Saturday, February 18, 2012

Selecta Capita Bagian XI

PERGURUAN KITA KEKURANGAN GURU!
MEI 1938

Sekarang saya mempropagandakan pendidikan,
tapi nanti, saya tak dapat mendidik anak-anak saya!

Beginilah satu alasan yang dikemukakan oleh seorang lepasan HIK.[1] Pemerintah, yang pernah jadi pemuka dari satu organisasi guru-guru dinegeri kita ini. Beliau menukar pekerjaan sebagai guru dengan pekerjaan sebagai klerk pos dan sebagai alasan kepada teman sejawat yang menanya, apakah sebabnya beliau menukar pekerjaan itu, dijawabnya dengan kalimat yang kita terakan diatas.

Memang maksudnya dalam, kalau kita perhatikan lebih jauh isi perkataan beliau itu. Seorang yang telah menempuh pelajaran seperti H.I.S., kemudian dipilih supaya sampai di Mulo, disini dipilih pula supaya duduk di HIK, sudah tamat pula disana dengan membawa diploma, setelah itu bekerja dengan aktif dalam organisasi guru-guru muda, tapi kemudian pada satu saat merasa terpaksa meninggalkan kelas dan murid-muridnya, ditukarnya dengan pekerjaan di kantor pos.


Satu dari antara dua: Tuan tersebut tidak pernah mempunyai cita-cita hendak menjadi guru, akan tetapi, tadinya, lantaran dipaksa-paksa masuk juga kesekolah guru, sampai mendapat diploma, akhirnya kenyataan, bahwa pekerjaan itu tidak sepadan dengan hati kecil yang sebenarnya, sehingga kelas itu menjadi serasa kamar “rumah-tutupan” baginya, lalu meminta berhenti. Atau: tuan tersebut memang sudah ada bercita-cita menjadi guru dari dahulu, akan tetapi lantaran dilihat pendapatan tidak sebanding dengan yang direka-reka tadinya dan serasa tidak mencukupi untuk penghidupi rumah tangga yang telah dikenang-kenangkan. Merasa kuatir, kalau tidak cukup untuk pendidik anak-anaknya kelak sebagaimana yang dicita-cita. Dalam pada itu terbuka mata pencaharian yang lebih besar hasilnya, lalu minta berhenti dan pindah pekerjaan.

Dalam kedua-dua hal itu kita ucapkan kepada tuan tersebut “selamat!” Hal ini tidak akan menjadi pokok pembicaraan kita, sekiranya ini hanya satu urusan person saja. Akan tetapi kejadian ini memberi satu gambaran kepada kita, bagaimanakah keadaan masyarakat kita sekarang ini.

Sudah tidak syak lagi, bahwa setiap tahun kaum kita yang mendirikan sekolah, bersusah payah mencari guru. Sekolah-sekolah guru yang telah ada, baik ditanah Jawa maupun ditanah Seberang, sekali-kali tidak cukup untuk memenuhi kehendak sekolah-sekolah yang meminta guru. Kalau dihitung setiap tahun hanya kira-kira 20% dari permintaan itu yang dapat dikabulkan. Inipun sudah payah! Boleh dikatakan bahwa anak-anak kelas tinggi dari Sekolah-sekolah guru dalam bulan-bulan ini, sebelum atau sedang membuat ujian, sudah tersedia tempatnya masing-masing, walaupun dia bakal maju atau tidak.

Keadaan ini setiap tahun makin terasa. Dan kalau tidak salah taksir, ditahun ini dan tahun depan akan bertambah terasa lagi. Sebabnya bermacam-macam.

Pertama: lantaran sekolah-sekolah yang selama ini belum cukup kelasnya, tiap-tiap tahun bertambah besar dan berkehendak akan tambahan guru.

Kedua: rakyat yang bertambah lama bertambah insaf, bertambah bergerak mendirikan sekolah-sekolah, yang selama ini belum ada.

Ketiga: dimusim krisis, diwaktu Pemerintah tak sanggup membendung murid-murid HIK yang sudah maju, banyak sekolah-sekolah pertikelir kita yang mengambil guru lepasan HIK. Pemerintah dengan gaji yang tentu lebih kurang dari pada yang dapat dijanjikan oleh Pemerintah. Kita tidak hendak menyamaratakan semuanya, yang terkecuali tentu ada, akan tetapi boleh dikatakan bahwa kebanyakan dari guru-guru kita yang demikian itu, sudah tentu akan pindah kepada pekerjaan Pemerintah kembali bilamana saja tempat terbuka. Maka dalam tahun 38/39 ini, Pemerintah sudah mulai berangsur-angsur mengangkat lepasan HIK itu dan boleh dikatakan bahwa dalam dua tiga bulan akan habislah semuanya. Boleh dihitung dengan jari, berapa orangkah lagi dari tuan-tuan tersebut yang masih berat hatinya meninggalkan pekerjaan dikalangan rakyat, yang tidak memberi hasil secukup pekerjaan pada Pemerintah, dan tidak pakai pensiun pula kelaknya….!

