Tuesday, December 16, 2008

KUNJUNGAN KE CISOKA

Paket Tour Cisoka

Kami melayani kunjungan ke Tambang Emas Rakyat Cisoka dengan mobil Land Rover. Dapatkan pengalaman yang seru, menggapai puncak bukit, menuruni lembah untuk melihat dari dekat koloni penambang emas. Lama perjalanan 1 hari penuh. Berangkat jam 06.00 dari Bogor. Tujuan ke arah Rangkas Bitung. Baca artikel lengkap dan foto : Tambang Emas Tradisionil Cisoka.

Nasi Goreng Cantigi

Nasi Goreng Cantigi


Tanpa VEKSIN !

Rasanya sayup – sayup sampai ke rendang. Dasarnya adalah Nasi Goreng Padang.

Nasi Goreng Cantigi diolah dengan kesungguhan. Mulai memperlakukan bawang, sampai menatanya di piring. Cara membuatnya :

Bawang merah dan daun bawang diiris. Sedangkan bawang putih diulek. Bawang ditumis sampai wangi, lalu dibubuhi cabe giling, garam dan rempah – rempah kering. Kemudian diberi kecap.

Memperlakukan bumbu dan rempah amat penting dalam memasak. Misalnya, bawang putih diiris, bawang putih digiling, bawang putih dibelender - dengan bawang putih diulek akan berbeda hasilnya. Bawang putih diulek lebih wangi dan lebih menggurihkan makanan.Urut-urutan memasukkan bumbu pun harus mendapat perhatian. Masukan terlebih dahulu bawang putih, baru kemudian bawang merah, daun bawang, seledri, cabe dan bumbu.

Setelah matang matang, nasi goreng ditata dipiring. Diberi kerupuk merah khas Padang, irisan tomat dan ketimun.

Sifat bumbu dan rempah

Tumisan bawang memberikan keharuman. Khusus bawang putih, selain memberikan keharuman akan menggurihkan. Kecap manis cukup 1/2 sendok makan. Kecap terlalu banyak, justru menghilangkan rasa bumbu dan membuat lidah jenuh. Keharuman bawang putih bisa kalah bila mentumisnya disatukan dengan yang lainnya. Maka, dahulukanlah memasukkan bawang putih ke penggorengan.

Cantigi Peace memberikan sedikit rahasia ketimun dan kerupuk merah dalam nasi goreng ini. Tidak semua oang menyukai ketimun, namun aroma ketimun dapat merangsang selera makan – bila dipadukan dengan makanan berbumbu kare. Sedangkan kerupuk merah, supaya rasa nasi goreng dimulut “berharmonisasi”. Dengan kata lain, “tingkah gendang” saling mengisi karena rasa kerupuk cendrung tawar.

Veksin sangat tidak diperlukan – merusak kesehatan. Veksin digunakan oleh orang yang tak lihai memperlakukan bumbu. Oleh : Kedai Kopi Cantigi

Teh Telor

Tentang Teh Telur

Tidak logis ini makanan. Apalah rasanya bila telur dicampur dengan teh. Bayangkan saja, teh dengan telur sebagai minuman. Kesan pertama tentu anyirnya telur. Tapi, nanti dulu ! Jangan terburu-buru menghakimi rasanya sebelum mencicipinya.

Ini minuman berasal dari Minangkabau. Orang Minang sudah terkenal kelihaiannya meracik menu makanan, sebagaimana kejeniusan masyarakat Jawa membuat jamu untuk berbagai pengobatan. Ini minuman, benar – benar terbuat dari telur yang dicampur dengan air teh.

Proses pembuatannya, kuning telur diambil, dikocok dengan gula sampai pekat dimama gula menyatu dengan telur. ¬ Agar anyirnya hilang, dan rasanya enak, kocokan telur dibubuhi vanili putih, vanili kuning, bubuk coklat dan rempah-rempah - kemudian susu. Teh digodok dengan daun pandan. Kocokan telur yang sudah siap, disiram dengan air teh.

