Islam di China, Bagian V (Selesai)
TURKISTAN TIMUR DAN TIONGKOK
Oleh : Rizal Bustami
Pengantar :
Pertengahan tahun 2009 terjadi kekacauan di Sinkiang (Xinkiang), sebuah perovinsi di China bagian utara. Meliter China harus melepaskan tembakan, sehingga korban nyawa berjatuhan dipihak warga Sinkiang. Tapi ini cerita lama yang terulang, karena perseteruan yang sudah berlangsung berabad-abad. Artikel dengan title “Islam di China” ini, akan dimuat secara bersambung dengan tujuan agar kaum Muslim Indonesia dan masyarakat Tionghoa mendapatkan suatu asupan sejarah, bahwa Muslim di China berperan penting dalam tata kehidupan sosial, kebudayaan, keagamaan, ilmu pengetahuan, melitar dan politik. Artikel ini merupakan saduran dari buku “Islam di Tiongkok”, karangan M.Rafiq Khan, diterbitkan oleh Nasional Academy New Delhi. Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Sulaimnsjah dengan Penerbit Tinta Mas tahun 1967. Buku ini disusun ditengah-tengah pergolakan di China, masa awal Komunis mengambil kekuasaan dari Kaum Nasionalis. Dan, sumber-sumber yang dipakai, naskah aktual pada masa itu.
Provinsi Sinkiang juga dikenal sebagai Turkistan Tiongkok, akan tetapi penduduk daerah ini bahkan sampai sekarang memilih nama yang sangat mereka sukai “Turkistan Timur”. Ini yang membedakan dengan Turkistan Rusia, yang terletak disebelah barat. Sinkiang adalah nama yang diberikan oleh orang-orang China, dan unsur Nasionals.
Keadaan Geografi dan Sumber-sumber Mineral
Turkistan Timur dipisahkan dari Tibet oleh pegunungan Kunlun dan dari Kashmir dan Afghanistan oleh rangkaian pegunungan Karakorum dan Pamir. Antara Mongolia Luar dan Sinkiang terletak Pegunungan Altai, sedang Amberatai memotongnya dari propinsi Chinghai di Tiongkok.
Luas Turkistan Timur kira-kira 5.360.000 mil persegi, sama dengan seperenam luas seluruh Tiongkok, atau Britania Raya, Jerman dan Perancis digabungkan jadi satu. Menurut sumber-sumber non komunis, penduduknya kira-kira 8 juta. Akan tetapi menurut kaum komunis hanya 3.666.000. Pegunungan Burkul berbatasan dengan Siberia. Turkistan Timur terbagi dalam dua bagian oleh pegunungan Tien Shan bagian Utara dan bagian Selatan. Sungai Tarim adalah yang terpenting di Sinkiang, dan pada sungai ini terletak kota Aqsu, Kashgar,Yarkan, Marlbash dan Khotan. Disebelah utara mengalir sungai Irtysh menuju kepusat Turkistan Rusia. Dipinggir sungai ini terletak kota-kota Kulja, Ili,Jinhar, Solat, Urumchi,Kaitai,Tachin dan Hami.
Sebagian besar daerah Turkistan terdiri dari gurun pasir Taklamakan. Pasirnya terdiri dari partikel-partikel batu yang halus tak terpisah dan amat subur. Apabila diairi sanggup menghasilkan panen yang amat baik. Di Pamir terdapat dua jalan utama yang menghubungkanTurkistan Timur dengan dunia luar. Di jaman dulu jalan-jalan ini merupakan urat nadi perdagangan dan hubungan kebudayaan antara daerah Oxus dan cekungan (basin) Tarim, jadi antara Yunani serta Romawi di satu pihak dan dengan Tiongkok di pihak lain. Jalan selatan sampai kelembah Oxus, melalui Sarigol ke Kashgar dan Yarkan.
Jalan inilah yang dilalui oleh Marco Polo dalam penjelajahannya yang terkenal dalam tahun 1273, dan sebelum dia, oleh penziarah Buddha yang besar, Huan Tsang, dalam perjalanannya pulang ke Tiongkok dari India tahun 644. Jalan sebelah utara adalah lebih penting sebagai jalan perdagangan yang dilalui oleh kafilah yang membawa sutera dari Tiongkok di jaman Yunani dan Romawi. Jalan ini untuk beribu tahun berfungsi sebagai penghubung utama dalam pertukaran pengaruh-pengaruh kebudayaan antara India, Tiongkok dan dunia Arab.
Hujan amat sedikit dalam bagian terbesar Sinkiang. Akan tetapi buminya kaya dan panen baik sekali di daerah-daerah yang telah diadakan irigasi. Hami adalah yang paling subur dari daerah itu dan panen yang baik antara lain menghasilkan jelai, sekoi dan gandum. Semangka merupakan hasil yang penting dari Hami dan diexport ke Tiongkok. Mata pencaharian sebagian besar penduduk masih tetap peternakan dan perdagangan. Kuda, onta, keledai, biri-biri dan kambing merupakan hewan-hewan utama yang dipelihara oleh suku-suku bangsa Muslim. Sutera adalah hasil yang amat penting dari Sinkiang, permadani, jade, bulu hewan. Sutera diexport ke berbagai daerah Tiongkok lainnya. Propinsi ini amat kaya dengan sumber-sumber mineral. Batu jade terdapat demikian banyaknya, sehingga kota yang dekat dengan Tiongkok Besar diberi nama Yumen, yang berarti “Gerbang Batu Jade”. Di antara tambang jade yang terbaik terdapat disekitar Khotan. Emas terdapat di Pegunungan Kwen, yang sejak lama sudah terkenal kaya dengan permata dan batu-batu berharga. Lin Poo-wee, seorang Menteri di istana Ch'u Shin Huang Ti, 2000 tahun yang lalu menulis tentang “permata dari pegunungan Kwen Lun”. Perak, sendawa (salpeter) dan kapur banyak terdapat di sekitar Turfan dan Yarkan . Kaum komunis Tiongkok telah menemukan tambang-tambang yang kaya dengan tembaga, dan timah. Mereka juga menemukan padang minyak yang kaya dan uranium di daerah itu.
