Thursday, February 19, 2009

Tuesday, February 10, 2009

Bermain - Main dengan Landy

BERMAIN LANDY DI UJUNG GENTENG

Ke Ujung Genteng, Pesisir Selatan Sukabumi, pada musim yang salah, menimbulkan masalah. Masalah yang ditemui ketika kami membuka tenda di Muara Cipanarikan, Ujung Genteng. Kami pilih dekat muara, agar mudah mendapatkan air tawar untuk cuci mencuci.

Musim angin barat yang disertai hujan, membuat kami tidak bisa berlama-lama menikmati alam terbuka. “Hujannya seperti muntah, tak bisa ditahan-tahan,” terang Iwan “Kribo” (50), yang berjiwa laut itu.

Kami ke sana membawa 2 unit land rover short, satu milik saya dan dan satu lagi kepunyaan Heru (40). Crew-nya 6 orang, yaitu Herry (47), seorang off roader veteran; Bang Zul (45) - yang hobby memotret; Iwan “Kribo”, seorang pembalap veteran dan sudah malang mengarungi pesisir selatan Jawa Barat – Banten. Ada Krisna (27), seorang pendaki gunung muda yang gemar memotret dan menulis. Dan tentu, Heru, karyawan Pertamina Jakarta.

Angin kencang tiada hentinya. Kadang-kadang disertai hujan. Angin barat inilah yang ditakuti oleh nelayan selatan Pulau Jawa. Angin yang menerpa tenda disertai bunyi derunya, mencuitkan nyali. Billboard Prakiraan Cuaca di Pelabuhan Ratu mencatat per tanggal 6 -7 Januari 2009, Arah angin : barat / Kecepatan Angin 10-20 knot / Ketinggian Ombak : 1 – 2.5 meter.

Ujung Genteng sampai ke Panggumbahan banyak ditemui genangan air. Villa – villa yang berbaris di Ujung Genteng tak luput dari genangan air setiap hujan turun.

Kami yang bertujuan untuk bermain – main dengan Landy, enak-enak saja ketika Landy “kolot” menjejakinya. Banyak pilihan jalan di perkebunan kelapa tersebut. Licin dan dalam-dalam. Jalan ke Panggumbahan, bagai kubungan kerbau rawa.

Bermain sepeda di sini sangat mengasikkan. Jalur bermain sepeda tak ada habisnya. Bagi pemain sepeda serius, antara Ujung Genteng – Panggumbahan dalah tempatnya. Mau tidur di villa atau di tenda, silahkan pilih. Bila tidur di tenda, dianjurkan membawa tenda khusus untuk penyimpanan sepeda. Camping berikut bermain sepeda, sangat bagus. Satu hari bermain sepeda, rasanya tidak cukup. (Rizal Bustami)

,

Friday, February 06, 2009

SAR YARSI



Catatan Rizal Bustami
DARI SAR MAHASISWA YARSI
Malam Senen (01/02/2009), sekitar jam 22.00 saya ditelepon Bung Tole, agar datang ke Sekretariat Wapala Universitas Pakuan Bogor. Bung Tole memberitahukan, bahwa mahasiswa Yarsi tersesat di Gunung Salak, di sekitar Cimalati. Saya diajak ke sana. Namun, karena Land Rover saya malam itu tidak siap pakai, maka saya ke kampus pagi - keesokan harinya dan Bung Tole sudah ke lokasi mencari data. Selanjutnya, kami terus berkomunikasi. Saya merasa tenang, karena di lokasi ada Boyke dan teman-teman lainnya yang berpengalaman menangani Respon Darurat macam itu.

Tuesday, February 03, 2009

SAR YARSI


Mereka pulang selamat.

SAR Yarsi


Anggota regu pencari dalam suasana brifing untuk operasi pencarian Selasa,3 Februari 2009. Tempat di Poskodal.

Monday, February 02, 2009

CIBODAS BANJIR



Foto yang ditampilkan ini, menggambarkan keadaan Pasar Cibodas dikala musim hujan antara Januari sampai Maret setiap tahunnya. Foto tersebut dijepret oleh Alvien "Gimbal" pada hari Minggu, 2 Februari 2009.


Thursday, January 22, 2009

WARISAN BANG ALI


Ali Sadikin dengan Peninggalannya !

“Orang Indonesia, bangsa kerupuk,” ungkapan Bang Ali yang terkenal.
Bangsa kerupuk yang dimaksudkan Bang Ali adalah, orang Indonesia
doyan kerupuk. “Kalau makan, pasti pakai kerupuk,” sambung Bang Ali.


Itulah Bang Ali – yang sangat mengenali masyarakatnya. Ketika dia masih menjadi Gubernur DKI, ia dipuja dan dihujat sekaligus ditakuti. Namun kemudian, selepas jabatannya sebagai gubernur, ia tetap dihormati sebagai orang yang merombak wajah Jakarta dari kampung besar menjadi metropolis.