Rasanya mirip – mirip kue bolu


Di Sumatera, minuman ini populer. Bermanfaat bagi tubuh, terutama untuk meningkatkan stamina bagi pekerja berat dan begadang. Bahkan, wanita yang baru melahirkan anak dibuatkan teh telur. Minuman “ajaib” ini, mampu meningkatkan vitalitas, karena mengandung hormon. Mengandung nutrisi, kalori tinggi dan kafein. Yang penting, minuman ini tidak merusak kesehatan sebagaimana miniman suplemen energi.

Sifat rempah dan Penyedap
Daun pandan dan vanili putih untuk pengharum. Vinili kuning memberikan kesan mendalam di lidah. Bubuk coklat sebagai penyambung semua kandungan dalam minuman tersebut sehinga teh telur terasa menjadi padat. Oleh : Kedai Kopi Cantigi

MENU KEDAI KOPI CANTIGI


Menu Kedai Kopi Cantigi

Menu Kedai Keopi Cantigi tidak seberapa banyak, sebagai penamping ngobrol-lah ! Namun, makanan dan minuman dibuat dengan cara / pakem aslinya, artinya diolah secara tradisionil - tidak memakai alat modern. Yang lebih penting lagi, makanan dan minuman higines dan sehat. Menu di Kedai Kopi Cantigi tanpa Veksin atau MSG.
Menu Kedai Kopi Cantigi :
  • Nasi Goreng
  • Mie Goreng
  • Mie Rebus
  • Teh Telor / Kopi Telor
  • Kopi Hitam
  • Kopi Susu
  • Teh
  • Soft Drink



Kedai Kopi Cantigi siap melayani makanan siap saji untuk acara outbound, camping, dan acara bersama di lapangan.

AIR TERJUN CIBEUREUM

Jalan Jalan Ke Air Terjun Cibeureum



Memasuki jalan setapak menuju Air Terjun Cibereum, resapi keadaan dan lingkungannya. Biarkan kulit, pikiran meresapinya. Satukan diri dengan alamnya.

Pengunjung akan mendapatkan pengalaman batin yang mendalam begitu berada di sini – setelah meninggalkan lingkungan keseharian.

Air Terjun Ciberieum berada di Taman Nasional Gede Pangrango. Tidak seberapa jauh dari hiruk – pikuk Jakarta, Bekasi, Bogor dan Tanggerang. Mudah dijangkau, dengan biaya murah pula.

Dari pintu gerbang Taman Nasional, letak air terjun hanya 2.7 km dan lama tempuh sekitar 1 jam berjalan kaki. Jalan setapak ke air terjun lapang dan aman. Jalan dilengkapi dengan pal-pal sebanyak 28 buah – yang dimulai dengan HM 00. Setiap Pal, oleh pengelola Taman Nasional ditandai dengan koleksi tanaman yang ada disitu. Misalnya di Pal HM 01, terdapat pohon Kitembang Merah (Syzigium antisepticum). Pohon Suren (Toona sureni)

Selanjutnya :

HM 02 : Pohon Saninten (Castanopsis argentea), buahnya berduri.

HM 03 : Pohon Muncang (Ostodes paniculata), buahnya disukai tupai. Pandan (Pandanus furcatus),

Rotan Badak (Plectocomia eloagata).

HM 04 : Pohon Beleketebe (Sloanea sigun), Konyal / Markisa (Passiflora suberosa)

HM 05 : Kumpulan pohon-pohon merah, daunnya enak dimakan. Pohon Rasamala (Altingia exelsa), “sang raja hutan pegunungan.”

HM 06 : Paku Rane (Selaginella opaca), Pohon Suren (Toona sureni)

HM 07 : Paku Siur (Cyathea latebrosa), Pohon Manglid (Manglietia glauca), Pohon Jelatang (Dendrocnide stimulans).Daunnay beracun.

HM 08 :Tanaman Babakoan (Eupatorium sordidum). Daun berbulu, bunga ungu. Janitri (Elaeocarpus

sphaerius)

HM 09 : Pohon Panggang cucuk (Trevesia sundaica), Pohon Mareme (Glacchihion cyrtostylum), Rotan badak

(Plectocomia elongata).

