(Catatan : Artiel ini, adalah bagian dari tulisan tentang
Nusa Tenggara saya karang. Rizal Bustami)
Nusa Tenggara, Bagian Indonesia yang Berbeda
Nusa Tenggara di alam berbeda, manusian yang tak pernah dikuasai oleh penguasa mana pun pada zamannya. Alam telah membentuk watak manusianya menjadi manusia yang mandiri dan berdikari.
“Pulau-pulau itu dianugrahi pantai pasir putih, air laut transparan dan batu karang yang indah. Jika dilihat dari udara bagai pernik-pernik mutiara berserakan diatas karpet biru. Wilayah Nusa Tenggara nampak memancarkan cahaya dari empat warna yang amat kontras: biru (laut dalam), hijau (laut dangkal), putih (garis pantai) dan coklat (daratan).” Sebuah diskripsi yang bagus oleh buku East of Bali From Lombok to Timor, terbitan Periplus Edition tentang keelokan pulau – pulau di Nusa Tenggara ini.
Di sebelah timur Pulau Bali, pulau berbaris – baris. Barisan pertama mulai dari Pulau Lombok hingga Pulau Flores. Baris kedua berada di bawahnya, pulau berderet mulai dari Pulau Sumba sampai ke Pulau Timor. Gugusan pulau tersebut dinamai Kepulauan Nusa Tenggara. Nusa berarti pulau, Tenggara karena letaknya. Nama lain kepulauan tersebut adalah Sunda Kecil untuk membedakannya dengan Sunda Besar, pulau – pulau yang lebih besar seperti Pulau Jawa, Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera. Para ahli geografi menyebutnya Lesses Sundas (Sunda Kecil) dan Greater Sundas (Sunda Besar).
Nusa Tenggara dibagi dua wilayah pemerintahan yaitu, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Provinsi Nusa Tenggara Barat meliputi Pulau Lombok di sebelah barat, dan Sumbawa di sebelah timur. Sedangkan Provinsi Nusa Tenggara Timur cukup luas, mulai dari Pulau Komodo di sebelah barat, hingga ke Pulau Timor.
Berada di sebelah selatan khatulistiwa, pulau-pulau Sunda Kecil ini membentang sepanjang 1.300 km dari Pulau Lombok ke Timor, membentuk jaringan tengah di KM 5.600 Nusantara Indonesia. Menurut hitungan, ada 566 pulau di Nusa Tenggara, dimana 320 diantaranya merupakan pulau kecil yang - bahkan tidak punya nama. Dari 42 pulau yang dihuni, lima pulau yaitu Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores dan Timor, tertera jelas di peta.
Dalam ilmu geologi, pulau-pulau itu terbilang muda, lahir pada akhir periode Tertiary sekitar 70 juta tahun lalu. Terdesak oleh arus magma bawah tanah, lempengan Australia-Samudera Hindia (yang dikenal sebagai Lempeng Sahul) merangsek kuat ke arah barat laut sehingga bertabrakan dengan Lempengan Eurasia (Sunda). Lempeng Sunda yang kurang padat akhirnya tergeser ke permukaan oleh Lempeng Sahul yang lebih berat. Tekanan kerak bumi ini kemudian memaksa Lempeng Sahul turun, dimana dia ditekan dan menjadi panas.
Kepulauan ini memiliki corak alam yang berbeda.
