MENGAYUH SEPEDA KE KELOK SEMBILAN
Alam yang elok, makanan lezat, adat-sitiadat
yang kuat, diperkuat oleh bahasa yang kaya, membuat orang Minangkabau itu
romantis. Alam, tempat dan makanan
menjadi tema-tema dan imbuhan dalam lirik-lirik lagu serta pantun. Kelok
Sembilan pun menjadi sebuah tema lagu klasik bagi orang Minang.
Kelok Sembilan
Mandaki jalan ke
Payokumbuha
Baranti tantang Kelok
Sembilan
Ondeh baranti tantang
Kelok Sebilan
Dimanalah badan indak
ka rusuah
Sadang basayang Tuan
bajalan
Onde sedang basayang
Tuan bajalan
Ondeh baa lah ko kaba
Baa lah ko kaba, kini
rang mudo yo
Ondeh baa lah ko kaba
Baa lah ko kaba, kini
rang mudo yo
Indahlah baguno
batanam bawang
Bawang ditanam hari
lah sanjo
Ondeh bawang ditanam
hari lah sanjo
Indahlah guno bakasiah
sayang
Sansaro badan
kasudahannyo
Ondeh sansaro badan
kasudahannyo
Ondeh baa la ko kaba
Baa lah kok kaba, kini
rang mudo yo
Ondeh baa lah ko kaba
Baa lah ko kaba, kini
rang mudo yo
Kelok
Sembilan, itulah lantunan lagu oleh Elly Kasim, yang didendangkan pada
tahun70-an. Sampai saat ini lagu tersebut masih hangat didengarkan.
Pada era itu, perhubungan
perdagangan dan kekeluargaan sudah hangat antara Padang-Bukittinggi dan Pekan
Baru. Kedua daerah yang “bersaudara” ini, dihubungkan dengan jalan darat
satu-satunya, yaitu melalui ruas jalan Kelok Sembilan itu. Ada bus terkenal pada zaman itu, seperti
Sinar Riau, Gagak Hitam, Gumarang, Cahaya Kampar, dan sebagainya. Bus-bus
tersebut masih menggunakan merek Chevrolet buatan Amerika. Bus bus yang
bersejarah itu kini, namanya tinggal kenangan karena sudah digantikan dengan
kendaraan niaga sebagai angkutan penumpang.
Apa yang diamakan Kelok Sembilan
itu, ialah seruas jalan yang berada di Bukit Barisan. Memang berkelok-kelok,
dengan jumlah tikungannya 9 buah. Jalan tersebut menjadi berlapis-lapis, bagai
spiral. Kelok Sembilan tersebut dibangun Belanda pada tahun 1908-1910.
Lubuak Bangku, Payukumbuh,
merupakan tempat pemberhentian kendaraan yang melaluli jalan ini. Sebelum
mendaki ke Kelok Sembilan, bus akan berhenti dulu disini, penumpang turun untuk
makan dan beribadah. Begitu pula bus yang turun dari Kelok Sembilan berhenti
pula disini. Kawasan tersebut terkenal dengan hutannya yang lebat dan binatang
buasnya. Secara tradisi memang Lubuak Bangku sebagai rest area dalam perjalanan
antara Sumatera Barat – Riau.
Lubuak Bangku |
Ruas jalan tersebut merupakan jalan dengan traffic tertinggi di Sumatera.
Dengan kata lain, inilah jalan yang paling sibuk di Sumatera. Kepadatan lalu
lintas disini, setara dengan jalar raya Puncak atau Ciawi – Sukabumi. Malam
pun, lalu lintas tidak pernah berhenti yang disibukkan oleh mobil travel dan
truck pengangkut komoditi ke Riau. Pada masa liburan sekolah, antara Kelok
Sembilan sampai ke Bukittinggi terjadi kemacetan, sebagaimana jalan raya
Puncak. Kemacetan terjadi karena melewati Kelok Sembilan kendaraan harus antri.
Sebagai urat nadi perhubungan
perdagangan dan manusia di lintas tengah Sumatera, maka dibangun jembatan layang
yang melintasi Kelok Sembilan. Jembatan yang panjangnya 964 meter, dengan jalan
penghubung 2.537 meter, mulai dibangun tahun 2003. Jembatan ini nantinya untuk
melayani lalu lintas 6.800 kendaraan per hari dan pada hari libur mampu
menampung 11.350 per hari.
Jembatan yang megah berada di
lembah dan perbukitan tersebut dirancang oleh bangsa sendiri, diantaranya
adalah Prof. Johan Silas dari Surabaya ,
terdiri dari 6 unit jembatan bersambung. Meski terlambat pengoperasiannya,
tahun ini sudah mulai dilakukan uji coba.
