Sudut Kota Wamena |
Wamena, satu kata saja : Mahal !
Banyak orang gamang mendatangi Wamena.
Gamang karena issu keamanan dan gamang sarana yang ada disana. Pemberitaan
tentang Papua menyangkut keamanan, menyurutkan niat orang kesana. Kurangnya
informasi terkini tentang Wamena dan sekitarnya, membuat orang enggan datang.
Padahal kawasan Lembah Baliem tersebut eksotis, baik alam maupun manusianya.
Yang pasti di Wamena, mahal !
“Bapak saya
antar ke rumah bapak,” kata Refael Doga.
Refael Doga (46),
anak tertua dari istri pertama Obahorok almarhum yang legendaris, yang menggantikan
kedudukan Ayahnya sebagai Kepada Suku Pamuga.
Suku Pamuga
merupakan suku induk dari empat suku dibawahnya, yaitu Suku Hilpoh, Suku Wilel,
Suku Itiman dan Walilo. Keempat suku ini, dengan jumlah penduduk sekitar 4000
jiwa, tersebar di dua desa yaitu Desa Pabuma dan Desa Suroba, Distrik Kurulu,
Kabupaten Jayawijaya. Suku Pamuga berada di Desa Pabuma. Distrik merupakan
penamaan kecamatan di Papua.
Rafael Doga dan saya |
Desa Pebuma,
lebih kurang 10 km dari kota
Wamena, berada di tengah-tengah hamparan lembah yang luas, sebagai bagian dari
Lembah Baliem. Saya berada di desa ini, untuk mengunjungi kediaman dan keluarga
Obahorok.
Benar saja,
Refael berganti baju, dan siap mengantarkan saya ke Wamena. Sampai di kota Wamena, kepala suku tersebut saya ajak makan di rumah
makan Padang.
Dia ragu apa yang harus ia makan. Saya memesan ayam goreng, dia pun ikut.
Ketika saya tawarkan apakah mau minum kopi atau teh manis, dia pun menyerahkannya kepada saya. Akhirnya saya pesankan
kopi untuknya.
Wamena pada malam hari |
“Saya antar
bapak ke rumah bapak,” tegasnya kembali. Selesai makan, kami berjalan kaki ke
hotel tempat saya tinggal di Jalan Trikora.
Hari sudah
menjelang sore. Untuk mendapatkan angkutan umum ke kampungnya, Refael saya suruh
pulang dan diberi ongkos transportasi. Saya katakan kepadanya, besok pagi saya
akan kembali ke Jayapura. Kami bersalaman, dan berpisah.
Pagi keesokan
harinya, ketika saya sedang berkemas hendak ke Bandara Wamena, Refael sudah
berada di beranda hotel. “Oh, Bapak,” ujar saya kaget, dengan menyalaminya, dan mempersilahkannya masuk ke kamar.
Buah pinang |
“Bapak, saya
akan ke bandara. Bapak silahkan pulang,” ujar saya.
“O, saya antar
Bapak ke bandara,” jawabnya.
Kami ke Bandara
Wamena menggunakan jasa becak. Di Bandara saya mencari tiket extra flight,
karena banyak penumpang yang hendak ke Jayapura.
“Bapak silahkan
pulang, biar saya saja disini,” ujar saya kepadanya.
“Tidak Bapak.
Saya jaga sepeda bapak sampai bapak masuk,” jawabnya.
Saya menyerah.
Setelah berjam-jam menantikan kepastian tiket, akhirnya saya check in untuk
boarding. Refael saya salami dan peluk,
kami berpisah.
Buah Merah |
Refael Doga, merupkan
tipikal seorang kepala suku yang menjaga tamu-tamunya. Betullah kata Agus Doga,
saudara sepupu Refael – yang mengatakan kepada saya, bahwa saya akan diantar
sendiri oleh Bapak Kepala, panggilan kepala suku. “Kalo bukan Bapak Kepala yang
antar Bapak, saya yang antar,” terang Agus.
