Sunday, October 04, 2009

Gunung-gunung Pulau Jawa Terbakar

Hutan Lereng Merapi
Hasan Sakri Ghozali (ANTARA News)
Selasa, 29 September 2009

Hutan di kawasan lereng Gunung Merapi tepatnya di Dukuh Stabelan, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jwa Tengah, Selasa, mengalami kebakaran.

Kepala Desa (Kades) Jrakah, Kecamatan Selo, Tumar, mengatakan, kebakaran hutan terjadi di kawasan Desa Tlogolele, Kecamatan Selo atau sebelah sisi barat Gunung Merapi, sekitar pukul 09:00 WIB.

Menurut informasi dari warga setempat yang sedang bekerja di ladang, kata Tumar, api diketahui sudah menjalar di lereng Kali Apu, Dukuh Stabelan, Desa Tlagolele.

"Api yang merambat dan membakar hutan itu diperkirakan seluas lima hektare," katanya.

Menurut dia, pihaknya bersama perangkat desa dan warga Tlogolele langsung menuju ke lokasi kebakaran berupaya untuk memadamkan api.

Kapolsek Selo AKP Suparma, ketika dihubungi, membenarkan adanya kebakaran tersebut. Pihaknya langsung menurunkan anggotanya menuju lokasi kebakaran.

Menurut dia, lokasi kebakaran jauh dari pemukiman penduduk, tetapi pihaknya dibantu warga setempat melokalisasi api agar tidak menjalar lebih luas ke daerah lain.

"Kami belum bisa memberi keterangan penyebab kebakaran itu. Kami terus berupaya memadamkan api agar tidak menjalar ke lokasi lain," katanya.

Menurut dia, hutan yang terbakar tersebut tidak masuk wilayah Taman Nasional Gunung Merapi. Api membakar semak belukar di ladang milik desa yang digarap warga setempat.

Menurut dia, semak belukar pada musim kemarau sekarang ini mulai mengering, sehingga sedikit percikan api dapat dengan mudah menimbulkan kebakaran.

"Informasi warga, timbulnya api pertama kali dari dasar Kali Apu. Kami baru menyelidiki awal penyebab terjadinya kebakaran," katanya.(*)

Hutan di Lereng Gunung Sumbing
Anggoro (ANTARA News)
Minggu, 27 September 2009

Kawasan hutan lindung di lereng Gunung Sumbing Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Minggu, terbakar.

"Kebakaran terjadi di petak 15 D1 dan 15 D5, Resor Pemangkuan Hutan (RPH) Cepit," kata Asisten Perhutani Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Temanggung, Rani Maharto, di Temanggung, Minggu.

Ia mengatakan, hutan yang terbakar itu masuk wilayah Desa Batursari, Kecamatan Kledung. Kebakaran diketahui sekitar pukul 10.00 WIB dan baru bisa dipadamkan pada Minggu sore.

Kebakaran tersebut telah menghanguskan semak belukar dan tanaman muda seluas kurang lebih tujuh hektare, kata dia.

Menurut dia, kebakaran itu telah menghanguskan sejumlah tanaman rimba campur berumur dua tahun.

"Hingga saat ini kami belum mengetahui berapa kerugian akibat kebakaran itu," katanya.

Ia mengatakan, sekitar pukul 16.00 WIB api baru bisa dipadamkan setelah sejumlah petugas dari Perhutani dibantu kepolisian serta masyarakat memadamkannya.

"Sebanyak 14 personel dari Perhutani dibantu tiga orang polisi dan 11 warga masyakarat sekitar hutan ikut memadamkan kobaran api," katanya.

Ia mengatakan, hingga Minggu petang beberapa personel dari Perhutani masih berjaga-jaga di sekitar lokasi kebakaran karena khawatir akan muncul titik api baru.(*)

Hutan Lereng Gunung Lawu
Arief Priyono (ANTARA News)
Sabtu, 26 September 2009

Hutan di lereng Gunung Lawu, tepatnya di RPH Manyul, BKPH Lawu Utara, KPH Lawu dan sekitarnya di Jatim, terbakar, Sabtu, kata Humas KPH Lawu Ds, Mujiono.

