Thursday, June 10, 2010

Bersepeda di Sumatera Barat



Jajaki Gunung Marapi, Sumatera Barat
Mountain Bike di Lasi


Sumatera Barat, boleh dikatakan sebagai arena mengayuh sepeda yang ideal di Indonesia, bahkan di Asia. Baik mengayuh di jalan raya, maupun off road. Jalan raya dan jalan pedesaan beraspal hotmix, melewati ruang terbuka selalu dengan latar belakang Gunung Marapi – Singgalang dan Bukit Barisan. Sedangkan untuk off road, tinggal pilih saja. Tidak salah lagi Sumatara Barat mendapat sambutan oleh atlet sepeda dunia untuk menguji kemampuannya, dengan mengikuti Tour de Singkarak. Udaranya yang sejuk, menambah kenikmatan.

 


Sangat menonjol di Sumatera Barat adalah selalu tampak hijau. Kemana saja dilalui, persawahan dan hutan. Hutan-hutan tersebut berada di pemukiman. Udaranya bersih, kendaraan bermotor sedikit. Akhir dari perjalanan, selalu ada makanan terbaik di Nusantara ini. Beberapa tempat, bisa sebagai tour kuliner dan tour sejarah.

Tour kuliner dengan sepeda gunung ini, seperti mengunjungi Nagari Kapau, dimana nasi kapau berasal. Ke Nagari Sanjai dan Gaduik, dimana kerupuk sanjai dibuat. Tour sejarah, ke Koto Gadang, Nagari cikal bakal tokoh-tokoh nasional berasal. Tentu saja tour Kota Bukittinggi, mengunjungi Panaroma, Ngarai Sianok, Gelanggang Pacu Kuda Bukik Ambacang, Jam Gadang, Benteng, dan lain-lain. Tour jarak jauh bisa ke Lembah Arau, Payakumbuh, Embun Pagi – Kelok 44 – Danau Maninjau, atau ke Lembah Anai, Batu Sangkar lewat Kampung Rao Rao.

Salah satu daerah yang jalani adalah Nagari Lasi, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam. Dari kota Bukittinggi ke Lasi, hanya satu jam dengan sepeda. Dari Pasar Lasi, dimulai perjalanan ke punggung Gunung Marapi.  
Dari Pasar Lasi sepeda diarahkan ke timur. Sampai di Simpang Paniang Paniang, berbelok kekanan. Jalan mulai mendaki, melewati perkampungan. Sampailah di jalan mendatar dan terbuka. Kiri jalan sawah dan Bukit Barisan. Di sebelah kanan jalan persawahan dan Gunung Singgalang. Selepas kawasan ini, jalan kembali mendaki, sampai menemukan jalan datar. Jalan datar ini melingkar. Sepanjang jalan terhidang pemandangan dari ketinggian. Hamparan sawah sejauh memandang, yang dipagari oleh Bukit Barisan.

Menemukan simpang tiga Gobah, berbelok ke kiri. Jalan tanah di kerimbunan pepohonan. Akhir single track sepeda gunung menuju Pasanggrahan.

Tempat Istirhat Noni Noni
Pasanggrahan ini ditumbuhi oleh pohon cemara berukuran raksasa. Dilihat dari diameternya, pohon ini tentu ditanam puluhan tahun lalu. Saking besar dan rapatnya cemara, pemandangan ke bawah hampir tertutup. Pasanggarahan ini berada di punggung Gunung Marapi.








Pasanggarahan menyisakan bekas perapian yang dibuat oleh Belanda. Dulu ada bangunan peristirahatan, lengkap dengan dapur dan saluran air. “Tinggal ini saja sisanya,” Trides, seorang sejarawan Sumatera Barat menerangkan.

Trides melanjutkan, Belanda menjadikan kawasan tersebut sebagai tempat beristirahat dengan fasilitas bermalam yang komplit. Bangunannya runtuh karena gempa. “Selain ini, satu tempat namanya Langang Awa,” terang Trides, sambil menunjukkan lokasinya, yang memang tampak dari Pasangarahan.

Kawasan pilihan Belanda ini ditumbuhi semak belukar, sedikit lapangan terbuka untuk duduk. Andai dibersihkan dan dikelola dengan baik, tentu akan dapat dinikmati banyak orang untuk memikmati alam dan menghargai lingkungan.

Turun dari Langan Awa, di Simpang Gobah berbelok ke kiri. Tujuannya adalah Langang Awa. Sampai di Simpang Pauah, berbelok ke kiri. Jalan tanah, menemukan single track di hutan. Menemukan simpang tiga jalan setapak, berbelok ke kanan. Sampailah di Langang Awa.





Pemandangan 360 derajat
Alamaak...
Pemandangan 360 derajat. Tiga perempat pemandangan berupa Bukit Barisan. Dari sini kota Bukittinggi tinggi tampak jelas. Di belakang, terpampang Gunung Marapi. Suatu suguhan alam yang luar biasa. Dari sini, Pasanggarahan pun tampak.

Di Langang Awa terdapat gazebo yang cukup untuk berteduh. Tersedia pula kamar mandi umum. Namun sayang, kamar mandi tersebut tidak lagi berfungsi.

Kembali ke Pasar Lasi, ada dua jalan. Sampai di Simpang Pauah turun langsung, atau berputar sedikit. Berbelok ke kiri, terus saja sampai menemukan simpang tiga. Di simpang tiga itu, berbelok ke kanan tujuan Pasar Lasi. Ini jalan menyenangkan sekali untuk melaju turun. Jalan halus, dengan perkampungan dan persawahan. 

Silahkan mencoba, jangan lupa singgah di Lapau Randah, milik Inyiak Banten. Nikmati rasa teh telor terbaik, ketan dengan pisang gorengnya, khas Minang. (Rizal Bustami)

















Lihat Lasi di peta yang lebih besar




9 comments:

Jeri Adiyanto said...

View yg cantik bang, entah kapan bisa sepedahan jauh lagi :(

Melihat Indonesia said...

Betul, Sumatera Barat sangat ideal untuk maen sepeda. Jalan raya halus, udara bersih dan sejuk dengan alam yang hijau. Dan, tentu makanannya...

Melihat Indonesia said...

Betul, Sumatera Barat sangat ideal untuk maen sepeda. Jalan raya halus, udara bersih dan sejuk dengan alam yang hijau. Dan, tentu makanannya...

Suara Petualang said...

wah.....
semakin semangat saja aku tengok abang ni....
hehehhehe....

giessel

Melihat Indonesia said...

Semangat Si Gumarang, si kuda tua yang terus berlari, meski terseok-seok mengejar kuda muda yang berlari kencang. Ha,ha,ha....
TQ, Komennya...

Anonymous said...

yg punya solusi gowes hanya di padepokan jambalaya bang...

Usman Jambak said...

Mau nanya ni mas rizal...
mas rizal dari mana ya...??
dan makasih dah ekspose kampung saya di dunia maya ini...

Melihat Indonesia said...

Saya orang Indonesia. Lahir di Nagari Lasi, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Usman Jambak, terimakasih telah comment di Cantigi Peace.

Unknown said...

Terimaksih telah menjawab tanya saya mas...he...he...
ambo urang lasi asli da, tingga di padang, dima bana uda di lasi tu..???

HARGA BENELLI MOTOBI 152 TH 2023