Plan Harmoni oleh Gubernur DKI Hank Ngantung |
Saturday, February 18, 2012
Selecta Capita Bagian XI
PERGURUAN KITA KEKURANGAN GURU!
MEI 1938
“Sekarang saya mempropagandakan pendidikan,
tapi nanti, saya tak dapat mendidik anak-anak saya!”
Beginilah
satu alasan yang dikemukakan oleh seorang lepasan HIK.[1]
Pemerintah, yang pernah jadi pemuka dari satu organisasi guru-guru dinegeri
kita ini. Beliau menukar pekerjaan sebagai guru dengan pekerjaan sebagai klerk
pos dan sebagai alasan kepada teman sejawat yang menanya, apakah sebabnya
beliau menukar pekerjaan itu, dijawabnya dengan kalimat yang kita terakan diatas.
Memang maksudnya dalam, kalau kita perhatikan
lebih jauh isi perkataan beliau itu. Seorang yang telah menempuh pelajaran
seperti H.I.S., kemudian dipilih supaya sampai di Mulo, disini dipilih pula
supaya duduk di HIK, sudah tamat pula disana dengan membawa diploma, setelah
itu bekerja dengan aktif dalam organisasi guru-guru muda, tapi kemudian pada
satu saat merasa terpaksa meninggalkan kelas dan murid-muridnya, ditukarnya
dengan pekerjaan di kantor pos.
Thursday, February 09, 2012
Monday, February 06, 2012
Sampah Ngarai Sianok
Sampah ditumpahkan ke ngarai |
Ukhh…, Ngarai Sianok, dibalik
Keindahanmu
Jalan menuju Panorama Baru lebar dan halus, rumah-rumah pun jarang sehingga
tersedia ruang hijau.
Apa yang disebut sebagai Panorama Baru itu adalah posisi pandang untuk
kawasan lain Ngarai Sianok. Pemda Bukittinggi mengembangkan distinasi wisata
baru di Bukittinggi. Terdapat bangunan bagi pengunjung untuk menikmati Ngarai
Sianok dengan latar belakang Gunung Marapi dan Gunung Singgalang. Bagai
lukisan, karena kelengkapan ruang disebidang kanvas.
13 tahun mengais-ngais sampah |
Bagian utara kota
Bukittinggi, disebut sekarang Panorama Baru, disinilah kehidupan masyarakat
asli Bukittinggi, yaitu Kurai.
Bagi saya, inilah bagian dari Bukittinggi yang masih hijau dan bersih
lingkungannya. Meski terdapat rumah-rumah bagus, namun kepatuhan kepada petuah
lama masih dianut.
Ngarai Sianok dari Panorama |
Sebagai kawasan wisata, Panorama Baru sedikit orang yang mengunjunginya.
Tentu harus ada objek-objek pendamping lainnya supaya wisata tidak
terkonsentrasi di pusat kota .
Bukan tidak ada yang berminat berinvestasi membangun hotel, sampai gedung
konferensi disini, tapi itu tadi, tanah tidak bisa dialihtangankan.
Panorama Baru |
Saya tengah menikmati kopi Bukik Apik yang terkenal itu, di warung dekat
gerbang Panorama Baru. Si Uni pun mendengar, rencana-rencana pembangunan di
kampungnya itu. "Ada
yang mau buat kebun binatang," katanya pesimistis.
Sebuah truck membawa sampah meluncur, menyisakan bau busuk. "Ni,
kemana itu truck sampah," tanya saya.
"Mau dibuang ke ngarai. Lihatlah kesana, indah pemandangannya,"
terang si Uni.
Lanjut si Uni, ninik mamak memberi izin untuk membuang sampah."Kasihan
urang Bukittinggi, kemana sampah dibuang," si Uni menerangkan.
Panorama Baru |
Sampah tersebut bukannya tidak meninggalkan masalah bagi warga. Sampah yang
dibuang ke ngarai dibakar untuk menghancurkannya. Asap itulah yang kerap
menimbulkan masalah bagi warga. "Asapnya sampai kesini, searah angin. Kalau
warga sudah protes, sampah dimatikan dengan menyemprotkan air," ungkap si
Uni. "Kesanalah, selagi ada truck sampahnya," lanjutnya.
Saya pun menggowes sepeda ke tempat pembuangan sampah itu. Saya dapati
truck sampah tersebut telah membuang muatannya dan meninggalkan kawasan itu.
Diselimuti asap |
Asap membungbung tinggi, meyesakkan napas dan.menghalangi pandangan ke arah
Gunung Merapi dan Gunung Singgalang. Bagaikan kawah gunung yang sedang aktif,
asap dalam volume besar menutupi kawasan. Dasar jurang tidak tampak, saking dalamnya.
Separuh dari pandangan mata, menyajikan alam yang indah bagai lukisan. Di
hadapan jurang yang menganga berliuk-liuk. Mata diputar searah jarum jam,
Gunung Marapi dan Gunung Singgalang menampakkan keelokan dirinya secara utuh.
Namun, perasaan jengkel merebak karena asap mengotori pandangan.
Peluncuran sampah |
Tidak akan bisa menikmati alam yang elok ini berlama-lama. Alam cantik
milik Bukittinggi itu telah di hinakan dengan sampah.
Beberapa anak muda, meninggalkan kawasan tersebut dengan sepeda motor
karena tidak tahan terhadap kepungan asap. “Tidak tahan Pak, dengan asapnya,
padahal kami ingin berlama-lama disini,” tutur salah seorang mereka yang datang
dari Payukumbuh.
Karimudo |
Untuk kelengkapan gambar, keesokan harinya saya
kembali ke Panorama Baru. Nah, saya datang pada waktu yang tepat. Truck silih
berganti menurunkan sampah.
“Prit, prit…,” seorang Pak Tua, berpakaian
kuning meniup peluit.
Kemudian, truck menurunkan sampah. Sampah
meluncur deras. Truck meninggalkan tempat peluncuran sampah. Truck lain datang.
Pak Tua kembali meniup peluit.
Pemulung dari dasar ngarai |
Karimudo, anak dari 2 anak, salah satu anaknya duduk di
perguruan tinggi, sudah 13 tahun bekerja sebagai pembersih kota . Dia ditugasi mebersihkan sisa sampah
yang dibuang ke ngarai.
Beriwisata diantara asap |
Truck siap membuang sampah |
Soal peliut yang ia tiupkan itu, ia menjelaskan, “Dibawah
ada pemulung sampah. Jika tidak diberi tahu, tertimbulah dia.”
Dengan status sebagai pegawai honorer, ia memang dijanjikan
mendapatkan pesangon ketika masa kerjanya habis. Namun ia berharap, mendapatkan
status pegawai negeri. “Awak lebih suka mendapatkan pensiunan daripada
pesangon,” harapnya, warga Kelurahan Puhun Pintu Kabun, Bukittinggi itu. (Rizal
Bustami)
Lihat Panorama Baru di peta yang lebih besar
Subscribe to:
Posts (Atom)
-
LAPORAN PERJALANAN : Apa saja di Baduy ? Wisata Budaya dan Wisata Alam tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan. Sepanjang...
-
Saya baru-baru ini saja bisa mengendarai sepeda motor dalam arti sesungguhnya. Dengan kata lain, status pemula. Namun, dalam hitungan bulan,...