Tuesday, July 14, 2009

Sentul-Babakan Madang-Cipanas


Pemandangan yang Tiada Putus



Syahdan, masih di kawasan Bogor, dapat ditemukan pemandangan pedesaan yang indah-indah dan alami.  Jalan berkelok-kelok, bukit bersusun-susun, hamparan sawah dan air sungai yang jernih. Sungguh perjalanan yang indah dari Bogor ke Cipanas melalui Babakan Madang, Arca dan Kota Bunga.

Kawasan Puncak saja, orang sudah terkesima. Padahal, di kawasan ini hanya jalan berkelok-kelok dengan hamparan kebun teh.

Rangkaian foto – foto ini merupakan perjalanan singkat antara Bogor dengan Cipanas.
Sama – sama tujuan Cipanas, perjalanan dari Jakarta melalui Tol Jagorawi, lalu keluar di Gerbang Tol Perumahan Bukit Sentul. Terus saja ikuti jalan utama perumahan ini, sebelum Gerbang, belok ke kiri. Hanya sekitar 100 meter, ambil jalan kanan. Teruskan sampai bertemu Simpang Tiga Jalan Raya Babakanmadang. Dari simpang, belok kanan.

Sampai ke Simpang Tiga Gunung Pancar, jalan sedikit buruk. Melewati Simpang Gunung Pancar, barulah dimulai perjalanan yang mengesankan. Tak perlu tergesa-gesa mengendarai kendaraan roda empat atau roda dua, agar tidak terlewatkan bagian-bagian pemandangan.

Jangan sangsi akan tersesat. Sampai menemukan Simpang Tiga Rasamala, pakai jalan ke kanan. Jalan lurus ke Citeureup. Jalan raya mulai lebar dan halus.

Bertemu lagi Simpang Tiga, arahkan kendaraan ke kanan. Jalan lurus tujuannya ke Pasar Jonggol. Setelah melewati jembatan kedua, perlambat laju kendaraan. Diatas jalan jembatan kedua, bertemu lagi Simpang Tiga. Daerah ini namanya Kampung Jogjogan. Pada simpang ini, jalan menikung tajam ke kanan.

Nah, disini, ada dua pilihan, langsung ke Cipanas, atau mau ke Gunung Batu untuk menikmati pemandangan yang menakjubkan.

Katakanlah singgah dulu ke Gunung Batu. Dari Simpang Jogjogan, ambil jalan ke kiri. Jalan tersebuti, bisa untuk ke Cariu dan ke Cipanas. Sementara ini, saya tidak menyarankan menuju Cipanas melalui Gunung Batu, kecuali bagi petualang. Mengapa demikian, selepas Gunung Batu, jalan masih dalam pengerasan. Di ruas-ruas tertentu, terdapat pendakian tajam – yang tak mungkin dilewati oleh mobil atau sepeda motor biasa – macam sedan dan kendaraan niaga. Setelah pengaspalan, baru jalan tersebut aman dilalui.

Setelah menikmati Gunung Batu – yang berjarak lebih kurang 2 km dari Jogjogan, kembalilah ke jalan utama. Nantinya, jalan utama ke Cipanas ini akan bertemu dengan jalan dari Gunung Batu.
Perjalanan dibawah lindungan cemara. Melewati Kampung Arca, terhampar perkebunan teh. Jalanan besar dan halus. Jangan kaget, bertemu jalan tanah, tapi tak panjang.

Di Lapangan KUD namanya, di kanan jalan terdapat masjid. Di sini belok ke kiri. Perkebunan teh lagi, dengan jalan yang lapang.

Akhirnya, terhamparlah kawasan Cipanas, dibawah jalan adalah kawasan Kota Bunga. Turun dari sini, bertemu Simpang Tiga Loji. Pakai jalan ke kiri, akan bertemu Jalan Raya Hanjawar. Ke kiri Kota Bunga, ke kanan Jalan Raya Puncak – Cipanas.

Mencoba perjalanan ini, bahan baker diisi dulu – karena di sepanjang jalan tidak terdapat Stasiun Pengisian Bahan Bakar.

Bagi pengguna GPS yang memakai peta dari Navigasi.net, jalan dari Simpang Gunung Pancar sampai ke Simpang Loji belum tercantum. Dari Bogor ke Cipanas sejauh lebih kurang 70 km.

Jika perjalanan dimulai dari Cipanas, hati – hati di jalan bercabang. Setelah melewati hutan pinuas, ditemukan jalan bercabang dua. Jalan lurus mulus, ke Gunung Batu. Tapi, jangan ikuti jalan ini. Ambil jalan ke kiri. Jalan kiri ini, nantinya akan bertemu di Jogjogan. Di plang Curuk Cipiit yang terdapat di sisi kanan jalan, berhenti dulu sejenak. Layangkan pandangan ke bawah. Tampak Gunung Batu mencuat kokoh sendiri.  (Rizal Bustami)



Lihat Sentul-Cibodas Rute I di peta yang lebih besar

Lihat Peta Lebih Besar








Saturday, July 11, 2009

Cibodas dalam Foto


Yang Indah - Indah saja di Cibodas.....