Tidak ada yang menyadari, menginjakkan kaki di daratan Pulau Lombok, ternyata dirinya sudah berada di benua yang berbeda dengan pulau – pulau di sebelah barat pulau ini. Tidak ada persamaan flora dan fauna antara Lombok dengan Pulau Jawa, Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan. Dan, semakin ke timur, semakin berbeda. Bahkan kawasan ini lebih menyerupai dengan apa yang terdapat di benua
Alfred Russel Wallace manusia pertama yang menyadari perbedaan tersebut ketika dia menjelajahi Nusantara kita ini selama 6 tahun (1854 – 1913). Wallace kemudian membuat batasan di Selat Lombok terus ke utara untuk memisahkan Pulau
“Arcipelago (Nusantara) ini memiliki berbagai jenis kekayaan alam yang tidak ada di bagian dunia lain. Buah – buahan paling lezat dan rempah – rempah paling mahal berasal dari negeri ini. Selain itu ada bunga raksasa Rafflesia, kupu – kupu bersayap hijau Ornithoptera (raja di kalangan kupu –kupu), orang utan, dan cenderawasih. Arcipellago ini dihuni oleh ras manusia yang menarik dan istimewa, yaitu ras Melayu, yang tidak ditemukan di luar jajaran kepulauan ini.” Demikian Wallace, sorang naturalis Inggris yang telah menjelajahi dunia sampai ke
Selong merupakan
Nusa Tenggara adalah bagian dari
Dalam situasi menghadapi musim selatan, bulan-bulan paling penghujan adalah Mei hingga Juli, tatkala angin tenggara yang bertiup kuat dari
Temperatur maksimum berkisar antara 30,9° – 32,1° C, dan temperatur minimum berkisar antara 20,6° - 24,5°C. Temperatur tertinggi terjadi pada bulan September dan terendah pada bulan November. Sebagai daerah tropis, NTB mempunyai rata-rata kelembaban yang relatif tinggi, yaitu antara 48 - 95 %.
Pulau-pulau di sebelah selatan, memiliki bentangan pantai berkarang yang panjang saling bersinggungan dengan pantai-pantai tipis. Pantai-pantai tersebut dilindungi oleh dinding batu karang pantai dan lepas pantai.
“Di bawah air pemandangan berubah, dan batu karang Nusa Tenggara adalah salah satu ekosistem terkaya di dunia. Tak ada tempat di bumi ini yang memiliki jumlah atau keanekaragaman species air (aquatic) yang begitu besar. Satu-satunya batu karang yang luas di wilayah ini bisa berisikan hampir 1.000 species ikan, lebih dari yang bisa ditemukan di semua teluk, sungai, danau dan air yang mengalir di Eropa,” tulis buku East of Bali From Lombok to Timor.
Manusia pertama kali mencapai Nusa Tenggara berasal dari barat. Mereka dipastikan dari Daratan Asia. Mereka datang melalui Pulau Jawa dan Bali lalu ke Lombok.
Manusia pertama berada di Jawa sekitar satu juta tahun lalu. Ini diketahui dari sebuah penemuan di Sangiran dan Trinil di Jawa Tengah. Namun, Lombok terletak di sebelah timur Garis Wallace dan mungkin tidak pernah dihubungkan oleh tanah kering ke Bali dan sebagian daratan Sunda, termasuk Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Manusia-manusia pertama itu mungkin telah berjalan dari Daratan Asia ke Bali tanpa mendapati kakinya basah (tidak menyeberangi laut karena Pulau Bali, Jawa, Sumatera dan bahkan Kalimantan masih menyatu dengan daratan Asia, belum dipisahkan oleh laut). Namun, tak ada bukti nyata bahwa mereka sebenarnya telah menyeberangi Selat Lombok selebar 40 km ke Nusa Tenggara sampai waktu antara 30.000 dan 50.000 tahun lalu, usia jejak manusia yang paling dini yang diketemukan di Sulawesi, Australia dan (Papua) Nugini.
Sebenarnya, sangat mungkin bahwa Australia negeri pertama yang dihuni para migran dari Timor. Baru-baru ini ada klaim bahwa alat terbuat dari batu, mungkin berusia 100.000 tahun, ditemukan di Flores. Alat itu ada hubungannya dengan tulang sebuah mahluk seperti gajah (Stegodon trigonocephalus) yang telah punah.