Ini cerita lain
tentang orang-orang di Lembah Baliem. Dalam perjalanan saya dengan sepeda dari
Wamena menuju Wosilimo, dimana Festival Lembah Baliem diadakan, saya bertemu
dengan anak muda berambut gimbal – yang tiba-tiba muncul dari jalan setapak
dengan sepeda. “Selamat pagi,” sapa saya dimana pada saat itu saya tengah
memeriksa sumbu roda sepeda. “Selamat pagi Bapak,” jawabnya.
Konstruksi Honey |
Namanya Deminus
Mabel, berasal dari kampung Obiak, Distrik Karulu. Dia bersama orang
sekampungnya hendak ke Wosilimo untuk berpartipasi acara “perang-perangan”.
Orang sekampungnya dibawa dengan truck, sedang Deminus bersepeda.
Kami menggowes
sepeda bersama ke Wosilimo. Dalam perjalanan, saya perhatikan, sepedanya yang
otek-otek itu sulit dikendalikan. Ternyata rem sepedanya tidak berfungsi.
Selama berada di Wosilimo, dia dengan setia menunggui sepeda saya ketika saya
sibuk mengambil gambar. Dia temani saya pulang, ketika ban dalam sepeda saya
pecah, yang akhirnya kami menumpang truck.
Di honye Rafael Doga |
Dia tidak tahu
berapa usianya. Saya mengira dia buta huruf, meski dia memiliki HP. Ketika
berpisah, saya beri dia satu shet rem dan kunci sepeda. “Terimakasih Bapak.
Bapak perlu bantuan, telpon saja saya,” kata dia di truck.
Nama Wamena
memiliki kesan tersendiri bagi peminat wisata alam. Ke Wamena, berarti memasuki
jantung Papua. Wamena, penuh tanda tanya. Ada
apa disana, bagaimana disana. Pertanyaan macam itu wajar saja karena kawasan
tersebut terisolir dan juga kekurangan pengetahuan mengenai situasi setempat.
Berita-berita mengenai kelompok-kelompok sparatis dan perkelahian antar
kampung, turut menyusutkan niat orang mengunjungi Wamena.
Janda Obohorok |
Cerita tentang
Refael dan Deminus, sedikit gambaran mengenai masyarakat yang tinggal di Lembah
Baliem, bagian pedalaman Papua. Ada
keramahan dan ketulusan dengan caranya sendiri dalam mengungkapkannya. Sapalah
orang-orang Papua yang secara kebetulan ditemui di jalan, mereka akan membalas
dengan hangat. “Selamat pagi, selamat pagi,” jawab mereka dengan mengangkat
tangan.
Berwisata ke
Wamena dan di Lembah Baliem yang terkenal itu, memerlukan kemauan keras dan
dengan persiapan yang matang. Artinya, Wamena merupakan wisata minat khusus. Tujuan
selama disana, harus jelas dan terhitung.
Solar sel di pedalam Papua |
Ketika mendarat
di Bandara Sentani pagi hari, jika beruntung dapat tiket penerbangan berikutnya
ke Wamena. Jika kurang beruntung, menunggu extra flight siang hari. Berarti
berjam-jam menanti penerbangan berikutnya.
Mendarat di
Bandara Wamena, berarti sudah sampai di kota
Wamena. Jarak antara bandara dengan pusat kota
hanya 2 km. Keluar dari Bandara, bisa
menggunakan taksi dengan tarif Rp.50.000 atau dengan becak seharga Rp.10.000.
Barang-barang elektronik di honey |
Jangan sangsi di
Wamena. Semua kebutuhan hidup disini tersedia, asalkan cukup uang. Hotel
termurah, hanya kamar tanpa fasilitas apapun, kecuali kamar mandi, tarifnya Rp.
300.000. Juga tersedia kelas hotel benaran dengan tarif Rp.1.500.000. Tinggal
pilih saja, sesuai kocek dan banyak pilihan hotel di Wamena. Saya menyarankan,
tempatilah hotel termurah karena pengeluaran-pengeluaran berikutnya akan “mengejutkan”.
