Monday, June 29, 2009

Stadion Utama Senayan

PEMBANGUNAN STADION UTAMA SENAYAN
Digunakan untuk Asian Games XII tahun 1962 dan Ganefo tahun 1963.
Bersamaan waktunya, dibangun pula Hotel Indonesia, Jembatan Semanggi serta pelebaran Jalan Sudirman, Jalan Moh Thamrin dan Jalan Gatot Subroto.







Thursday, June 25, 2009

Manusia Tambora yang Hilang


Mereka Dikubur Letusan Gunung

Hujan abu selama dua hari tiga malam disusul bunyi meriam yang rupanya menandai keruntuhan kawah, disusul lagi hujan pasir dan emboh laut (gelombang pasang,pen). Sebabnya disangka akibat tindakan jahat Sultan Tambora Abdul Gafur. Kerajaan Pekat dan Tambora binasa. Malapetaka itu berakhir berkat orang bersembahyang, tetapi kemelaratan, kelaparan, dan penyakit tidak tertolong. Banyak orang mati karena makan daun ubi beracun. Orang mati bergelatakan di jalan, tidak dikubur, tidak disembahyangkan, mayatnya menjadi mangsa burung, babi, dan anjing. Andai tidak datang pedagang dari luar, penduduk habis mati kelaparan: pedagang itu datang dari pulau – pulau sekitar dan dari Maluku, bahkan orang Arab, Cina, dan Belanda. Mereka membawa beras, gula, susu, jagung, dan kacang kedelai yang ditukarnya dengan piring mangkok, kain tenunan, senjata, barang mas dan perak, sereh, gambir, dan budak.

Begitulah keadaannya ketika Gunung Tambora meletus tahun 1815 dalam naskah Bo’Sangaji Kai, yang disunting oleh Chambert-Loir, dalam buku Kerajaan Bima dalam Sastra dan Sejarah.

Para ilmuwan menemukan bukti peradaban yang hilang di Indonesia. Terletak di Tambora, Pulau Sumbawa, ketika daerah tersebut musnah terkubur oleh letusan Gunung Tambora pada 10 April 1815. Sekitar 88.000 – 100. 000 orang menjadi korbannya. Letusan tersebut paling tidak, besarnya empat kali lipat kekuatan letusan Gunung Krakatau pada 1883.

Dipandu dengan radar darat, para peneliti dari Indonesia dan AS menggali saluran air tempat penduduk lokal menemukan keramik dan tulang belulang sebelumnya. Di sana, mereka menemukan puing-puing sebuah bangunan beratap, tembikar, perunggu, dan tulang belulang dari dua orang yang hangus terbakar. Seluruhnya ditemukan dalam satu lapis endapan yang seumur dengan terjadinya letusan.

Vulkanolog Haraldur Sigurdsson dari Universitas Rhode Island yang memimpin ekspedisi tersebut memperkirakan, sekitar 10 ribu orang yang tinggal di daearah tersebut tewas akibat gunung meletus. Peristiwa tersebut disamakan dengan letusan pada zaman Romawi Kuno yang mengubur penduduk Kota Pompeii. Jumlah korban total diperkirakan sebanyak 117.000 orang yang disusul oleh wabah penyakit dan bencana kelaparan melanda daerah itu yang merupakan dampak dari letusan gunung.

Tahun 1816 dikenal sebagai "tahun tanpa musim panas" karena suhu bumi menjadi dingin menyusul letusan gunung karena debu vulkanik dalam jumlah besar naik ke atmosfir.
Sisa-sisa dari sebuah rumah dengan dua orang penghuni yang terkubur abu gunung berapi ditemukan untuk pertama kalinya dan penemuan ini dijuluki sebagai "Pompeii di Timur". Sebuah penamaan yang tidak tepat, sebetulnya.

Para ilmuwan mengatakan, mereka menemukan beberapa cawan perunggu, periuk keramik dan sejumlah artefak lainnya. "Ada potensi temuan di Tambora ini adalah semacam kota Pompeii di Timur, dan ini bisa jadi adalah temuan penting," kata Profesor Haraldur Sigurdsson dari Universitas Rhode Island, Amerika Serikat, yang telah melakukan penelitian di daerah itu selama 20 tahun.

Desa yang hilang ini ditemukan oleh Sigurdsson dan para peneliti dari Universitas North Carolina serta Direktoran Vulkanologi Indonesia selama melakukan penggalian enam minggu pada musim panas 2004.

