Sunday, September 12, 2010

Catatan Usang Seorang Juru Tulis Bagian IV





Lamunan


Keesokan harinya, si Juru Tulis mendapat informasi yang mengejutkan dari Siti Anisyah. Sepulang dari surau malam kemaren kebetulan Siti Maryam dibawa  menginap oleh Siti Anisyah di rumahnya. Rupanya menjelang tidur fikiran Siti Maryam juga ‘dibuncahkan’ oleh ketampanan seorang pemuda yang bertubuh ideal di surau tadi yang bercampur dengan kesan indahnya terhadap alam negeri Kamang. 


“Siapa gerangan nama pemuda itu, ya?,” bisik hatinya. 


Sementara Inyiak Haji Abdul Manan hanya memperkenalkan tugas dan tanggung jawab si pemuda itu saja, tetapi tidak menyebutkan nama pemuda yang sedikit pendiam itu.


“Etek, kalau boleh ambo tau, siapa gerangan nama pemuda yang menjadi juru tulis Inyiak Manan tadi itu, ‘Tek ?,”  Siti Maryam memberanikan diri untuk menanyakan nama pria itu kepada Siti Anisyah.


“Hmm !, kenapa tiba-tiba kamu menanyakan nama anak muda itu Maryam ? Apakah dia telah menyudutkan pandangannya padamu tadi, sehingga membuat perasaanmu tersinggung ?,” Pancingan Siti Anisyah pada Maryam.


“Tidak, Tek ! Tadi itu Inyiak Manan kan hanya memperkenalkan tugas-tugas pria itu saja dan tidak menyebutkan nama orangnya. Padahal pada waktu-waktu mendatang saya kira pasti akan banyak berhubungan dengannya, apalagi kalau saya masih dianggap anak oleh orang Kamang ini, ‘Tek !,”  jawab Maryam, yang mencoba bersilat lidah dengan Siti Anisyah.


“O, begitu ! Nanti kamu juga akan tau dengan sendirinya, Maryam. Sekarang cukup dipanggil saja dengan ‘si-Juru Tulis’, sesuai dengan tugasnya itu. Tidak masalah bukan ? Yang jelas tidurlah kamu dulu karena tadi siang kamu sudah menempuh perjalanan jauh. Tentu tubuhmu saat ini membutuhkan istirahat dan kami telah mempersiapkan tempat dan selimut untukmu, Nak ?  Tidurlah dulu !,” kilah Siti Anisyah pada Maryam.



Saturday, September 11, 2010

Indonesia Pemakai Air 10 Besar Dunia

Parigi di tengah sawah, lokasi di Cianjur / Foto : Rizal Bustami
 
PEKAN AIR DUNIA

Kompas, Rabu, 8 September 2010 

Masalah kualitas air dibahas dalam forum World Water Week 2010 yang berlangsung 5-11 September 2010 di Stockholm, Swedia. Dalam forum itu berkumpul 2.500 pakar dari 130 negara.Isu yang dibahas, antara lain, penyebaran penyakit terkait air, polusi bahan kimia, serta kondisi sungai dan danau di negara berkembang.Seperti tertuang dalam UN World Water Development Report (2009), saat ini lebih dari 80 persen air limbah di negara berkembang dibuang tanpa diolah sebelumnya sehingga mencemari sungai, danau, dan pesisir. Kurangnya sanitasi serta minimnya air bersih penyebab 88 persen kasus diare di dunia yang membawa kematian dini 1,8 juta orang setiap tahun—90 persen berusia di bawah lima tahun.Direktur World Water Week Jens Berggren mengatakan, ”Secara fisik, air tersedia. Persoalannya ialah manajemen air. Tapi, bisa dipecahkan.”Biaya investasi untuk infrastruktur, penyediaan, dan distribusi air dipandang sebagai beban oleh banyak pemerintah. Padahal, setiap investasi 1 dollar AS untuk penyediaan air dan sanitasi akan kembali 34 dollar AS. Manajemen sumber daya air ikut menumbuhkan perekonomian karena mengurangi biaya akibat polusi dan bencana.Sementara itu, perubahan iklim juga berpengaruh terhadap manajemen air.Berggren mengatakan, hujan yang sulit diprediksi adalah malapetaka dan membuat pengelolaan air kian sulit.”Ini sudah terlihat di Pakistan dan Rusia,” ujarnya. Rusia, misalnya, baru mengalami musim paling panas dalam sejarah. Jam Lundqvist, Kepala Stockholm International Water Institute’s Scientific Programme Committee, mengatakan, akibat sulitnya prediksi cuaca, perlu investasi besar untukberagam model penyimpanan air. Sekitar 66 persen lahan pertanian di Asia bukan sistem irigasi dan di Afrika sekitar 94 persen lahan mengandalkan curah hujan. Sekitar 500 juta orang di Afrika dan India akan mendapat manfaat dari manajemen air pertanian.

