Pemuda Adat:
Citra Kuta Bali Semakin Murahan
Jakarta, Kompas.com, Senin, 18 Maret 2013
Wakil Pemuda Desa Adat Kuta dari 13 banjar di Bali
mengatakan, saat ini citra kawasan Kuta, Bali, semakin murahan di mata para
wisatawan, terlihat dari perilaku para turis yang datang.
"Hal tersebut terindikasi dari kualitas turis yang
berkunjung ke Kuta, yang telah mengalami penurunan, termasuk tingkah dan
perilakunya," kata perwakilan Pemuda Desa Adat Kuta, I Gede Ary Astina,
melalui pesan singkat yang diterima di Jakarta, Jumat (15/3/2013).
Ary mengatakan, Pemuda Desa Adat Kuta berencana menemui
Gubernur Bali Made Mangku Pastika pada Sabtu (16/3/2013) untuk menyuarakan
tuntutan tersebut.
Menurut Ary, sudah banyak terjadi kasus-kasus memalukan yang
disebabkan oleh perilaku turis-turis yang kurang berkualitas.
Hal tersebut, menurutnya, berdampak pada pemberitaan
internasional yang semakin mencitrakan daerah Kuta atau Bali sebagai sebuah
daerah atau pulau di mana para turis bisa melakukan hal apa saja dengan bebas.
"Banyak sekali kasus-kasus yang disebabkan perilaku
turis-turis yang kurang berkualitas, bisa dicari di internet. Ada turis yang
menembaki taksi, buronan interpol kabur ke Bali, melakukan penusukan dengan
senjata tajam, hingga melakukan hubungan seksual di pura," kata Ary.
Dia menekankan bahwa Pemuda Desa Adat Kuta meminta
pemerintah untuk segera membuat sebuah sistem filterisasi terhadap wisatawan
yang masuk ke Kuta, misalnya dengan memperketat syarat-syarat bagi para turis
yang akan berkunjung ke Kuta atau Bali.
"Agar citra Bali khususnya Kuta tidak terlalu murahan
di mata turis. Karena ada kekhawatiran akan terjadi kasus-kasus
rasialisme," ujar dia.
Selain itu, kata dia, Pemuda Desa Adat Kuta juga meminta
pemerintah secara serius dan intensif melakukan edukasi terhadap warga lokal
agar tidak menjadi "budak pariwisata". Hal itu, menurut mereka, bisa
dimulai dari kurikulum sekolah-sekolah pariwisata agar Bali melahirkan tenaga
kerja pariwisata yang cerdas, berani bersaing, dan tidak minder melihat warga
asing.
"Harus digarisbawahi bahwa turis yang lebih memerlukan
Bali, bukan Bali yang harus mengemis kepada turis. Dengan harga diri yang
terjaga, rasa hormat dan apresiasi akan datang dengan sendirinya. Mental budak
harus dihapuskan," kata dia.
"Besok, Sabtu, Gubernur Bali membuat acara Simakrama di
Wantilan DPRD Renon. Simakrama itu semacam pertemuan dengan warga. Kami ingin
memanfaatkan momentum tersebut untuk bicara dengan gubernur," kata dia.
Pada kesempatan itu Pemuda Desa Adat Kuta juga akan meminta
Gubernur Bali Made Mangku Pastika melakukan pemberdayaan bisnis lokal, mengubah
pola pikir aparat hukum, mengatur ketertiban umum, serta pembatasan kendaraan
yang telah menyebabkan masalah lalu lintas di Bali.
Sumber : ANT, Editor : Jodhi Yudono
No comments:
Post a Comment