Monday, December 15, 2008

MOUNTAIN BIKE : Bersepada di Kebun Raya Cibodas

Ayo, Bersepeda di Kebun Raya Cibodas



Pedistaraian Kebun Raya Cibodas, memanjakan pengunju
ngnya. Menelusuri kebun raya yang terkenal di dunia ini, menjangkau seluruh kawasan. Hamparan rumput, pohon-pohon tua berlumut, koleksi tanamannya dapat dinikmati dengan jalan kaki, bahkan dengan kendaraan roda empat bagi orang pemalas. Menikmati keindahan Kebun Raya Cibodas dengan sepeda, perlu dicoba. Selain sehat, daya jelajah lebih luas dan lama tempuh lebih cepat. Selain itu, tentu akan mendapatkan suatu pengalaman pribadi yang mengesankan bagi keluarga. Memang di beberapa ruas jalan terdapat pendakian dan penurunan, namun tidak panjang. Ketika harus mendaki, sepeda bisa dituntun. Pengunjung yang hendak mencoba bersepeda di Kebun Raya Cibodas, tidak perlu repot-repot membawa sepeda. Di Pasar Wisata Cibodas, tersedia sepeda yang dapat disewa. Sepeda yang ditawarkan, jenis sepeda gunung - yang terjaga kuwalitasnya.

Sejarah Kebun Raya Cibodas
Didirikan pada tanggal 11 April 1852 oleh Johannes Ellias Teijsmann, seorang kurator Kebun Raya Bogor pada waktu itu, dengan nama Bergtuin te Tjibodas (Kebun Pegunungan Cibodas). Pada awalnya dimaksudkan sebagai tempat aklimatisasi jenis-jenis tumbuhan asal luar negeri yang mempunyai nilai penting dan ekonomi yang tinggi, salah satunya adalah Pohon Kina (Cinchona calisaya). Kemudian berkembang menjadi bagian dari Kebun Raya Bogor dengan nama Cabang Balai Kebun Raya Cibodas. Mulai tahun 2003 status Kebun Raya Cibodas menjadi lebih mandiri sebagai Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas di bawah Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor dalam kedeputian Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Lokasi Kebun Raya Cibodas-LIPI berada di Kaki Gunung Gede Pangrango pada ketinggian ± 1300-1425 dpl, dengan luas 125 ha yang berhawa sejuk dengan panorama indah, temperatur rata-rata 18° C, kelembaban 90% dan curah hujan per tahun 3380 mm. Hanya dengan 3 jam perjalanan dari Jakarta (± 100 km) dan 2,5 jam perjalanan dari Bandung (± 80 km), kebun dengan luas 125 ha ini akan menjadi tempat nyaman untuk beristirahat sambil menikmati keindahan berbagai jenis tumbuhan yang berasal dari Indonesia dan negara-negara lain. Sumber LIPI / Rizal Bustami / Foto : Krisna

Hubungi saja Kedai Kopi Cantigi di Pasar Wisata Cibodas, peminat akan mendapatkan pelayanan yang baik.





Monday, December 08, 2008

REDAKSI

Dari Redaksi

Blog atau Webs, merupakan media informasi, sifat dan tujuannya sama dengan media massa radio, televisi, kantor berita, surat kabar, majalah, tabloid, serta jurnal ilmiah. Yang membedakannya hanyalah bangunannya saja - perangkatnya.

Webs atau blog yang berbasis internet, telah melahirkan gelombang informasi yang hebat di "bundar"nya bumi ini. Cepat dan sesaat. Informasi apa saja bisa didapatkan dengan mengketik satu kata. Manusia yang "pembaca" menjadi lebih cepat mendapat kebutuhannya dibandingkan dengan media "konvensional".

Kehebatan lain dari media internet ini, siapa saja bisa membuat medianya sendiri, misalnya dengan blog - yang sudah tersedia. Kepintaran dan kebebasan menjadi mata pisau dua sisi yang sama-sama tajam keduanya. Pintar dengan ilmunya, pintar utak atik internet dan bebas menerbitkannya.

Melalui media internet, informasi bisa diterbitkan tanpa aling-aling. Tanpa aling-aling, misalnya, pornografi, cerita cabul, penghasutan dan rasis. Kepada siapa dimintai pertanggungjawaban terbitan-terbitan macam itu ? Penerbitnya anonim !

Kepada sidang pembacalah, kepada masyarakatlah tanggungjawab moral dan etika itu terpikulkan. Masyarakat sendirilah yang harus pandai-pandai menerima dan menolak.

Cantigi Peace, isinya dipertanggungjawabkan secara hukum, UU Pokok Pers , Kode Etik Jurnalistik dan Hak Hak Intelektual.

Pemimpin Redaksi :
Rizal Bustami

Redaksi :
Alfan Noviar
Alvien "Gimbal"
Krisna
Trides (Bukittinggi)

Alamat : Jalan Bratasena I,No.14,
Perumahan Indraprasta II,
Kotamadya Bogor,Jawa Barat

Kedai Kopi Cantigi : +2663512095

Mobile : 0815 1097 0668
Email : bungacantigi@yahoo.co.id


KULINER

RUBRIK MASAK MEMASAK

Cantigi Peace, akan menampilkan resep-resep makanan, trik memasak dan sifat bumbu. Bagi pembaca Cantigi Peace, diberikan halaman untuk memperkenalkan resep-resep makanan kebanggaan. Artikel harus disertai foto.

Friday, December 05, 2008

MOUNTAIN BIKE : Mega Mendung - Pondok Pemburu


JAGA STAMINA DI MEGA MENDUNG - PONDOK PEMBURU

Foto foto : kiriman.
Karena mereka nggak bisa nulis artikel, foto doang yang dikirim. Makanye, ajak gw. Ade penulis dan fotografer. Nggak mahal kok, honornya. Cukup ame bacang doang ! Ha,ha,ha........ !

Mereka ini adalah penggeos anti angkot. Dari Kota Bogor, mengayuh sepeda ke Pondok Pemburu.





Thursday, December 04, 2008

DAYAK

LEGENDA MANUSIA DAYAK


Meski profil masyarakat Dayak telah banyak diungkap lewat buku, kartu pos, film, maupun perangko, sesungguhnya masih lebih banyak lagi misterinya yang tak terungkap. Masyarakat Dayak telah ratusan tahun menghuni Kalimantan, berselaras dengan alamnya yang buas hingga mampu melahirkan peradaban yang sistimatis. Tapi, mampukah mereka bertahan menghadapi perubahan jaman ? 



PONDOK UDA IS

Uda Is, Beli Bukit untuk Bertani
Terobsesi menjadi petani, Uda Is mendirikan pondok di tengah hutan. Serius benar ia membangun tempat tinggal tersebut yang lengkap dengan pertanian di sebuah perbukitan di Situjuh Tungkal, Payakumbuh, Sumatera Barat. Semua kebutuhan pokok hidup sudah tersedia, kecuali garam dan minyak.
Di Jakarta Uda Is dikenal oleh selebritis dan kalangan atas sebagai pembaca masa depan, dimana pendapatnya dimintai untuk kesuksesan berkarir, mejabat, pangkat, berpolitik, mendapat jodoh sampai mencari ‘jam tangan’ yang hilang. Ia hidup dengan standar metropolitan. Lengkap dengan asoseries modern, seperti mobil terbaru, saluran selular, minum kopi di cafĂ©, makan malam di hotel berbintang. Jam tangan merk Bulgari dengan parfum bermerk serupa. Hobynya, hoby para raja, yaitu beternak kuda pacu. Tiga ekor kuda pacunya, sampai juara nasional. “Pada akhirnya kita semua harus kembali ke alam. Nyatanya, masyarakat desa yang dekat dengan alam, lebih tahan terhadap goncangan ekonomi. Makanya aku merintis hidup seperti itu,” kata Uda Is, di pondoknya. Seorang idealis kah dia ? Atau berperangai aneh ?