Sumber Kompas

Pincuran / Foto : Rizal Bustami
Air dijadikan pembangkit listrik / Foto : Rizal Bustami
Air sebagai obyek Wisata / Foto : Rizal Bustami
Hulu Sungai Ciliung / Foto : Rizal Bustami
Hutan hujan Taman Nasiona Gede Pangrango / Foto : Krisna
 Air untuk kolam dan kakus lokasi Nagarai Lasi,Sumbar / Foto : Rizal Bustami
Air berwal dari satu tetes / Foto : Rizal Bustami
Pendistribusian air di Palutungan,Gunung Ciremai / Foto : Rizal Bustami
Pembangkit listrik rakyat di Curuk Panjang / Foto : Rizal Bustami
Sawah di kaki Gunung Marapi, Nagari Lasi, Bukittinggi / Foto : Rizal Bustami
Di Taman Nasional Gunung Halimun Salak / Foto : Rizal Bustami
Pembangkit lisrik warga di Ciptagelar / Foto : Rizal Bustami
Hariyono operator Pembangkit Listrik Mikrohydro Cicemet,
Desa Sirna Resmi / Foto : Rizal Bustami
Pembagian air yang rumit / Foto : Rizal Bustami

Sumber air di Cigowong, Gunung Ciremai / Foto : Rizal Bustami

Sunday, September 05, 2010

FOTOGRAPHI

Petani Dieng

Keranjang-kerangjang disandarkan
Orang orang duduk mengelompok
Aktivitas apa gerangan ini ?

Sebuah mobil bak terbuka berhenti
Kerangjang kerangjang dinaikkan, orang orang bergelayatun
Kemanakah orang orang ini ?

Ibu – ibu berbaris di tepi jalan
Bayang-bayang sejajar dengan tubuhnya
Hendak kemana ibu – ibu ini ?

Ibu ibu memetik sayur
Laki laki memikul keranjang
Mobil bak dan timbangan menunggu di pinggir jalan
Merekalah buruh tani Dataran Tinggi Dieng



Sayur mayur terbaik dihasilkan dari bumi ini....

Rizal Bustami


Thursday, August 26, 2010

The Real Mountain Bike : Yogyakarta - Dieng - Purwokerto



TRANS DIENG
Melintasi Pegunungan Dieng

Trans Dieng, melintasi Daratan Tinggi Dieng dari sisi timur ke barat. Bermain 
sepeda ke Dieng (bukan di Dieng), tentulah wajib memiliki fisik yang baik serta kemauan yang kuat. Jika Daratan Tinggi Dieng   dilintasi dari Yogyakarta sampai ke Purwokerto, tentu menjadi pekerjaan yang berat.
Katakanlah memulainya dari Kota Wonosobo, tantangan berat segera menghadang, apalagi setelah melewati Pasar Garuk. Dari sini, terasa betul kepayahan menjalankan sepeda baik digowes maupun di dorong.

Kami (Cantigi tim) berempat, yaitu Krisna, Ombing, Juned dan saya yang menggowes. Pendukung perjalanan Alvin dengan vespanya, Iwan Gobek dan Ikam. Perjalanan menjadi istimewa karena diikuti oleh Bung Don Hasman.

“Kau uangkan tiket kereta api ini, kita gunakan untuk ke Dieng,” anjur sang Maestro, yang membatalkan perjalanannya pulang ke Jakarta dari Yogyakarta.  Don, bersama Iwan dan Ikam, akhirnya menuju  Dieng dengan kendaraan umum. Ia lepas kami pagi-pagi sekali dari Yogyakarta.




HARGA BENELLI MOTOBI 152 TH 2023