Tuesday, July 14, 2009
Sentul-Babakan Madang-Cipanas
Saturday, July 11, 2009
Cibodas dalam Foto
Yang Indah - Indah saja di Cibodas.....
Di kawasan Cipanas, Jawa Barat, banyak betul sudut pandang yang enak dilihat. Misalnya saja di seberang Pasar Wisata Cibodas; antara Gunung Batu ke Gunung Putri, dan lainnya. Mendaki sedikit ke perkebunan rakyat di Cibodas, akan menikmati pemandangan ke Lembah Ciloto, hamparan Cipanas dan ke Gunung Gede - Pangrango. Foto-foto yang ditampilkan ini, dari sisi bukit Cibodas - yang ditanami sayur - sayuran oleh penduduk.
(Rizal Bustami)
Monday, June 29, 2009
Stadion Utama Senayan
Thursday, June 25, 2009
Manusia Tambora yang Hilang
Hujan abu selama dua hari tiga malam disusul bunyi meriam yang rupanya menandai keruntuhan kawah, disusul lagi hujan pasir dan emboh laut (gelombang pasang,pen). Sebabnya disangka akibat tindakan jahat Sultan Tambora Abdul Gafur. Kerajaan Pekat dan Tambora binasa. Malapetaka itu berakhir berkat orang bersembahyang, tetapi kemelaratan, kelaparan, dan penyakit tidak tertolong. Banyak orang mati karena makan daun ubi beracun. Orang mati bergelatakan di jalan, tidak dikubur, tidak disembahyangkan, mayatnya menjadi mangsa burung, babi, dan anjing. Andai tidak datang pedagang dari luar, penduduk habis mati kelaparan: pedagang itu datang dari pulau – pulau sekitar dan dari Maluku, bahkan orang Arab, Cina, dan Belanda. Mereka membawa beras, gula, susu, jagung, dan kacang kedelai yang ditukarnya dengan piring mangkok, kain tenunan, senjata, barang mas dan perak, sereh, gambir, dan budak.
Begitulah keadaannya ketika Gunung Tambora meletus tahun 1815 dalam naskah Bo’Sangaji Kai, yang disunting oleh Chambert-Loir, dalam buku Kerajaan Bima dalam Sastra dan Sejarah.
Para ilmuwan menemukan bukti peradaban yang hilang di Indonesia. Terletak di Tambora, Pulau Sumbawa, ketika daerah tersebut musnah terkubur oleh letusan Gunung Tambora pada 10 April 1815. Sekitar 88.000 – 100. 000 orang menjadi korbannya. Letusan tersebut paling tidak, besarnya empat kali lipat kekuatan letusan Gunung Krakatau pada 1883.
Dipandu dengan radar darat, para peneliti dari Indonesia dan AS menggali saluran air tempat penduduk lokal menemukan keramik dan tulang belulang sebelumnya. Di sana, mereka menemukan puing-puing sebuah bangunan beratap, tembikar, perunggu, dan tulang belulang dari dua orang yang hangus terbakar. Seluruhnya ditemukan dalam satu lapis endapan yang seumur dengan terjadinya letusan.
Vulkanolog Haraldur Sigurdsson dari Universitas Rhode Island yang memimpin ekspedisi tersebut memperkirakan, sekitar 10 ribu orang yang tinggal di daearah tersebut tewas akibat gunung meletus. Peristiwa tersebut disamakan dengan letusan pada zaman Romawi Kuno yang mengubur penduduk Kota Pompeii. Jumlah korban total diperkirakan sebanyak 117.000 orang yang disusul oleh wabah penyakit dan bencana kelaparan melanda daerah itu yang merupakan dampak dari letusan gunung.
Tahun 1816 dikenal sebagai "tahun tanpa musim panas" karena suhu bumi menjadi dingin menyusul letusan gunung karena debu vulkanik dalam jumlah besar naik ke atmosfir.
Sisa-sisa dari sebuah rumah dengan dua orang penghuni yang terkubur abu gunung berapi ditemukan untuk pertama kalinya dan penemuan ini dijuluki sebagai "Pompeii di Timur". Sebuah penamaan yang tidak tepat, sebetulnya.
Para ilmuwan mengatakan, mereka menemukan beberapa cawan perunggu, periuk keramik dan sejumlah artefak lainnya. "Ada potensi temuan di Tambora ini adalah semacam kota Pompeii di Timur, dan ini bisa jadi adalah temuan penting," kata Profesor Haraldur Sigurdsson dari Universitas Rhode Island, Amerika Serikat, yang telah melakukan penelitian di daerah itu selama 20 tahun.