Berhuma Di atas Bukit
Ia bangun sebuah pondok di bukit berhutan rapat p
ada ketinggan 900 meter dari permukaan laut. Berhawa sejuk, bahkan mendekati dingin. Untuk mencapai pondoknya ia buat jalan sendiri. Panjang jalan 3. 5 km dengan lebar 1 meter meliuk – liuk mengikuti kontur perbukitan. Kalau berjalan kaki, membutuhkan waktu 2 jam baru sampai ke pondoknya. Sepanjang jalan dipayungi oleh hutan. Untuk memudahkan mencapainya, ia sediakan tiga buah sepeda motor trail. Pisik pondoknya tak berbeda dengan rumah para transmigran. Berdiri kokoh pas di lereng yang sudah diratakan. Seluruh bangunannya terbuat dari kayu. Balok, kaso dan papan dibiarkan apa adanya, tanpa penghalusan. Beratapkan seng, berlantai papan. Pondok dibagi tiga bagian. Bagian sayap kakan, berukuran besar untuk kamar tuan rumah dan kamar tamu. Bagian sayap kiri untuk para penjaga pondok. Sedangkan ruang satu lagi, berada di tengah – tengah, berfungsi sebagai dapur dan pemanas ruangan. Tidak ada ruang makan dan meja makan. Penggantinya berupa meja panjang dengan bangku panjang yang menghadap ke halaman. Air diambil dari mata air yang terdapat di lereng bukit. Air tersebut dialirkan menggunakan pompa berukuran besar. Ada bangunan lain yang berukuran kecil yang berfungsi sebagai rumah air. Penerangan menggunaknan pembangkit listrik. Di belakang pondok ditanami jagung dan singkong. Di halaman, menjuntai ketela. Ada sayur sawi, kol, terong, tomat, dan cabe serta tanaman lainnya. Di belakang pondoknya ia ternakkan ayam kampung. Sedangkan beras, dihasilkan dari sawah yang terletak di kaki bukit. Disamping itu, Uda Is menanami lahannya dengan durian, rambutan, mangga, jeruk, kopi dan kayu manis. Seperti yang dikatakan olehnya, garam saja yang didatangkan dari luar. Tidak ada kemewahan disini karena tiada perabot, televisi, tape recorder dan sebagainya. Kepada tamunya, ia seakan ‘memaksa’ orang untuk merasakan tinggal di rumah petani. Duduk – duduk di bangku panjang, baik siang maupun malam hari, terasa tak membosankan. Pandangan disini tak terhalang. Di sekitar pondok yang berhutan rapat itu, banyak ditemukan monyet dan siamang yang berbulu kemerah – merahan. Monyet – monyet tersebut keluar mencari makan padi sampai jam 10.00 dan sore sekitar jam 16.00. Binatang lainnya bisa disaksikan disini adalah berbagai jenis burung. Binatang tersebut dapat disaksikan dari pondok melalui teropong, atau mendekat sedikit di dalam hutan. Pondok tersebut tidak persis berada di puncak bukit. Puncak bukit berada sekitar 200 meter di atas pondok. Jalan juga buat. Di puncak bukit ada hellipad. Dari puncak bukit bisa terlihat samar – samar Danau Singkarak di bagian selatan. Ke utara, barat dan timur tampak dataran terhampar luas. Kota Payakumbuh dari sini jelas tampak. Beberapa kali hellikopter mendarat menjemputnya. Ke sinilah Uda Is membawa tamu – tamunya dengan sepeda motor trail untuk menikmati keindahan pemandangan. Oleh para remaja dan pelajar dari kota Payakumbuh, lokasi ini dijadikan sebagai tempat kemping. Ada cerita menyangkut pemburuan Tommy. Pondok Uda Is ini menjadi sasaran karena Tommy dikira bersembunyi di sini. Seorang pegawai Pemda Payakumbuh, sekampung dengan Uda Is, menceritakan bagaimana dirinya ditanyai macam – macam oleh intel soal Tommy. Sedangkan Uda Is saat itu ada di Jakarta. “Polisi mengada-ada. Aku tak kenal dengan Tommy,” kata Uda Is. Untuk berkomunikasi ke rumahnya, dilakukan dengan radio komunikasi. Baik di rumah maupun di pondok ia pasangi antena. Ketika bergerak di kawasan bukit, ia pergunakan radio HT. Selain itu, tentunya sangat penting baginya adalah berkomunikasi melalui saluran selular. Di sini sinyal diterima penuh.

Ingin Seperti Petani
Baru matahari terasa hangat ketika seorang lelaki datang menyandang bambu kering di bahunya. Ia baru saja keluar dari hutan membawa air nira yang diturunkan dari pohon enau. Nira terasa enak bila diminum ketika masih baru. Satu malam saja didiamakan, akan berubah rasanya menjadi tuak. Inilah hidangan keistimewaan dan kebanggannya. “Sedap, kan. Betul – betul baru dari pohon,” katanya. Uda Is dilahirkan di Setujuh Tungkar, Kecamatan Situjuh, Payakumbuh, Sumatera Barat 45 tahun lalu. Dari pernikahannya dengan Yusnimar, ia mempunyai tiga anak. Dua pria dan satu wanita. Anak pertama laki – laki, sekarang sedang duduk di bangku kuliah di Padang. Anak kedua kuliah di Jakarta. Sedangkan paling bontot, wanita, duduk di SMA. Setelah malanglang buana menuntut ilmu kebatinan, ia hijrah ke Jakarta. Di Jakarta kemudian dikenal sebagai paranormal kondang yang nasehatnya banyak dimintai. Gaya hidupnya tak ubahnya seperti selebriti. Oleh para pengusaha, sebentar – sebentar ia dibawa ke Malaysia, Singapura, Hongkong dan Australia. Untuk Apa ? Untuk dimintai pendapatnya soal prospek bisnis. Pendapatnya dan petunjuknya digunakan untuk langkah - langkah politik. Banyak orang yang mencarinya untuk dimintai bantuannya dalam menyesaikan berbagai masalah. Namun, ia tidak membuka praktek. Untuk bertemu dengannya, satu – satunya cara adalah menghubunginya dulu melalui nomor HP-nya. Ia mempunyai dua nomor HP. Satu nomor khusus untuk Jakarta, satu lagi untuk luar kota. Sedangkan nomor telepon rumahnya tidak pernah ia berikan kepada orang lain kecuali kepada orang dekatnya. Ia seperti ‘jual mahal’. Hanya atas refrensi tertentu ia menerima ‘pasien’. “Tidak akan aku perdagangkan kepandaianku. Aku hanya akan membantu orang – orang yang menurutku perlu bantuan. Tak peduli aku dia kaya atau miskin,” katanya. Soal membantu orang kecil, ada sebuah cerita darinya. Bagaimana ia mengeluarkan seorang pelacur dari rumah bordir di Jakarta sampai berumah tangga dan mempunyai anak. Ceritanya, si pelacur itu, mempunyai seorang pelanggan duda. Terhadap lelaki itu, di pelacur memperlakukannya secara khusus. Dia menyukai lelaki tersebut. Duda beranak dua itu bersifat cuek, kasar, keras kepala dan tak banyak bicara. Inilah, menurut si pelacur, lelaki yang bertanggungjawab terhadap keluarga dan bakal suskes hidupnya. Di mata si pelacur, lelaki tersebut bercerai dengan istrinya bukan karena kesalahannya, malainkan karena ketidakmampuan si istri memahami karakter suaminya. Pertemuan Uda Is dengan pelacur tersebut terjadi secara kebetulan di sebuah mal di Jakarta. Oleh dorongan batinnya, Uda Is menyapa perempuan tersebut dan mengajaknya berbicara. Dalam pertemuan – pertemuan berikutnya, sampailah cerita bahwa pelacur tersebut bertekad hendak menjadi istri bagi pelangganya itu. Mengapa harus lelaki itu ? tanya Uda Is. “Sudah banyak lelaki yang saya layani. Bahkan tak sedikit yang berlangganan dengan saya, tetapi dia yang saya layani dengan istimewa. Saya percaya, dia tidak menemukan lagi kenikmatan dari perempuan lain. Dia lelaki yang penuh tanggungjawab dan sukses hidupnya. Akan saya buat dia kaya,” katanya kepada Uda Is. Oleh Uda Is, diolahlah ‘perjodohan’ tersebut sehingga mereka menikah. Kini, kata Uda Is, mereka menjadi keluarga yang kaya dan sakinah. Mereka sudah naik haji satu kali dan dua kali umroh. Selain itu, mereka juga menyantuni anak – anak tanpa ayah. Satu lagi ucapan mantan pelacur tersebut yang selalu menjadi cerita klasik oleh Uda Is, adalah. “Uda Is”, kata mantan pelacur tersebut, “Melayani suami, dimulai dari membuatkan kopi atau teh untuknya. Sampai – sampai dia tidak menemukan kenikmatan teh atau kopi selain seduhan istrinya.” Sampai sekarang Uda Is masih berkomunikasi dengan wanita tersebut. Dari mantan pelacur tersebut, banyak pula pelajaran yang dipetik olehnya. Di kampungnya ia membuka peternakan sapi dan kambing. Untuk peternakan sapi saja, ia mempunyai lahan 40 ha di dua lokasi. Lahan tersebut ia tanami rumput gajah disamping durian unggul. Disamping itu, ia memiliki peternakan kuda pacu yang ia beri nama Situjuh Stable. Putri Situjuh dan Putra Situjuh adalah kuda – kuda pacunya yang pernah meraih juara nasional. Beberapa kudanya ia simpan di Gelanggang Pacuan Kuda Pulo Mas dan Sawangan Jakarta. Peternakan tersebut ia kelola secara modern. Beberapa pegawai mengurus pertenakannnya. Juga terdapat dokter hewan yang mengawasi kesehatan ternaknya. Peternakan sapi dan kambingnya sudah menghasilkan uang. Menjelang lebaran, sapi – sapi yang ia ternakkan ia lego ke pasar. Selain itu, ia memiliki sawah yang luas. Sawah – sawah produktif tersebut dikerjakan oleh penduduk dengan sistim bagi hasil. Uangnya banyak, tetapi tak ia simpan di bank karena katanya tidak satu pun bank Tiada masalah kecuali hama pengganggu tanaman. yang ia percayai. Lalu di bawah bantalkah ia menyimpan uangnya ? “Aku mempunyai brankas di rumah. Kemana – mana aku membawa uang tunai,” katanya. Lamunan sering membuahkan karya besar. Karena lamunan pulah akhirnya manusia bisa menjejakkan kakinya di bulan dan di dasar samudera. Demikian pula Uda Is yang suka melamunkan berumah di hutan. Betapa tenang hidup disana. Jauh dari hiruk pikuk kehidupan modern yang mendatangkan berbagai penyakit. Tiada masalah kecuali hama pengganggu tanaman. Kamampuannya membaca masa mendatang, pernah ia ramalkan akan terjadi peristiwa besar di Jakarta yang akan berkibat ke seluruh Indonesia. Akan terjadi krisis ekonomi dan politik yang berkepanjangan. Yang akan bertahan, katanya, adalah sektor tradisionil, seperti petani, peternak dan nelayan. Mereka inilah yang mampu swasembada. Ia patut – patutlah perbukitan yang memagari kampungnya itu. Bukit itu sendiri tidak berpenduduk, bahkan hampir tak terjamah. Selain curam, juga rapat hutannya. Ke bukit itu penduduk hanya mencari kayu dan mengambil hasil hutan seperti mancari madu, enau dan rotan. Ketika pertamakali idenya dilontarkan kepada istrinya, Yuiminar, dijawab, “Gila kamu.” Yusminar bukannya tak setuju. Baginya ide tersebut bisa diwujudkan dengan modal dan kemauan besar. Pada suatu hari Uda Is mengajak Yusnimar meninjau lokasi. Dengan merambah hutan, membawa pendamping dan bekal, Yusnimar terengah – engah mengikuti langkah suaminya sampai ke puncak bukit tersebut. Begitu berada di puncak bukit, mantaplah hati Uda Is dan Yusnimar. Mulailah Uda Is melakukan perkerjaan besar. Mula – mula ia lakukan pendekatan terhadap ninik mamak. Siapa pemilik tanah tersebut dan bagaimana cara membebaskannya. Ternyata perbukitan tersebut dimiliki oleh 400 orang dan luasnya 1200 ha. Pendek kata, pembebasan tanah lancar dilaksanakan pada tahun 1999. Begitu tanah dikuasai, Uda Is tak membuang – buang waktu lagi. Tahun itu juga jalan setapak diretas sampai ke puncak bukit. Bahan bangunan diusung. Dalam tempo tiga bulan, jalan dan pondok selesai. Selanjutnya adalah pekerjan membuka lahan pertanian. “Ratusan orang yang mengerjakannya. Di pondok inilah kelak aku menghabiskan masa tua,” terang Uda Is. Telah ia wujudkan cita – citanya dengan kemauan dan usaha yang keras. Pondok itu kini menjadi kebanggaannya. Banyak orang penting yang ia undang kesana. Diantanya yang sudah bermalam di pondoknya adalah Putu Arya Suta, mantan Ketua BPPN, Alex Bambang, Nia Daniati, dan sebagainya. Kalau ia pulang ke Payakumbuh, di pondok itulah ia sehari- hari. Dari sanalah pulalah ia ‘meneropong’ dan melakukan pendalaman batinnya. Dari pondok itu pulalah ia meledekin orang – orang Jakarta. Rizal Bustami / Foto : Agus Blues

