat si penulis. Faktor-faktor yang terkandung pada esai adalah fakta, analisi, interprestasi dan refleksi.

Seorang penulis Esai dituntut memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam, menguasai bahasa dan perbendaharaan kata, memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi, pribadi,  spiritual dan emosi yang kuat.

Penulisan Esai bebas, tanpa struktural. Volume Esai tidak panjang-panjang, tapi berisi padat, tepat, jernih enak dibaca dan menggugah. Sebagai contoh Esai, baru-baru ini saya membuat tulisan tentang Taman Nasioanl Gunung Halimun Salak dimuat di www.cantigi.com. Contoh Esai lainnya, bisa dibaca di Majalah Tempo dan majalah berita lainnya. Catatan Pinggir Gunawan Muhammad menurut saya ialah Esai.

Dalam penulis berita berlaku rumus 5 W+1, yaitu What,Who,When,Where,Why dan How.

Di Coban Rondo, Malang, Jawa Timur (where), berlangsung acara Festival Petualang Nusantara (what). Suatu event pertemuan akbar para petualang dan penjelajah alam (who). Acara tersebut berlangsung antara 20 Oktober sampai dengan 1 November 2011 (when). Pada FPN kedua ini, peserta dapat menikmati berbagai kegiatan alam besar dan mengunjungi perkampungan petualangan (why).

Susunan rumus tersebut, mana yang didahulukan dan mana yang dibelakangkan, bebas-bebas saja, tergantung “apa”-nya yang akan ditekankan oleh penulis. Yang penting adalah, semua unsur dan syarat terpenuhi. Sebab, jangan sampai menimbulkan pertanyaan oleh pembaca terhadap salah unsur kelengkapan berita.

Lead atau kepala berita harus memenuhi unsur-unsur tersebut. Lead kegunaannya adalah untuk menggugah keinginan tahuan pembaca. Lead merupakan etalase bagi sebuah artikel. Lead adalah kunci daya tarik sebuah berita. Karena itu, penulis harus lihai memilih lead.

Teori kelasik mengatakan, menulis artikel itu dalam bentuk piramida terbalik. Bagian yang tepenting paling atas, bagian yang tak penting mengerucut ke bawah. Saya berpendapat lain, bahwa artikel sejak kata pertama sampai kata akhir adalah sama pentingnya.

Bagaimana dengan Penulisan Perjalanan  atau Wisata ?
Saya naiki tengga pesawat, lalu duduk di kursi nomor 12 A. Saya beruntung duduk di sisi jendela pesawat sehingga dapat menyaksikan pemandangan dibawah….  Saya turuni tangga pesawat, menuju ruang tunggu untuk mengambil bagasi…. Saya bergegas keluar dari terminal, mencari taksi menuju kota Inilah contoh kenyinyiran dalam penulisan perjalanan atau penulisan wisata. Apa perlunya hal-hal yang sudah diketahui dan rasakan oleh banyak orang itu ditulis pula.

Sudah lama saya ingin mengunjungi Banda Naira, sebagai situs kolonialis di Indonesia. Akhirnya, saya dan kawan-kawan menginjakkan kaki di pulau kecil di Maluku itu.  Apa perlunya ini diceritakan hal ini. Nyinyir namanya…

Selama satu minggu Anda melakukan perjalanan wisata. Salah satu tujuan Anda ialah Malang dan Cobon Rondo. Pulang, lalu bercerita kepada teman-teman dan keluarga hasil perjalanan Anda itu. Untuk memperkuat cerita, Anda perlihatkan foto-foto dari camera pocket. Anda berusaha membuat cerita semenarik mungkin, sehingga pendengar Anda betah menyimaknya. Apakah semuannya terceritakan oleh Anda ? Tentu saja tidak. Anda akan memilih hal – hal yang menarik saja dan kemungkinan juga menarik bagi pendegar Anda.

Selalu muncul pertanyaan oleh penulis pemula, bagaimana caranya memulai menulis dan bagaimana mengakhiranya. Ini adalah pertanyaan yang tidak saya sukai dan pertanyaan yang tidak saya jawab.

