Labuan Bajo, oh Labuan Bajo….
Berdebu, Tumpukan Sampah, Lalu lintas
yang kacau…
Labuan Bajo
dulunya berupa kampung nelayan, yang didiami oleh masyarakat Bajo dari
Sulawesi. Kawasan kemudian berkembang secara alami, sebagai pijakan berikutnya
bagi wisatawan yang hendak mengunjungi hewan komodo di Pulau Rinca, dan pulau
lainnya. Nelayan Bajo, adalah pemberi jasa transportasi laut awalnya, sebelum
investor datang dengan kepal cepat dan kapal pesiar. Warga asli keturuan Bajo
tersebut masih bermukim di Labuan Bajo, di sepanjang pusat wisata.
Kawasan
pantai Labuan Bajo berlahan datar sempit. Selebihnya, perbukitan yang mana
kemudian berkembang sebagai kawasan perkantoran dan pemukiman.
Kabupaten
Mangarai Barat merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Manggarai berdasarkan
Undang Undang No. 8 Tahun 2003. Wilayahnya meliputi daratan Pulau Flores bagian
Barat dan beberapa pulau kecil di sekitarnya, diantaranya adalah Pulau Komodo,
Pulau Rinca, Pulau Seraya Besar, Pulau Seraya Kecil, Pulau Bidadari dan Pulau
Longos. Luas wilayah Kabupaten Manggarai Barat adalah 9.450 km² yang terdiri
dari wilayah daratan seluas 2.947,50 km² dan wilayah lautan 7.052,97 km².
Labuan Bajo
merupakan gerbang wisata bukan saja untuk melihat Komodo, tetapi juga melihat
kawasan ekskotis lainnya di Pulau Flores. Biasanya, setelah mendatangi Komodo,
wisatawan asing, akan melanjutkan perjalanan ke kawasan lainnya di Flores,
seperti ke Kampung Adat Wae Rebo, ke Ruteng, Bajawa, dan ke kelimutu.
Kota yang
tekenal ini, sayangnya tidak menggambarkan sebagai etalase atau outlet wisata.
Kota ini hanya fokus dan terlena menjual komodo. Tamu tidak akan mendapatkan informasi
pandang mata di pusat-pusat wisatawa, seperti di pelabuhan, bandara, di titik
kumpul wisatawan. Sedangkan di Bandara Komodo, informasi yang menonjol hanya
kunjungan ke Komodo.
Kota ini
terabaikan. Kotor dan berdebu. Tumpukan sampah membuat kesan yang tidak baik
bagi pengunjung.
Di koridor
wisata, tepatnya di Jalan Yos Sudarso, lalu lintas kendaraan pribadi, kendaraan
wisata dan angkutan ekspedisi menjadi satu. Jalan Yos Sudarso, disandingkan
dengan Bali, seperti Jalan Raya Kuta, Jalan Siminyak dan Jalan Legian – dimana
terpusat kegiatan tourisme.
Disepanjang
jalan ini, pusatnya bisnis pariwisata, hotel, café, rumah makan, jasa wisata,
pelayanan daving, perbankan, mini market, dan sebagainya. Betapa kacaunya jalan
ini, ketika dilewati oleh truck-truck pengangkut barang, sehingga menggangu
aktivitas dan kesantaian turis.
Sebaiknnya
pemerintah daerah menyediakan jalan sendiri untuk transportasi besar. Keadaan
macam itu, membuat enggan turis melakukan kegiatan di uar hotel.
Jarak antar
kota :
Labuan Bajo
– Waerebo : 112 km
No comments:
Post a Comment