Untuk makan,
saya menemukan 8 rumah makan Padang dan beberapa
warung makan yang dikelola perantau asal Pulau Jawa dan Sulawesi.
Makanan favorit disini adalah ayam goreng. Makanan kecil, seperti kue basah dan
goreng-gorengan ada, tapi baru tersedia sore hari. Di sepanjang Jalan Irian, banyak
terdapat rumah makan, lebih banyak lagi rumah makan Padang. Misalnya di Jalan Yos Sudarso, dimana
perkantoran pemerintah berada, terdapat pula rumah makan Padang yang baik. Jalan Irian merupakan pusat
perbelanjaan di Wamena.
Lembah Baliem itu... |
Banyak terdapat
warung kelontong yang menyediakan makanan kecil dan makanan pokok. Kelas super
market, bernama Topas, adanya di Jalan Trikora. Di Topas, tersedia semua
kebutuhan. Mulai dari kabel, selotip, battery, dan sebagainya. Makanan pabrikan,
lengkap. Mau sosis, keju Kraft, coklat Silver Queen, mini pizza, roti tawar dan
roti isi beragam rasa tersedia.
Untuk transaksi
perbankkan, hanya tersedia tiga bank, yaitu Bank Mandiri, Bank BRI, dan Bank
Papua. Bank BRI banyak menyediakan ATM, bagi pemilik kartu ATM BCA bisa
mengambil uang di BRI. Bank Mandiri juga menyediakan ATM, adanya di Jalan
Trikora.
Menu Rumah Makan Padang |
Kebutuhan
komunikasi dan jaringan data, banyak tersedia kios-kios penjual pulsa, kios HP
dan berikut assoseriesnya. Untuk jaringan data internet, wah jangan berharap banyak deh.
Di Wamena hanya dilayani dua operator yaitu Telkomsel dan Indosat. Kedua
jaringan tersebut percuma saja. Demikian pula jasa internet yang disediakan
oleh Telkom. Ketika saya putus asa dengan layanan Telkomsel dan Indosat, saya
ke warnet untuk membuka email. Sekedar membuka email saja, bikin naik darah.
Benarlah kata Leo, pemilik usaha travel yang saya datangi memesan tiket.
“Banyak pemesan tiket marah-marah karena untuk membuka website satu maskapai
saja terputus-putus. Begitulah jaringan internet disini,” terang Leo yang dulu
kuliah di Universitas Pancasila Jakarta.
Loket tiket pesawat |
Sekedar
melengkapi pengetahuan tentang Wamena dan sekitarnya, dimulai saja dari Bandara
Wamena. Bandara Wamena milik TNI AU ini, memiliki landasan pacu yang bisa
didarati oleh pesawat jet. Bandara Wamena selain melayani penerbangan ke
Jayapua, juga ke tujuan – tujuan penerbangan pendek lainnya. Bandara ini cukup
sibuk, selain melayani penumpang, juga
berfungsi sebagai bandara cargo sebab semua kebutuhan di Wamena diangkut
dengan pesawat terbang karena tidak tersambung oleh jalan darat.
Transportasi
Lama penerbangan
Bandara Sentani (Jayapura) - Wamena 45 menit. Dilayani diantaranya oleh TriganaAir, Susi Air, Merpati Air Line, Hercules dan Cessna. Harga tikel Rp.600.000
sampai Rp. 700.000.
Transportasi umum di Papua |
Barada di
Wamena, bagai terkurung disuatu kawasan. Mengapa demikian, pehubungan hanya bisa
dilakukan melalui udara. Terkesan bahwa mendapatkan tiket ke Wamena lebih
mudah, dibandingkan dari Wamena ke Sentani. Baik itu dibeli langsung ke
airport, atau ke agency. Dua agency yang saya datangi 2 hari sebelum kembali,
tidak memiliki tiket kosong. Mereka sama-sama mengatakan bahwa jatah tiket
untuk agency dibatasi. Karena itu, pendatang disarankan untuk membeli tiket
pulang-pergi.