Penggalian dilakukan dengan menggunakan bantuan radar sehingga rumah yang terkubur dibawah debu setebal 3 meter berhasil ditemukan. Benda-benda yang ditemukan sampai sejauh ini, terutama benda yang terbuat dari perunggu, mengisyaratkan penduduk di kawasan Tambora makmur dan menjalin hubungan niaga dengan Vietnam dan Kamboja. (Rizal Bustami / dari berbagai sumber)

Saturday, June 13, 2009

Gunung Tambora



Letusan Gunung Tambora (1815),Bencana Bagi Dunia

Letusan Gunung Tambora, yang kini masuk dalam wilayah Kabupaten Bima itu termasuk salah satu dari 100 bencana terbesar sepanjang masa. Bayangkan saja, letusan yang terjadi 11 April 1815, terasa hingga dua Musim Semi hingga tahun 1817. Bencana tersebut menelan korban 150.000 orang meninggal.

Letusan tersebut sebenarnya, gejala alam saja. Namun, bagi masyarakat setempat ceritanya lain lagi. Bagi masyarakat, letusan Gunung Tambora merupakan kemarahan Tuhan atas perilaku manusia.
Dari puncak gunung setinggi 3.960 m itu, muncul tiga gumpalan api yang terpisah memuncak hingga tinggi sekali. Seluruh puncak gunung segera diselimuti lava pijar. Sebarannya meluas hingga ke jarak yang sangat jauh. Pecahan-pecahan yang tersebar di udara telah mengakibatkan kegelapan total. Abu yang disebarkan sampai ke Pulau Jawa yang jaraknya 310 mil (500 km). Abu menutupi tanah dan asap dengan lapisan setebal beberapa sentimeter, begitu Sir Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Jawa, dikutip Stephen J.Spignesi dalam bukunya yang diterjemahkan Bonifasius Sindyarta, S.Psi, berjudul 100 Bencana Terbesar Sepanjang Masa.

Thursday, June 11, 2009

SEPEDA GUNUNG


Cibodas - Gunung Putri, 2.5 KM Saja !


Jarak Cibodas – Gunung Putri melintasi Kebun Raya Cibodas hanya 2.5 km. Dimulai dari ketinggian 1337 dpl ke ketinggian 1542 dpl. Meski jaraknya “sejengkal”, menggoes sepeda disini alang kepalang capeknya. Kita akan terhibur karena pemandangan yang dilewati. Melayangkan pandangan ke arah bawah, hamparan perkebunan, keramaian Cipanas dan barisan perbukitan. Memandang ke arah atas, terpampang Gunung Gede Pangrango. Perjalanan ke Gunung Putri, melewati kawasan Wisata Agrowisata. Sampai ke Gunung Putri, mata akan selalu terbelalak oleh pamandangan lepas.


Di Gunung Putri kita tidak dapat lagi menikmati pemandangan karena sudah ditutupi oleh bangunan bertingkat. Lewati sajalah Gunung Putri karena tidak ada yang bisa dinikmati lagi. Turun kea arah Cipendawa (peternakan ayam), ada dua pilihan jalan. Lurus, atau belok kiri. Bila lurus, langsung ke Jalan Raya Cipanas. Sedangkan belok ke kiri, akan ada dua pilihan. Bisa ke Pasar Cipanas atau kembali ke Kebun Raya Cibodas.

Dalam pilihan ini, saya turun ke Pasar Cipanas (1008 dpl) untuk makan siang di Warung Mang Alan. Warung makan Mang Alan berada di depan Kantor Kecamatan Pacet, pas di pinggiran pasar. Menunya gabungan rasa Sunda dan masakan Minang. Soal rasa, tidak mengecewakan dan murah pula. Kelebihan masakan Mang Alan, yang berasal dari Minang ini, selalu baru. Saya makan disini sejak tahun 1985, ketika lagi giat-giatnya mendaki gunung Gede Pangrango.


Kembali ke Cibodas, berarti menggoes dari ketinggin 1008 dpl ke ketinggian 1337 dpl, dengan jarak kurang lebih 2 km. Saya naik melipiri Istana Cipanas, Makam Pahlawan, Tanjakan Berlian, Gunung Batu dan masuk lagi ke kawasan Kebun Raya Cibodas.


