Ke Kesepuhan Pasir Eurih
Pada bagian pertama explore Baduy, telah dimuat track sepeda Ciboleger-Cijahe. Pada bagian II ini, track sepeda ke Kesepuhan Pasir Eurih, Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Diasumsikan saja, perjalanan ini dimulai dari Ciboleger. Sebetulnya ke Pasir Eurih, dapat pula dicapai melalui Bogor tanpa harus dulu ke Ciboleger. Tujuan pertama adalah Pasar Muncang. Saya menyarankan, menggowes dimulai dari Muncang agar mempunyai waktu yang cukup lama di kawasan ini menarik ini.
Selepas Pasar Muncang, jalan beraspal halus, berkelok-kelok, dan naik-turun. Kiri-kanan jalan teduh oleh kehijauan hutan. Pada sisi tertentu, terdapat pemandangan terbuka, sehingga bisa dilihat hamparan sawah dan perbukitan berlapis-lapis. Rasanya sayang mempercepat lalu kendaraan karena tidak hendak melewatkan alam yang indah ini. Setelah melewati perkampungan, pada sisi kiri jalan, terdapat lumbung padi berkelompok. Hanya sekitar seratus meter dari lumbung, sebuah papan nama bertuliskan “Kediaman Kesepuhan Pasir Eurih, Abah Anden, Desa Sindang Laya”.
Kediaman Pemimpin Kesepuhan Pasir Eurih, mengingatkan kepada kesepuhan lain di Jawa Barat dan Banten, macam Kesepuhan Ciptagelar, Kesepuhan Cisungsang.
Kesepuhan merupakan pemimpin adat, atau kepimpinan tradisionil yang diberlakukan adat istiadat. Adanya leuwit, atau lumbung padi, menandakan bahwa di kawasan tersebut masih berlaku adat yang kuat.
Selepas dari papan nama tersebut, mulailah terlihat kampung-kampung kecil, dengan bercirikan atap ijuk. Pada akhirnya, sekelompok besar rumah penduduk, beratapkan warna hitam memberikan pemandangan lain. Begitu memasuki jalan setapak perkampungan tersebut, tersusunlah batu-batu sebagai jalan antara rumah. Susunan batu tersebut rapi bagai pematang sawah dimana diatasnya terdapat rumah. Padat, tapi ditata dengan baik. Rumah-rumah tersebut hampir seluruhnya terbuat dari kayu yang terkesan sudah tua. Terkadang rumah hanya terlihat dari satu sisi saja karena rapatnya. Pada suatu tempat, ditemukan sebuah rumah tua, hampir condong. Rumah tersebut terlihat utuh karena terdapat halaman yang lapang. Rumah yang seakan berdiri sendiri itu, dihuni oleh seorang nenek renta. Rumah tersebut merupakan prototipe atau model yang lengkap sebagai peninggalan arsitektur kawasan ini. Dan rumah tersebut, bisa dijadikan sebagai ikon sebuah rancang bangun rumah kuno.
Desa Suka Jaya, Kecamatan Sobang, memiliki pemukiman tua, hutan yang terawat, dan m kepemimpinan tradisionil. Desa Suka Jaya, juga sebagai pintu gerbang ke Baduy bagian selatan melalui Desa Cibelang. Dalam satu ruas jalan, dalam satu trips perjalanan, Kecamatan Sobang menawarkan berbagai keindahan dan keunikan. Tapi mengapa pemerintah membiarkan saja kekayaan budaya dan alam ini.
Citalahap di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, harus menunggu sampai dua minggu untuk bisa menempati rumah-rumah penduduk disana yang dikelola dengan konsep ecology itu. Di Citalahap, orang-orang kota tinggal di rumah sederhana, dengan makan apa adanya.
Di pedusunan tradisionil di Desa Suka Jaya ini, bisa dijadikan dengan konsep yang sama dengan Citalahap. Jika di Citalahap berdekatan dengan alam yang asli, maka di Suka Jaya bercirikan kultur asli setempat. Sebagaimana juga orang mendatangi Baduy, tentu ingin merasakan hidup ala pedusunan dan kultur.
Wisatawan yang datang ke Suka Jaya, dititipkan di rumah penduduk. Para tamu tersebut akan bersama pemilik rumah dan makan masakan olahan setempat, berintekrasi. Untuk pemilik rumah yang dipilih, diberikan arahan untuk menyiapkan standar untuk tidur dan kamar mandi yang memenuhi syarat. Jika ini diterapkan, akan menambah penghasilan bagi warga setempat. Jika di Citalahap satu kamar dihargai Rp. 50,000 atau satu rumah 150.000, tidak menjadi keberatan bagi tamu. Dengan sendirinya, akan mendatangkan penghasilan lain barupa kerajinan tangan atau hasil pertanian.
“Kami memegang adat. Masyarakat harus menjaga hutan. Jika ada yang menebang kayu, kami sesama pemimpin adat melakukan huhungan (koordinasi),” ujar Abah Aden di kediamannya.
Abah Aden |
Setiap tahun, biasanya jatuh pada bulan Oktober, Kesepuhan Pasir Eurih mengadakan acara adat, yaitu sarentaun. Pada tahun 2011 ini, tanggal penyelenggaraannya jatuh pada 16 dan 17 Oktober. “Silahkan datang. Kami memotong kerbau sumbangan masyarakat,” Abah Aden mengundang. (Rizal Bustami)
No comments:
Post a Comment