Trinaga Air yang melayani penerbangan di Papua |
Angkutan dalam kota tersedia becak dengan
tarif antara Rp.5000 sampai Rp. 10.000 tergantung jarak. Transportasi pedesaan,
dengan tujuan :
Ke Pelebaga (26
km), tarif Rp.15.000
Ke Huby kossy
(10 km), tarif Rp. 10.000
Ke Wollo (47
km), tarif Rp. 25.000
Ke Asologaima
(39 km), tarif Rp. 25.000
Ke Karulu (16
km), tarif Rp. 15.000
Ke Asolokobal
(20 km), tarif Rp. 10.000
Ke Bolakme (45
km), tarif Rp. 25.000
Ke Musatfak (20
km), tarif Rp. 10.000
Ke Kurima (40),
tarif Rp. 20.000
Ke Karubaga
(110), tarif Rp. 200.000
Hotel
Hotel Baliem
Pilamo, tarif Rp. 300.000 s/d Rp.
1.500.000
Hotel Ranu Jaya I,
tarif Rp. 300.000 s/d Rp. 400.000
Hotel Ranu Jaya
II, tarif Rp. 300.000 s/d Rp. 400.000
Trendy Hotel, tarif Rp.
300.000 s/d Rp. 400.000
Hotel Srikandi, tarif Rp.
300.000 s/d Rp. 400.000
Hotel Syarial,
tarif Rp. 300.000 s/d Rp. 400.000
Hotel Anggrek,
tarif Rp. 300.000 s/d Rp. 400.000
Hotel Nayak,
tarif Rp. 300.000 s/d Rp. 400.000
Hotel Gemany in
Saken, tarif Rp. 1.250.000
Pondok Wisata
Mas Budi, tarif Rp. 300.000 s/d Rp.
400.000
Hotel
Wamena, tarif Rp. 300.000 s/d Rp.
400.000
Hotel Terapung,
tarif Rp. 300.000 s/d Rp. 400.000
Tujuan Wisata
-
Telaga Biru-Maima dan Jembatan Kuning di Distrik
Asolokobal sekitar 9 km
-
Tirta Wesapot dan Patung Sejarah Ukumearek Aso di
Distrik Asotipo sekitar 11 km
-
Jembatan Gantung dan Wisata Alam di Distrik Asotipo
sekitar 12 km
-
Tirta Walesi dan Wisata Alam di Distrik Walesi sekitar
6 km
-
Air Terjun Napua dan Wisata Alam di Disttrik Napua
sekitar 6 km
-
Wisata Mumi Aradoba di Distrik Asologaima sekita 15 km
-
Wisata Mumi Aikima dan Pasir Putih di Distrik Pisugi
sekitar 7 km
-
Wisata Mumi Jiwika dan Air Garam di Distrik Karulu
sekitar 15 km
-
Wisata Goa Kontilola, Sikepalki dan Lokale di Distrik
Karulu sekitar 18 km
-
Air Terjun Tinggi Tinggima di Distrik Wolo sekitar 30
km
Mahal
Satu kata saja yang tepat untuk Wamena: Mahal !
Para pendatang akan dikejutkan pertamakali ketika
membayar sebetol kecil minuman mineral ukuran 600 ml, seharga Rp. 10.000.
Toko cendera mata |
Inilah listing perbelanjaan di Wamena, sebagai
contoh tingginya harga-harga di Wamena.
Minimun susu coklat kemasan kotak, seharga Rp.
10.000, Roti isi Rp. 9000, Roti pizza Rp, 17.000, Makan dengan ayam goreng Rp. 25.000,
Teh manis Rp. 10.000, sebutir kelapa Rp.
17.000, Beras bulog satu karung isi 25 liter mencapai Rp. 300.000, Gula 1 kg Rp
25.000, Pulsa seluler paket pulsa 20.000 seharga Rp. 25.000, Jasa internet per
jam Rp. 10.000, satu sak semen Rp. 600.000. Bahan bensin disubsidi dengan Rp.