Bahasa Sasak Lombok dan bahasa setengah bagian selatan Pulau Sumbawa benar-benar bahasa yang hampir menyamai bahasa tetangganya di sebelah barat – Bali dan Jawa. Namun, bahasa yang dipakai di Bima berbeda. Dia membentuk bagian kelompok bahasa yang memasukkan bahasa Sumba, Sawu, Ndao dan Flores bagian barat. Di bagian timur Nasa Tenggara – Flores timur, Timor dan Roti – bahasa yang dipakai lebih dekat ke bahasa Maluku. Untuk perdagangan dan komunikasi, bahasa Melayu, selama berabad-abad lamanya, adalah bahasa campuran yang dipakai sebagai bahasa pengantar. Dan sekarang, tentu saja, Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi. Sejalan dengan era Indonesia modern, dialek daerah Melayu masih dipakai di kota tua Kupang dan Larantuka.
Nusa Tenggara merupakan bentuk nyata keragaman bangsa Indonesia, mulai dari karakter manusia, adat istiadat, bahasa sampai alam dan iklim.
“Dua provinsi di Nusa Tenggara – Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur – mencerminkan motto Bangsa Indonesia: Bhineka Tunggal Ika, atau Bersatu dalam Keanekaragaman,” tulis buku East of Bali From Lombok to Timor.
Nusa Tenggara terkesampingkan dalam perjalanan sejarah besar Indonesia, padahal kawasan ini memiliki perjalanan sejarah yang hebat dan mandiri. Inilah kawasan di Indonesia yang benar – benar tidak dikuasai secara obsolut oleh kekuasaan lain. Tidak pernah ada kerajaan besar yang berkiblat ke India (Indianized) yang berkembang di sini, seperti Sriwijaya, yang berbasis di Palembang, Sumatera (abad ke 8 –13), atau Majapahit di Jawa Timur (abad ke 14 –15).
Berbagai kekuatan luar, seperti Majapahit di Jawa dan Kesultanan Goa di Sulawesi mengklaim kedaulatan atas semua atau sebagian Nusa Tenggara. Namun, klaim ini sebenarnya tidak lebih dari sebagai pengecohan imperial (imperial bluster). Sepanjang tidak ada otoritas pusat yang kuat atas sesuatu pulau, maka klaim atas penaklukkan oleh pasukan asing terhadap pulau tersebut sulit dipercaya.
Bahkan di abad ke 17, tatkala Portugis dan Belanda membawa pasukan pendudukannya untuk bertahan di pulau-pulau itu, orang-orang Eropa itu merasa tidak mungkin memerintah secara absolut, dan sebaliknya mereka berusaha menjamin bahwa kontrol politik dihapuskan dan mereka cukup melanjutkan perdagangan. Dengan berakhirnya masa pendudukannya, otonomi lokal secara luas dilindungi.
Bagi para penjajah, daya tarik terbesar terhadap wilayah itu adalah kayu gaharu (sandalwood) putih yang sangat berharga di Pulau Timor, yang selama berabad-abad telah mengundang para pedagang masuk. Timor tidak pernah sepenting pulau-pulau penghasil cengkeh dan rempah-rempah seperti Ternate, Tidore, Ambon dan Pulau-pulau Banda, namun sandalwood putih banyak dicari.
Di Mesir pada awal 1,700 SM, kayu gaharu dibutuhkan karena manfaatnya sebagai salep dan parfum. Bahkan, sampai hari ini, sari pati kayu gaharu penting sebagai pencampur wangi-wangian, khusunya wangi-wangian yang cepat hilang seperti bunga melati. Orang-orang Brahma di India menggunakan bedak kayu ini untuk mencampur bahan cat dipakai sebagai tanda gambar kasta.
Tak jelas berapa lama perdagangan sandalwood Timor tersebut berlangsung. Mungkin hingga abad ke 14 atau bahkan 12, meski kemungkinan berlangsung beberapa ratus tahun lamanya. Para pedagang menukarkan porselin, manik-manik, sutera, kaca dan alat-alat terbuat dari besi dengan kayu sandalwood yang harum itu.
