Pondok Pemburu ? "Biasa - Biasa, Ah"
“Ah, orang-orang itu suka melebih-lebihkan,” jawab Puli, yang setia dengan sepeda odong-odongnya.
Sayang, kali ini, empat pemain sepeda tangguh lainnya tak ikut, yaitu Brour Ando “Peugeot”, Endi “Pak Kuat”, Andy “Brot”, Aji Rudy “Kebo Rawa”.
“Dua minggu lagi, kita tembusin ke Gunung Pancar. Kita bawa bekal makanan untuk di jalan,” ajak Dudung, si “Tukang GPS Garmin”.
Jumat malam, hujan di
Royke, si “Mulut Bawel”, saat itu pada kondisi yang tidak fits. Dengan semangat sebagai pendaki gunung tua, ia dorong-dorong sepeda sampai ke Pondok Pemburu. “Anggap aja ke Pangrango,” katanya yang sudah berkali-kali bersama Dudung ke Pondok Pemburu.
Yoga, yang termuda diantara kami, tinggal di Perumahan Yasmin, sampai menyusul tergopoh-gopoh ke Gerbang Jayanti. “Gue mah, kemana aja ayo...,” katanya yang selalu tersenyum.
Aroma tanah dicampur dengan bau dedaunan, terasa menyegarkan otak. Keicauan burung menjadi nyanyian pengusir lelah. Eddy Ruslan nampak menikmati betul sajian alam itu. “Ini gue suka banget... Segar...,” ungakpnya.
Kembali ke rumah, sekitar jam 14.00, ke 7 sepeda dibawa ke cucian mobil untuk dibersihkan dari lumpur.
Penggoes : Nurul, Puli, Yoga, Dani,
(Rizal Bustami / Foto : Rizal Bustami)