Resep mujarab yang saya berikan kepada penulis muda ialah, MULAI saja menulis dan AKHIRI saja jika sudah merasa lengkap dan cukup. Setelah ini, BACA lagi, dan BACA lagi sembari disusun kembali.

Apa saja yang ditulis ?
Penulisan Perjalanan bergaya bebas. Kandungan terpenting adalah keterangan tempat, keterangan transportasi, keterangan akomodasi dan biaya.

Penulis memposisikan dirinya sebagai wakil dari pembaca. Melalui mata penulis, pembaca akan terwakili apa yang dilihat dan dirasakan. Kata kunci dalam penulisan perjalanan dan wisata adalah diskripsi serta identivikasi. Diskripsi merupakan penggambaran keadaan melalui bahasa tulisan dan lisan. Melalui diskripsi yang pas, maka daya tarik tempat tujuan wisata itu akan terangkat.

Perlu diangkat juga penemuan-penemuan keunikan dan sejarah. Kunikan apple Malang, misalnya. Atau keunikan dan kenikmatan kolonian mene-menu di Toko Roti Oen Malang.

Duduk-duduk di kursi rotan tua, dengan bangunan yang juga menua, sambil menunggu pesananan roti panggang dan ice cream, saya membayangkan noni-noni Belanda  bercengkerama disini. Depak-depak sepatu kuda menarik bendi di luar sana, seakan berada di hadapan mata saya. Saya dikagetkan oleh hidangan yang diantar di meja, maka lamurlah lamunan saya itu, dan ternyata saya bemimpi sejenak. Toko Roti Oen, menurut pengelolanya, masih sebagaimana adanya sejak zaman Belanda. Bahkan, Ratu Juliana dari Negeri Orange pun berkunjung kesini. Inilah salah keunikan kota Malang – dimana masih menyisakan masa lalunya, sebagai saksi sejarah yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat sekarang.

Kalimat diatas merupakan contoh diskripsi meng-identivikasi, juga terkandung secuil sejarah dalam gaya sastra. Menulis perjalanan atau artikel wisata dengan gaya sastra sangat baik untuk memberikan kesan yang mendalam bagi pembaca sekaligus menambahkan nuansa romantis. Tapi ada yang diabaikan dalam penulisan Wisata atau Perjalanan, yaitu pandangan hidup dan filosofi masyarakat setempat. Pandangan hidup dan Filosofi karena unik, menjadi bahan menarik untuk diketahui dan dikunjungi oleh wisatawan asing. Daya tarik pandangan hidup dan filosofi bagian daya tarik sebuah daerah tujuan wisata. Pada umumnya, penulis terjebak pada unsur materi yang ia lihat. Daya tarik Kampung Badui, Orang Tengger dan sebagainya karena memiliki filosofi tersendiri.

Sebaik-baiknya Artikel Perjalanan atau Wisata cukup dua halaman ketik saja. Diskripsikan dengan tepat dan tambahkan keterangan atau informasi penting. Seperti yang saya singgung diatas, hindari kenyinyiran. Unsur pribadi, yaitu kesan dan perasaan penulis diminimalkan. Artikel Wisata Yahoo menurut saya ideal. Selebihnya biarlah foto-foto yang bercerita.

Wisata Kuliner
Selepas acara FPN Yogya Agustus 2010, saya dan kawan – kawan gowes sepeda ke Dieng – tembus ke Purwokerto. Dalam otak saya hanya satu, yaitu “kentang goreng Dieng”.  Saya tau betul rasa kentang Dieng yang berbeda dengan kentang-kentang biasa. Kandungan air kentang Dieng lebih sedikit, padat, renyah dan kekuning-kuningan. Sesampai di Dieng, saya belokkan sepeda ke sebuah home stay. Saya pesan kentang goreng sepiring besar dengan sekaleng Coca Cola. Kentang goreng dengan saos, akan lebih nikmat disertai Coca Cola, atau Cook, atau Wine. Saya merayakan keberhasilan sampai di Dieng, seorang diri. Ini party pribadi. Merayakannya dengan makanan khas. Kentang Dieng membuat saya terobsesi untuk menikatinya….

