Foto Washington Post |
Islam Berkembang di Haiti
Pasca Gempa
VOA,Jumat, 12 Oktober 2012
Jumlah pemeluk agama Islam naik di Haiti, yang sebagian besar
penduduknya beragama Kristiani dan Voodoo, terutama setelah gempa besar 2010.
Guru sekolah Darlene Derosier kehilangan rumahnya di ibukota
Haiti, Port-au-Prince, ketika gempa bumi besar pada
2010 menghancurkan negaranya. Suaminya meninggal sebulan kemudian setelah
menderita apa yang ia sebut trauma emosional dari bencana alam tersebut. Ia dan
dua anak perempuannya sekarang tinggal di tenda-tenda di luar ibukota,
dikelilingi ribuan warga lainnya yang juga kehilangan rumah dan merana karena
bencana.
Derosier mengatakan bahwa yang membantunya mengatasi
penderitaan tersebut adalah agamanya, namun bukan Katolik, Protestan atau
bahkan Voodoo yang mendominasi negara pulau ini. Ia telah masuk Islam, agama
yang relatif baru di sini, dan membangun masjid kecil dari batako dan tripleks,
tempat sekitar 60 Muslim shalat setiap hari.
Jumlah pemeluk agama Islam naik di negara miskin ini, terutama
setelah bencana besar dua tahun lalu yang menewaskan kurang lebih 300.000 orang
dan membuat jutaan lainnya kehilangan rumah.
Di ibukota yang didominasi umat Kristiani, dengan jalanan
dipenuhi gema lagu rohani setiap Minggu, sekarang ini ada paling tidak lima
masjid, seorang anggota parlemen yang Muslim dan program televisi lokal setiap
malam yang didedikasikan untuk Islam.
Foto Washington Post |
Bencana tersebut mengundang kelompok bantuan dari seluruh
dunia, termasuk lembaga bantuan Islamic Relief USA, yang mendirikan 200 tempat
pengungsi dan sebuah sekolah menengah dengan 20 ruang kelas.
"Setelah gempa, ada banyak orang yang bergabung,” ujar
Robert Dupuy, imam di ibukota. “Kami memberi mereka tempat di masjid dan
menyediakan makanan.”
Derosier mengatakan ia tertarik kepada ajaran Islam mengenai
disiplin diri, penekanan pada pendidikan dan perhatian pada kebersihan.
Frekuensi mencuci diri yang tinggi, ujarnya, telah membantunya dan umat Muslim
lain menghindari kolera, penyakit yang ditularkan lewat air yang menurut pejabat
kesehatan menjangkiti hampir 600.000 orang dan menewaskan lebih dari 7.500
warga sejak timbul setelah gempa.
"Ini kemenangan untuk saya,” ujar perempuan berusia 43
tahun itu mengenai perpindahanya pada Islam setelah gempa. Mantan pemeluk
Protestan itu berbicara di halaman rumahnya yang dipenuhi tenda, memakai
kerudung hitam yang bersih.
“Adalah suatu kemenangan saat saya menerima kedamaian dan
menemukan petunjuk.”
Pertumbuhan komunitas Muslim juga dipengaruhi oleh
kembalinya ekspatriat yang memeluk agama tersebut di Amerika Serikat, ujar
Kishner Billy, pemilik stasiun televisi Telemax dan pembawa acara “Haiti Islam”
yang disiarkan setiap malam.
Foto Washington Post |
Billy dan beberapa lainnya percaya bahwa Islam di Haiti
hadir sebelum kemerdekaan negara pada 1804, dan bahwa seorang budak Jamaika dan
pendeta Voodoo bernama Boukman yang memimpin pemberontakan budak yang mengusir
penjajah Perancis adalah seorang Muslim.
"Islam datang ke Haiti untuk bertahan,” ujar Billy,
yang pindah dari Kristiani 20 tahun lalu.
“Generasi-generasi di masa depan, anak-anak saya, akan
berbicara mengenai Islam.”
Tidak ada statistik yang jelas mengenai jumlah Muslim di
Haiti, karena banyak data yang dapat dipercaya, termasuk jumlah penduduk Port-au-Prince juga tidak
tersedia.
