Monday, January 02, 2012

ANGKET PEMBACA

SEJAK DITERBITKAN PADA TAHUN 1999, CANTIGI PEACE TELAH MENDAPATKAN KEPERCAYAAN YANG LUAS DARI PEMBACA MANCA NEGARA.
SAYA SEBAGAI PENGELOLA BLOG INI, AKAN TERUS-MENERUS MENYAMBANGI PEMBACA DENGAN ARTIKEL YANG MENARIK.
SAYA JUGA INGIN MENGETAHUI MINAT PEMBACA.
PADA HALAMAN UTAMA,TELAH SAYA SISIPKAN "ANGKET PEMBACA".
SELAIN ITU,SAYA MEMINTA PEMBACA UNTUK MEMBERIKAN KRITIK DAN SARAN. 
KEPADA PEMBACA, SAYA HARAPKAN UNTUK MENGISI ANGKET TERSEBUT
GUNA MENGEMBANGKAN BLOG INI LEBIH LANJUT. 
UNTUK KRITIK DAN SARAN, DAPAT DICATATKAN DI HALAMAN KOMENTAR.
TERIMAKASIH, RIZAL BUSTAMI

Cianjur - Ranca Buaya





Gowes di Pantai Selatan Cianjur


Pantai Selatan Jawa Barat,  mulai dari Pelabuhan Ratu sampai ke Pangandaran, menjajikan pemandangan yang ekskotis. Jalan selatan ini menjadi rute jelajah touring mobil dan sepeda motor.


Jalan – jalan di sepanjang pantai ini pernah saya susuri beberapa bulan lalu pada suatu event touring dengan Terano Club. Pada penghujung tahun 2011, sebagai penutup tahun, saya melakukan perjalanan seorang diri menggowes sepeda dari Cianjur sampai dengan Ranca Buaya.


Panjang jalan dari Cianjur sampai Ranca Buaya lebih kurang 150 km. Ke Sindang Barang saja mencapai 100 km.

Gowes sepeda dimulai jam 08.00 dari Hypermart Canjur. Sampai di Sindang Barang, selepas jam 19.00. Tujuan berikutanya adalah Ranca Buaya, melewati Cidaun dan TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Jayanti. Munuju Ranca Buaya, sekitar 50 km, saya menumpang dengan kendaraan angkutan bak terbuka. Di Ranca Buaya saya bermalam. Namun, paginya, saya menggowes ke Sindang Barang. Di Jayanti, saya singgah ke pasar ikan. Disini banyak terdapat cottage. Harganya terjangkau untuk satu group.

Tapi saya lebih menyukai Ranca Buaya. Ranca Buaya terasa lebih lapang, pandangan ke laut bebas tanpa halangan. Di pinggir pantai terdapat saung-saung untuk istrirahat dan untuk makan. Penginapan murah, sekelas losmen ada disini. Hotel ber-AC pun ada. Warung makan, sampai ikan bakar pun tersedia.


Hanya saja, menuju pantai yang ekskotis ini memang terlalu jauh. Ini menjadi pertimbangan. Namun, bagi pengelana sepeda, sugguh perjalanan yang luar biasa.

Jalan yang sepi dari kendaraan bermotor, kawasan yang lapang, pantai yang bebas pandang pandang, disinilah tempatnya.

Menuju Sindang Barang, jalan melintasi Perkebunan Teh Cibeber, hutan dan lembah.

Monday, December 26, 2011

Capita Selecta M.Natsir Bagi X

II. PENDIDIKAN
IDEOLOGI DIDIKAN ISLAM
Pidato pada Rapat Persatuan
Islam di Bogor, tg. 17 Juni 1934

I.
          Ibu-bapa dan saudara-saudaraku kaum Muslimin
Kini kami meminta perhatian ibu-bapa dan saudara-saudara kami kaum Muslimin yang hadir, terhadap satu masalah, yang mengambil tempat yang sangat penting dalam kehidupan kita sebagai manusia umumnya, dan sebagai pengikut dari Junjungan kita, Nabi Muhammad s.a.w. khususnya. Masalah itu, ialah masalah didikan anak-anak kita kaum Muslimin.
Maju atau mundurnya salah satu kaum bergantung sebagian besar kepada pelajaran dan pendidikan yang berlaku dalam kalangan mereka itu.

Monday, December 19, 2011

Banjir Flipina


Cantigi Peace turut berduka dan prihatin bencana banjir yang terjadi di Pulau Mendanau, Flipina yang telah menimbulkan 600 korban jiwa, ribuan cidera serta kerusakan harta benda. Semoga rakyat dan negara sehabat ini kuat dan segera bangkit. Foto-foto diambil dari bbc.co.uk.com (Rizal Bustami)

Sunday, December 18, 2011

Capita Selecta M.Natsir Bagian IX

PEMANDANGAN TENTANG “BUKU-BUKU ROMAN” JANUARI 1940
Bandung, tgl. 1 Januari 1940
Sdr. Z. A. ahmad dan
M. Yunan Nasution

Assalamu’alaikum w.w.
Surut sdr-sdr kebetulan sama datangnya, yakni yang berhubung dengan ajakan sdr-sdr supaya saya turut menulis satu artikel tentang roman-roman yang sekarang musim diperbincangkan orang.
Lama saya beragak-agak hendak menulis, akan tetapi kesudahannya saja mengambil keputusan, meminta maaf kepada sdr-sdr, lantaran tidak sanggup saya memenuhi ajakan sdr-sdr itu. Sebabnya, bukan lantaran apa-apa, melainkan karena saya belum lagi membaca roman-roman tersebut. Bagaimanakah saya akan menetapkan salah satu pemandangan terhadap sesuatu yang belum saya ketahui. Satu tahun yang lalu, pernah saya mendapat kiriman satu kitab roman yang baru terbit, yang bersangkutan dengan Tuanku Imam bonjol. Akan tetapi pembacaan yang satu itu tentu tak mungkin menjadi dasar untuk membicarakan puluhan roman yang belum saya baca.
Oleh sebab itu harap dimaafkan. Dalam pada itu harap jangan sdr-sdr sangka, bahwa saya menganggap masalah roman ini tak begitu penting, atau bagaimana. Roman adalah salah satu dari bentuk-bentuk perpustakaan, jadi juga salah satu bahagian dari kebudayaan, satu bahagian dari cultuurverschijnsel. Sedangkan bermacam-macam kelahiran kultur itu,ialah lukisan dari tingkatan kecerdasan salah satu kaum, bukan? Betul ada juga saya mendengar dan membaca keberatan-keberatan beberapa pembaca, umpamanya yang berhubung dengan scene asyik ma’syuk itu. Itu bukan satu hal yang tak mungkin terjadi dalam roman-roman kita. Saya tidak baca sendiri roman yang asal. Cuma saya baca beberapa penolakan atau keberatan-keberatan tersebut.
Umpamanya penolakan itu begini: “Pekerjaan asyik-mas’syuk itu bukan satu hal yang tak mungkin terjadi dalam masyarakat kita sekarang ini. Apakah salahnya kita menceritakan hal-hal yang mungkin terjadi, bukan fantasi dan bukan dusta? Semuanya itu bisa dibaca saban waktu dalam warta harian surat-surat kabar. Melukiskan satu asyik-ma’syuk itu ‘kan tidak berarti: menyuruh orang mengerjakannya! Apa bahayanya? Dll. Dll.

HARGA BENELLI MOTOBI 152 TH 2023