Eko Hendrawan Sofyan
Sabtu, 28 April 2012
JAKARTA, KOMPAS.com
Asia,
terutama Asia Timur, merupakan kawan yang penuh dengan vitalitas di dunia. China ingin bergandengan tangan dengan Indonesia untuk mendorong kemajuan, perdamaian,
dan kemakmuran Asia, serta membangun orde
politik ekonomi global yang lebih adil dan rasional.
Demikian salah satu pokok pikiran
petinggi
Partai Komunis China (PKC), Li Changchun, dalam kuliah umum di depan
sivitas akademika Universitas Indonesia di Depok, Jumat (27/4). Dia membawa
serta delapan menteri terkait dan politisi teras partai berkuasa dalam kabinet
Presiden Hu Jintao.
Li, pria kelahiran Dalian, Provinsi Liaoning,
Februari 1944, ini, mengawali karier politik di lingkup PKC pada 1975. Dia
pernah menjabat Wali Kota Shenyang, Liaoning, dan Gubernur Liaoning. Kini selain pemimpin tinggi, dia
juga kepala propaganda yang mengontrol media dan internet.
China, atau Tiongkok menurut versi
terminologi Li, saat ini tercatat sebagai kekuatan ekonomi nomor dua yang amat
menentukan di dunia. Sementara
Indonesia
adalah negara terbesar di kawasan regional
ASEAN. Keduanya sesama negara yang
berpengaruh besar di kawasan ini.
Menurut Li, kerja sama
multidimensi yang diperluas dan diperdalam sesuai kepentingan rakyat kedua
negara bermanfaat untuk perdamaian serta kestabilan dan kemakmuran kawasan ini.
Kerja sama seperti itu juga bermanfaat untuk persatuan dan kemajuan
negara-negara berkembang lain.
”Tiongkok bersedia bersama Indonesia
terus-menerus mempererat kerja sama bilateral yang strategis dalam jangka
panjang. Ini penting untuk memelihara perdamaian dan kemakmuran Asia, membangun orde politik global yang lebih adil dan
rasional,” katanya.
Terkait itu, Li mengusulkan empat
strategi besar. Pertama, kerja sama untuk memperkuat sikap saling percaya di
bidang politik dan memperdalam persahabatan tradisional. Dia menganjurkan
konsep mencari persamaan sambil membiarkan adanya perbedaan.
Di China ada sebuah ungkapan
”harmoni walau berbeda”. Ungkapan itu, menurut Li, sama dengan moto atau
prinsip Bhinneka Tunggal Ika di Indonesia. Di China juga ada ungkapan
”bersahabat dan saling membantu”, sama dengan gotong royong.
Pasar utama
Usulan kedua Li, memperdalam
kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan. ”Prospek kerja sama kedua negara
di bidang ekonomi sangat luas. Pihak Tiongkok akan mendorong perusahaan yang
memiliki kekuatan dan reputasi baik untuk berinvestasi di Indonesia dan
aktif mengikuti pembangunan enam koridor perekonomian di Indonesia,” kata Li.
Kedua pihak sebaiknya saling
mendukung dan berusaha memperkuat kerja sama di bidang pertanian, migas,
pertambangan, listrik, dan sektor vital lain. Ini supaya kerja sama ekonomi
memberikan keuntungan bagi masyarakat.
Ini bertujuan supaya tali
perekonomian dan kemitraan strategis terus diperkuat.
Memperkuat pertukaran kebudayaan
demi memperkukuh landasan persahabatan kedua negara adalah usulan ketiga Li.
Pada 2011, pengunjung di antara kedua negara melampaui satu juta orang. Kedua
negara bisa mengadakan ”Tahun Persahabatan Tiongkok-Indonesia”.
Saran terakhir Li dalam konteks
kerja sama bilateral yang strategis ialah meningkatkan komunikasi dan
koordinasi serta mempererat kerja sama multilateral. ”Tiongkok dan Indonesia
mempunyai kepentingan yang sama dan luas dalam urusan regional dan global,”
katanya.
Li mengatakan, China senang melihat Indonesia memainkan peran dalam
urusan regional dan global. China
bersedia bersama Indonesia
mempererat koordinasi dan kerja sama dalam mekanisme multilateral.
Ada
landasan historis panjang, kata Li, yang membuat China
dan Indonesia
bersahabat dan saling mendukung. ”Tiongkok dan Indonesia sesama negara yang
mempunyai sejarah panjang dan budaya cemerlang. Candi Borobudur di Indonesia
dan Tembok Besar Tiongkok adalah keajaiban kultur kuno di dunia Timur,” kata
Li.
Pada 132 Masehi, semasa Dinasti
Han, Raja Hanshundi pernah menerima utusan dari Jawa. Pada abad IV, biksu
Buddha Faxian pernah tinggal dan belajar di Jawa dan Sumatera. Pada zaman
modern, kedua negara pernah mengalami agresi dan penjajahan.
”Sejak masuk abad baru, atas
perhatian dan dorongan langsung dari pemimpin kedua negara, hubungan bilateral
berkembang pesat. Tahun lalu, nilai perdagangan bilateral mencapai lebih dari
60 miliar dollar AS. Tiongkok adalah mitra dagang dan pasar ekspor utama bagi Indonesia,”
kata Li. (CAL)
(Catatan Redaksi : Berita ini diambil dari Kompas.com, Rizal Bustami)