Friday, June 21, 2019

Serial Kawasan Wisata Flores, Nusa Tenggara Timur. Bagian III

RUTE LABUAN BAJO-DINTOR LEWAT LEMBOR


Pulau Mules dari pesisir selataan Flores

Rute ini menyajikan tantangan dan keindahan karena bukan jalan utama.

Tidak menyangka, jika di Pulau Flores memiliki persawahan yang luas. Salah satu area persahawan yang luas itu ada di Kecamatan Lembor.
Lembor sentra beras, dengan pertanian yang modern

Selepas mengikuti Jalan Trans Flores – Ruteng – yang menanjak dan berkelok-kelok patah, jalan menurun dan kemudian mendatar sampai di Lembor. Menjelang sampai di Lembor, terbentang persawahan – dimana jalan raya mulus membelah dalam bentuk huruf “L”. Tidak menyangka pula, pertanian padi disini amat modern, ditandai dengan pengerjaannya sudah memakai mesin. Menggunakan mesin dimulai sejak proses penolahan tanah, dan saat panen. Tiba saatnya panen, mesin-mesin seukuan mini buatan merek Jepang ke sawah memanen padi. Mesin keluar dari sawah sudah membawa gabah bersih.


Di sepanjang jalan di Lembor baik menuju Ruteng maupun ke Kecamatan Lembor Selatan, di pinggir jalan petani menjemur padi.

Berada di daratan yang rata dan berada dibawah perbukitan, menjadikan Lembor melimpah air dan menjadikan tanahnya subur. Keadaan ini serupa kearah Ruteng. Namun berbeda dengan kearah Lembor Selatan dan Dintor, semakin ke selatan keadaan alam semakin kering. Jalan Lembor, Lembor Selatan dan Dintor inilah yang saya susuri dengan sepeda.


Tujuan perjalanan dengan sepeda adalah ke Dintor untuk menuju Pulau Mules dan ke Kampung Adat Waerebo.

Perjalanan saya mulai dari Labuan Bajo. Semula saya menggowes sepeda. Setelah menjajal beberapa tanjakan dan kelokan Trans Flores, saya menyerah dan melanjutkan perjalanan dengan kendaraan umum trayek Labuan Bajo-Ruteng. Di Lembor tiba sore. Bermalam di Homestay ….

Di Lembor ada dua homestay, yaitu Homestay …. Dan Homestay. Disini tersedia beberapa tempat makan yang cukuplah, dan tentu ada rumah makan Padang. Perbankan dan ATM yang tersedia, yaitu Bank BRI dan Bank NTT. Kecamatan Lembor memiliki Puskesmas dengan fasilita sUGD dan ada apotik. Jaringan komunikasi dan data hanya tersedia Telkomsel.

Kembali ke atas, perjalanan menuju Dintor, jika dilakukan baik itu dengan mobil, sepeda motor atau bersepda, disarankan membeli makanan dan keperluan lain di Dintor.

Dari Dintor, mengarah ke selatan, selang 1 kilometer dari Pasar Lembor. Jalan relative menurun dan lurus. Di kiri kanan jalan terhampar persawahan. Makin ke selatan, keadaan alam semakain kering.

Setelah melewati Puskesmas Lembor Selatan, ditemui sungai dengan airnya yang bersih disebelah kana jalan. Kemudian, ditemui Desa Nanga Lili, yang mayoritas dihuni oleh warga  berasal dari Bugis. Desa ini berada dekan pantai, jadi masyarakatnya menjadi nelayan. Terdapat masjid cukup dan took kelontong kecil.
Makin ke selatan, alam makin keras, gersang. Sepanjang jalan dari Desa Nanga Lili ke Desa Dintor, tidak ada aliran listrik.
Sampai ke pantai, jalan cukup baik dan besar. Selanjutnya ke arah timur – lebih banyak menelusuri pantai, jalan sedikit mengecil, dengan kondisi jalan cukup baik. Di dua sungai, sedang dibangun jembatan. Pada tahun 2019, kedua jembatan tersebut sudah siap pakai. Meski sedang pembangunan jembatan, mobil ukuran kecil dan mobil wisata bisa melalui jalan ini. Bagi wisatawan ke Kampung Adat Wae Rebo, rute selatan ini pilihan terbaik, karena lebih pendek dan berpemadangan indah.

Rute selatan ini ekskotis, memiliki daya tarik yang khas dan belum banyak diketahui umum. Rute wisata ini, tidak mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Barat dan Kebupaten Manggarai.

Desa Dintor, yang secara administrasi berada di Kabupaten Manggarai, tidak ada apa-apa disini. Sebagai kawasan transit ke dua kawasan wisata, yaitu ke Wae Rebo dan Pulau Mules, seharusnya ditata – supaya menarik dipandang mata.
Terbentang laut lepas di selatan Flores, dan pantai berbatu bulat – lonjong berwarna hitam seakan membingkai pantai.

Jalan beraspal, dikiri perbukitan rendah, dan kiri jalan laut. Jalan turun naik, cendrung lurus kearah timur. Samar-samar, diujung pantai timur, tersembul dari lautan seperti bukit, yang bentuknya berpunduk. Nah itulah Pulau Mules.