Di kawasan Cipanas, Jawa Barat, banyak betul sudut pandang yang enak dilihat. Misalnya saja di seberang Pasar Wisata Cibodas; antara Gunung Batu ke Gunung Putri, dan lainnya. Mendaki sedikit ke perkebunan rakyat di Cibodas, akan menikmati pemandangan ke Lembah Ciloto, hamparan Cipanas dan ke Gunung Gede - Pangrango. Foto-foto yang ditampilkan ini, dari sisi bukit Cibodas - yang ditanami sayur - sayuran oleh penduduk.



(Rizal Bustami)

Monday, June 29, 2009

Stadion Utama Senayan

PEMBANGUNAN STADION UTAMA SENAYAN
Digunakan untuk Asian Games XII tahun 1962 dan Ganefo tahun 1963.
Bersamaan waktunya, dibangun pula Hotel Indonesia, Jembatan Semanggi serta pelebaran Jalan Sudirman, Jalan Moh Thamrin dan Jalan Gatot Subroto.







Thursday, June 25, 2009

Manusia Tambora yang Hilang


Mereka Dikubur Letusan Gunung

Hujan abu selama dua hari tiga malam disusul bunyi meriam yang rupanya menandai keruntuhan kawah, disusul lagi hujan pasir dan emboh laut (gelombang pasang,pen). Sebabnya disangka akibat tindakan jahat Sultan Tambora Abdul Gafur. Kerajaan Pekat dan Tambora binasa. Malapetaka itu berakhir berkat orang bersembahyang, tetapi kemelaratan, kelaparan, dan penyakit tidak tertolong. Banyak orang mati karena makan daun ubi beracun. Orang mati bergelatakan di jalan, tidak dikubur, tidak disembahyangkan, mayatnya menjadi mangsa burung, babi, dan anjing. Andai tidak datang pedagang dari luar, penduduk habis mati kelaparan: pedagang itu datang dari pulau – pulau sekitar dan dari Maluku, bahkan orang Arab, Cina, dan Belanda. Mereka membawa beras, gula, susu, jagung, dan kacang kedelai yang ditukarnya dengan piring mangkok, kain tenunan, senjata, barang mas dan perak, sereh, gambir, dan budak.

Begitulah keadaannya ketika Gunung Tambora meletus tahun 1815 dalam naskah Bo’Sangaji Kai, yang disunting oleh Chambert-Loir, dalam buku Kerajaan Bima dalam Sastra dan Sejarah.

Para ilmuwan menemukan bukti peradaban yang hilang di Indonesia. Terletak di Tambora, Pulau Sumbawa, ketika daerah tersebut musnah terkubur oleh letusan Gunung Tambora pada 10 April 1815. Sekitar 88.000 – 100. 000 orang menjadi korbannya. Letusan tersebut paling tidak, besarnya empat kali lipat kekuatan letusan Gunung Krakatau pada 1883.

Dipandu dengan radar darat, para peneliti dari Indonesia dan AS menggali saluran air tempat penduduk lokal menemukan keramik dan tulang belulang sebelumnya. Di sana, mereka menemukan puing-puing sebuah bangunan beratap, tembikar, perunggu, dan tulang belulang dari dua orang yang hangus terbakar. Seluruhnya ditemukan dalam satu lapis endapan yang seumur dengan terjadinya letusan.

Vulkanolog Haraldur Sigurdsson dari Universitas Rhode Island yang memimpin ekspedisi tersebut memperkirakan, sekitar 10 ribu orang yang tinggal di daearah tersebut tewas akibat gunung meletus. Peristiwa tersebut disamakan dengan letusan pada zaman Romawi Kuno yang mengubur penduduk Kota Pompeii. Jumlah korban total diperkirakan sebanyak 117.000 orang yang disusul oleh wabah penyakit dan bencana kelaparan melanda daerah itu yang merupakan dampak dari letusan gunung.

Tahun 1816 dikenal sebagai "tahun tanpa musim panas" karena suhu bumi menjadi dingin menyusul letusan gunung karena debu vulkanik dalam jumlah besar naik ke atmosfir.
Sisa-sisa dari sebuah rumah dengan dua orang penghuni yang terkubur abu gunung berapi ditemukan untuk pertama kalinya dan penemuan ini dijuluki sebagai "Pompeii di Timur". Sebuah penamaan yang tidak tepat, sebetulnya.

Para ilmuwan mengatakan, mereka menemukan beberapa cawan perunggu, periuk keramik dan sejumlah artefak lainnya. "Ada potensi temuan di Tambora ini adalah semacam kota Pompeii di Timur, dan ini bisa jadi adalah temuan penting," kata Profesor Haraldur Sigurdsson dari Universitas Rhode Island, Amerika Serikat, yang telah melakukan penelitian di daerah itu selama 20 tahun.

Desa yang hilang ini ditemukan oleh Sigurdsson dan para peneliti dari Universitas North Carolina serta Direktoran Vulkanologi Indonesia selama melakukan penggalian enam minggu pada musim panas 2004.