Ia mengatakan, untuk pantauan sementara petak hutan yang terbakar adalah petak 39 dan 40. Hutan mulai terbakar sekitar Sabtu sore.

"Belum tahu pasti berapa jumlah luas hutan yang terbakar. Saat ini petugas yang ada dibantu dengan polisi dan warga setempat tengah berusaha memadamkan api," ujarnya saat dihubungi.

Menurut dia, pihaknya belum dapat memastikan titik api berawal dari mana. Demikian juga kebakaran disebabkan karena apa, hingga kini masih diselidiki lebih lanjut.

Mujiono memperkirakan api akan lama dipadamkan, karena angin yang cukup kencang dan kondisi medan yang sulit.

Hingga kini pihaknya dengan instansi terkait terus berupaya untuk memadamkan api.

Ia menambahkan, pantauan secara kasat mata, api cukup jelas terlihat. Kemungkinan api telah menyebar ke petak hutan yang lain.

"Saat ini petugas tengah berada di lapangan untuk memadamkan api yang kemungkinan terus meluas," katanya.(*)

Hutan Gunung Lawu Terbakar
Anggoro (ANTARA News)
Selasa, 29 September 2009

Warga yang tinggal di sekitar Gunung Lawu diminta lebih waspada, terkait adanya kebakaran hutan di sisi utara gunung tersebut, kata Bupati Karanganyar Hj Rina Iriani SR di Karanganyar, Selasa.

"Saya minta kepada aparat pemerintah dan masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan terkait adanya kebakaran hutan tersebut dan juga harus siap memadamkan apabila sewaktu-waktu kebakaran itu merembet ke wilayahnya, meskipun dengan cara manual," kata Bupati di ruang kerjanya.

Ia menjelaskan, kebakaran yang semula melanda kawasan Girimulya, Jogorogo, Ngawi, Jawa Timur, kini mulai merembet ke wilayah Karanganyar, Jawa Tengah, meskipun yang terbakar sebagian besar hutan alang-alang.

Menurut Bupati, kebakaran hutan khususnya di daerah Gunung Lawu yang masuk wilayah Karanganyar sekarang sudah banyak berkurang, semenjak adanya penyuluhan mengenai larangan pembuatan arang di tengah hutan tersebut.

"Kebakaran hutan di Gunung Lawu itu memang sebagian besar akibat ulah manusia, salah satu diantaranya pembuatan arang di musim kemarau yang dilakukan di tengah hutan tersebut," katanya.

Besarnya angin yang bertiup, terutama jika sore hari, mengakibatkan api yang membakar hutan pinus dan hutan alang-alang di Gunung Lawu masuk ke wilayah Karanganyar bagian timur laut.

Sekitar satu hektare hutan alang-alang yang masuk wilayah Anggrasmanis, Kecamatan Jenawi, telah terbakar.

Di Karanganyar sendiri terdapat empat hektare hutan lindung yang ada di lereng Gunung Lawu sebelah utara. Hutan tersebut terdapat di Desa Girimulyo Ngargoyoso, Argodalem, Wukirbayi, Selo Pundhutan, Sendang Macan, dan Anggrasmanis.(*)

Kebakaran Hutan di Lereng Gunung Lawu Meluas
Anggoro (ANTARA News)
Minggu, 27 September 2009

Kebakaran hutan di lereng Gunung Lawu, tepatnya di Resor Pemangkuan Hutan (RPH) Manyul, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Lawu Utara, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Lawu dan sekitarnya (Ds) pada Sabtu (26/9) kemarin terus meluas.

Wakil Administratur KPH Lawu, Ds, Mamun Mulyadi, Minggu, mengatakan, berdasarkan pantauan di lapangan hingga siang ini luas area yang terbakar bertambah. Padahal pada malam sebelumnya ditaksir seluas 200 hektare.

"Diperkirakan luas area hutan pinus di kawasan hutan lindung dan hutan produksi wilayah KPH Lawu, Ds yang terbakar telah mencapai 600 hektare. Api telah meluas hingga mencapai puncak Lawu," ujarnya.

Ia mengungkapkan, titik api awal mula terlihat pada petak 39, lalu merambat hingga petak 38 dan 40. Api dengan cepat melalap pohon pinus berumur dua tahun dan semak ilalang di sekitar hutan.

