Peta gunung yang disajikan oleh Cantigi Peace ini, dipungut dari booklet Mari Mendaki Gunung di
Jawa. Booklet ini disusun oleh Kodama Shigeru dan Joko Glemboh Puriadi. Diterbitkan di Jepang
Januari 1990. Mas Glemboh, demikian panggilannya, kemudian menerbitkan dengan versi baru.
Meski cetakan tahun 1990, penampang kountur tidak berubah. Peta ini layak untuk refrensi bagi
pendaki gunung Indonesia. (Rizal Bustami)
Gede – Pangrango
Gunung Cereme
Gunung Slamet
Gunung Sunduro – Sumbing
Gunung Merapi
Gunung Semeru
Gunung Raung dan Ijen
Gunung Lawu
Gunung Argopuro
Gunung Welirang
Saturday, March 21, 2009
Thursday, March 12, 2009
Cibodas dari Masa ke Masa
Wednesday, February 25, 2009
Monday, February 23, 2009
Burung Burung Pulau Dua
DI PULAU DUA, BURUNG DATANG DAN PERGI
Dekat di mata, seakan tergapai, namun tak tersentuh. Merekaadalah kerumuman burung liar yang datang dan pergi sesuka hatinya.
Menjelang maghrib di menara pengintai Pulau Dua. Sekawanan burung laut terbang rendah dengan gerakan menjauh-mendekat. Mereka membentuk formasi kalung raksasa yang berjuntai-juntai menghiasi langit. Setelah puas terbang, kawanan burung itu membubarkan formasinya untuk kemudian satu per satu landing di dahan-dahan pohon. Segera saja hutan itu ditingkahi riuh suara mereka. Rombongan lain menyusul turun setelah mempertunjukkankebolehan yang sama. Kelak, ketika matahari sudah tenggelam di balik batas laut, keriuhan itu digantikan oleh suara burung Kowa Maling, pencari makan di malam hari.
Orang Mentawai
Orang Mentawai Tentang Tattonya
Sir Thomas Rafles, Letnan Gubernur, Hindia Belanda menulis : Saya semula ingin menulis buku untuk membuktikan bahwa orang Nias merupakan suku bangsa yang paling berbahagia dan paling baik di muka bumi ini. Namun sekarang, saya dapati bahwa penduduk pulau – pulau Nassau dan Pagai, ternyata lebih ramah dan kemungkinan paling polos lagi.”
Thursday, February 19, 2009
Tuesday, February 10, 2009
Bermain - Main dengan Landy
BERMAIN LANDY DI UJUNG GENTENG
Ke Ujung Genteng, Pesisir Selatan Sukabumi, pada musim yang salah, menimbulkan masalah. Masalah yang ditemui ketika kami membuka tenda di Muara Cipanarikan, Ujung Genteng. Kami pilih dekat muara, agar mudah mendapatkan air tawar untuk cuci mencuci.
Musim angin barat yang disertai hujan, membuat kami tidak bisa berlama-lama menikmati alam terbuka. “Hujannya seperti muntah, tak bisa ditahan-tahan,” terang Iwan “Kribo” (50), yang berjiwa laut itu.
Kami ke sana membawa 2 unit land rover short, satu milik saya dan dan satu lagi kepunyaan Heru (40). Crew-nya 6 orang, yaitu Herry (47), seorang off roader veteran; Bang Zul (45) - yang hobby memotret; Iwan “Kribo”, seorang pembalap veteran dan sudah malang mengarungi pesisir selatan Jawa Barat – Banten. Ada Krisna (27), seorang pendaki gunung muda yang gemar memotret dan menulis. Dan tentu, Heru, karyawan Pertamina Jakarta.
Angin kencang tiada hentinya. Kadang-kadang disertai hujan. Angin barat inilah yang ditakuti oleh nelayan selatan Pulau Jawa. Angin yang menerpa tenda disertai bunyi derunya, mencuitkan nyali. Billboard Prakiraan Cuaca di Pelabuhan Ratu mencatat per tanggal 6 -7 Januari 2009, Arah angin : barat / Kecepatan Angin 10-20 knot / Ketinggian Ombak : 1 – 2.5 meter.
Ujung Genteng sampai ke Panggumbahan banyak ditemui genangan air. Villa – villa yang berbaris di Ujung Genteng tak luput dari genangan air setiap hujan turun.
Kami yang bertujuan untuk bermain – main dengan Landy, enak-enak saja ketika Landy “kolot” menjejakinya. Banyak pilihan jalan di perkebunan kelapa tersebut. Licin dan dalam-dalam. Jalan ke Panggumbahan, bagai kubungan kerbau rawa.