Sejarah singkat
Hubungan antara Tiongkok dengan Turkistan Timur telah berlangsung beberapa abad sebelum masehi. Bangsa Tartar seringkali menyerbu propinsi-propinsi Tiongkok dan merupakan sumber kesulitan yang tetap bagi kaisar-kasisar Tiongkok di jaman dulu.
Dalam pemerintahan kaisar Ch'n Shin Huang Ti (246 – 221 SM) ketika Tembok Besar dibangun untuk sementara bangsa Tartar diam. Tetapi hal ini berakhir pada masa pemerintahan kaisar Wu Ti (140-86 SM) dimana negeri itu dapat dipaksa menjadi daerah taklukan Kaisar Tiongkok. Dalam tahun 94 SM bangsa Tartar kembali menyerbu Tiongkok dan hanya setelah mengalami banyak kerugian dipihaknya jenderal Pan Chu berhasil mengusirnya. Nenek moyang Tartar inilah kemudian yang bersatu di Sinkiang dibawah pimpinan Attila, menaklukan Eropa di abad kelima sebelum masehi. Sebagian dari mereka yang mengikuti Attila, bermukim di daerah yang menjadi bagian dari wilayah Turkistan, yang pada waktu itu disebut Kitai dan disana mereka mendirikan kerajaan. Dua raja mereka yang masyhur adalah Gol Takkan dan Bakeka Khan. Ibukota kerejaannya adalah Turfan. Ketika Qutaiba menaklukan Kashgar, sejumlah besar orang Tartar ini memeluk Islam. Pada abad ke 9, ketika Baghra Khan, seorang raja penting dari dinasti Kitai memeluk Islam, maka agama ini menyebar luas di seluruh wilayah itu menjadi Muslim.
Setelah kekuasaan Mongol tumbang, Turkistan Timur menjadi daerah taklukan Tiongkok, akan tetapi pengaruh Tiongkok dalam segala urusan sangat kecil. Dalam kenyataannya mereka lebih dipengaruhi oleh kerajaan Islam, Khawarazm. Dalam abad 19, Yakub Khan, menaklukkan Kashgar dan mendirikan pemerintahan yang merdeka. Ketika berita ini sampai kepada kaiser Tiongkok, Pemerintah Tiongkok mengirim jenderal Tsu Chung-tang dengan bala tentara yang kuat untuk menggulingkan Yakub Khan. Jenderal tersebut masih dalam perjalanan ketika sampai berita, bahwa Yakub Khan telah dibunuh oleh salah seorang saingannya. Sang jenderal sampai di Kashgar dan mengambil keuntungan dari kekacauan dan perpecahan dalam kalangan umat Islam. Ia membicarakan perjanjian yang menentukan dengan Turkistan Timur dan menerima Gubernur Tiongkok sebagai pengawas urusan politknya. Dalam urusan dalam negeri dan urusan keagamaan, negeri ini merdeka menentukan.
Perkembagan ini terjadi tahun 1877. Pada tahun-tahun berikutnya, ibukota Turkistan Timur dipindahkan dari Kashgar ke Urumchi. Pemerintahan Yakub Khan diakui oleh Khalifah Turki, Britania Raya dan Rusia.
Dengan kematian Yakub Khan, Islam tercerai-berai dan sampai saat ini tidak dapat dibina kembali. Namun demikian, daerah ini tenang sampai tahun 1910 ketika revolusi Tiongkok pecah.
Turkistan Timur mendapatkan haknya kembali sebagai provinsi Tiongkok dibawah pemerintahan Nasionalis. Gubernur wilayah itu seorang China, namun ia tidak diizinkan untuk mencampuri agama Muslim.
Penduduknya tetap saja acuh tak acuh terhadap kejadian-kejadian di Tiongkok. Alasan mereka adalah karena tidak ada ikatan kebudayaan, rasial atau geografis antara kedua rakyat. Bahasa yang dipakai ialah bahasa Turki. Tidak ada keinginan dari kedua bangsa tersebut untuk mempelajari masing-masing bahasa. Dibeberapa distrik, dipakai pula bahasa Tibet, Mandarin dan Mongol.
Kaum komunis mengeluarkan sejumlah besar sumber-sumber manusia maupun materiil untuk mengeksplor kawasan ini untuk tujuan-tujuan industri dan meliter. “Semua daerah yang luas dan kaya akan bahan-bahan terletak di wilayah kebangsaan rakyat ini. Han hanya memiliki daerah yang padat penduduknya. Ekaspansi industri dan perdagangan dimasa depan, akan terjadi di daerah-daerah ini. Dilihat dari segi nasionalis, perpaduan ini akan menguntungkan kedua belah pihak. Kita harus memberi contoh sehingga golongan suku bangsa minoritas merasa bahawa orang-orang Han bersedia bekerjasama dengan mereka,” kata Chou En Lai.
Pada 30 September 1955, Turkistan Timur dinyatakan sebagai “Daerah Otonom Sinkiang Uighur”.
Catatan :
Berikutnya akan dimuat artikel hubungan Turkistan denga Rusia.....
No comments:
Post a Comment