HM 10 : Pohon Jamuju (Dacrycarpus imbricatus), Sirih Areuy, obat sariawan

HM 11 : Pohon Darangdan (Ficus cuspidate), Pohon Walen (Ficus ribes)

HM 12 : Babakoan (Eupatoriumsordidum), Pacar tere atau Pacar air (Impatien palttypetala)

HM 13 : Tapus (Amomum coccineum), jahe-jahean sebagai obat demam

HM 14 :Anakan Hariang hijau (Begonia isoptera), Pohon Jamuju (Dacrycarpus imbricatus)

HM 15 : Lobelia angulata, tanaman merayap

HM 16 :Telaga Biru (sebelah kanan). Istirahat disini, nikmati kebeningan airnya. PohonPuspa (Schima wallichii),

famili teh.

HM 17 : Walek adep / Klingkilaban (Mussaenda frodonsa)

HM 18 :Terjadi perubahan keadaan. Udara makin dingin. Tumbuhan Cangkok (Curculigo capitulate), dan

sebagainya.

HM 19 : Disediakan jembatan kayu untuk memudahkan pengunjung berjalan. Dibawah jembatan terdapat rawa.

Kirinyuh, Nampong (Eupatorium riparium). Pohon Pakis / Pohon Paku (Cyathea latebrosa). Bisa

dimakan dan enak. Terdapat macam-macam pakis disini. Pohon Pencekik merambat (Fragraeablumei),

tumbuh di batang Manglid / Baoro (Manglietia glauca). Buah Kiterong,makanan monyet danowa.

HM 20 : Memasuki daerah Rawa Gayonggong. Jika cuaca baik, dapat dari sini dapat menikamti pemandangan

Gunung Pangrango.

HM 21 : Masih di Rawa Gayonggong. Terdapat tumbuhan Pisang liar (Musa acuminate),dan Tebu liar.

HM 22 : Palem bingbin (Pinangga coranata), Pinang palem (Pinanga coronata). Eifit, sejenis Pakis atau Kadaka

Kileho canting (Saurauja pendula).

Sumber buku Cibodas ke Cibereum, terbitan Taman Nasional Gede Pangrango

/ Rizal Bustmai / Foto : Alfan Noviar)

Kami siap mengantar dan menyediakan kebutuhan pengunjung ke Air Terjun Cibeureum. Datangi Kedai Kopi Cantigi di Pasar Wisata Cbodas.











Monday, December 15, 2008

MOUNTAIN BIKE : Bersepada di Kebun Raya Cibodas

Ayo, Bersepeda di Kebun Raya Cibodas



Pedistaraian Kebun Raya Cibodas, memanjakan pengunju
ngnya. Menelusuri kebun raya yang terkenal di dunia ini, menjangkau seluruh kawasan. Hamparan rumput, pohon-pohon tua berlumut, koleksi tanamannya dapat dinikmati dengan jalan kaki, bahkan dengan kendaraan roda empat bagi orang pemalas. Menikmati keindahan Kebun Raya Cibodas dengan sepeda, perlu dicoba. Selain sehat, daya jelajah lebih luas dan lama tempuh lebih cepat. Selain itu, tentu akan mendapatkan suatu pengalaman pribadi yang mengesankan bagi keluarga. Memang di beberapa ruas jalan terdapat pendakian dan penurunan, namun tidak panjang. Ketika harus mendaki, sepeda bisa dituntun. Pengunjung yang hendak mencoba bersepeda di Kebun Raya Cibodas, tidak perlu repot-repot membawa sepeda. Di Pasar Wisata Cibodas, tersedia sepeda yang dapat disewa. Sepeda yang ditawarkan, jenis sepeda gunung - yang terjaga kuwalitasnya.