Jembatan yang hebat ini nantinya bakal
menjadi obyek wisata baru di Sumatera Barat. Dekat dijangkau dari Dumai dan
Pekan Baru, atau dari Bukittinggi dan Padang .
Sebuah lampu raksasa dipancangkan
pas diantara tiang-tiang jembatan. Ketinggian lapunya mencapai lantai atas
jembatan. Bagaimanalah membayangkannya nanti, ketika lampu tersebut
dihidupankan pada malam hari, dipandang dari posisi tertinggi Kelok Sembilan.
Tentulah menjadi pemandangan yang spataculer karena berada di lembah dan
perbukitan, sementara kendaraan lalu lalang dibawahnya.
Kesanalah saya menggowes sepeda,
sebuah keinginan yang terpendam bertahun-tahun. Saya memulainya dari
Bukittinggi.
Mulai menggowes jam 06.00. Melewati
Biaro dan Baso. Sampai ke Baso, jalan mendatar. Setelah Baso, sampai ke PLTA
Agam, jalan menurun dan lurus. Setelah ini, memasuki kota Payukumbuh. Payukumbuh saya capai dalam
tempo 1.5 jam. Di Bufet Sianok Payukumbuh, sarapan dengan Sarikayo – katan
(ketan).
Tujuan berikutnya adalah Lubuak
Bangku. Lubuak Bangku bisa dicapai dalam tempo 1.5 jam. Jalan lebih ramai oleh
kendaraan. Sepeda terasa berat dikayuh, meski jalan tampak mendatar.
Sedikit-sedikit, jalan mendaki karena mendekati kaki Bukit Barisan.
Udara di daerah Payukumbuh terasa lebih panas. Selain lebih rendah,
kawasan ini terkungkung oleh perbukitan.
Konstruksi jembatan layang kelok 9 |
Tempat terbaik untuk istirahat
menjelang Kelok Sembilan, yaitu rumah makan yang berada di batas hutan. Dari Lubuak Bangku, Kelok Semilan lama perjalanan
sekitar 1 jam. Istirahat di Lubuak Bangku diperlukan, untuk mengumpulkan tenaga
dan menyusun semangat. Dari Lubuak bangku, jalan langsung menuju hutan dan
perbukitan. Inilah kawasan bukit barisan yang masih perawan sebagai habitat
harimau, beruang dan binatang liar lainnya. Meski berada di kawasan hutan, terasa tidak menakutkan. Mungkin karena jalan
raya lapang dan halus. Selain itu, kendaraan berlalu-lalang.
Setelah melewati jembatan pertama,
jalan mendaki. Pada jembatan kedua, terdapat jembatan yang dibuat oleh Belanda.
Jembatan tersebut sudah dipenuhi oleh semak belukar. Alangkah baiknya jembatan
tua tersebut di restorasi, sebagai bagian daya tarik kawasan ini untuk sesi
foto. Selanjutnya jalan berada disisi sungai. Suara air jelas terdengar, dan
pada kawasan-kawasan tertentu dasar sungai berbatu tampak dari atas.
Tiba-tiba saja mata dihadapkan ke
konstruksi jembatan. Lantai jembatan itu sangat tinggi, untuk melihat bagian
teratas kepala harus ditengadahkan. Pilar-pilar besar menyangga jembatan, menghubungkan
satu sisi tebing ke sisi lainnya, semantara kendaraan lalu – lalang dibawahnya.
Sensasi berikutnya tentulah Kelok
Sembilan yang legendaris itu. Menggowes sepeda di jalan yang patah-patah,
bertingkat-tingkat tentu akan menjadi pengalaman tersendiri, suatau kenangan
batin yang akan terbawa-bawa. Taklukkanlah kelok ini, sampai pada ujung paling
atas jalan.
Tiada duanya di negeri ini begitu
sampai di Kelok Sembilan. Memandang ke kawah, terhampar lembah bersalutkan
hutan hijau padat. Lantai jembatan yand berkelok-kelok, menguhubung kedua sisi
lembah. Jalan lama Kelok Sembilan, bagai ular meliuk-liuk. Kendaran berjalan
beringsut-isut, baik saat mendaki maupun mau turun.
Disini telorenasi berkendaraan
sangat tinggi. Etitut mengemudi sangat dijunjung tinggi. Kendaraan dari bawah,
harus diutamakan. Kendaraan besar, bus dan truk, mendapat prioritas lebih
dahulu. Ini adalah aturan tak tertulis, dan sama-sama dijunjung tinggi oleh
pengendara di Sumatera Barat yang sebagian jalan-jalan raya berada di
ketinggian.