Setelah melewati tanjakan pendek, jalan berada diatas tebing pantai. Terdapat kawasan terbuka, dan bebarapa bangunan kecil terbengkalai dan jalan setapak berbeton. Rupanya kawasan ini pernah dibangun fasilitas wisata, tapi tidak dilanjutkan. Pantai Hera nama lokasi ini. Memang terpat sebagai kawasan wisata. Tebing yang curam, dibawahnya terdapat sumber air panas yang keluar dari karang. Laut lepas, dengan pemandangan Pulau Mules. Karena telah memasuki sore, saya berniat istirahat malam disini. Lokasi yang saya pilih bangunan kecil, sepertinya toilet yang terbengkalai. Selagi membongkar bagasi sepeda, saya didatangi warga lokal, dan bertanya mau apa yang saya lakukan. Saya katakan, saya mau bermalam disini. “Jangan disini. Ikut saya saja,” kata Paul Kecil, yang kemudian memperkenalkan namanya.

Saya dibawa ke sebuah homestay, Pante Hera Homestay dimana dia bekerja disana. Homestay tersebut tidak ada tamu. “Bolehkah saya istirahat disini?” “Boleh. Tapi, kita ke rumah saya dulu,” katanya.

Matahari sudah tenggelam. Disini tidak ada penerangan listrik PLN. Dengan lampu senter, saya mengikuti mereka ke kampungnya. Di rumahnya, saya disediakan makan. Setelah makan, saya diantar kembali ke homestay.

“Bapak, karena kami besok pagi akan ke Lembor ada pesta keluarga, bapak kunci saja paga ini,” kata Paul dengan menunjukkan pintu pagar.

Malam itu saya di homestay sendirian. Tida ada suara yang lalu lalang, kecuali suara desiran angin dan deburan ombak yang menampar dinding karang. Pagi sekali, sebagaimana saran Paul Kecil, saya meninggalkan homestay, mengowes sepeda ke Dintor. Kejadian itu, salah satu kebaikan yang saya terima, dari sekian kebaikan yang ditawarkan kepada saya.

Selama dalam perjalanan ini, saya tidak pernah berjumpa dengan mobil, sepeda motor pun sekali-kali saja. Aktivitas cukup besar, pembangunan jembatan. Banyak alat-alat berat memapas tebing batu. Dua bocak kampung, membantu saya mendorong sepeda karena tanjakannya tajam sekali. Kedua bocah tersebut mengantar saya sampai di Desa Borik. Disinilah saya baru menemukan kios kelontong. Saya membeli minuman mineral, dan memesan teh manis. Air mineral menerima pembayaran dari dari saya, tapi teh manis di teko gratis.

Tibalah saya di Dintor sekitar jam 13.00. Serangkaian perjalanan dua hari yang melelahkan, dari atas dipanggang matahari, dari bawah terkena hawa panas aspal.
Lapar dan haus. Di Dintor ada satu-satunya warung makan kecil, tapi pun makanannya tidak tersedia. Maka makan nasi putih dengan telor dadar sajalah.

Dintor, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai, merupakan check point ke Kampung Adat Waerebo, ke Pulau Mules dan ke Ruteng. Banyak turis berkunjung ke Waerebo. Jalan yang telah saya lalui, merupakan jalur wisata.

Sebagai pintu gerbang ke wisata unggulan, yaitu ke Waerebo yang legendaris, seperti kampung tak terurus. Jalannya sempit dan kotor. Tidak ada apa-apa disini. Toko kelontong, tempat makan tidak memadai. Toilet, yang sangat dibutuhkan bagi wisatawan, tidak tersedia.

Untuk ke Waerobo, biasanya turis berangkat dari Labuan Bajo dengan mencarter mobil sekelas Avanza seharga Rp.1.500.000. Rute yang dipakai yaitu Labuan Bajo, Lembor, pantai selatan, Dintor. Bisa juga melalui Ruteng.

Ke Dintor,  dari Labuan Bajo maupun dari Ruteng, tidak tersedia transportasi umum. Namun demikian, transportasi umum antara Ruteg dan Dintor, hanyalah apa disebut disana oto cold, yaitu truck yang dijadikan sebagai kendaraan penumpang. Oto cold ini akan menjadi bagian cerita sendiri, karena unik dan mengundang tertawa.
Kapasitas jalan antara Lembor sampai Dintor, bisa dilalui dengan kendaraan kecil sampai sedang. Jalan beraspal, meski kecil di bagian selatan. Dua buah jembatan sedang dalam pembangunan, yang nantinya bisa dilalui oleh mini bus. Disepanjang jalan ke selatan dan diselatan, tidak tersedia warung makan dan Pom bensin. Penjual bensin eceran pun jarang. Toko kelontong ada, namun jarang. Jaringan komunikasi dan data hanya pelayan operator Telkomsel. Dibagian selatan, sampai ke Dintor bagian timur, tidak tersedia jaringan listrik PLN.

Rute Labuan Bajo, Lembor, Dintor bagi saya luar biasa unik dan cantik. Bagi yang gemar jalan-jalan, rute ini boleh dicoba. Sepanjang jalan menyajikan pemandangan dan suasana lingkuran yang berubah-ubah dan berbeda. Selepas kegersangan alam yang kecoklatan, berganti dengan kehijauan dan kebiruan laut. Kemunculan Gunung Pulau Mules selalu membuat kecutan baru. Bukankah wisata itu kejutan-kejutan penglihatan?



Data Metrik GPS :
Labuan Bajo-Lembor   : 60 km
Lembor-Dintor              : 38 km

  

 

























Powered by Wikiloc

Powered by Wikiloc


Powered by Wikiloc


No comments:

HARGA BENELLI MOTOBI 152 TH 2023