Sejarah Kebun Raya Cibodas
Didirikan pada tanggal 11 April 1852 oleh Johannes Ellias Teijsmann, seorang kurator Kebun Raya Bogor pada waktu itu, dengan nama Bergtuin te Tjibodas (Kebun Pegunungan Cibodas). Pada awalnya dimaksudkan sebagai tempat aklimatisasi jenis-jenis tumbuhan asal luar negeri yang mempunyai nilai penting dan ekonomi yang tinggi, salah satunya adalah Pohon Kina (Cinchona calisaya). Kemudian berkembang menjadi bagian dari Kebun Raya Bogor dengan nama Cabang Balai Kebun Raya Cibodas. Mulai tahun 2003 status Kebun Raya Cibodas menjadi lebih mandiri sebagai Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas di bawah Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor dalam kedeputian Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Lokasi Kebun Raya Cibodas-LIPI berada di Kaki Gunung Gede Pangrango pada ketinggian ± 1300-1425 dpl, dengan luas 125 ha yang berhawa sejuk dengan panorama indah, temperatur rata-rata 18° C, kelembaban 90% dan curah hujan per tahun 3380 mm. Hanya dengan 3 jam perjalanan dari Jakarta (± 100 km) dan 2,5 jam perjalanan dari Bandung (± 80 km), kebun dengan luas 125 ha ini akan menjadi tempat nyaman untuk beristirahat sambil menikmati keindahan berbagai jenis tumbuhan yang berasal dari Indonesia dan negara-negara lain. Sumber LIPI / Rizal Bustami / Foto : Krisna

Hubungi saja Kedai Kopi Cantigi di Pasar Wisata Cibodas, peminat akan mendapatkan pelayanan yang baik.





Monday, December 08, 2008

REDAKSI

Dari Redaksi

Blog atau Webs, merupakan media informasi, sifat dan tujuannya sama dengan media massa radio, televisi, kantor berita, surat kabar, majalah, tabloid, serta jurnal ilmiah. Yang membedakannya hanyalah bangunannya saja - perangkatnya.

Webs atau blog yang berbasis internet, telah melahirkan gelombang informasi yang hebat di "bundar"nya bumi ini. Cepat dan sesaat. Informasi apa saja bisa didapatkan dengan mengketik satu kata. Manusia yang "pembaca" menjadi lebih cepat mendapat kebutuhannya dibandingkan dengan media "konvensional".

Kehebatan lain dari media internet ini, siapa saja bisa membuat medianya sendiri, misalnya dengan blog - yang sudah tersedia. Kepintaran dan kebebasan menjadi mata pisau dua sisi yang sama-sama tajam keduanya. Pintar dengan ilmunya, pintar utak atik internet dan bebas menerbitkannya.

Melalui media internet, informasi bisa diterbitkan tanpa aling-aling. Tanpa aling-aling, misalnya, pornografi, cerita cabul, penghasutan dan rasis. Kepada siapa dimintai pertanggungjawaban terbitan-terbitan macam itu ? Penerbitnya anonim !

Kepada sidang pembacalah, kepada masyarakatlah tanggungjawab moral dan etika itu terpikulkan. Masyarakat sendirilah yang harus pandai-pandai menerima dan menolak.

Cantigi Peace, isinya dipertanggungjawabkan secara hukum, UU Pokok Pers , Kode Etik Jurnalistik dan Hak Hak Intelektual.

Pemimpin Redaksi :
Rizal Bustami

Redaksi :
Alfan Noviar
Alvien "Gimbal"
Krisna
Trides (Bukittinggi)

Alamat : Jalan Bratasena I,No.14,
Perumahan Indraprasta II,
Kotamadya Bogor,Jawa Barat

Kedai Kopi Cantigi : +2663512095

Mobile : 0815 1097 0668
Email : bungacantigi@yahoo.co.id


KULINER

RUBRIK MASAK MEMASAK

Cantigi Peace, akan menampilkan resep-resep makanan, trik memasak dan sifat bumbu. Bagi pembaca Cantigi Peace, diberikan halaman untuk memperkenalkan resep-resep makanan kebanggaan. Artikel harus disertai foto.