WANITA WANITA HEBAT DUNIA

Sepuluh Wanita Hebat di Dunia *

Ternyata, Indira Gandhi adalah superwoman paling populer di milenium ke dua (s/d akhir 1999). Pamornya lebih tinggi dibanding wanita-wanita hebat Eropa semacam Margaret Thatcher, Ratu Elizabeth I, ataupun Joan of Arc.

Predikat “terhebat” disematkan kepada wanita India itu oleh para partisipan jajak pendapat yang digelar oleh BBC News Online. Urutan peringkat di bawah Indira adalah (2) Ratu Elizabeth I, (3) Ibu Theresa, (4) Marie Curie, (5) Margaret Thatcher, (6) Joan of Arc, (7) Emmeline Pankhurst, (8) Setiap wanita, (9) Aung San Suu Kyi, dan (10) Eleanor Roosevelt.
Sayangnya, poll ini tidak disertai data tentang siapa dan dari kalangan mana para pemilihnya. Juga, berapa jumlah suara yang didapat oleh masing-masing wanita super itu sehingga sangat diragukan keabsahannya. Namun demikian, tidak ada salahnya kita berkenalan kembali dengan sebagian dari mereka tanpa memusingkan kontroversi jajak pendapat tersebut. Bagaimanapun, Indira Gandhi, Thatcher, maupun Aung San Suu Kyi adalah wanita-wanita yang memberi inspirasi atau pengaruh sangat kuat bagi negara dan kaumnya di bidang masing-masing.

Indira Gandhi (1917-1984)
Inilah wanita terkuat Asia yang telah empat kali menduduki tampuk pemerintahan sebagai perdana menteri. Ia lahir dengan nama Indira Priyadarshani di Allahabad, 19 November 1917. Ia menjabat perdana menteri India pada periode 1966-1977 dan periode 1980-1984 sebelum akhirnya mati ditembak oleh pengawalnya sendiri.
Indira adalah anak tunggal keluarga tokoh besar Jawaharlal Nehru dengan Kamala. Kelahirannya sempat disambut ogah-ogahan oleh keluarga besarnya yang mengharapkan cucu lelaki. Dalam keyakinan orang-orang India, anak atau cucu pertama “seharusnya” lelaki. Namun, kakeknya, Motilal Nehru, menenangkan mereka dengan mengatakan, “Anak perempuan ini kelak akan lebih baik dari seribu anak lelaki.”
Indira pernah mengungkapkan bahwa di masa kecilnya dia merasa kesepian dan tidak aman. Bukan hanya karena kurang teman sebaya, tetapi juga karena ibunya yang sering sakit-sakitan itu tidak dapat secara penuh menjalankan perannya sebagai seorang ibu rumah tangga. Indira tumbuh di saat orang tua dan seluruh keluarganya, termasuk Mahatma Gandhi, sibuk berkecimpung di kancah gerakan nasional. Sekolahnya berpindah-pindah dan tidak sistimatis. Indira masih terlalu muda untuk memahami arti surat ayahnya yang datang dari penjara pada awal tahun 1930an (kemudian hari ditulis dalam buku Nehru’s Glimpses of World History). Hanya satu tahun saja di masa-masa itu Indira dapat menikmati enaknya berada dalam organisasi Shantiniketan yang didirikan Rabindranath Tagore, dan satu tahun saat kuliah pendek di Somerville College, Oxford.
Kembali dari Inggris, Indira merombak tradisi lama dengan menikahi seorang pemuda keturunan Persia, Feroze Gandhi, pada tahun 1942. Oleh kolonial Inggris, pasangan itu dipenjarakan secara terpisah di saat gencarnya kebangkitan gerakan Quit India. Setelah itu Indira dan Feroze menetap di Lucknow di mana dia melahirkan Rajiv dan Sanjay, tahun 1944 dan 1946.
Tahun 1946 Indira ditunjuk sebagai perdana menteri ad interim. Memang, lama sebelum akhirnya menjanda tahun 1960, Indira telah terlatih menjadi pembantu dan penasihat terdekat ayahnya, Jawaharlal Nehru, dalam mengatur dan memerintah negara.
Tahun 1955 Indira terpilih dalam Komite Kerja Kongres dan kemudian menjadi Presiden Partai Kongres di tahun 1959. Lima tahun kemudian, wanita bermata elang ini terpilih sebagai perdana menteri India. Banyak pihak yang berkomentar negatif atas terpilihnya Indira. Ia dianggap hanya boneka dari sebuah “sindikat” di jajaran kepemimpinan Partai Kongres.
Pemerintahan Indira Gandhi banyak diwarnai keputusan yang dianggap blunder, misalnya devaluasi mata uang rupee tanpa lebih dulu mempersiapkan keuangan dalam dan luar negerinya. Ia pun membuat miris banyak orang ketika memerintahkan penyerbuan sebuah kuil suci milik kaum Sikh di tahun 1984. Tentara-tentara suruhannya menewaskan 450 orang Sikh. Peristiwa ini dikenang sebagai Peristiwa Kuil Emas.
Pembantaian itulah yang juga mengakhiri riwayat Indira Gandhi. Ia tewas ditembak oleh pengawalnya sendiri, yang tidak lain adalah orang Sikh.

Joan of Arc (1412-1431)
Joan of Arc atau Jeanne d’Arc adalah salah satu bab paling heroik dalam sejarah Perang Ratusan Tahun antara Prancis dan Inggris. Ia seorang gadis anak petani di perbatasan Propinsi Champagne dan Lorraine. Masa kecilnya dihabiskan di ladang membantu ayahnya, sedangkan dari sang ibu ia mendapat pendidikan agama yang kuat serta ketrampilan mengurus rumah tangga.
Memasuki usia remaja, 12 tahun, Joan merasa mendapat wangsit dari orang-orang suci utusan Tuhan; St. Michael, St. Catherine, dan St. Margaret. Mereka mengabarkan bahwa sekaranglah saatnya bagi Joan untuk membebaskan negerinya dari cengkeraman Inggris dan membantu putra mahkota untuk merebut kembali tahta Kerajaan Prancis. Ketiga orang suci itu juga menyuruh Joan untuk memotong rambut panjangnya, mengenakan seragam tentara lelaki dan angkat senjata melawan Inggris.
Tahun 1492 Inggris dengan bantuan sekutunya Burgundi berhasil mencaplok Paris dan seluruh Perancis Utara mulai dari Loire. Perlawanan waktu itu sangat minim akibat kepemimpinan yang payah dan adanya perasaan putus asa di kalangan prajurit. Henry VI dari Inggris mengalahkan Perancis dan mengambil alih kerajaan.
Joan mendatangi kapten angkatan perang putra mahkota. Kepada sang kapten dan putra mahkota, Joan berjanji akan meraih kemenangan di bawah komandonya. Ia juga menceritakan mengenai “panggilan” para orang suci yang ia terima. Setelah melalui ujian oleh suatu badan yang terdiri dari sekelompok pemuka agama, Joan diberi pasukan dan diberi pangkat kapten.
Pada Perang Orleans bulan Mei 1429, Joan memimpin pasukannya dan secara mengejutkan, boleh dikata secara ajaib, berhasil mengalahkan Inggris. Dia melanjutkan peperangan melawan musuh di sepanjang perbatasan Loire. Kegagahan pasukan Joan membuat musuh ciut nyalinya. Mereka bertempur tak kenal takut, layaknya pasukan dari langit. Sehingga sewaktu dia mengincar pasukan Lord Talbot di Patay, kebanyakan pasukan Inggris dan Commander Sir John Fastolfe menyerah dalam pertempuran. Fastolfe kemudian dicap sebagai pengecut oleh atasannya. Walaupun Lord Talbot berhasil mempertahankan tanah kekuasaannya, dia kalah dalam pertempuran itu dan ditangkap bersama seratus bangsawan Inggris dan kehilangan 1800 tentara.
Charles VII kemudian diangkat menjadi raja Perancis pada tanggal 17 Juli 1429, di Katedral Reims. Pada saat pentahbisan raja, Joan mendapat tempat kehormatan setelah raja. Joan diberi penghargaan karena berjasa terhadap negerinya.
Pada tahun 1430, Joan tertangkap oleh pasukan Burgundi sewaktu mempertahankan Compeigne, dekat Paris, lalu dijual kepada Inggris. Pihak Inggris lantas menyerahkannya untuk diadili di pengadilan gereja Rouen yang dipimpin oleh Pierre Cauchon, seorang pendeta yang pro-Inggris di Beauvais. Joan dituntut dengan pasal sebagai tukang sihir dan melawan norma agama, melanggar hukum Tuhan, karena berpakaian lelaki. Joan memang belum juga menanggalkan penyamarannya sebagai lelaki sampai ketika ditangkap karena ia merasa belum mendapat wangsit untuk berganti pakaian. Selain itu, penyamaran tersebut dipertahankan juga untuk berjaga-jaga dari kemungkinan diperkosa oleh penjaga penjara. Joan tetap dinyatakan bersalah.
Setelah diinterogasi selama empat belas bulan, pada tanggal 30 Mei 1431, Joan of Arc si gadis petani yang gagah berani dan sangat berjasa itu dihukum bakar sampai mati di tengah pasar Rouen. Usianya baru menginjak 19 tahun ketika itu. Bagaimana dengan putra mahkota Charles VII yang pernah ditolongnya hingga mencapai singgasana Prancis? Raja itu tak melakukan apa pun untuk membebaskan gadis pahlawan itu.
Pada tahun 1456 dilakukan persidangan kedua. Joan dinyatakan tidak bersalah atas semua tuduhan yang ditimpakan padanya. Butuh waktu lebih dari empat ratus tahun untuk benar-benar “mensucikan” nama Joan. Tepatnya pada tahun 1920, Paus Benedict XV secara resmi memberinya gelar kehormatan.