Ini semuanya berakibat bahwa sekolah-sekolah partikelir kita akan bertambah kekurangan guru. Siapakah yang akan tetap tinggal dalam kalangan sekolah partikelir itu? Ialah mereka yang tidak berdiploma Pemerintah, yang pernah mendapat gelar “masuk tak genap – keluar tak ganjil” itu. Mereka yang semenjak kecilnya tidak pernah membayangkan hidup yang mewah apabila sudah “makan gaji”. Mereka yang tahu, bahwa bangsanya masih dalam kekurangan dan tidak sanggup “menghargai” kepintaran dan kurban mereka dengan berupa gaji HBBL atau yang semacam itu. Mereka yang cukup tahan hati sama-sama menderita kesusahan, dan tahan hati pula berhadapan dengan bayangan-bayangan yang gemerlapan dari pihak yang mungkin sanggup menjanjikan gaji yang lebih besar. Berapakah dari pemuda-pemuda kita sekarang yang begini sifatnya? Tidak banyak!

Berapakah banyaknya sekolah-sekolah guru kita yang ada sekarang, untuk membentuk kandidat-kandidat guru yang mungkin sifat dan cara-caranya demikian? Amat sedikit!

Dalam pada itu rakyat kita yang haus kepada pelajaran, tapi amat miskin itu, senantiasa menantikan tamatnya kaum intelek kita yang belajar dalam HIK dan sekolah-sekolah guru Pemerintah itu. Terkadang-kadang serasa ada yang akan jatuh kedalam kalangan mereka, harap juga akan ada, cemas juga akan tidak. Besar hati mereka mendengarkan si polan telah mendapat hulacte, si anu sudah maju Hoofdacte, sebagaimana mereka bermegah diri bila mendengar si anu sudah jadi Ir, yang satu lagi sudah jadi Mr, yang lain pula telah berdiploma Dr dan seterusnya, dengan pengharapan bahwa mereka akan mendapat bantuan pimpinan dan tuntunan dalam perjuangan mereka yang serba kekurangan itu. Akan tetapi, seringkali mereka ibarat mengharap-harapkan beruk berayun!...Bahkan terkadang-kadang yang tadinya serasa sudah dalam pangkuan lepas pula, maka tinggallah pekerjaan yang terbengkalai. Tragedi ini bukan isapan jempol, akan tetapi berbukti dengan cukup dalam masyarakat kita. Satu tragedi dalam perjuangan rakyat jelata yang mulai sadar, akan tetapi yang masih lemah!

Kita bertanya, bagaimanakah kita akan membangunkan perekonomian dan pergerakan politik dalam kalangan bangsa kita yang bermiliun itu, apabila mereka masih belum saja 5% yang pandai tulis-baca. Diatas apakah akan dibangunkan gedung perekonomian dan kepolitikan kita, apabila keadaan kaum kita yang berjuta-juta itu masih saja sebagai sekarang ini, belum tahu dimata huruf!

Berkata mendiang Dr. G.Y. Nieuwenhuis, sekembalinya dari Pilipina untuk menyelidiki keadaan pelajaran disana: “Satu bangsa tidak akan maju, sebelum ada diantara bangsa itu segolongan guru yang suka berkurban untuk keperluan bangsanya!” Golongan pemuda beginilah yang ada di masyarakat Pilipina dan inilah salah satu sebabnya maka Pilipina lebih lekas majunya dari tanah air kita.
Gokhale, seorang pemimpin India yang masyhur, sekembalinya dari Universitet dan mendapat titel Dr dalam ilmu hitung, apakah yang dikerjakannya? Bukan menerima tawaran gaji yang “mendingan dari pemerintah Inggeris, akan tetapi terus menyerbu kelapangan pendidikan dan pergerakan rakyat dengan pendapatan yang amat sederhana. Tidak kuatir rupanya pemimpin besar ini, kalau-kalau dia nanti tidak dapat mendidik anak-anaknya, disebabkan dia mendidik bangsanya yang miskin itu!

Kita hadapkan sedikit pemandangan ini kepada pemuda-pemuda kita yang ingin berkhidmat kepada Tanah air dan Bangsanya. Pendidikan! Inilah lapangan pekerjaan kita yang amat kekurangan tenaga di zaman sekarang dan dimasa depan ini! Inilah lapangan pekerjaan yang amat hajat kepada bantuan. Berilah tenaga muda tuan-tuan untuk pendidikan rakyat, pokok dari semua kecerdasan dan kemajuan bangsa. Pekerjaannya susah dan sulit berkehendak kepada ketabahan hati. Kalau tidak tuan-tuan yang muda-muda yang mau bersukar, bersulit dan bertabah hati itu, siapalah lagi…?

Supaya bapa-bapa kita yang tua-tua kiranya sudi pula mengerahkan anak-anak kemenakan mereka menyerbukan diri dalam kalangan rakyat. Mengerahkan mereka memasuki sekolah-sekolah guru yang ada, baik kepunyaan Pemerintah ataupun tidak, asal dengan cita-cita akan bekerja dibarisan rakyat, bukan dibelakang loket kantoran mereka. Supaya orang tua-tua kita menambah banyaknya sekolah-sekolah guru partikelir kita, sekiranya sekarang sudah terlampau kekurangan tempat anak-anak kita pada Sekolah-sekolah guru Pemerintah. Tambahlan Sekolah guru barang 10 a 15 buah lagi, belum akan berlebih untuk rakyat yang berjuta-juta ini!

                                                                       Dari Panji Islam





[1] Setingkat S.G.A. sekarang.

No comments:

HARGA BENELLI MOTOBI 152 TH 2023