Friday, December 05, 2008

MOUNTAIN BIKE : Mega Mendung - Pondok Pemburu


JAGA STAMINA DI MEGA MENDUNG - PONDOK PEMBURU

Foto foto : kiriman.
Karena mereka nggak bisa nulis artikel, foto doang yang dikirim. Makanye, ajak gw. Ade penulis dan fotografer. Nggak mahal kok, honornya. Cukup ame bacang doang ! Ha,ha,ha........ !

Mereka ini adalah penggeos anti angkot. Dari Kota Bogor, mengayuh sepeda ke Pondok Pemburu.





Thursday, December 04, 2008

DAYAK

LEGENDA MANUSIA DAYAK


Meski profil masyarakat Dayak telah banyak diungkap lewat buku, kartu pos, film, maupun perangko, sesungguhnya masih lebih banyak lagi misterinya yang tak terungkap. Masyarakat Dayak telah ratusan tahun menghuni Kalimantan, berselaras dengan alamnya yang buas hingga mampu melahirkan peradaban yang sistimatis. Tapi, mampukah mereka bertahan menghadapi perubahan jaman ? 



PONDOK UDA IS

Uda Is, Beli Bukit untuk Bertani
Terobsesi menjadi petani, Uda Is mendirikan pondok di tengah hutan. Serius benar ia membangun tempat tinggal tersebut yang lengkap dengan pertanian di sebuah perbukitan di Situjuh Tungkal, Payakumbuh, Sumatera Barat. Semua kebutuhan pokok hidup sudah tersedia, kecuali garam dan minyak.
Di Jakarta Uda Is dikenal oleh selebritis dan kalangan atas sebagai pembaca masa depan, dimana pendapatnya dimintai untuk kesuksesan berkarir, mejabat, pangkat, berpolitik, mendapat jodoh sampai mencari ‘jam tangan’ yang hilang. Ia hidup dengan standar metropolitan. Lengkap dengan asoseries modern, seperti mobil terbaru, saluran selular, minum kopi di café, makan malam di hotel berbintang. Jam tangan merk Bulgari dengan parfum bermerk serupa. Hobynya, hoby para raja, yaitu beternak kuda pacu. Tiga ekor kuda pacunya, sampai juara nasional. “Pada akhirnya kita semua harus kembali ke alam. Nyatanya, masyarakat desa yang dekat dengan alam, lebih tahan terhadap goncangan ekonomi. Makanya aku merintis hidup seperti itu,” kata Uda Is, di pondoknya. Seorang idealis kah dia ? Atau berperangai aneh ?