Secara mutlak kayu sandalwood diperlukan untuk berbagai acara ritual, khususnya pada saat pemakaman, dimana kayu tersebut dibakar untuk memberi harum udara. Kayu yang relatif lunak, berbiji bagus itu juga merupakan bahan yang paling bagus baik untuk ukiran.
Jaman eksplorasi diabadikan untuk menciptakan lebih jauh pembagian dan kesetiaan di Nusa Tenggara, tatkala para pedagang regional bersaing ketat dengan orang-orang Eropa untuk membeli kayu sandalwood
Tatkala kapal Ferdinand Magellan, Victoria mendarat di pantai utara Pulau Timor pada tahun 1522 – tanpa Magellan, yang meninggal setahun sebelumnya – orang-orang Eropa itu menemukan sebuah barang dagangan (sandalwood) dari Luzon, Filipina. Kemudian di tahun 1566, ketika orang-orang Portugis membangun sebuah benteng di Pulau Solor, di sebelah timur Flores, dalam usahanya mengusai perdagangan kayu sandalwood, mereka harus berperang dengan para penyerbu Muslim dari Jawa dan Makassar.
Perjuangan untuk sandalwood berlanjut selama berabad-abad.
Namun, hingga masa pengusirannya, orang Topas berusaha membangun tempat hunian di Lifao di Pulau
Pada tahun 1642, seorang fidalgo Portugis memimpin sebuah pasukan kecil bersenjata untuk menaklukkan dua kerajaan
Untuk memperkuat posisinya, Belanda menciptakan suatu jaringan aliansi dan kontrak dagang dengan para penguasa asli. Penduduk Muslim menentang Portugis Katholik di Pulau Solor, penguasa asli di ujung sebelah barat Pulau Timor dan di Pulau Roti, Pulau Sawu serta pantai utara Pulau Sumba. Kontrak-kontrak serupa memperluas aliansi Belanda ke Makassar di utara dan ke Bima di barat.
Pada saat ini, Sultan Bima secara dekat beraliansi dengan keluarga kerajaan Makassar dan mengklaim kedaulatan atas Pulau Flores sebelah barat dan sebagian besar Pulau Sumba. Setiap tahun kapal-kapal VOC berlayar dari Batavia (kini Jakarta) ke Kupang, berhenti di Bima, dimana dia memiliki sebuah “pabrik” dagang untuk mensuplai dan memperkuat daerah hunian yang sering terkepung.
Perlawanan Raja Mataram yang heroik menantang ekspedisi Belanda di Lombok tidak pernah disebut-sebut, sebagaimana Brigadir Malaby tewas di Surabaya atau perlawanan orang Aceh terhadap Belanda. Adalah PPH Van Ham, seorang wakil komandan ekspedisi yang dipimpin Jenderal JA Vetter dengan pangkat Mayor Jenderal. Ekspedisi Belanda tiba di pelabuhan Ampenan pada tanggal 5 Juli 1894. Raja Mataram menolak kehadiran ekspedisi Belanda tersebut, maka terjadi pertempuran yang mengakibatkan tewasnya Mayor Jenderal Van Ham. Jenazah Van Ham dimakamkan dekat pemakaman umat Hindu di Karang Jangkong, sekitar 1 km dari
Nusa Tenggara di alam berbeda, manusian yang tak pernah dikuasai oleh penguasa mana pun pada zamannya. Alam telah membentuk watak manusianya menjadi manusia yang mandiri dan berdikari.
Para pelancong ke bagian dunia ini, yang ingin menyaksikan acara seremonial kehidupan yang kaya di pulau-pulau ini harus datang selama periode “hidup”, yang umumnya mulai Februari hingga Oktober. Dari November sampai Januari ada beberapa upacara, namun musim hujan pada periode tersebut bisa menghambat perjalanan. Diperlukan waktu yang cukup untuk bisa menghargai kehidupan di pulau-pulau ini.
No comments:
Post a Comment