Aung San Suu Kyi
Sebagaimana pendahulunya pemimpin Afrika Selatan, Nelson Mandela, Aung San Suu Kyi dikenal di mata dunia internasional sebagai simbol kepahlawanan dan perlawanan damai terhadap tindak kekerasan negara. Dia dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1991 saat masih berstatus tahanan rumah selama dua tahun yang kemudian diperpanjang menjadi enam tahun.
Aung San Suu Kyi, 53 tahun, adalah anak pemimpin nasionalis terakhir Myanmar, Jendral Aung San, jenderal yang memimpin perlawanan terhadap kolonialisme Inggris terhadap Myanmar (waktu itu masih bernama Birma). Perjuangan jenderal ini mencapai puncak pada saat berhasil memerdekakan Myanmar tahun 1948. Setelah menamatkan sekolah di Rangoon, Aung San Suu Kyi pindah dan tinggal di India, kemudian pindah lagi ke Inggris untuk kuliah.
Di Inggris inilah kemudian Suu Kyi bertemu dan menikah dengan Michael Aris, seorang akademisi Oxford University. Pria ini kelak banyak membantu sepak-terjang Suu Kyi karena merasa yakin perjuangan yang dilakukan istrinya adalah sebuah takdir. Sebelum menikah Suu Kyi memperingatkan Aris bahwa suatu saat dia harus dan pasti pulang ke Myanmar untuk membela bangsanya dari tirani. Aris mengerti dan berjanji tak akan menghalang-halangi perjuangan Suu Kyi.
“Sebelum menikah saya berjanji pada istri saya bahwa saya tidak akan pernah berdiri di antara istri saya dan negerinya,” kata Aris berjanji.
Perjuangan Suu Kyi mulai kelihatan dalam percaturan politik sejak kembali dari Inggris tahun 1988 bersama suami dan dua anaknya. Nama Suu Kyi cepat terangkat. Dia kemudian menjadi pemimpin gerakan pro-demokrasi setelah terjadi represi brutal militer pada kelompok pro-demokrasi di pertengahan tahun 1988 itu. Gerakan ini dengan segera berganti menjadi partai politik dan menang mayoritas dengan 82 persen suara pada pemilihan umum 1990. Sementera Suu Kyi masih dalam status tahanan rumah untuk masa satu tahun lagi. Rezim militer, bagaimanapun, menolak mengakui kemenangan orang sipil itu, apalagi menyerahkan kekuasaan. Suu Kyi semakin ditekan, demikian pula partainya. Tindakan sewenang-wenang itu mengundang reaksi keras dari dalam negeri dan dunia internasional.
Martin Smith, seorang penulis Myanmar, memberi alasan mengapa Suu Kyi bisa dengan mudah dan secara alami menjadi pemimpin, “Ayahnya adalah pendiri gerakan demokratik. Sehingga Suu Kyi mempunyai silsilah untuk mewarisi tradisi kepemimpinan. Tetapi, tentu yang paling menentukan adalah kemampuan dirinya. Kemampuannya berbicara di depan umum yang menyuarakan demokrasi dan perubahan di Myanmar.”
Perjuangan tanpa kekerasan Suu Kyi banyak diilhami oleh perjuangan hak-hak sipil Martin Luther King di Amerika dan Mahatma Gandhi di India.
Tahun 1995 Suu Kyi dilepas dari tahanan rumah. Namun, secara de facto, kebebasannya untuk bergerak dan berbicara tetap dikekang. Kekerasan terhadap kaum pro-demokrasi pun terus berlanjut seperti yang terjadi di sebagian kecil negara tetangga. Segigih apa pun militer menangkalnya, wanita ramping ini ternyata lebih gigih sampai sekarang. Ia terus berjuang melawan kekuatan senjata.

Margaret Thatcher
Margaret Thatcher adalah perdana menteri wanita pertama di Kerajaan Inggris. Posisi itu dipertahankannya selama tiga periode (1979-1990), meninggalkan banyak kenangan dan catatan sejarah di pergaulan internasional. Terlahir dengan nama Margaret Hilda Roberts di Grantham, Inggris, 13 Oktober 1925, anak kedua dari seorang grosir sayur-mayur dan penjahit pakaian.
Selain cantik, Margaret cemerlang sejak muda. Ia meraih gelar sarjana dalam ilmu kimia di Sommerville College dan gelar Master of Art dari Universitas Oxford. Tahun 1950 ia bekerja sebagai tenaga ahli riset kimia dan kemudian menikah dengan Denis Thatcher. Dua tahun kemudian ia “menyeberang” profesi menjadi jaksa dengan spesialisasi hukum perpajakan. Langkahnya semakin tak terbendung di bidang politik. Tahun 1959 Margaret terpilih duduk di Majelis Rendah parlemen Inggris. Dari tahun 1970 sampai 1974, dia menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan, di mana dia melancarkan serangkaian protes terhadap penghapusan pembagian susu gratis di sekolah-sekolah.
Setelah kubu Konservatif kalah pada tahun 1974, dia menantang Heath (Richard George) yang menjadi perdana menteri sebelumnya untuk menduduki kursi ketua partai (sekaligus pemimpin oposisi). Margaret berhasil menduduki posisi ini pada tahun 1975. Empat tahun kemudian Margaret membawa partainya pada kemenangan dan ia menjadi perdana menteri wanita pertama di Inggris. Komitmennya waktu itu menyembuhkan kemunduran ekonomi Inggris dan mengurangi kekuasaan pemerintah.
Tahun 1982 pasukan Argentina menduduki daerah sekitar Pulau Falkland (Argentina menyebutnya Kepulauan Malvinas), daerah kepulauan yang oleh kedua negara diklaim sebagai wilayah kekuasaannya. Pemerintahan di bawah PM Margaret Thatcher mengirim pasukan untuk merebut Falkland dan berhasil mengalahkan pasukan Argentina.
Didukung kesuksesan politik Pulau Falkland-nya, Thatcher memimpin kubu konservatif dengan menyapu bersih suara pada pemilihan di parlemen dan meraih kemenangan Juni 1983, dengan kebijakan mengentaskan pengangguran. Masalah ini telah menjadi momok yang paling menghantui Inggris selama lebih dari 50 tahun sebelumnya. Margaret juga mendapat dukungan dengan rencana kebijakan privatisasinya. Maka, untuk ke dua kalinya, Margaret yang mendapat julukan “wanita besi” terpilih kembali memimpin kerajaan Inggris sebagai pedana menteri.
Oktober 1984, tentara pejuang Republik Irlandia Utara menanam bom di Brighton’s Grand Hotel. Bom itu meledak dan nyaris menewaskan si wanita besi ini. Untunglah dia selamat. Daya tahan Margaret memang luar biasa; baik secara fisik maupun mental. Terbukti, tiga tahun kemudian ia lagi-lagi menang pemilu dan bertahan di posisi perdana menteri.
Selama tahun-tahun Thatcher menjabat perdana menteri, pengangguran meningkat dua kali lipat pada tahun pertama kepemimpinannya. Dia kemudian memperkenalkan ‘skema tunjangan usaha’; proyek untuk merangkul kaum pengangguran. Tapi, alih-alih terbentuk gabungan pengusaha muda dari proyek ini, malah Margaret dipersalahkan karena tidak terjadi perubahan berarti. Meski telah dijanjikan bahwa setiap penganggur yang ikut dalam proyek ini akan menerima 40 pound seminggu, proyek ini tidak berjalan.
Pada periode kedua pemerintahannya, popularitas Margaret menurun tajam dengan perbandingan 26 persen (puas), melawan 70 persen (tidak puas). Berarti dia bukanlah pemimpin yang populer lagi. Keputusannya untuk menggolkan peningkatan pajak masyarakat ditentang habis-habisan oleh publik. Selain itu manuver politiknya ini menghilangkan dukungan dari sebagian anggota partai konservatif sendiri. Demonstrasi anti pemberlakuan peningkatan pajak terbesar terjadi pada 31 Oktober 1990. Massa dengan jumlah sangat besar berdemontrasi di Trafalgar Square, dihadiri banyak sekali pemilih dari kelas menengah, juga pemrotes tetap kubu konservatif, yang akhirnya berbuntut keributan fisik.
Para menteri kemudian mulai memikirkan kebijakan yang merupakan kebalikan dari apa yang dilakukan Margaret. Jelas ini merupakan bendera kekalahan bagi Margaret. Karier politiknya sudah tak mungkin kembali lagi. Dalam kerusuhan antipeningkatan pajak yang baru lalu itu, Margaret kehilangan dukungan konselornya, Nigel Lawson, dan mulai kehilangan kontak dengan partainya. Nigel Lawson mengundurkan diri pada 26 Oktober 1989 sebagai protes atas kebijakan Margaret yang tetap mempertahankan penasehat ekonominya Sir Alan Walters. Sir Alan waktu itu banyak sekali berselisih paham dengan kebijakan konselor Lawson yang menyarankan agar poundsterling Inggris tetap membayangi kebijakan mata uang Jerman, Deutschmark.
Periode pemerintahan 1985-1988 ditandai dengan pertumbuhan yang kuat, tapi pada 1990an, ekonomi Inggris mengalami resesi. Menghadapi musim gugur 1990, hasil jajak pendapat yang bernilai minus bagi Margaret banyak dibicarakan oleh teman-teman Margaret.
Karuan saja tersebar isu yang menyatakan bahwa Margaret akan mengakhiri karier polotiknya dan melebarkan jalan bagi teman-temannya separtai di parlemen untuk memilih pemimpin baru. Isu ini masih sering diperdebatkan sampai sekarang di kubu Konservatif. Menambah isu sebelumnya, di awal 1990 tercatat Margaret sebagai pemimpin negara di Eropa yang paling keras menentang penyatuan mata uang Eropa di bawah Uni Eropa dengan mata uang Euro.
Semua itu dilalui dan dilakukan oleh Margaret dengan kekerasan hati dan ketegaran yang luar biasa. Tidak heran jika ia dijuluki “wanita besi”. Dan hanya seorang berhati besi yang bisa memimpin Kerajaan Inggris. Margaret Thatcher orangnya.