Berhuma Di atas Bukit
Ia bangun sebuah pondok di bukit berhutan rapat p
ada ketinggan 900 meter dari permukaan laut. Berhawa sejuk, bahkan mendekati dingin. Untuk mencapai pondoknya ia buat jalan sendiri. Panjang jalan 3. 5 km dengan lebar 1 meter meliuk – liuk mengikuti kontur perbukitan. Kalau berjalan kaki, membutuhkan waktu 2 jam baru sampai ke pondoknya. Sepanjang jalan dipayungi oleh hutan. Untuk memudahkan mencapainya, ia sediakan tiga buah sepeda motor trail. Pisik pondoknya tak berbeda dengan rumah para transmigran. Berdiri kokoh pas di lereng yang sudah diratakan. Seluruh bangunannya terbuat dari kayu. Balok, kaso dan papan dibiarkan apa adanya, tanpa penghalusan. Beratapkan seng, berlantai papan. Pondok dibagi tiga bagian. Bagian sayap kakan, berukuran besar untuk kamar tuan rumah dan kamar tamu. Bagian sayap kiri untuk para penjaga pondok. Sedangkan ruang satu lagi, berada di tengah – tengah, berfungsi sebagai dapur dan pemanas ruangan. Tidak ada ruang makan dan meja makan. Penggantinya berupa meja panjang dengan bangku panjang yang menghadap ke halaman. Air diambil dari mata air yang terdapat di lereng bukit. Air tersebut dialirkan menggunakan pompa berukuran besar. Ada bangunan lain yang berukuran kecil yang berfungsi sebagai rumah air. Penerangan menggunaknan pembangkit listrik. Di belakang pondok ditanami jagung dan singkong. Di halaman, menjuntai ketela. Ada sayur sawi, kol, terong, tomat, dan cabe serta tanaman lainnya. Di belakang pondoknya ia ternakkan ayam kampung. Sedangkan beras, dihasilkan dari sawah yang terletak di kaki bukit. Disamping itu, Uda Is menanami lahannya dengan durian, rambutan, mangga, jeruk, kopi dan kayu manis. Seperti yang dikatakan olehnya, garam saja yang didatangkan dari luar. Tidak ada kemewahan disini karena tiada perabot, televisi, tape recorder dan sebagainya. Kepada tamunya, ia seakan ‘memaksa’ orang untuk merasakan tinggal di rumah petani. Duduk – duduk di bangku panjang, baik siang maupun malam hari, terasa tak membosankan. Pandangan disini tak terhalang. Di sekitar pondok yang berhutan rapat itu, banyak ditemukan monyet dan siamang yang berbulu kemerah – merahan. Monyet – monyet tersebut keluar mencari makan padi sampai jam 10.00 dan sore sekitar jam 16.00. Binatang lainnya bisa disaksikan disini adalah berbagai jenis burung. Binatang tersebut dapat disaksikan dari pondok melalui teropong, atau mendekat sedikit di dalam hutan. Pondok tersebut tidak persis berada di puncak bukit. Puncak bukit berada sekitar 200 meter di atas pondok. Jalan juga buat. Di puncak bukit ada hellipad. Dari puncak bukit bisa terlihat samar – samar Danau Singkarak di bagian selatan. Ke utara, barat dan timur tampak dataran terhampar luas. Kota Payakumbuh dari sini jelas tampak. Beberapa kali hellikopter mendarat menjemputnya. Ke sinilah Uda Is membawa tamu – tamunya dengan sepeda motor trail untuk menikmati keindahan pemandangan. Oleh para remaja dan pelajar dari kota Payakumbuh, lokasi ini dijadikan sebagai tempat kemping. Ada cerita menyangkut pemburuan Tommy. Pondok Uda Is ini menjadi sasaran karena Tommy dikira bersembunyi di sini. Seorang pegawai Pemda Payakumbuh, sekampung dengan Uda Is, menceritakan bagaimana dirinya ditanyai macam – macam oleh intel soal Tommy. Sedangkan Uda Is saat itu ada di Jakarta. “Polisi mengada-ada. Aku tak kenal dengan Tommy,” kata Uda Is. Untuk berkomunikasi ke rumahnya, dilakukan dengan radio komunikasi. Baik di rumah maupun di pondok ia pasangi antena. Ketika bergerak di kawasan bukit, ia pergunakan radio HT. Selain itu, tentunya sangat penting baginya adalah berkomunikasi melalui saluran selular. Di sini sinyal diterima penuh.