Saya menggoes sepeda mengambil waktu matahari terbuka. Gunanya adalah untuk melatih kelelahan otot dan pernapasan. Berlatih di ketinggian, akan menambah cadangan oksigen di dalam darah serta menambah kapasitas paru - paru. Demikian anjuran Bung Octav, pelatih pisik Team Everest Kapasus, Pelatih Pisik Putri Everest, Pelatih Pisik PSSI kepada saya. “Tampah gizi lu untuk cadangan energi,” kata Bung Octav kepada saya.

Dengan jarak hanya lebih kurang 6 km, dibutuhkan waktu menggoes 2.5 jam. Selama 2.5 jam lagi, untuk istirahat, ambil foto dan makan siang. (Rizal Bustami)
















Sunday, May 31, 2009

Gerungan Sepeda Motor Trail di Gunung Ciremai

Dengan Sepeda Motor Trail Drop Logistik

Berjalan kaki ke Pesanggrahan di ketinggian 1600 dpl, membutuhkan waktu 4 jam. Bila menggunakan sepeda motor trail, cukup 1 jam saja.

Sepeda motor trail digasak terus sampai ke Cigowong, lebih kurang 1400 dpl. Istirahat dulu disini, sebelum melanjutkan pendakian ke Pesanggarahan. Dari Cigowong, menuruni celah, dan menyeberangi sungai kecil. Begitu menyeberangi sungai, gas sepeda motor digasak habis-habisan. Sepeda motor meraung-raung di tengah hutan yang rimbun, membelah keheningan. Suara sepeda motor tak terdengar bila sudah sampai di tujuan.

TRAC, kelompok sepeda motor Kuningan, Jawa Barat, bolak balik membawa logistik untuk keperluan SAR Pendaki PKS yang tersesat di Gunung Ciremai. Ada yang membawa beras, air mineral, lauk pauk, dan sebagainya. Logistik tersebut diikatkan di sadel belakang dan ada pula menggendongnya dengan keril.

Konon jalur trail ini menembus sampai ke Majalengka. Jalan untuk mendaki, berbeda dengan jalan trail. Jalan trail lebih landai, namun lebih jauh.

Sepeda motor trail sudah menjadi moda transportasi di lintasan Palutungan sampai ke Pesanggarahan. Wira wirinya kendaraan bermotor itu perlu disikapi oleh pengelola kawasan tersebut karena sudah berstatus Taman Nasional. (Rizal Bustami)



.

Tunggangan Orang Palutungan



Sepeda Motor Gunung dari Palutungan...

Sepeda motor jadi-jadian ini, tampak tak meyakinkan mendaki gunung sampai ke ketinggian 1600 dpl. Membawa rumput untuk ternak sapi, beras, semen, dan barang apa saja. Raungan mesinnya yang memekakkan telinga, sudah menjadi pendengaran biasa di sana. Menerjang jalan setapak yang sempit dan licin, mampu menembus pegunungan sampai ke Majalengka.
Jangan ditanya apa merek sepeda motor mereka. Gado-gado. Sepeda motor milik Kang Dadang, misalnya, dimodifikasi menjadi sepeda motor trail hanya 3 juta rupiah, sudah termasuk ban pacul, shock dan kenaplot trail sungguhan. "Di Kuningan ada montir yang ahli soal modifikasi trail. Jangan ragu. Pokok siap dipakai," ungkap Kang Dadang, pemilik warung makan di Palutungan.
Kesigapan kuda besi tersebut tujuan Cigowong setengah jam saja, berjalan kaki 2 jam lamanya. Melalui jalan setapak, sempit, diapit oleh ranting-ranting sampai menerobos kolong layu melintang.
Ketangguhan sepeda motor jadi-jadian tersebut sudah tak diragukan lagi. (Rizal Bustami)

Saturday, May 30, 2009

SAR Pendaki PKS di Gunung Ciremai


MEREKA TAHU JALAN PULANG
  

Lima Pendaki Gunung dari PKS Bekasi yang tersesat di Gunung Ciremai, akhirnya menemukan jalan pulang. Meski belum sampai dimana mereka berangkat, yaitu dari Simpang Dusun Palutungan, namun mereka sudah di arah yang benar untuk kembali. Sementara SAR Gabungan masih mencari mereka di kawasan lain, mereka terus bergerak, setapak demi setapak sampai akhirnya ditemukan oleh penduduk Dusun Palutungan, Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. Mereka ditemukan di kawasan Gupitan, Pasir Ipis, sekitar 2 jam jalan kaki dari Palutungan Kamis, 28 Mei.  




HARGA BENELLI MOTOBI 152 TH 2023