Emmeline Pankhurst
Jika saja Emmeline Pankhurst tidak keras kepala, mungkin wanita jaman sekarang tidak akan pernah masuk ke kotak pemilu. Suara wanita hanya akan terdengar di dapur saat memanggil tukang susu atau ketika memarahi anak-anaknya yang nakal. Perjuangan Emmeline yang sudah kenyang keluar-masuk penjara membuat suara wanita menjadi unsur paling menentukan bagi partai politik di seluruh dunia untuk memenangkan pemilu.
Wanita Inggris keturunan Victoria ini lahir di kota Manchester pada tanggal 14 Juli 1858 dengan nama Emmeline Goulden. Di masa kecilnya, ia banyak membaca buku seperti Uncle Tom’s Cabin, karya-karya John Bunyan, dan bacaan mengenai kaum pejuang di Inggris. Ayahnya adalah seorang yang terbuka, teatrikal, dan sering memperagakan berbagai karakter teater di hadapan keluarganya. Dari ayahnya ini Emmeline banyak belajar teknik-teknik berpidato yang penuh semangat dan bisa mempengaruhi orang.
Emmeline menikah dengan seorang pengacara cemerlang Richard Pankhurst. Waktu itu Emmeline berumur 20 tahun dan Richard 40 tahun. Kawin dengan seorang pengacara membuat pemikiran Emmeline berkembang pesat, terbuka, dan mempunyai kesadaran baru. Emmeline melahirkan lima anak, tetapi dua anak lelakinya meninggal waktu kecil. Dan ketika kematian mendadak menimpa suaminya tahun 1898, Emmeline terpaksa harus hidup sendiri dengan anak-anak yang masih kecil.
Keberhasilannya bertahan sebagai orangtua tunggal, menghilangkan rasa takut terhadap sistem masyarakat yang selama ini dipendamnya. Seperti negara-negara kerajaan lainnya, kehidupan bernegara di Inggris masih sangat feodal. Mungkin sudah watak orang Victoria untuk tidak tunduk begitu saja pada sebuah aturan sehingga Emmeline merasa peraturan itu harus dirombak.
Bersama anak perempuannya Christabel, Emmeline mengawali perjuangannya dengan mendirikan Serikat Sosial Politik Wanita pada tahun 1903. Perjuangan ini baru intensif tahun 1905 setelah Emmeline mengadopsi lebih banyak lagi pemikiran-pemikiran dari Revolusi Perancis. Perjuangan ini mengandalkan simbol dan rasa simpati. Mereka memberi selamat pada setiap orang yang baru keluar penjara. Mereka melakukan protes dengan menyematkan setangkai bunga di baju setiap orang yang lalu-lalang.
Di masa perjuangannya, Emmeline dijuluki agitator oleh penguasa; bukan karena dia seorang kriminal, tapi lebih karena semangat kepemimpinannya. Lobi-lobi politik yang dilancarkan Emmeline menyentuh seluruh lapisan masyarakat wanita. Hasilnya, gelombang protes pada penguasa bertambah marak dan sempat menghangatkan Inggris selama selang 1905-1914.
Respon dari polisi dan hakim terhadap gelombang protes cenderung berlebihan. Penjara wanita penuh oleh pemrotes. Setiap mengeluarkan penyataan protes, Emmeline langsung ditangkap dan dipenjara. Di tahun 1912 saja, di usianya yang sudah 54 tahun, Emmeline sampai dua belas kali keluar-masuk penjara.
“Militansi yang dilakukan pria telah menumpahkan darah di mana-mana. Tetapi, militansi wanita tidak menghilangkan jiwa, malah menyelamatkannya. Tak ada alasan untuk menentang persamaan hak wanita,” kata Emmeline dalam pernyataannya yang memukul balik pemerintah yang serba laki-laki waktu itu.
Tahun 1914 Emmeline mengalihkan perjuangannya untuk membantu Inggris dalam Perang Dunia I. Empat tahun kemudian perjuangannya membuahkan hasil. Wanita di atas usia 30 tahun dinyatakan berhak untuk memilih. Tapi usia 30 oleh Emmeline dirasa terlalu tua. Di usia itu wanita cenderung sudah tidak produktif lagi. Perjuangannya berlanjut hingga akhirnya wanita Inggris boleh memilih pada usia yang lebih muda lagi yaitu 21 tahun, bersamaan dengan meninggalnya Emmeline pada 14 Juni 1928.
Perjuangan Emmeline telah mengubah tatanan pemilihan umum hampir di seluruh dunia. Bahkan Amerika Serikat sudah mengadopsi pemikiran Emmiline lebih dulu dengan dibolehkannya wanita memilih pada pemilu 1920. Semenjak itulah, bilik-bilik pemilu tidak melulu dipenuhi kaum lelaki, tetapi juga oleh ibu-ibu dan wanita dewasa di seluruh dunia. Seharusnya para politisi lelaki tahu sejak dulu bahwa jumlah wanita memang lebih banyak dari pria. Butuh seorang Emmeline Pankhurst untuk membuat kita sadar.

Memang, sebetulnya bukan hanya sepuluh wanita itu saja yang pantas terpilih dalam jajak pendapat BBC News Online. Begitu banyak wanita di belahan dunia yang menunjukkan pengaruh dan inspirasi bagi kehidupan bangsa dan kaumnya; Megawati, Cut Nya Din, sampai Marsinah yang hingga kini masih menyisakan simpati besar.
Dedi A./dari berbagai sumber/w@hyu
* Artikel ini pernah diterbitkan di Majalah Swara Cantika

WANITA WANITA UTAMA ACEH

Dari Seorang Istri, Panglima Perang sampai Ratu
Di Matangkuli, Kecamatan Minye Tujoh, Aceh Utara, terdapat sebuah makam kuno yang pada nisannya bertuliskan Arab dan Jawa Kuno. Dituliskan di nisan itu, orang yang dimakamkan adalah Ratu Ilah Nur yang meninggal tahun 1365. Siapa Ilah Nur ? Ilah Nur adalah seorang Ratu yang memerintah Kerajaan Pasai. Keterangan itu juga dapat diperoleh di kitab Negara Kartagama tulisan Prapanca. Disebutkan, Samudera Pasai merupakan daerah yang ditaklukkan oleh Hayam Wuruk, dengan Patihnya Gajah Mada. Buku Hikayat Raja raja Pasai juga menyebutkan tentang kekuasaan Majapahit terhadap Pasai. Setelah segala sesuatunya diatur di Pasai, laskar Majapahit kembali ke Jawa. Namun, sebelum kembali, pembesar-pembesar Majapahit mengangkat seorang Raja, yaitu Ratu Nur Ilah. Ratu Nur Ilah merupakan keturunan Sultan Malikuzzahir. Tidak banyak keterangan yang didapatkan oleh peneliti tentang masa pemerintahan Ratu Ilah Nur ini.
Perempuan Aceh memang luar biasa. Mereka mampu mensejajarkan diri dengan kaum pria. Bahkan, pekerjaan peperangan pun, yang biasanya seluruhnya dilakukan oleh kaum pria, diterjuninya pula. Mereka menjadi panglima, memimpin ribuan laskar di hutan dan di gunung-gunung. Bahkan ada laskar wanita yang disebut Inong Bale. Mereka ini para janda yang menuntut kematian suaminya. Para perempuan Aceh berani meminta cerai dari suaminya bila suaminya berpaling muka kepada Belanda. Kaum pria Aceh pun bersikap sportif. Mereka dengan lapang hati memberikan sebuah jabatan tertinggi dan rela pula menjadi anak buahnya. Diantaranya mereka yang amat dikenal bahkan melegenda, seperti Cut Nayk Dien, Laksamana Kumalahayati, dan sebagainya.
Beberapa preode, Kerajaan Aceh Besar yang berdaulat, pernah dipimpin oleh perempuan. Selain Ratu Nur diatas, ada Sultanah Safiatuddin Syah, Ratu Inayat Zakiatuddin Syah, Sultanah Nurul Alam Naqiatuddin Syah dan Ratu Nahrasiyah. Sementara yang terjun ke medan pertempuran, ada Laksamana Malahayati, Cut Nyak Dien, Cut Meutia, Pocut Baren dan Pocut Meurah Intan. Ada pula yang menjadi ullebalang (penguasa lokal). Diantara panglima-panglima tersebut, yang banyak disebut-sebut oleh pendatang Barat adalah Laksamana Malahayati. Mereka ini oleh peneliti barat disejajarkan dengan Semiramis, Permaisuri Raja Babilon dan Katherina II Kaisar Rusia.
Dalam konteks sebuah ide, sebuah perjuangan, sebuah cita-cita, emansipasi di Aceh ketika itu tidak pernah ada dalam agenda perjuangan perempuan. Perjuangan mereka adalah bagaimana melepaskan belunggu penjajahan dan mengusir para pendatang yang hendak menguasai negerianya. Ketika para perempuan Aceh menjadi ratu dan menjadi panglima perang, Aceh adalah sebuah negara berdaulat. Emansipasi baru menjadi sebuah agenda kaum perempuan dan dibicarakan di Pulau Jawa setelah tersentak oleh pemberontakan yang dilakukan oleh R.A. Kartini.

