Warna Warni Petualang Muda
Sebuah perhelatan akbar para petualang Indonesia digelar, dengan nama Festival Petualang Nusantara di Kaliadem, DIY dari tanggal 6 sampai dengan 8 Agustus 2010. Acara ini digagas oleh Aji Rachmat, setelah sukses menggelar acara sejenis dengan nama Jambore Jejak Petualang atau Jambore Petualang.
Di Kaliadem, permukaan bumi masih terkelupas. Terkelupas oleh aliran lava Gunung Merapi yang meletus tahun 2005. Pada tahun 2005 kawasan ini pernah menjadi berita besar karena aliran lava menewaskan seorang relawan yang terjebak di bungker.
Kaliadem, di ketinggian 1130 dpl, bersisian dengan Kaliurang. Dari kawah Gunung Merapi, terdapat aliran lava yang dalam, menganga membelah kerucut bumi. Ini kawasan sudah ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana Merapi, namun dari sisi ini pula aktivitas Gunung Merapi bagus dipandang. Bila cuaca terang, kawah pucuk Merapi yang merekah jelas kelihatan. Asap putih selalu keluar dari kawahnya. Kawasan ini kini dijadikan sebagai obyek wisata, yaitu wisata lava.
Lidah aliran lava Gunung Merapi sudah mencapai pemukiman masyarakat, termasuk ke kawasan rumah Mbah Marijan. Karena bersisian dengan pemukiman, maka dibuatkan bungker untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat dari resiko letusan Gunung Merapi.
Pada tanggal 6 sampai 7 Agustus, kawasan ini berubah penampilan, bersolek. Lalu lalang orang-orang, umbul-umbul dan pengeras suara. Kawasan Kaliadem diwarnai warna merah kaus anak muda yang lalu lalang.
Kurang lebih 400 peserta dan panitya meramaikan kawasan ini. Inilah perhelatan para petualang yang datang dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan dari luar negeri.
Berbagai aktivitas alam bebas disuguhkan. Peserta tinggal memilih. Ada Pengenalan Ular, Sepeda Gunung/Mountain Bike, SAR, Survival, Fotographi, Caving, Rafting, Pameran Foto SAR dan Bencana Alam, dll.
Ditampilkan sebagai Pembicara atau Nara Sumber, mereka-merka yang sudah terkenal dan mengabdikan diri di kegiatan alam bebas. Mereka itu adalah Herry Macan yang mengisi Materi SAR, Don Hasman untuk bidang Fotographi, Bongkeng dibidang survival dan Rizal Bustami untuk Sesi Mountain Bike dan Sesi Relawan. Rizal Bustami juga menyumbangkan foto-foto liputannya mengenai bencana alam dan SAR untuk dipamerkan.
Agar suasana hidup dan romantis, setiap malam disuguhkan musik hidup, dari group musik jalanan Yogyakarta. Disinilah para petualang muda mengekspresikan keriangannya, yang diimbuhi musik ragge.
Selain berisi materi petualangan, FPN memberikan pelayanan kesehatan gratis untuk masyarakat dan penanaman pohon.
“Sebagai wujud perhatian kaum muda terhadap masyarakat,” kata Aji Rachmad tentang agenda pengobatan gratis tersebut.
Herry Macan dalam materi yang disampaikan, mengatakan betapa pentingnya pemahaman organisasi SAR dan Struktur kerjanya. “Banyak yang tidak mengerti organisasi SAR. Datang aja ke lokasi, tapi nggak tau tata kerjanya,” terang Herry Macan.
Kang Herry pada kesempatan itu, juga menghimbau khusus kepada kaum wanita untuk meningkatkan partisipasinya dalam SAR. “Dapur harus ada yang urus. Ini urusan lambung kiri,” dengan ungkapan khasnya.
Kehadiran Sang Maestro Fotographi di Kaliadem mengundang minat yang besar bagi perserta. Don Hasman yang sudah berusia 70 tahun, masih gesit dan seperti tidak kehabisan energi. Don, tidak lelah-lelahnya memberikan pemahaman fotographi dan pengetahuannya tentang perjalanan. Dia tidak saja berbicara mengenai fotographi, tetapi juga sampai soal sepatu dan keril. “Keril yang baik seperti ini, penyusunan sisinya harus ada hitungannya agar tidak menciderai badan,” terang Don memperagakan.
“Jangan sepelekan sepatu. Sepatu yang menjadi tumpuan kita berjalan,” sambungnya.
Pada Sesi Rizal Bustami, ketika menyampaikan soal Relawan, ia mengatakan, betapa pentingnya mengembangkan kemampuan diri dalam keahlian khusus agar berguna di lapangan. Banyak relawan ditemui Rizal Bustami di lapangan, tidak memiliki keahlian khusus yang berguna dan dibutuhkan. “Jauh – jauh datang sebagai relawan hanya untuk membungkus beras dan gula, ya percuma dong,” Rizal Bustami menyampikan risalahnya.
Pada pelepasan Mountain Bike, Rizal Bustami memberikan pembekalan. Pembekalan yang disampaikan ialah tentang gizi. Gizi dalam kegiatan yang menguras tenaga, kurang diperhatikan. Apalagi bermain sepeda, memerlukan kalori yang banyak. “Seringan apapun sepeda, bila manusia yang menggerakkannya, tidak memiliki kalori yang cukup, ya capek !,” kata Rizal Bustami.
Gizi yang dibutuhkan, setera dengan 2 potong daging dan 2 butir telor serta karbohidrad yang cukup. Asupan gizi ini, umumnya terabaikan. Padahal dari asupan untuk tubuh itulah tenaga muncul.
Peserta Mountain Bike mencapai 50 sepeda. Rizal Bustami bersama teamnya membawa 4 sepeda dari Jakarta.
Pembukaan acara diadakan di lava Tour Kaliadem. Dimeriahkan dengan suguhan kesenian setempat, yaitu Kuda Lumping. Dihadiri Kepala Desa, dan aparat kecamatan.
Aji Rachmat pada sambutanya mengatakan, “Acara ini, merupakan ajang pertemuan antara petualang muda dengan petualang tua. Dengan diikuti oleh peserta dari berbagai daerah di Nusantara.”
Rizal Bustami yang diminta panitya menyampaikan sambutan mewakili Nara Sumber, menceritakan apa itu yang dimaksud dengan Nusantara. “Nusantara yaitu suatu kawasan kepulauan yang meliputi Indonesia, Fliphina, Malaysia, Thailand dan Pasific Barat. Fakta bahwa kawasan ini ada, bisa ditelusuri sampai ke zaman Mesotamia, dan Mesir Kuno dengan bukti – bukti sejarah berupa Kapur Barus, Kemenyan dan Gambir.”
“Indonesia adalah warisan kolonial, sedangkan Nusantara warisan Tuhan. Marilah kita jaga kawasan ini, semangat Nusantara dan Perdamaian kawasan,” Rizal Bustami, menutup sambutannya. (RB)