Penggalian dilakukan dengan menggunakan bantuan radar sehingga rumah yang terkubur dibawah debu setebal 3 meter berhasil ditemukan. Benda-benda yang ditemukan sampai sejauh ini, terutama benda yang terbuat dari perunggu, mengisyaratkan penduduk di kawasan Tambora makmur dan menjalin hubungan niaga dengan Vietnam dan Kamboja. (Rizal Bustami / dari berbagai sumber)

Saturday, June 13, 2009

Gunung Tambora



Letusan Gunung Tambora (1815),Bencana Bagi Dunia

Letusan Gunung Tambora, yang kini masuk dalam wilayah Kabupaten Bima itu termasuk salah satu dari 100 bencana terbesar sepanjang masa. Bayangkan saja, letusan yang terjadi 11 April 1815, terasa hingga dua Musim Semi hingga tahun 1817. Bencana tersebut menelan korban 150.000 orang meninggal.

Letusan tersebut sebenarnya, gejala alam saja. Namun, bagi masyarakat setempat ceritanya lain lagi. Bagi masyarakat, letusan Gunung Tambora merupakan kemarahan Tuhan atas perilaku manusia.
Dari puncak gunung setinggi 3.960 m itu, muncul tiga gumpalan api yang terpisah memuncak hingga tinggi sekali. Seluruh puncak gunung segera diselimuti lava pijar. Sebarannya meluas hingga ke jarak yang sangat jauh. Pecahan-pecahan yang tersebar di udara telah mengakibatkan kegelapan total. Abu yang disebarkan sampai ke Pulau Jawa yang jaraknya 310 mil (500 km). Abu menutupi tanah dan asap dengan lapisan setebal beberapa sentimeter, begitu Sir Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Jawa, dikutip Stephen J.Spignesi dalam bukunya yang diterjemahkan Bonifasius Sindyarta, S.Psi, berjudul 100 Bencana Terbesar Sepanjang Masa.

Thursday, June 11, 2009

SEPEDA GUNUNG


Cibodas - Gunung Putri, 2.5 KM Saja !


Jarak Cibodas – Gunung Putri melintasi Kebun Raya Cibodas hanya 2.5 km. Dimulai dari ketinggian 1337 dpl ke ketinggian 1542 dpl. Meski jaraknya “sejengkal”, menggoes sepeda disini alang kepalang capeknya. Kita akan terhibur karena pemandangan yang dilewati. Melayangkan pandangan ke arah bawah, hamparan perkebunan, keramaian Cipanas dan barisan perbukitan. Memandang ke arah atas, terpampang Gunung Gede Pangrango. Perjalanan ke Gunung Putri, melewati kawasan Wisata Agrowisata. Sampai ke Gunung Putri, mata akan selalu terbelalak oleh pamandangan lepas.


Di Gunung Putri kita tidak dapat lagi menikmati pemandangan karena sudah ditutupi oleh bangunan bertingkat. Lewati sajalah Gunung Putri karena tidak ada yang bisa dinikmati lagi. Turun kea arah Cipendawa (peternakan ayam), ada dua pilihan jalan. Lurus, atau belok kiri. Bila lurus, langsung ke Jalan Raya Cipanas. Sedangkan belok ke kiri, akan ada dua pilihan. Bisa ke Pasar Cipanas atau kembali ke Kebun Raya Cibodas.

Dalam pilihan ini, saya turun ke Pasar Cipanas (1008 dpl) untuk makan siang di Warung Mang Alan. Warung makan Mang Alan berada di depan Kantor Kecamatan Pacet, pas di pinggiran pasar. Menunya gabungan rasa Sunda dan masakan Minang. Soal rasa, tidak mengecewakan dan murah pula. Kelebihan masakan Mang Alan, yang berasal dari Minang ini, selalu baru. Saya makan disini sejak tahun 1985, ketika lagi giat-giatnya mendaki gunung Gede Pangrango.


Kembali ke Cibodas, berarti menggoes dari ketinggin 1008 dpl ke ketinggian 1337 dpl, dengan jarak kurang lebih 2 km. Saya naik melipiri Istana Cipanas, Makam Pahlawan, Tanjakan Berlian, Gunung Batu dan masuk lagi ke kawasan Kebun Raya Cibodas.


Saya menggoes sepeda mengambil waktu matahari terbuka. Gunanya adalah untuk melatih kelelahan otot dan pernapasan. Berlatih di ketinggian, akan menambah cadangan oksigen di dalam darah serta menambah kapasitas paru - paru. Demikian anjuran Bung Octav, pelatih pisik Team Everest Kapasus, Pelatih Pisik Putri Everest, Pelatih Pisik PSSI kepada saya. “Tampah gizi lu untuk cadangan energi,” kata Bung Octav kepada saya.

Dengan jarak hanya lebih kurang 6 km, dibutuhkan waktu menggoes 2.5 jam. Selama 2.5 jam lagi, untuk istirahat, ambil foto dan makan siang. (Rizal Bustami)
















HARGA BENELLI MOTOBI 152 TH 2023