Ratu Nahrasiyah

Dr. C. Snouck Hurgronje terkagum-kagum menyaksikan sebuah makam yang demikian indah di situs purbakala Ker
ajaan Samudera Pasai di Aceh Utara. Makam yang terbuat dari pualam itu, merupakan makam yang terindah di Asia Tenggara. Makam yang dihiasai dengan ayat – ayat Quran tersebut, adalah makam seorang raja perempuan bernama Nahrasiyah. Ratu tersebut tentu seorang raja yang besar, terbukti dari hiasan makamnya yang sangat istimewa. Ratu merupakan putri Sultan Zain al-Abidin. Sayang, sedikit sekali sumber sejarah tentang dirinya - yang memerintah lebih dari 20 tahun. Kerajaan Samudera Pasai senantiasa mengeluarkan mata uang emas. Namun, kepunyaan Ratu sampai saat ini belum ditemukan. Sementara itu, dirham ayahnya ditemukan - dimana disisi depan mata uang tersebut tercantum “Zainal Abidin Malik az-Zahir”. Nama Sultan Zain al-Abidin dalam berita–berita Tiongkok dikenal dengan Tsai-nu-li-a-ting-ki. Kronika Dinasti Ming (1368-1643) menyebutkan, Raja ini mengirimkan utusan-utusannya yang ditemani oleh sida-sida China, Yin Ching kepada mahararaja China, Ch’engtsu (1403-1424). Maharaja China kemudian mengeluarkan dekrit pengangkatannya sebagai Raja Samudera dan memberikan sebuah cap kerajaan dan pakaian kerajaan. Pada tahun 1415 Laksamana Cheng Ho dengan armadanya datang mengunjungi Kerajaan Samudea. Diceritakan, Sekandar, kemanakan suami kedua Ratu, bersama pengikutnya, merampok Cheng Ho. Serdadu–serdadu China dan Ratu Kerajaan Samudera dapat mengalahkan Sekandar. Ia ditanggap lalu dibawa ke Tiongkok untuk dijatuhi hukuman mati. Ratu yang dimaksud dalam berita China itu tidak lain adalah Ratu Nahrasiyah.

Sultanah Safiatuddin Syah (1641-1675)

Bersyukur bahwa catatan tentang Sultanah Safiatuddin Syah cukup banyak sehingga dapat memberikan gambaran yang memadai mengenai kepemimpinannya. Aceh Darussalam merupakan sebuah kerajaan yang berdaulat. Syafiatuddin Syah yang lahir tahun 1612, anak tertua Sultan Iskandar Muda. Puteri Syafiatuddin tumbuh menjadi gadis yang rupawan, cerdas dan berpengetahuan. Setelah dewasa, dia dinikahkan oleh ayahnya dengan Iskandar Thani, putera Sultan Pahang yang dibawa ke Aceh setelah dikalahkan oleh Sultan Iskandar Muda. Tahun 1636, Sultan Iskandar Muda meninggal. Menantunya lalu diangkat menjadi Sultan Aceh. Lima tahun memerintah, ia meninggal (15 Ferbruari 1642) tanpa memberikan keturunan. Tiga hari setelah berkabung, para pembesar kerajaan sepakat mengangkat sang permaisuri menjadi raja. Namun, menjelang penobatannya, muncul pertentangan. Ada dua alasan. Pertama Sultan Iskandar Thani tidak berputra dan kedua, soal kelayakan perempuan menjadi raja. Persoalan tersebut diserahkan kepada ulama senior yang sangat berpengaruh saat itu, yaitu Teungku Abdurrauf dari Singkel. Ia menyarankan pemisahan urusan agama dengan urusan pemerintahan. Dari sudut adat dan hukum Islam, Syafiatuddin memenuhi sarat sebagai pemimpin. Selain itu, Syafiatuddin memiliki kecerdasan dan pengetahuan yang cukup. Para ulama juga mengeluarkan fatwa, bahwa urusan agama dan negara harus dipisahkan sepanjang keduanya tidak saling bertentangan.
Sultanah Safiatuddin Syah memerintah selama 35 tahun (1641- 1675). Inilah masa-masa yang paling sulit karena situasi Malaka saat itu sedang panas dengan adanya perseteruan VOC dengan Potugis merebut pengaruh sehingga sang ratu tidak bisa terhindar darinya karena Aceh merupakan pusat dagang utama. Sultanah sangat memperhatikan pengendalian pemerintahan, pendidikan, keagamaan dan perekonomian. Namun, agak mengabaikan soal kemeliteran. Pada tahun 1668, misalnya, ia mengutus ulama-ulama Aceh ke negeri Siam untuk menyebarkan agama Islam. Sebagaimana ayahnya, ia pun sangat mendorong para ulama dan cerdik pandai mengembangkan ilmu pengetahuan dengan mensponsori penulisan buku-buku ilmu pengetahuan dan keagamaan. Dalam ekonomi, ia menerbitkan mata uang mas dan menerapkan cukai bagi pedagang asing yang berdagang di Aceh. Dalam urusan kenegaraan, ia membentuk dua lembaga pemerintahan, yaitu Balai Laksamana (Angkatan Perang yang dikepalai oleh seorang Laksamana) dan Balai Fardah (Lembaga yang mengatur keuangan kerajaan seperti pemugutan cukai dan mengeluarkan mata uang). Selain itu, Sultanah membentuk lembaga tempat bermusyawarah, yaitu Balairungsari (institusi yang terdiri empat uleebalang besar Aceh), Balai Gadeng (beranggotakan 22 ulama besar Aceh), Balai Mejelis Mahkamah Rakyat (semacam DPR yang beranggotakan 73 orang yang mewakili daerah pemukiman). Yang menarik adalah, diantara 73 anggota dewan tersebut, terdapat sejumlah wanita. Ia adalah seorang raja besar yang sangat dihormati oleh rakyatnya dan disegani oleh negara asing (Belanda, Portugis, Inggris, India dan Arab). Ia meninggal 23 Oktober 1675. Oleh penurusnya, Sultanah Safiauddin Syah tetap dihormati dengan mencantumkan namanya Sultanah pada setempel / segel kerajaan. Selanjutnya, kerajaan diperintah oleh Naqiatuddin dengan gelar Sri Sultan Nurul-Alam Naqiatuddin Syah.

Sultanah Nurul Alam Naqiatuddin Syah
Sultanah Naqiatuddin adalah puteri Malik Radiat Syah. Hal penting dan funamental yang dilakukan oleh Naqiatuddin pada masa pemerintahannya adalah melukakan perubahan terhadap Undang Undang Dasar Kerajaan Aceh dan Adat Meukuta Alam. Aceh dibentuk menjadi tiga federasi
yang disebut Tiga Sagi (lhee sagoe). Pemimpin Sagi disebut Panglima Sagi. Maksud dari pemerintahan macam ini agar birokrasi tersentralisasi dengan - menyerahkan urusan pemerintahan dalam kenegarian-kenegarian yang terbagi Tiga Sagi itu. Namun, setiap Sagi tidak berarti melakukan pemerintahan sendiri-sendiri. Untuk situasi sekarang, sistim pemerintahan Kerajaan Aceh dulu sama dengan otonomi daerah. Sultanah juga menyempurnakan Adat Meukuta Alam yang dulu dirancang oleh Sultan Iskandar Muda. Hal lain yang dilakuakan oleh Sultanah adalah mengeluarkan mata uang mas. Masa pemerintahannya yang singkat (1675-1678), memang tidak ada prestasi besar yang dicapainya. Bebarapa peristiwa besar dialaminya, terbakarnya Mesjid Raya Baiturrachman dan Istana yang banyak menyimpan kekayaan emas dan perhiasan.

Ratu Inayat Zakiatuddin Syah

Naqiatuddin
Syah meninggal, digantikan oleh Inayat Zakiatuddin Syah. Menurut orang Inggris yang mengunjunginya tahun 1684, usianya ketika itu sekitar 40 tahun. Ia digambarkan sebagai orang bertubuh tegap dan suaranya lantang. Pada masa pemeritahannya, Aceh mendapatkan kunjungan dari Inggris yang hendak membangun sebuah benteng pertahanan guna melindungi kepentingan dagangnya. Ratu menolaknya dengan mengatakan, Inggris boleh berdagang, tetapi tidak dizinkan mempunyai benteng sendiri. Tentu Ratu tahu apa maksud dari benteng yang dipersenjatai itu. Tamu lainnya adalah kedatangan utusan dari Mekkah. Tamu tersebut bernama El. Hajj Yusuf E. Qodri yang diutus oleh Raja Syarif Barakat yang datang tahun 1683. Dari utusan tersebut Ratu menerima sejumlah hadiah. Sekembali ke Mekkah, utusan melaporkan kepada Raja Syarif betapa baik dan sempurnanya pemerintahan Ratu Kerajaan Aceh yang rakyatnya taat memeluk Islam. Sama halnya dengan dua ratu sebelumnya, Zakiatuddin Syah mengeluarkan mata uang sendiri. Ratu meninggal 3 Oktober 1688 lalu digantikan oleh Kamalat Zainatuddin Syah.