Ingin Seperti Petani
Baru matahari terasa hangat ketika seorang lelaki datang menyandang bambu kering di bahunya. Ia baru saja keluar dari hutan membawa air nira yang diturunkan dari pohon enau. Nira terasa enak bila diminum ketika masih baru. Satu malam saja didiamakan, akan berubah rasanya menjadi tuak. Inilah hidangan keistimewaan dan kebanggannya. “Sedap, kan. Betul – betul baru dari pohon,” katanya. Uda Is dilahirkan di Setujuh Tungkar, Kecamatan Situjuh, Payakumbuh, Sumatera Barat 45 tahun lalu. Dari pernikahannya dengan Yusnimar, ia mempunyai tiga anak. Dua pria dan satu wanita. Anak pertama laki – laki, sekarang sedang duduk di bangku kuliah di Padang. Anak kedua kuliah di Jakarta. Sedangkan paling bontot, wanita, duduk di SMA. Setelah malanglang buana menuntut ilmu kebatinan, ia hijrah ke Jakarta. Di Jakarta kemudian dikenal sebagai paranormal kondang yang nasehatnya banyak dimintai. Gaya hidupnya tak ubahnya seperti selebriti. Oleh para pengusaha, sebentar – sebentar ia dibawa ke Malaysia, Singapura, Hongkong dan Australia. Untuk Apa ? Untuk dimintai pendapatnya soal prospek bisnis. Pendapatnya dan petunjuknya digunakan untuk langkah - langkah politik. Banyak orang yang mencarinya untuk dimintai bantuannya dalam menyesaikan berbagai masalah. Namun, ia tidak membuka praktek. Untuk bertemu dengannya, satu – satunya cara adalah menghubunginya dulu melalui nomor HP-nya. Ia mempunyai dua nomor HP. Satu nomor khusus untuk Jakarta, satu lagi untuk luar kota. Sedangkan nomor telepon rumahnya tidak pernah ia berikan kepada orang lain kecuali kepada orang dekatnya. Ia seperti ‘jual mahal’. Hanya atas refrensi tertentu ia menerima ‘pasien’. “Tidak akan aku perdagangkan kepandaianku. Aku hanya akan membantu orang – orang yang menurutku perlu bantuan. Tak peduli aku dia kaya atau miskin,” katanya. Soal membantu orang kecil, ada sebuah cerita darinya. Bagaimana ia mengeluarkan seorang pelacur dari rumah bordir di Jakarta sampai berumah tangga dan mempunyai anak. Ceritanya, si pelacur itu, mempunyai seorang pelanggan duda. Terhadap lelaki itu, di pelacur memperlakukannya secara khusus. Dia menyukai lelaki tersebut. Duda beranak dua itu bersifat cuek, kasar, keras kepala dan tak banyak bicara. Inilah, menurut si pelacur, lelaki yang bertanggungjawab terhadap keluarga dan bakal suskes hidupnya. Di mata si pelacur, lelaki tersebut bercerai dengan istrinya bukan karena kesalahannya, malainkan karena ketidakmampuan si istri memahami karakter suaminya. Pertemuan Uda Is dengan pelacur tersebut terjadi secara kebetulan di sebuah mal di Jakarta. Oleh dorongan batinnya, Uda Is menyapa perempuan tersebut dan mengajaknya berbicara. Dalam pertemuan – pertemuan berikutnya, sampailah cerita bahwa pelacur tersebut bertekad hendak menjadi istri bagi pelangganya itu. Mengapa harus lelaki itu ? tanya Uda Is. “Sudah banyak lelaki yang saya layani. Bahkan tak sedikit yang berlangganan dengan saya, tetapi dia yang saya layani dengan istimewa. Saya percaya, dia tidak menemukan lagi kenikmatan dari perempuan lain. Dia lelaki yang penuh tanggungjawab dan sukses hidupnya. Akan saya buat dia kaya,” katanya kepada Uda Is. Oleh Uda Is, diolahlah ‘perjodohan’ tersebut sehingga mereka menikah. Kini, kata Uda Is, mereka menjadi keluarga yang kaya dan sakinah. Mereka sudah naik haji satu kali dan dua kali umroh. Selain itu, mereka juga menyantuni anak – anak tanpa ayah. Satu lagi ucapan mantan pelacur tersebut yang selalu menjadi cerita klasik oleh Uda Is, adalah. “Uda Is”, kata mantan pelacur tersebut, “Melayani suami, dimulai dari membuatkan kopi atau teh untuknya. Sampai – sampai dia tidak menemukan kenikmatan teh atau kopi selain seduhan istrinya.” Sampai sekarang Uda Is masih berkomunikasi dengan wanita tersebut. Dari mantan pelacur