"Angin yang bertiup kencang membuat api dengan cepat menjalar dan membakar tegakan hutan di petak lainnya. Hingga kini upaya pemadaman api masih terus dilakukan oleh petugas yang dibantu dengan warga desa sekitar," katanya.

Beruntung, area hutan yang terbakar masih berjarak 3 kilometer dari perkampungan warga yakni di Dusun Manyul, Desa Ngrayudan, Kecamatan Jogorogo, Ngawi. Sedikitnya 600 warga dikerahkan untuk membantu memadamkan api.

"Selain itu, personel dari Polwil Madiun, Polres Ngawi, dan TNI juga ikut dikerahkan,karena kebakaran yang terjadi cukup besar. Medan yang berbukit-bukit cukup menyulitkan petugas dan warga untuk memadamkan api," katanya.

Ia menjelaskan, upaya pemadaman api yang dilakukan masih menggunakan cara tradisional yakni dengan menggunakan "gepyok" yakni pemadaman dengan menggunakan sarana dahan pohon yang dipukul-pukulkan.

Selain itu, petugas dan warga juga berusahan membuat sekat atau ilaran untuk mencegah api menjalar ke petak hutan lain. Namun, angin yang kencang dan cuaca yang sangat panans membuat api semakin membesar.

"Belum diketahui secara pasti kebakaran hutan. Hingga kini petugas KPH Lawu, Ds dan polisi masih menyelidikinya. Untuk sementara diduga karena daya-daya alam dan cuaca yang cukup panas. Namun, kami akan menyedidikinya guna antispasi penyebab lainnya," katanya. (*)

Puluhan Hektare Pinus Gunung Guntur
Selasa, 22 September 2009
(ANTARA News)

Sekurang-kurangnya 20 hektare hutan pinus beserta alang-alang di Gunung Guntur Garut, hingga Selasa siang masih terbakar.

Kebakaran sejak Senin sore (21/9) itu mengakibatkan timbulnya jilatan api yang tertiup angin kencang hingga mencapai puncak gunung berketinggian 2.249 mdpl (meter di atas permukaan laut).

"Asap tebal mengagetkan kami yang sempat mengira gunung meletus," kata Rachmat(56) warga Pasawahan yang berlokasi di kaki gunung itu, Selasa.

Dia mengaku belum ada pihak yang melakukan upaya pemadaman. "Kemungkinan aparat Kehutanan termasuk dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat masih berlebaran," katanya.

Warga yang akan mencari kayu bakar terpaksa mengurungkan niat. Mereka menghitung sekurang-kurangnya ada 20 titik api pada area seluas 70 hektare lebih di seputar puncak gunung api itu.

"Meski peristiwa kebakaran ini telah berkali-kali, namun hanya kebakaran kali ini yang jilatan apinya mencapai puncak gunung," kata Rachmat.

Sumber api disebut-sebut warga berasal dari kaki gunung di blok Legok Pulus, penyebabnya diduga kemarau panjang yang mengakibatkan banyak bebatuan pecah sehingga menimbulkan percikan api.

Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Dan Bencana Geologi (PVMBG) Dr Surono saat dihubungi mengemukakan, gunung api Guntur bertipe "Strato" itu berada pada 07 derajat 08`30" Lintang Selatan dan 107 derajat 20` Bujur Timur.

Posisi terdekatnya dari kota Garut 1.600 meter, yang selama ini pada kawasan kaki gunung tersebut terus menerus dilakukan penggalian pasir serta batu.(*)

Pemulihan Dampak Ekologi Gunung Lawu 5 Tahun
Hasan Sakri Ghozali (ANTARA News)
Kamis, 1 Oktober 2009

Sejumlah titik api yang terus membakar hutan di lereng Gunung Lawu terlihat dari Dusun Gondang, Desa Jabong, Kecamatan Panekan, Magetan, Jawa Timur, Selasa (29/9) malam.

Pemulihan dampak ekologi akibat kebakaran hutan yang melanda lereng Gunung Lawu di Ngawi dan Magetan, Jawa Timur, dalam sepekan terakhir, diperkirakan memerlukan waktu sedikitnya limatahun.