Makanan bagian dari wisata. Makanan setempat akan memberikan pengalaman tersendiri bagi pengunjung. Ingat, bahwa orang harus makan. Maka makanan bagian hal termasuk dalam materi penulisan wisata. Daya tarik tersebut berlaku bagi siapapun di seluruh dunia. Karena itulah banyak dimana-mana terdapat rumah makan, café, dan restaurant.

Di Jakarta terkenal Makanan Kapau. Makanan Kapau berasal dari Sumatera Barat. Namun tidak satu pun penulis kuliner yang mampu membedakan antara Makanan Kapau dengan Makanan Minang atau Masakan Padang umumnya. Padahal kedua makanan tersebut terdapat perbedaan rasa. Makanan Kapau berasal dari Nagari Kapau, Bukittinggi, Sumatera Barat. Yang membedakannya dengan masakan Padang umumnya, pada Nasi Kapau, lebih cenderung banyak kunyit, kemiri, jahe, cabe giling dan kurang pada rempah-rempah kering. Dimasak dalam proses cepat, sebagai makanan siap saji di pasar-pasar.  Menu khas Makanan Kapau adalah usus, kikil dan sayur-sayurnya. Dendengnya juga khas, karena daging dijemur dulu sampai kering baru digoreng.

Penulis kuliner biasanya hanya akan mengatakan makanan ini “enak”, makanan ini “maknyus”, makanan ini “kotok markotok” - sebagai pridikat keenakan rasanya.

Ketika saya mengelola majalah kuliner Resep Bintang di Jakarta, saya buat satu rubrik baru, namanya Food Resensi. Dalam menulis makanan, saya merensi satu kue atau sebuah menu. Setiap menu saya urai rasa yang terkandung didalamnya, misalnya rasa jahe, rasa buah pala, rasa vanilla, rasa kayu manis, rasa oregano, rasa pekak, atau apa saja yang terasa. Saat saya menulis Toko Kue Bakerzin dari Singapore, saya urai setiap kue jualan mereka. Ketika pemilik Bakerzin membacanya, dia terkesan dan saya diundang kembali ke cafenya.

Sebuah restorant Chine Food di Kelapa Gading, sekali makan lengkap seharga 3 juta rupiah, saya kritisi salah satu menunya. Saya katakan, ini makanan bukan asli Tiongkok daratan, tapi makanan rekayasa Hongkong berbasis menu Tiongkok daratan. Chief restaurant tersebut kemudian memberitahukan pemilik restaurant. Chief dan pemilik restaurant tersebut mengacungkan kedua jempolnya kepada saya.

Si penulis harus mampu mengungkapkan setiap kandungan rasa dan kesan ketika makanan berada di mulut dan apa akhir dari makanan tersebut. Jadikanlah artikel kuliner tersebut sebagai petunjuk bagi pembaca sebelum mencicipinya.

Sebuah kue yang terbungkus dengan daun, tidak seorang pun yang tau isinya, kecuali si pembuatnya. Bagaimana membedakan antara pepes ayam dengan lontong karena sama-sama dibungkus daun pisang ? Penulis kuliner wajib mengetahui rasa setiap bumbu, baik bumbu basah maupun bumbu kering.  Itulah tanggungjawab penulis…

Foto-foto kuliner harus kuat dan terkonsep. Dengan melihat foto saja, pembaca sudah mulia tertarik untuk mencicipinya.

Agro Wisata
Bahwa jika ada waktu, saya akan mengunjungi kebun apple Malang untuk mengetahui lebih dalam tentang apple yang berkulit hijau itu. Berkunjung ke perkebunan, termasuk dalam Penulisan Agro Wisata.  Tidak banyak yang bisa (materi) ditulis di perkebunan. Agar tulisan menarik, maka foto-foto yang kuat dan terkonsep.