Bermain sepeda di sini sangat mengasikkan. Jalur bermain sepeda tak ada habisnya. Bagi pemain sepeda serius, antara Ujung Genteng – Panggumbahan dalah tempatnya. Mau tidur di villa atau di tenda, silahkan pilih. Bila tidur di tenda, dianjurkan membawa tenda khusus untuk penyimpanan sepeda. Camping berikut bermain sepeda, sangat bagus. Satu hari bermain sepeda, rasanya tidak cukup. (Rizal Bustami)
,
Ke Ujung Genteng, Pesisir Selatan Sukabumi, pada musim yang salah, menimbulkan masalah. Masalah yang ditemui ketika kami membuka tenda di Muara Cipanarikan, Ujung Genteng. Kami pilih dekat muara, agar mudah mendapatkan air tawar untuk cuci mencuci.
Musim angin barat yang disertai hujan, membuat kami tidak bisa berlama-lama menikmati alam terbuka. “Hujannya seperti muntah, tak bisa ditahan-tahan,” terang Iwan “Kribo” (50), yang berjiwa laut itu.
Kami ke sana membawa 2 unit land rover short, satu milik saya dan dan satu lagi kepunyaan Heru (40). Crew-nya 6 orang, yaitu Herry (47), seorang off roader veteran; Bang Zul (45) - yang hobby memotret; Iwan “Kribo”, seorang pembalap veteran dan sudah malang mengarungi pesisir selatan Jawa Barat – Banten. Ada Krisna (27), seorang pendaki gunung muda yang gemar memotret dan menulis. Dan tentu, Heru, karyawan Pertamina Jakarta.
Angin kencang tiada hentinya. Kadang-kadang disertai hujan. Angin barat inilah yang ditakuti oleh nelayan selatan Pulau Jawa. Angin yang menerpa tenda disertai bunyi derunya, mencuitkan nyali. Billboard Prakiraan Cuaca di Pelabuhan Ratu mencatat per tanggal 6 -7 Januari 2009, Arah angin : barat / Kecepatan Angin 10-20 knot / Ketinggian Ombak : 1 – 2.5 meter.
Ujung Genteng sampai ke Panggumbahan banyak ditemui genangan air. Villa – villa yang berbaris di Ujung Genteng tak luput dari genangan air setiap hujan turun.
Kami yang bertujuan untuk bermain – main dengan Landy, enak-enak saja ketika Landy “kolot” menjejakinya. Banyak pilihan jalan di perkebunan kelapa tersebut. Licin dan dalam-dalam. Jalan ke Panggumbahan, bagai kubungan kerbau rawa.
Bermain sepeda di sini sangat mengasikkan. Jalur bermain sepeda tak ada habisnya. Bagi pemain sepeda serius, antara Ujung Genteng – Panggumbahan dalah tempatnya. Mau tidur di villa atau di tenda, silahkan pilih. Bila tidur di tenda, dianjurkan membawa tenda khusus untuk penyimpanan sepeda. Camping berikut bermain sepeda, sangat bagus. Satu hari bermain sepeda, rasanya tidak cukup. (Rizal Bustami)
,
Friday, February 06, 2009
SAR YARSI
Catatan Rizal Bustami
DARI SAR MAHASISWA YARSI
Malam Senen (01/02/2009 ), sekitar jam 22.00 saya ditelepon Bung Tole, agar datang ke Sekretariat Wapala Universitas Pakuan Bogor. Bung Tole memberitahukan, bahwa mahasiswa Yarsi tersesat di Gunung Salak, di sekitar Cimalati. Saya diajak ke sana . Namun, karena Land Rover saya malam itu tidak siap pakai, maka saya ke kampus pagi - keesokan harinya dan Bung Tole sudah ke lokasi mencari data. Selanjutnya, kami terus berkomunikasi. Saya merasa tenang, karena di lokasi ada Boyke dan teman-teman lainnya yang berpengalaman menangani Respon Darurat macam itu.
Monday, February 02, 2009
CIBODAS BANJIR
Subscribe to:
Posts (Atom)
-
LAPORAN PERJALANAN : Apa saja di Baduy ? Wisata Budaya dan Wisata Alam tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan. Sepanjang...
-
Saya baru-baru ini saja bisa mengendarai sepeda motor dalam arti sesungguhnya. Dengan kata lain, status pemula. Namun, dalam hitungan bulan,...