Desa yang hilang ini ditemukan oleh Sigurdsson dan para peneliti dari Universitas North Carolina serta Direktoran Vulkanologi Indonesia selama melakukan penggalian enam minggu pada musim panas 2004.
Penggalian dilakukan dengan menggunakan bantuan radar sehingga rumah yang terkubur dibawah debu setebal 3 meter berhasil ditemukan. Benda-benda yang ditemukan sampai sejauh ini, terutama benda yang terbuat dari perunggu, mengisyaratkan penduduk di kawasan Tambora makmur dan menjalin hubungan niaga dengan Vietnam dan Kamboja. (Rizal Bustami / dari berbagai sumber)
Saturday, June 13, 2009
Gunung Tambora
Letusan Gunung Tambora (1815),Bencana Bagi Dunia
Letusan Gunung Tambora, yang kini masuk dalam wilayah Kabupaten Bima itu termasuk salah satu dari 100 bencana terbesar sepanjang masa. Bayangkan saja, letusan yang terjadi 11 April 1815, terasa hingga dua Musim Semi hingga tahun 1817. Bencana tersebut menelan korban 150.000 orang meninggal.
Thursday, June 11, 2009
SEPEDA GUNUNG
Cibodas - Gunung Putri, 2.5 KM Saja !
Jarak Cibodas – Gunung Putri melintasi Kebun Raya Cibodas hanya 2.5 km. Dimulai dari ketinggian 1337 dpl ke ketinggian 1542 dpl. Meski jaraknya “sejengkal”, menggoes sepeda disini alang kepalang capeknya. Kita akan terhibur karena pemandangan yang dilewati. Melayangkan pandangan ke arah bawah, hamparan perkebunan, keramaian Cipanas dan barisan perbukitan. Memandang ke arah atas, terpampang Gunung Gede Pangrango. Perjalanan ke Gunung Putri, melewati kawasan Wisata Agrowisata. Sampai ke Gunung Putri, mata akan selalu terbelalak oleh pamandangan lepas.
Di Gunung Putri kita tidak dapat lagi menikmati pemandangan karena sudah ditutupi oleh bangunan bertingkat. Lewati sajalah Gunung Putri karena tidak ada yang bisa dinikmati lagi. Turun kea arah Cipendawa (peternakan ayam), ada dua pilihan jalan. Lurus, atau belok kiri. Bila lurus, langsung ke Jalan Raya Cipanas. Sedangkan belok ke kiri, akan ada dua pilihan. Bisa ke Pasar Cipanas atau kembali ke Kebun Raya Cibodas.
Dalam pilihan ini, saya turun ke Pasar Cipanas (1008 dpl) untuk makan siang di Warung Mang Alan. Warung makan Mang Alan berada di depan Kantor Kecamatan Pacet, pas di pinggiran pasar. Menunya gabungan rasa Sunda dan masakan Minang. Soal rasa, tidak mengecewakan dan murah pula. Kelebihan masakan Mang Alan, yang berasal dari Minang ini, selalu baru. Saya makan disini sejak tahun 1985, ketika lagi giat-giatnya mendaki gunung Gede Pangrango.
Kembali ke Cibodas, berarti menggoes dari ketinggin 1008 dpl ke ketinggian 1337 dpl, dengan jarak kurang lebih 2 km. Saya naik melipiri Istana Cipanas, Makam Pahlawan, Tanjakan Berlian, Gunung Batu dan masuk lagi ke kawasan Kebun Raya Cibodas.
Saya menggoes sepeda mengambil waktu matahari terbuka. Gunanya adalah untuk melatih kelelahan otot dan pernapasan. Berlatih di ketinggian, akan menambah cadangan oksigen di dalam darah serta menambah kapasitas paru - paru. Demikian anjuran Bung Octav, pelatih pisik Team Everest Kapasus, Pelatih Pisik Putri Everest, Pelatih Pisik PSSI kepada saya. “Tampah gizi lu untuk cadangan energi,” kata Bung Octav kepada saya.
Dengan jarak hanya lebih kurang 6 km, dibutuhkan waktu menggoes 2.5 jam. Selama 2.5 jam lagi, untuk istirahat, ambil foto dan makan siang. (Rizal Bustami)
-
LAPORAN PERJALANAN : Apa saja di Baduy ? Wisata Budaya dan Wisata Alam tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan. Sepanjang...
-
Saya baru-baru ini saja bisa mengendarai sepeda motor dalam arti sesungguhnya. Dengan kata lain, status pemula. Namun, dalam hitungan bulan,...