Direktur Utama Perum Perhutani Upik Rosalina Wasrin saat meninjau lokasi kebakaran hutan Gunung Lawu di KRPH Lawu Selatan, Magetan, Kamis, mengatakan, dibutuhkan waktu yang lama dan biaya yang sangat besar untuk merehabilitasi hutan yang terbakar di kawasan KPH Lawu.

"Padahal, disisi lain saat menunggu rehabilitasi hutan, ketidakseimbangan ekologi juga dikhawatirkan mengakibatkan bencana kekeringan di musim kemarau serta banjir dan longsor di musim penghujan," ujarnya kepada wartawan.

Menurut dia, rusaknya hutan lindung dipastikan mengakibatkan terganggunya iklim dan siklus tata air di kawasan sekitar Gunung Lawu ini. Hutan lindung akan kehilangan fungsinya dan hal tersebut bisa mengakibatkan berbagai bencana.

Untuk merehabilitasi tanaman pada seluas 1.370,7 hektare hutan lindung dan produksi di kawasan BKPH Lawu Utara memerlukan biaya sedikitnya Rp1,8 miliar dengan waktu minimal 3 hingga 5 tahun. Sementara untuk 147 hektare tanaman di hutan lindung harus menganggarkan untuk kerapatan tanaman kembali.

Perhutani menyatakan, untuk merehabilitasi 1 hektare lahan di hutan produksi memakan biaya Rp1,2 juta hingga Rp1,5 juta. Padahal yang akan direhabilitasi sebanyak 1.370,7 hektare di BKPH Lawu Utara dan 147 hektare di BKPH Lawu Selatan.

Upik Rosalina mengatakan, kerugian kayu yang dialami oleh Perhutani pada kebakaran hutan produksi Gunung Lawu memang tidak ada. Namun, kerugian terkait ekologi akibat hutan lindung yang rusak sangat tidak terukur.

"Rusaknya keseimbangan ekologi akibat kebakaran hutan memang tak terbeli. Jika dilihat kerugian dari segi harga tanaman dan ongkos menanam saja tidak seberapa. Tetapi, dampak akibat rusaknya ekologi tidak dapat ditaksir," terangnya.

Karena itu, rehabilitasi hutan di Gunung Lawu akan menjadi prioritas Perhutani, terlebih Unit II Perum Perhutani Jatim. Wakil Kepala Unit II Perum Perhutani Jatim, Eddy Djanad, menyatakan, agenda rehabilitasi tersebut akan dilakukan akhir tahun ini juga.

"Kami menargetkan pada Nopember atau Desember tahun ini penanaman kembali hutan yang telah rusak di Gunung Lawu akan dilakukan," katanya saat mendampingi Dirut Perum Perhutani.

Eddy menyatakan, kebakaran hutan yang melanda Gunung Lawu dalam sepekan ini telah berahasil diatasi. Selain mengerahkan ratusan petugas gabungan dari unsur polisi hutan, Polres Ngawi, Polres Magetan, Kodim Magetan, Kodim Ngawi, dan warga, pemadaman hutan juga melibatkan perkulmpulan pencita alam, Anak Gunung Lawu (AGL).

"Hujan sudah mulai turun di Gunung Lawu sejak Kamis pagi. Dengan bantuan air hujan meski tidak deras tersebut, titik api di petak-petak hutan yang terbakar telah padam," katanya.

Sebelumnya, lebih dari 1.370,7 hektare lahan hutan produksi di wilayah Gunung Lawu yang berada di wilayah RPH Manyul, Ngetrap, Campurejo dan Banjaran, BKPH Lawu Utara, Ngawi terbakar sejak Sabtu (26/9) di petak 19 hingga 40.

Hembusan angin yang semakin kencang mengakibatan kebakaran juga melanda 147 hektare hutan lindung di kawasan RPH Ngiliran dan Bedagung, BKPH Lawu Selatan, Magetan, tepatnya di petak 51,52 dan 73 dengan titik kebakaran tertinggi di 3.000 meter di atas permukaan laut (dpl).(*)

No comments:

HARGA BENELLI MOTOBI 152 TH 2023