Sebuah studi pada 2009 oleh Pusat Riset Pew mengenai
populasi Muslim dunia memperkirakan bahwa Haiti memiliki sekitar 2.000
penduduk Muslim. Para pemimpin umat Islam di
negara tersebut bersikeras jumlahnya lebih tinggi dan tumbuh.
Islam bukannya tidak dikenal di wilayah Karibia.
Negara-negara seperti Trinidad &
Tobago, Suriname
dan Guyana
memiliki populasi Muslim yang signifikan. Banyak dari negara-negara tersebut
memiliki akar yang kuat di negara-negara seperti India
dan Indonesia,
dimana Islam telah berkembang luas.
Foto VOA |
Para nenek moyang Haiti sendiri sebagian besar dibawa
dari wilayah non-Muslim di Afrika. Penjajah Perancis di Haiti juga mengimpor
kepercayaan Kristiani mereka.
Perkembangan Islam baru-baru ini, demikian juga dengan
agama-agama baru lain, menunjukkan bahwa Haiti menjadi lebih modern dan
pluralis, ujar Patrick Bellegarde-Smith, profesor Afrikologi di Universitas
Wisconsin, Milwaukee.
Rosedany Bazille, seorang guru berusia 39 tahun yang menjadi
Muslim beberapa bulan setelah gempa, mengatakan ia tidak memiliki arah sebelum
memeluk agama tersebut dan sekarang mencari langkah maju.
"Islam dapat mendudukkan orang di jalan yang benar dan
menunjukkan siapa Tuhan,” ujarnya.
Beberapa umat Muslim di Haiti tergabung dalam Nation of
Islam, lembaga dari AS yang berceramah mengenai determinasi diri kaum kulit
hitam. Beberapa warga Haiti
pindah agama ketika menjalani hukuman di penjara AS sebelum mereka dideportasi
kembali ke negaranya. Pemimpin kelompok itu, Louis Farrakhan, mengunjungi Haiti untuk
pertama kalinya tahun lalu.
Foto BBC |
Keputusan untuk pindah agama telah membuat umat Muslim
menjadi target diskriminasi.
Pemerintah Haiti
tidak mengakui Islam sebagai agama resmi dan tidak mengakui pernikahan secara
Islam. Kopiah atau kerudung yang menjadi ciri khas Islam dapat membuat
masyarakat menatap dan menunjuk pemakainya. Derosier mengatakan para tetangga
bergosip bahwa ia jahat.
Voodoo, campuran agama-agama Afrika Barat yang diciptakan
para budak pada jaman penjajahan, telah menjadi kepercayaan yang populer di
negara tersebut, dengan elemen-elemen yang diikuti bahkan oleh beberapa dari 85
persen penduduk yang mengklaim dirinya Kristen.
Voodoo suatu kali memiliki pengikut yang banyak
sampai-sampai diktator Francois "Papa Doc" Duvalier menggunakannya
untuk menakut-nakuti dan mengontrol massa.
Sebagian besar umat Kristiani di Haiti mengidentifikasi dirinya
sebagai Katolik Roma. Seorang pastor, Jean-Bertrand Aristide, dipilih menjadi
presiden pada 1990 setelah melawan sistem diktator turun temurun yang berlanjut
dengan anak lelaki Francois, Jean-Claude "Baby Doc" Duvalier.
Foto Washington Post |
Dengan banyaknya masalah
yang masih berlangsung di Haiti,
kebutuhan akan Islam tidak bisa lebih besar lagi, ujar Billy. Dua bulan lalu,
ia meluncurkan acara bincang-bincang langsung untuk mengedukasi umat Islam
mengenai agama baru mereka.
"Haiti
telah jauh tersesat. Negara ini tidak dapat memproduksi apa-apa,” ujar Billy.
“Saat ini warga Haiti
hanya ingin visa supaya dapat pergi ke AS, atau Kanada. Mereka tidak ingin
tinggal di Haiti.”
Dengan gambar Mekah dan kelompok doa sebagai latar belakang
dalam acara televisinya, Billy dan sesama pembawa acara Ruben Caries mengundang
pemirsa untuk mengirimkan pertanyaan mengenai Islam lewat pesan teks singkat.
BlackBerry Billy bergetar mendapatkan banyak pesan, termasuk
salah satunya dalam bahasa Kreol: "M vle vini Muslim" - "Saya
ingin menjadi Muslim." (AP/Trenton Daniel)
No comments:
Post a Comment