6000 seliter.
Harga – harga di wamena yang terasa mencekik itu,
wajar-wajar saja karena semua kebutuhan pokok dan material diangkut dengan
pesawat terbang dari Jayapura. Tarif cargo per kilogram Jayapura – Wamena Rp.
14.400. Tapi yang mencengangkan adalah rumah makan selalu penuh didatangi warga
setempat pada jam – jam makan.
Gedung bertingkat di Wamena |
Sepuluh tahun terkahir ini Wamena bersolek wajah.
Dari semula berwajah pedesaan, kini menampakkan cici-ciri perkotaan yang modern
dan enak dilihat. Bangunan ruko, berjejer-jejer, bahkan terdapat bangunan
bertingkat yang diperuntukkan sebagai mini mall.
“Oleh Bupati, kami dipaksa untuk menempati ruko.
Namun demikian, kami dibantu oleh Pemda kemudahan pembayaran dengan memberikan
pinjaman melalui bank daerah. Bagus sih, kalo nggak begitu, Wamena tidak akan
berubah, hanya kami cemas untuk membayar cicilan,” terang Indra, yang mengelola
Rumah Makan Padang Siang Malam di Jalan Irian ini.
Pusat Kota Wamena |
Rumah ibadah mudah ditemui, baik itu gereja maupun
masjid. Wamena dan khususnya pedalaman Papua yang beragama mayoritas Nasrani,
di Wamena terdapat masjid-masjid besar. Pada jam – jam sholat, adzan
bekumandang.
Berangsur-angsur menjauhi kota Wamena, terasa alam dan manusia Lembah
Baliem dengan jati dirinya kuat. Meski jalan raya rapi, dan diterangi listrik,
masyarakat menjalankan kehidupan dengan kesehajaannya. Saya tidak menemukan
aktivitas pertanian yang signifan, meski memiliki tanah yang subur. Masyarakat
berkebun hanya menanam ubi, ketela, wotel, jagung, kedelai dan sayur kol.
Ketela dan ubi untuk dimakan sehari-hari, kelebihannya dijual di pasar.
Sedangkan sayur-sayuran, hanya untuk konsumsi lokal. Penghasilan ekstra
masyarakat dari hasil hutan, seperti madu, buah merah, dan buah pinang.
Peternakan, pastilah babi.
Jika rumah makan penuh, di supermarket antri
pembeli, angkutan pedesaan selalu membawa penumpang, apa penghasilan penduduk
setempat ?
Trans Wamena |
Penduduk berpenghasilan sekedar cukup, umumnya
dari jasa. Misalnya dari jasa transportasi. Ambillah contoh. Di Wamena terdapat
21 garasi becak. Setiap garasi memiliki lebih dari 5 becak. Penarik becak
menyetor setiap hari Rp. 25.000. Dalam sehari penarik becak bisa mendapatkan uang
Rp. 150.000.
Jasa lain adalah sektor bangunan. Upah kepala tukang
sehari Rp. 250.000. Pembantu tukang terampil Rp. 150.000. Kenek tukang, yang
sektor ini diisi oleh warga setempat, mendapat upah Rp. 100.000.
Seorang anggota Polisi, yang nota bene yang
menerima gaji setara di seluruh Indonesia,
mengungkapkan, menerima tunjangan bulanan Rp. 600.000 untuk mengimbangi biaya
hidup di Wamena. “Kami anggota disini, baik itu juga pegawai sipil, rumit
membelanjakan uang. Untuk mengontrak rumah saja, sejuta setengah sebulan,”
terang anggota Polisi yang berasal dari Sumedang itu.
Kuburan orang Baliem |
Ada juga warga yang beternak lebah diambil
madunya. Sebotol madu seharga Rp. 200.000. Agus Doga, yang beternak lebah,
mendapat bantuan dari LIPI. Agus pernah memiliki 30 kotak lebah, kini tinggal
12 kotak saja. Agus mengeluh lebahnya banyak yang mati, terutama lebah pekerja.