Setelah puas menikmati sensasi alam
disini, meluncur dengan sepeda ke Lubuak Bangku mengasyikan sekali. Jalan yang
meliuk-liuk, aspal halus dan lebar, dan payungi pula oleh kanopi hutan. Tidak
terasa, sepeda sudah tiba di tempat pemberhentian Lubuak Bangku.
Setelah menikmati Kelok Sembilan,
perjalanan dengan sepeda bisa dilanjutkan ke Lembah Arau. Lembah Arau, yang
terkenal dengan tebing-tebing batunya, sebetulnya bertalian dengan atau dengan
kata lain satu punggungan dengan dengan Kelok Sembilan.
Ketika menuju Kelok Sembilan, di setiap
persimpangan jalan yang ditemui, saya bertanya kepada penduduk setempat tentang
jalan pintas ke Lembah Arau. Saya harus bertanya, karena data jalan tidak
tersedia pada GPS yang saya gunakan. Di Google Maps juga tidak tercantum jalan
kesini. Sudah menjadi kebiasaan bagi saya, setiap melakukan eksplore kawasan,
saya tentukan dulu rute di Google Earth lalu rute tersebut dipindahkan ke GPS
Garmin. Untuk real time satelit, melihat posisi di pijak bumi, saya menggunakan
Google Maps yang terpasang di perangkat android saya.
Karena saya masih memiliki waktu,
meski kekuatan pisik sudah mulai berkurang, saya masuki kawasan Lembah Arau.
Lembah Arau saya susuri dari sisi tebing utara.
Keluar dari jalan raya, saya memasuki
jalan desa. Tujuan pertama adalah …..
Setelah melewati perkampungan, jalan terasa lengang. Sisi kanan tebing,
sisi kiri hamparan daratan rendah. Pada mulanya jalan beraspal. Jalan
selanjutnya jalan berbatu. Pada suatu
kawasan terbuka, Gunung Merapi bisa disaksikan di kejauhan.
Akhirnya memasuki perkampungan. Jalan ini berujung di jalan utama ke
Lembah Arau. Belokkan sepeda ke kanan, susurilah Lembah ini.
Di persimpangan jalan di kawasna
Lembah Arah, mengarah ke kanan. Susuri jalan halus sampai air terjun. Kembali
lagi ke persimpangan, teruskan susuri jalan-jalan diantara tebing-tebing.
Berada dikawasan ini tersasa
dikungkung oleh tebing-tebih batu yang tinggi. Kawasan Lembah Arau, sudah
terkenal sejak zaman koloniaslisme Belanda. Selain sebagai tempat kunjungan
keluarga, banyak didatangi oleh para penggiat panjat tebng. Semua pilihan
tebing ada disini. Inilah tebing-tebing yang menjadi obesesi bagi para pemanjat
tebing dunia.
Sarapan di Bufet Sianok yang
terkenal itu, akan mendapatkan sensasi makanan khas Sumatera Barat. Bufet atau
kedai atau café, dalam konsep kuliner di Minangkabau bukanlah rumah makan atau
restaurant, melainkan semacam café di Jakarta .
Yang disajikan adalah makanan khas seperti aneka bubur, kue basah, kue kering,
sejenis makanan ringan.
Makanan Minangkabau sangat kaya.
Tidak saja makanan utama, sebagaimana dikenal dengan Masakan Padang, tapi juga
makanan manis dan makanan kering yang ratusan jenisnya adanya.
Cobalah untuk kesana, selain
menikmati jalan raya terbaik di Indonesia ,
standar tour sepeda Internasional, menikmati alamnya, juga menikmati
makanannya. Perjalanan yang lengkap, sudah … !
(Artikel ini dibaca di http://garudamagazine.com, edisi Mei 2012)
(Rizal Bustami)
(Artikel ini dibaca di http://garudamagazine.com, edisi Mei 2012)
(Rizal Bustami)
Lihat Kelok 9 di peta yang lebih besar
5 comments:
bang ini ya yg artikelnya dimuat di majalah Garuda Indonesia??
mantap perjalanannya. kerenn..
semoga aja ak kaya abang juga ya, tulisanku ada yg dimuat di majalah, satu tulisan juga kaga apa2 dah,heee ^_^
Di GarudaInflight dalam versi Inggris. Gembos bisa !
keren sekali ....
daerah sumbar memang indah sekali alamnya ... saya ingin sekali bersepeda di kelok 9, lembah harau yang amazing banget .... sama kelok 44 kalau bisa ..
mantap bang
Kelok Sembilan, baru salah satu track terbaik di Sumatera Barat....
Post a Comment