Sesekali dia datang ke Taman Ismail Marzuki. Kedatangannya tidak menentu, seolah-olah sedang Sidak. “Bang Ali besar sekali perhatiannya ke TIM. Kalau dia datang, semuanya diam, semuanya jadi tertib,” kenang Acil “Bogor”, yang belum juga menjadi alumni IKJ.

Ali Sadikin, adalah nama yang populer di Indonesia. Kepopulerannya menyamai Presiden Presiden Indonesia.
Bang Ali menjadi monumental di Jakarta dengan gagasan-gagasannya merombak Jakarta dari sebuah “kampung besar” menjadi bandar utama dunia. Pada masanyalah Jakarta mempunyai kelengkapan - sebagai kota yang modern dan berbudaya. Memang, gebrakannya memunculkan kontroversi, misalnya melegalkan perjudian dan meng-adakan lokasi pelacuran, Keramat Tunggak. Namun demikian, Ali Sadikin menjadi kenangan masyarakat setiap kaki menginjak gang-gang pemukiman dengan proyek MHT-nya, untuk mengenang M. Husni Thamrin. Jakarta mempunyai “bengkel” budaya yang produktif, yaitu TIM (Taman Ismail Marzuki). Orang Betawi dilindungi budayanya, dengan menetapkan kawasan Condet sebagai Cagar Budaya. Jakarta mempunyai Cagar Alam, Muara Angke; Jakarta mempunyai Kebun Binatang, Rangunan; Jakarta mempunyai Taman Budaya, TMII; Jakarta mempunyai wisata bahari, Ancol.
Jakarta kita kenang sebagai maha karya Ali Sadikit. Dapat disaksikan melalui masa pemerintahannya, yaitu berupa bangunan pisik yang diwariskannnya. Selaian bangunan pisik, Bang Ali meninggalkan kenangan berupa cacatan perubahan pisik Jakarta, dalam sebuah buku berukuran besar yang dinamai Djakarta Through The Ages. Buku bersampul batik berbahasa Inggris ini berukuran 40 cm x 30 cm diteritkan tahun 1969. Isinya foto-foto Jakarta tempo dulu (tempo doeloe), foto pembangunan Masjid Istiqlal, pembangunan Gedung Wisma Nusantara, Blok M tahun 70-an, Ancol dalam perencanaan. Dan, banyak lagi foto-foto Jakarta peninggalan tahun 60-an.
Penulis buku tersebut adalah Drs. R.Mohammad Ali, Fotografer F.Bodmer, Terjemahan Bahasa Inggrisoleh Dra.Damayanti Soebiakto.

Cantigi Peace akan memperkenalkan foto – foto yang terkandung dalam Djakarta Through The Age. Siapa saja boleh mengungguh foto tersebut, asalkan menyebutkan sumbernya. Foto-foto tersebut tidak digunakan untuk kepentingan bisnis. (Rizal Bustami)

Wednesday, January 21, 2009

PERANG ISRAEL DENGAN HAMMAS



Peperangan yang tak seimbang, kancil melawan gajah.
Kedua pihak merasa menang, kekalahan pada rakyat.


STATISTIK KONFLIK

Lebih dari 1.300 warga Palestina terbunuh

Sebanyak 13 warga Israel tewas

Lebih dari 4.000 gedung hancur di Gaza, sedangkan 20.000 rusak parah

50.800 warga Gaza kehilangan tempat tinggal, 400.00 tanpa air bersih




Sepedaan di Tajur Halang

Aksi Aksi di Tajur Halang


Dari Kota Bogor mengayuh sepeda di pendakian lereng Gunung Salak, tertuju ke Tajur Halang dan “Patung Garuda” / Lembah Salak. Dari “Patung Garuda” beraksi-aksi di jalan setapak yang basah.

Seorang pemula, Soni (30), digiring ke sini. “Kapok, tapi kayaknya kepengen lagi,” terang Soni, dimana sol sepatunya lepas.

Pemain sepeda “tua” yang masih gamang, tak menyesali kiprahnya di medan yang berat tersebut. “Nggak terbayangkan oleh saya, main sepeda macam ini,” ungkap Nurul (51), yang berbisik-bisik bertanya, “dimana lagi medan macam ini.”

Puli (49), tentu setia dengan sepeda tuanya, Trek. Saya sendiri (penulis), juga memakai sepeda tua, Specialized. Hendy, Andi, Yoga, Roy, sudah malang melintang di medan Lembah Salak ini. Medan menantang itu, membuat Aji Rudi dan Hendy aksi – aksian, yang menjadi tontonan peserta lainnya. (Rizal Bustami)

Wednesday, January 14, 2009

AYO TEBAK ! DIMANAKAH FOTO INI ?













Tebak Foto Djakarta ini akan muncul dengan foto lain setiap bulan....
Anda menjawabnya di kolom komentar....

HARGA BENELLI MOTOBI 152 TH 2023