tersebut, banyak pula pelajaran yang dipetik olehnya. Di kampungnya ia membuka peternakan sapi dan kambing. Untuk peternakan sapi saja, ia mempunyai lahan 40 ha di dua lokasi. Lahan tersebut ia tanami rumput gajah disamping durian unggul. Disamping itu, ia memiliki peternakan kuda pacu yang ia beri nama Situjuh Stable. Putri Situjuh dan Putra Situjuh adalah kuda – kuda pacunya yang pernah meraih juara nasional. Beberapa kudanya ia simpan di Gelanggang Pacuan Kuda Pulo Mas dan Sawangan Jakarta. Peternakan tersebut ia kelola secara modern. Beberapa pegawai mengurus pertenakannnya. Juga terdapat dokter hewan yang mengawasi kesehatan ternaknya. Peternakan sapi dan kambingnya sudah menghasilkan uang. Menjelang lebaran, sapi – sapi yang ia ternakkan ia lego ke pasar. Selain itu, ia memiliki sawah yang luas. Sawah – sawah produktif tersebut dikerjakan oleh penduduk dengan sistim bagi hasil. Uangnya banyak, tetapi tak ia simpan di bank karena katanya tidak satu pun bank Tiada masalah kecuali hama pengganggu tanaman. yang ia percayai. Lalu di bawah bantalkah ia menyimpan uangnya ? “Aku mempunyai brankas di rumah. Kemana – mana aku membawa uang tunai,” katanya. Lamunan sering membuahkan karya besar. Karena lamunan pulah akhirnya manusia bisa menjejakkan kakinya di bulan dan di dasar samudera. Demikian pula Uda Is yang suka melamunkan berumah di hutan. Betapa tenang hidup disana. Jauh dari hiruk pikuk kehidupan modern yang mendatangkan berbagai penyakit. Tiada masalah kecuali hama pengganggu tanaman. Kamampuannya membaca masa mendatang, pernah ia ramalkan akan terjadi peristiwa besar di Jakarta yang akan berkibat ke seluruh Indonesia. Akan terjadi krisis ekonomi dan politik yang berkepanjangan. Yang akan bertahan, katanya, adalah sektor tradisionil, seperti petani, peternak dan nelayan. Mereka inilah yang mampu swasembada. Ia patut – patutlah perbukitan yang memagari kampungnya itu. Bukit itu sendiri tidak berpenduduk, bahkan hampir tak terjamah. Selain curam, juga rapat hutannya. Ke bukit itu penduduk hanya mencari kayu dan mengambil hasil hutan seperti mancari madu, enau dan rotan. Ketika pertamakali idenya dilontarkan kepada istrinya, Yuiminar, dijawab, “Gila kamu.” Yusminar bukannya tak setuju. Baginya ide tersebut bisa diwujudkan dengan modal dan kemauan besar. Pada suatu hari Uda Is mengajak Yusnimar meninjau lokasi. Dengan merambah hutan, membawa pendamping dan bekal, Yusnimar terengah – engah mengikuti langkah suaminya sampai ke puncak bukit tersebut. Begitu berada di puncak bukit, mantaplah hati Uda Is dan Yusnimar. Mulailah Uda Is melakukan perkerjaan besar. Mula – mula ia lakukan pendekatan terhadap ninik mamak. Siapa pemilik tanah tersebut dan bagaimana cara membebaskannya. Ternyata perbukitan tersebut dimiliki oleh 400 orang dan luasnya 1200 ha. Pendek kata, pembebasan tanah lancar dilaksanakan pada tahun 1999. Begitu tanah dikuasai, Uda Is tak membuang – buang waktu lagi. Tahun itu juga jalan setapak diretas sampai ke puncak bukit. Bahan bangunan diusung. Dalam tempo tiga bulan, jalan dan pondok selesai. Selanjutnya adalah pekerjan membuka lahan pertanian. “Ratusan orang yang mengerjakannya. Di pondok inilah kelak aku menghabiskan masa tua,” terang Uda Is. Telah ia wujudkan cita – citanya dengan kemauan dan usaha yang keras. Pondok itu kini menjadi kebanggaannya. Banyak orang penting yang ia undang kesana. Diantanya yang sudah bermalam di pondoknya adalah Putu Arya Suta, mantan Ketua BPPN, Alex Bambang, Nia Daniati, dan sebagainya. Kalau ia pulang ke Payakumbuh, di pondok itulah ia sehari- hari. Dari sanalah pulalah ia ‘meneropong’ dan melakukan pendalaman batinnya. Dari pondok itu pulalah ia meledekin orang – orang Jakarta. Rizal Bustami / Foto : Agus Blues

HARGA BENELLI MOTOBI 152 TH 2023