Ke Ujung Genteng, Pesisir Selatan Sukabumi, pada musim yang salah, menimbulkan masalah. Masalah yang ditemui ketika kami membuka tenda di Muara Cipanarikan, Ujung Genteng. Kami pilih dekat muara, agar mudah mendapatkan air tawar untuk cuci mencuci.
Musim angin barat yang disertai hujan, membuat kami tidak bisa berlama-lama menikmati alam terbuka. “Hujannya seperti muntah, tak bisa ditahan-tahan,” terang Iwan “Kribo” (50), yang berjiwa laut itu.
Kami ke sana membawa 2 unit land rover short, satu milik saya dan dan satu lagi kepunyaan Heru (40). Crew-nya 6 orang, yaitu Herry (47), seorang off roader veteran; Bang Zul (45) - yang hobby memotret; Iwan “Kribo”, seorang pembalap veteran dan sudah malang mengarungi pesisir selatan Jawa Barat – Banten. Ada Krisna (27), seorang pendaki gunung muda yang gemar memotret dan menulis. Dan tentu, Heru, karyawan Pertamina Jakarta.
Angin kencang tiada hentinya. Kadang-kadang disertai hujan. Angin barat inilah yang ditakuti oleh nelayan selatan Pulau Jawa. Angin yang menerpa tenda disertai bunyi derunya, mencuitkan nyali. Billboard Prakiraan Cuaca di Pelabuhan Ratu mencatat per tanggal 6 -7 Januari 2009, Arah angin : barat / Kecepatan Angin 10-20 knot / Ketinggian Ombak : 1 – 2.5 meter.
Ujung Genteng sampai ke Panggumbahan banyak ditemui genangan air. Villa – villa yang berbaris di Ujung Genteng tak luput dari genangan air setiap hujan turun.
Kami yang bertujuan untuk bermain – main dengan Landy, enak-enak saja ketika Landy “kolot” menjejakinya. Banyak pilihan jalan di perkebunan kelapa tersebut. Licin dan dalam-dalam. Jalan ke Panggumbahan, bagai kubungan kerbau rawa.
Bermain sepeda di sini sangat mengasikkan. Jalur bermain sepeda tak ada habisnya. Bagi pemain sepeda serius, antara Ujung Genteng – Panggumbahan dalah tempatnya. Mau tidur di villa atau di tenda, silahkan pilih. Bila tidur di tenda, dianjurkan membawa tenda khusus untuk penyimpanan sepeda. Camping berikut bermain sepeda, sangat bagus. Satu hari bermain sepeda, rasanya tidak cukup. (Rizal Bustami)
,