“Saya tidak bisa beli obat lebah,” terangnya.
Buah merah yang terkenal khasiatnya, tidak lagi
harus ke hutan mencarinya. Buah merah sudah dikembangkan oleh warga setempat di
sekitar rumahnya. Buah Merah berdaun pandan dan berduri. Akarnya seperti akar
bakau. Batang utama akan bercabang, setiap cabang mengeluarkan buah. Bakal buah
Buah Merah seperti pisang, melalui jantung yang dibungkus tiga pelepah. Buahnya
siap petik ketika warna merahnya merona dan biasanya setelah berusia tiga
bulan. Buah merah akan berbuah setelah berusia lima tahun. Dalam setahun, buah merah bisa
beberapa kali berbuah. Buah merah dijual ke pasar, harganya mencapai Rp 150.000
per buah. “Tidak semua tempat buah merah bisa berbuah,” terang Refael Doga.
Lalu lintas kendaraan di Wamena cukup ramai.
Transportasi umum menjalani rute sampai ke kecamatan-kecamatan. Yang menarik
adalah, di kota
pedalaman Papua tersebut banyak terdapat kendaraan double cabin dan suv kelas
atas, seperti mereka Toyota Hilux, Mitsubisi Strada, Mitsubisi Pajero Sport dan
Ford Rangers. Dan, kendaraan tersebut dijadikan sebagai angkutan umum dan
beberapa diantaranya ber plat nomor kuning.
Agus Doga dengan lebah-nya |
Kritik saya kepada Pemerintah Daerah Kapaten
Jayawijaya, yang mana sangat bersemangat memasarkan wisata, adalah tidak
menyediakan informasi wisata yang lengkap dan sulit mendapatkan informasi.
Tidak terdapat petunjuk arah ke tujuan wisata. Misalnya saja, di persimpangan
Jalan Trikora, seharusnya disediakan pentujuk ke Wosilimo, Wisata Mumi di
Wikima, dan lain-lainnya. Mumi yang
terdapat di Wikima, sebenarnya tidak jauh dari jalan utama, tapi tidak terdapat
petunjuk jalan. Dari sini juga, bisa menuju ke kampunya Obahorok di Pabuma.
Kediaman Obahorok dengan cerita tentang dirinya
yang heroik dan melegenda, lebih menarik dibandingkan dengan air tejun. Di
kampungya yang indah itu, mewakili alam Lembah Baliem. Disini juga pengunjung
dapat melihat dari dekat Buah Merah dan kuburan orang Dani. Belum pernah
melihat kuburan orang Papua pedalaman kan
? Kawasan-kawasan ini saya jelajahi dengan sepeda. Meski Wamena mahal bagi ukuran orang Indonesia, namun saya akan kembali lagi kesana karena bagitu banyak yang hendak dikunjungi dan didokumentasikan.
Budaya makan pinang orang Papua |
Informasi wisata di Lembah Beliem bisa didapatkan
di Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Kebupaten Jayawijaya di Jalan Bhayangkara,
Wamena.
Bagi pengguna GPS, data jalan dan waypoint
penting untuk Wamena dan sekitarnya, yang disediakan oleh http://www.navigasi.net cukup lengkap. Data lain
untuk kawasan pedalam Papua itu, dapat diunduh di www.everytrail.com dan di www.wikiloc.com. (Rizal Bustami)
Sumber Peta : navigasi.net |
6 comments:
nice story
Terimakasih telah memberikan komentar tentang artikel ini. Mohon kritik dan saran...
thanks Sharing pengalamannya. mohon ijin mengambil sedikit informasinya untuk artikel saya. terima kasih
ijin menyadur sedikit informasi dari artikelnya, terima kasih sebelumnya
Neli Khuriyah, silahkan disadur. Ini up date paling mutakhir tentang Wamea dan Lembah Baliem...
terima kasih, banyak.
Post a Comment