Antropologis Jurnalistik
Jika Anda melakukan perjalanan ke Badui, atau menghadiri acara adat Kasodo, apakah Anda menulis Artikel Perjalanan atau Artikel Wisata ? Anda akan menuliskan acara ritual Kasodo dan adat-istiadatnya. Ketika berada di Badui, Anda akan menulis sistim kemasyarakatannya. Nah, ketika Anda wawancara dan menuliskannya, Anda sudah masuk ke ranah Antropologi. Bohong Anda, sebagai petualang tidak terobsesi mengunjungi Dayak Iban di Kalimantan, Suku Boti di Soe, NTT, Suku Mentawai di Sumatera Barat atau ke Suku Dani, Papua.

Suatu pelajaran yang penting bagi penulis muda, sebab boleh dihitung dengan jari penulis / jurnalis yang bisa dengan baik menuliskan Laporan Perjalanannya.

Memaparkan secara antropoligis murni tidak akan pernah dibaca oleh pembaca awam. Membosankan dan teks books. Masalah adat dan budaya hanya bisa diterima oleh pembaca umum melalui Bahasa Jurnalistik.

Antropologis Jurnalistik dipopulerkan oleh Tabloid Mutiara pada tahun 80-an. Namun, penyajiannya masih cendrung kepada gaya akademis, dan terlalu berat bagi pembaca umum. Tapi ini bisa dimaklumi, karena penulisnya adalah umumnya dari Kampus Universitas Indonesia. Saya termasuk meminati ranah Antropologis ini, karena menarik dan unik dan kemudian saya mendalaminya. Di Majalah Kartini, saya kembangkan gaya penulisan Antroplogis Jurnalistik. Jadilah suatu sajian artikel panjang yang menarik dan enak dibaca. Dengan gaya sastra saya menuliskannya, kuat pada diskripsi dan menghindari rentetan pakem adat istiadat.

Jurnalistik Sastra
Suatu Seminar tentang Jurnalistik Sastra di Universitas Pakuan Bogor, saya diminta membuat sebuah makalah dengan Tema Jurnalistik Sastra. Saya jelaskan, bahwa pada era media on line melalui interned, media baca pisik (kertas) ditinggalkan orang. Koran-koran besar Amerika dan Inggris bertumbangan. Keadaan ini membuat Time Magazine dan Newsweek Magazine cemas. Maka kedua majalah raksasa dunia ini mengembangkan gaya bahasa sastra dalam penyajiannya. Ditangan pembaca, majalah tesebut akan dibaca dengan lebih santai dan membetahkan. Akan tetapi, bahwa gaya sastra ini, sudah sejak tahun 70-an sudah berkembang di Indonesia. Lebih jauh lagi, sudah disajikan oleh penerbitan pada zaman Belanda, seperti Sinar Delli, Utusan Melayu, dan sebagainya. Pada masanya, dikembangkan pula oleh majalah-majalah wanita di Jakarat, seperti Majalah Sarinah, Majalah Pertiwi, Majalah Femina, Majalah Selecta, dan Majalah Kartini. Lebih dipopulerkan lagi oleh Majalah Tempo sejak era 70-an. Majalah Tempo bisa melahirkan berita-berita serius dengan penyajian yang ringan dan enak dibaca. Kebutulan, pada awal-awal Majalah Tempo lahir, ada disana sastrawan macam Putu Wijaya, Gunawan Muhammad, dan sebagainya. Jadilah, Majalah Time dan Majalah Newsweek ketinggalan soal ini.

Adalah penting bagi penulis, juga sekaligus sebagai pembaca. Membaca tidak saja menambah pengetahuan, tetapi juga melatih otak memahami teks, menambah kosa kata dan membangun gaya penulisan. Dengan membaca karya sastra sebanyak mungkin, akan sendirinya terlahirkan gaya penulis yang ringan, enak dibaca dan selalu akan dibaca sampai ketikan terakhir.

Tiada artikel yang sempurna. Proses penulisan baru berkahir ketika sudah naik cetak atau diupload. Dimulai, dan akhiri saja…

Ini baru sebagai bagian pembuka saja. Nanti-nanti akan disusulkan model – model penulisan menurut peruntukannya.

Demikian, terimakasih !
Cibodas, Juli 2011.



No comments:

HARGA BENELLI MOTOBI 152 TH 2023