Ratu Kamalat Zainatuddin Syah

Silsilah ratu ini tidak banyak diketahui. Ada dua versi tentang asal usulnya. Perkiraan pertama ia anak angkat Ratu Sultanah Safiatuddin Syah dan lain pihak mengatakan ia adik Ratu Zakiatuddin Syah. Yang jelas, Ratu Zakiatuddin Syah berasal dari keluarga-keluarga Sultan Aceh juga.
Pada masa Kamalat Syah bertahta, para pembesar kerajaan terpecah dalam dua pendirian. Golongan orang kaya bersatu dengan golongan agama menginginkan kaum pria kembali menjadi Sultan. Kelompok yang tetap menginginkan wanita menjadi raja adalah Panglima Sagi. Perbedaan pendapat itu sebetulnya bukan sesuatu yang baru dan pernah menimbulkan kontak senjata. Namun, kemudian kedudukan Kamalat Syah tidak dapat lagi dipertahankan setelah para ulama meminta pendapat dari Qadhi Malikul Adil dari Mekkah. Dalam surat balasannya, Malikul Adil menyatakan bahwa kedudukan wanita sebagai raja bertentangan dengan syariat Islam. Ia turun tahta pada bulan Oktober 1699. Pada masa pemerintahannya, ia mendapatkan kunjugan dari Persatuan Dagang Perancis dan serikat dagang Inggris East Indian Company. Ia sempat pula mengeluarkan mata uang mas.

Laksamana Malahayati
Wanita Aceh yang satu ini bukanlah pendekar komik dari negeri antah barantah. Ia benar-benar ada. Keumalahayati namanya. Ia seorang Laksamana (Panglima Perang) Kerajaan Aceh. Malahayati merupakan figur yang banyak muncul dalam cacatan penulis asing dan bangsa Indonesia sendiri. Malahayati menjadi Panglima Angkatan Perang kerajaan Aceh pada masa pemerintahan Sultan Al Mukammil (1589-1604). Ia mendapat kepercayaan menjadi orang nomor satu dalam meliter dari sultan karena keberhasilannya memimpin pasukan wanita.
Ia berasal dari keturunan sultan. Ayahnya, Mahmud Syah, seorang laksamana. Kakeknya dari garis ayahnya, juga seorang laksamana bernama Muhammad Said Syah, putra Sultan Salahuddin Syah yang memerintah tahun 1530-1539. Sultan Salahhuddin sendiri putera Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah (1513-1530) pendiri kerajaan Aceh Darussalam. Dilihat dari asal keturunannya, darah meliter berasal dari kakeknya. Pembentukan pasukan wanita yang semuanya janda yang disebut Armada Inong Bale itu merupakan ide Malahayati. Maksud dari pembentukan pasukan wanita tersebut, agar para janda tersebut dapat menuntut balas kematian suaminya. Pasukan ini mempunyai benteng pertahahanan. Sisa–sisa pangkalan Bale Inong masih ada di Teluk Kreung Raya.
John Davis, seorang berkebangsaan Inggris, nahkoda kapal Belanda yang mengunjungi Kerajaan Aceh pada masa Malahayati menjadi laksamana, melaporkan, Kerajaan Aceh pada masa itu mempunyai perlengkapan armada laut terdiri dari 100 buah kapal perang, diantaranya ada yang berkapasitas 400-500 penumpang. Ketika itu Kerajaan Aceh memiliki angkatan perang yang kuat. Selain memiliki armada laut, di darat ada pasukan gajah. Kapal-kapal tersebut bahkan juga ditempatkan di berbagai tempat kekuasaan Aceh. Kekuatan Keumalahayati mendapat ujian ketika terjadi kontak senjata antara Aceh dengan pihak Belanda. Pada tanggal 21 Juni 1599, dua kapal Belanda yang dipimpin dua bersaudara Coernelis de Houtman dan Federick de Houtman berlabuh dengan tenang di Aceh. Karena mendapat hasutan dari Portugis, Laksamana Malahayati menyerang kedua kapal tersebut. Dalam penyerangan itu, Cornelis de Houtman dan beberapa anak buahnya terbunuh. Sedangkan Federick de Houtman ditawan dan dijebloskan ke tahanan Kerajaan Aceh. Sesuatu yang menggegerkan bangsa Eropa dan terutama Belanda - sekaligus menunjukkan kewibawaan Laksamana Keumalahayati ketika Mahkamah Amstredam menjatuhkan hukuman denda kepada van Caerden sebesar 50.000 gulden yang harus dibayarkan kepada Aceh. Uang sejumlah itu benar-benar dibayarkan kepada yang berhak. Bayar denda tersebut adalah buntut tindakan Paulus van Caerden ketika datang ke Aceh menggunakan dua kapal menenggelamkan kapal dagang Aceh serta merampas muatan lada lalu pergi meninggalkan Aceh. Peristiwa penting lainnya selama Malahayati menjadi Laksama adalah ketika ia mengirim tiga utusan ke Belanda, yaitu Abdoelhamid, Sri Muhammad dan Mir Hasan ke Belanda. Ketiganya merupakan duta-duta pertama dari sebuah kerajaan di Asia yang mengunjungi negeri Belanda. Banyak cacatan orang asing tentang Malahayati. Kehebatannya memimpin sebuah angkatan perang ketiga itu diakui oleh negara Eropa, Arab, China dan India. Namanya sekarang melekat pada kapal perang RI, KRI Malahayati.

Cut Nyak Dien

Nama Cuk Nyak Dien bagai sebuah legenda. Setelah suaminya, Teuku Umar meninggal, ia memilih melanjutkan perjuangan bersenjata dengan pilihan : hidup atau mati di hutan belantara daripada menyerah kepada Belanda. Ia membiarkan dirinya menderita dan lapar di hutan sambil terus dibayangi oleh pasukan marsose Belanda yang mengejarnya. Adakalanya ia berminggu-minggu tidak menjumpai sesuappun nasi, makan apa s
aja ditemui di hutan. Ia melakukan itu selama 6 tahun. Ketika itu ia sudah tua dan matanya rabun. Bila mau, dia bisa menghindari kehidupan seperti itu. Hanya orang yang luar biasa yang menjalaninya. Bagaimana tidak. Ia tumbuh sebagai anak yang manja. Sebagai anak uleebalang, ia setaraf dengan wanita bangsawan lainnya. Ia lahir tahun 1848. Ayahnya, Teuku Nanta Setia, seorang uleebalang. Ibunya juga keturunan bangsawan. Sebagai lazimmnya anak bangsawan, Cut Nyak Dien mendapatkan pendidikan yang baik, terutama pendidikan agama dan pengetahuan tentang rumahtangga. Setelah dewasa, ia dijodohkan dengan Teuku Ibrahim. Dari pernikahannya itu, ia memperoleh seorang anak laki-laki. Ia mendukung sepenuhnya apa yang dilakukan oleh suaminya di medan peperangan. Bahkan, Cut Nyak Dien aktif di garis depan. Akibatnya ia jarang berkumpul dengan suami dan anaknya.
Karena Belanda lebih unggul soal persenjataan dan pengkhianatan yang dilakukan oleh orang Aceh sendiri, lama-lama daerah kekuasaan Aceh semakin banyak jatuh ke tangan Belanda - termasuk daerah yang dikuasai Cut Nyak Dien. Cut Nyak Dien dan keluarganya terpaksa mengungsi. Pada tanggal 28 Juni 1878, Teuku Ibrahim dan pengikutnya gugur dalam pertempuran. Cut Nyak Dien menjadi janda muda, namun tetap cantik. Kebencian Cut Nyak Dien terhadap Belanda makin membara. Lalu terucaplah janjinya, lelaki yang dapat membalas kematian suaminya, akan diterimanya sebagai suami. Seorang lelaki pejuang, Teuku Umar akhirnya menebus kematian suaminya. Sebagaimana janjinya, maka ia menikah dengan Teuku Umar. Bersama Cut Nyak Dien, Teuku Umar memarakkan lagi peperangan melawan Belanda. Cut Nyak Dien dengan pengikutnya melakukan perang gerilya. Dari pernikahannya dengan Teuku Umar, ia mendapat seorang anak yang diberi nama Cut Gambang. Kemudian anaknya dinikahkan dengan Teuku Di Buket, anak lelaki Teuku Cik Di Tiro. Pada 11 Februari 1899, Teuku Umar tewas dalam pertempuran. Cut Nyak Dien kembali menjadi janda. Peperangan ia teruskan seorang diri. “... selama aku masih hidup, masih berdaya, perang suci melawan kafir ini kuteruskan ...” bagian sumpah Cut Nyak Dien sepeninggal suaminya. Ia memimpin peperangan dari persembunyianya di gunung-gunung.
Kehidupan Cut Nyak Dien amat sengsara. Ia tidak memiliki apa–apa lagi kecuali semangat pantang menyerah. Ia pun ditinggalkan banyak pengikutnya. Mungkin karena tidak tega melihat penderitaan Cut Nyak Dien, Pang Laot Ali, selaku panglimanya mulai berpikir menyerah sebagai jalan membebaskan Cur Nyak Dien dari penderitaan. “Takluk kepada kaphe ? Cis, najis, semola Allah Subhanahu Watala menjauhkan perbuatan yang sehina itu dari diriku,” ujar Cut Nyak Dien. Namun, Pang Laot Ali tetap tidak sampai hati melihat penderitaan pemimpinnya. Pang Laot Ali membuat perjanjian dengan pihak Belanda agar tidak menyakiti Cut Nyak Dien. Sebagaimana petunjuk Pang Laot, persembunyian Cut Nyak Dien ditemukan oleh Belanda. Dalam keadaan buta dan lemah, ia mengangkat kedua tangannya dengan kesepuluh jarinya dikembangkan. Dari mulutnya keluar kata-kata “Ya, Allah, ya Tuhan inikah nasib perjuanganku ? Di dalam bulan puasa aku diserahkan kepada kafir”. Dengan tandu, Cut Nayak Dien dibawa Belanda. Tanggal 11 Desember 1906, Pemerintah Belanda mengasingkan Cut Nyak Dien dan kemanakannya ke Sumedang, Jawa Barat. Pada 9 November 1908 ia meninggal.

Cut Meutia
Memegang pedang yang sudah dikeluarkan dari sarungnya, rambut terurai, tanpa ada keraguan sedikit pun, Cut Nyak Meutia menyongsong pasukan Belanda
yang dipimpin oleh Mosselman. Satu peluru di kepala dan dua di tubuhnya merubuhkan wanita yang digambarkan berparas cantik, kulit kuning berambut panjang. Ia tewas tangal 25 Oktober 1910 di hulu Sungai Peutoe setelah pengejaran yang melelahkan oleh pasukan elit Belanda. Cut Muetia lahir tahun 1870. Ayahnya, Teuku Ben Daud, seorang uleebalang Pirak yang setia terhadap Sultan Aceh, Muhammad Daud Syah. Ibunya bernama Cut Jah. Ia mempunyai empat saudara laki-laki. Cut Meutia tumbuh menjadi gadis cantik dan bertubuh indah dengan pembawaan yang lembut. Pesonanya sesuai dengan namanya Muetia yang diartikan Mutiara. Kecantikan dan kehalusan budinya membuat dirinya menjadi primadona. Banyak pria yang hendak meminangnya sampai akhirnya ia menikah dengan Teuku Syamsarif seorang uleebalang tahun 1890 dalam sebuah pernikahan yang agung sebagai anak uleebalang. Dibalik wajahnya yang lembut dan tutur bahasanya yang santun itu, hatinya sebetulnya bagai kawah gunung berapi yang bergelegak memendam kebencian terhadap Belanda sebagaimana juga ayahnya dan saudara-saudaranya. Sebagai anak bangsawan yang dimanjakan, ia sebetulnya tidak menuntut kemewahan dan kemanjaan. Dirinya adalah lambang penderitaan rakyatnya. Kepribadiannya itu tidak dapat diubah oleh siapapun, termasuk oleh suaminya sendiri. Pandangan dan kepribadiannya seperti itu sangat bertentangan dengan suaminya yang senang kedudukan, kemewahan serta mengagungkan martabat tinggi. Untuk memenuhi kesenangannya, ia bersedia bekerja sama dengan Belanda. Ia memanguku uleebalang atas pilihan Belanda. Sedangkan jauh sebelumnya, Sultan Aceh, Muhammad Daud Syah sudah mengangkat Teuku Cut Mahammad, adik Teuku Syamsarif sebagai uleebalang. Jadi, ketika itu, di Keureutoe terdapat dua uleebalang. Kakak beradik itu bagai langit dan bumi. Sang kakak berkiblat kepada Belanda, sedangkan sang adik berpihak kepada kemerdekaan.
Antara Cut Meutia dengan Teuku Syamsarif seperti campuran minyak dengan air. Cut Meutia sudah berusaha membujuk suaminya agar berpaling dari penjajah, tetapi tidak pernah ditanggapi. Karena tidak juga diindahkan, Cut Meutia meminta diceraikan saja oleh suaminya. Akhirnya Cut Meutia kembali kepada orangtuanya. Karena Teuku Syamsarif tidak menjemputnya dan juga memberikan nafkah, maka mereka dianggap sudah bercerai. Bercerai dari suaminya, gelora jiwanya terlepas bebas sudah. Ia pun ikut bergerilya bersama ayah dan saudara-saudaranya. Namun, Teuku Ben Daud tidak mengizinkannya karena yang ia seorang janda. Kemudian ia dinikahkan dengan Teuku Cut Muhammad (Chik Tunong) dan barulah ia benar-benar ikut angkat senjata. Seterusnya ia mendampingi suaminya berperang. Tanggal 5 Maret 1905, Teuke Chik Tunong tertangkap kemudian dihukum tembak. Sebelum dijatuhi hukuman, ia meminta bertemu dulu dengan Cut Meutia dan anaknya Teuku Raja Sabi, 5 tahun. Ia berpesan agar melanjutkan perlawanan terhadap Belanda, anaknya dididik agar terus mempunyai kebencian terhadap Belanda. Cut Muhammad menyarankan menikah Cut Meutia dengan Pang Naggore.
Pang Naggroe adalah seorang panglima perang cerdik dan licin. Setelah melahirkan anaknya dari Chik Tunong, akhirnya Cut Meutia menikah dengan Pang Nanggroe. Bersama suaminya yang ketiga ini, Cut Meutia meneruskan perjuangan sampai akhirnya ditemukan Belanda. Perjuangannya diteruskan oleh anaknya, Teuku Raja Sabi.

Pocut Baren

Pocut Baren lahir di Tungkop. Ia putri seorang uleebalang Tungkop bernama Teuku Cut Amat. Daerah uleebalang Tungkop terletak di Pantai Barta Aceh. Suaminya juga seorang uleebalang yang memimpin perlawanan di Woyla. Pocut Baren merupakan profil wanita yang tahan menderita, sanggup hidup waktu lama dalam pengembaraan di gunung dan hutan belantara mendampingi suaminya. Ia disegani oleh para pengikut, rakyat dan juga musuh. Ia berjuang sejak muda dari tahun 1903 hingga tahun 1910. Ia memimpin pasukannya di belahan barat bersamaan dengan Cut Nyak Dien ketika masih aktif dalam perjuangan.
Ia telah mempersiapkan dirinya - bila kelak ditinggalkan oleh suaminya dan sudah tahu apa harus diperbuat nantinya. Ketika suaminya tertembak Belanda, tidak membuat Pocut Baren mundur. Semangatnya malah semakin menggebu.
Suatu penyerangan besar-besar dibawah pimpinan Letnan Hoogers, meluluhkan benteng pertahanan Pocut Baren. Kaki Pocut Baren tertembak dan dibawa ke Meulaboh. Selama ditawan di Meulaboh, luka tembaknya tidak kunjung membaik. Kemudian Pocut Baren dibawa ke Kutaraja untuk dilakukan pengobatan lebih intensif. Namun, dokter memutuskan kakinya diamputasi. Selama dalam tawanan, Pocut Baren diperlakukan dengan baik. Sebagai penghargaan atas dirinya, Belanda menghadiahkan sebuah kaki palsu untuknya - yang didatangkan khusus dari Belanda. Ia wafat tahun 1933. Meninggalkan rakyatnya yang sangat mencintainya.

Pocut Meurah Intan

Pocut Meurah Intan seorang puteri bangsawan dari kalangan Kesultanan Aceh. Ayahnya Keujruen Biheue berasal dari keturunan Pocut Bantan.
Pocut Meurah menikah dengan Tuanku Abdul Majid, salah seorang anggota keluarga Sultan Aceh. Ia seorang pejabat bea cukai pelabuhan yang gigih menantang kehadiran Belanda. Dari pernikahannya dengan Tuanku Abdul Majid, Pocut Meurah mendapat tiga anak laki-laki. Belanda mencatat, bahwa Pocut Meurah salah satu figur dari Kesultanan Aceh yang paling anti Belanda. Dalam laporan kolonial (Koloniaal Verslag) tahun 1905, sampai tahun 1904, satu-satunya tokoh dari kalangan Kesultanan Aceh yang belum menyerah dan tetap bersikap anti terhadap Belanda adalah Pocut Meurah Intan. Semangat anti Belanda yang teguh itulah yang diwariskannya pada puteranya sehingga mereka bersama-sama dengan pejuang Aceh lainnya menentang Belanda. Ia bercerai dengan suaminya karena Tuanku Abdul Majid menyerahkan diri kepada Belanda. Lalu ia mengajak anak-anaknya terus berperang. Dua diantara anaknya, Tuanku Muhammad Batee dan Tuanku Nurdin, kemudian menjadi terkenal sebagai pemimpin pergerakan.
Intensitas patroli Belanda yang semakin meningkat, membuat Pocut Meuran Intan bersama kedua putranya tertangkap marsose. Namun, sebelum tertangkap, ia masih sempat melakukan perlawanan yang amat mengagumkan pihak lawan. Valtman, pemimpin pasukan Belanda yang berpengalaman di Aceh dan baik hati, menyebutnya sebagai heldhaftig (gagah berani). “Kalau begitu, biarlah aku mati,” ucap Pocut Meuran Intan. Lalu ia mencabut rencongya menyerbu brigade tempur Belanda. Ia mengalami luka parah. Terbaring di tanah digenangi darah dan lumpur. Veltman mengira ia tewas lalu meninggalkannya. Kata Valtman, biar dia meninggal ditangan bangsanya sendiri. Pocut Meuran Intan ternyata masih hidup. Ia diselamatkan. Veltman kemudian mengirim dokter untuk merawat luka-lukanya. Namun, Pocut Meuran menolak dokter Belanda itu. Ia sembuh, tetapi kondisi tubuhnya tidak lagi sekuat sebelumnya. Kemudian, bersama putranya, Pocut Meurah Tuanku Budiman dimasukkan ke penjara. Sementara putranya yang lain, Tuanku Nurdin tetap melanjutkan perjuangan sampai kemudian ditahan oleh Belanda. Pocut Meurah Intan yang pincang dengan kedua putranya 6 Mei 1905 kemudian diasingkan ke Blora, Jawa. Pada 19 Septembar 1937 Pocut Meurah Intan meninggal.
Rizal Bustami,
disadur dari buku Wanita Utama Nusantara

Wednesday, December 03, 2008

KEARIFAN TRADISIONIL

Orang Dusun sebagai Panutan
Kearifan tidak selalu datangnya dari kaum terdidik, kaum akademis, kaum kota, namun bisa oleh kelompok masyarakat - nun berdomisili di pelosok yang tak dikenal. Kelompok - kelompok masyarakat tertentu memiliki paham - yang mereka anut sebagai tradisi sosial dan lingkungan alam. Paham yang mereka anut itu ternyata memiliki ketahanan sosial yang kuat di tengah gejolak dunia.   


SUPERMOTO JAKARTA

Supermoto Jakarta, juga menjadikan Kedai Kopi Cantigi sebagai persinggahan

HARGA BENELLI MOTOBI 152 TH 2023