Tuesday, June 07, 2011

The Real Mountain Bike to Mount Gede

Foto by Juned Bleged
Mengayuh Sepeda di Gunung Gede
The Real Mountain Bike
Mendaki gunung biasanya hanya membawa carrier di pundak.. Bagaimana dengan
mendaki gunung dengan membawa sepeda ? Hal inilah yang dilakukan tim Cantigi
Cycling yaitu Ombing, Juned, Heri dan Paijo. Mereka mendaki Gunung Gede (2958
mdpl) pada tanggal 25 – 27 Mei 2011. 
Foto by Juned Bleged

Sunday, May 29, 2011

Peta Gunung Semeru

Topograpphi Gunung Semeru versi Soviet Military Maps
 

Banyak pendaki gunung, petualang, penjelajah yang tidak memiliki GPS dan tidak mempunyai perangkat aplikasi di computer. Cantigi Peace memberikan alternatif peta pendakian gunung dalam format JPG sehingga mudah dipergunakan. Peta sederhana ini, berdasarkan gabungan navigasi.net dan everytrail. (Rizal Bustami)


Lihat Semeru di peta yang lebih besar



Friday, May 27, 2011

Survey BBC World Service : Indonesia Negara yang Menyenangkan

 Indonesia Paling Ramah Bisnis di Dunia

Pengantar Redaksi :
Artikel ini diunduh dari BBC Indonesia. Survey yang dilakukan
oleh BBC World Service di 24 negara ini, tentu hasilnya
mengejutkan dan mengemberikan bagi Bangsa Indonesia.
Pandangan orang Indonesia sebagaimana hasil survey,
akan memberikan dorongan untuk sebuah harapan kemajuan
Indonesia kelak. Saya berpendapat, bahwa inisiatif individual
yang disertai keberanian dan tekad, merupakan modal untuk
untuk kemajuan sebuah bangsa.
BBC Indonesia, 26 Mei 2011 - 00:44 WIB
Indonesia, AS, Kanada, India dan Australia termasuk diantara negara-negara yang memiliki budaya terbaik di dunia bagi orang-orang yang memulai bisnis baru.

Sebaliknya, Kolombia, Mesir, Turki, Italia dan Rusia memiliki kultur yang kurang maju dalam inovasi dan kewirausahaan. Demikian menurut hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh BBC World Service di 24 negara.
Survei yang dilaksanakan oleh GlobeScan/PIPA dengan 24.000 responden itu, menanyakan kepada mereka tentang bagaimana perasaan mereka kalau mau memulai bisnis di negara mereka.

Yang ditanyakan termasuk apakah negara mereka menghargai kreativitas, inovasi, kewirausahaan, dan apakah ide-ide bagus bisa mudah diterapkan.

Berdasarkan jawaban atas keempat pertanyaan itu, Indonesia menempati urutan teratas sebagai negara yang paling ramah wirausaha di dunia, unggul tipis dari Amerika Serikat.

Jajak pendapat ini juga mendapati bahwa Indonesia paling menghargai inovasi dan kreativitas, disusul Amerika dan Cina.
Berat memulai bisnis
Jajak pendapat menemukan bahwa mayoritas orang di 23 dari 24 negara yang disurvei merasa bahwa mereka akan menghadapi masalah berat untuk memulai bisnis.
Dalam hal ini, Brazil muncul sebagai negara yang paling rendah skornya. Di negara ini, 84% sepakat bahwa memulai bisnis sangat berat.

Dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia --yaitu AS dan Cina-- disebut sebagai negara yang paling disukai dalam hal inovasi dan kreativitas. Di kedua negara ini, 75% mengatakan negara mereka menghargai inovasi dan kreativitas. Tetapi, Indonesia lagi-lagi berada di posisi teratas dengan angka 85%.

Di posisi bawah, 65% orang Turki dan 61% orang Rusia merasa inovasi dan kreativitas tidak dihargai di negara mereka.

Temuan-temuan ini disimpulkan dari survei terhadap 24.537 orang dewasa di 24 negara, yang dilakukan untuk BBC World Service oleh perusahan jajak pendapat internasional GlobeScan bersama Program on International Policy Attitude (PIPA) di Universitas Maryland di Amerika Serikat.

Survei dilaksanakan antara Juni sampai September 2010.
Berpengaruh

"Sebagai contoh, sangat menari untuk melihat apakah pikiran positif orang Indonesia akan membuat mereka lebih maju dari Brazil yang relatif merasa kurang bersemangat."

Doug Miller, direktur GlobeScan
Direktur GlobeScan, Doug Miller, mengatakan jawaban-jawaban responden dalam jajak pendapat ini akan mencerminkan kinerja ekonomi negara mereka masing-masing.

Perbedaan besar dalam kultur kewirausahaan diantara negara-negara yang sedang tumbuh akan berdampak terhadap kinerja perekonomian mereka dalam rentang waktu, kata Miller.

"Sebagai contoh," katanya, "sangat menarik untuk melihat apakah pikiran positif orang Indonesia akan membuat mereka lebih maju dari Brazil yang relatif merasa kurang bersemangat."

Hasil-hasil jajak pendapat ini menunjukkan bahwa meskipun banyak orang mengatakan berat memulai bisnis, mayoritas (52%) merasa orang-orang yang memiliki ide bagus di negara mereka biasanya bisa mempratikkannya.

Lagi-lagi Indonesia termasuk diantara yang paling positif, yaitu 79% atau hampir empat diantara lima orang merasakan seperti itu. Sebagai perbandingan, di Turki hanya 19% dan di Rusia hanya 23% yang merasa bisa mewujudkan gagasan mereka.

Dalam menjawab pertanyaan apakah mereka memiliki ide untuk memulai bisnis sendiri, masyarakat di negara-negara berkembang lebih mungkin menjawab positif dibandingkan orang-orang di negara-negara maju.

Soal ide memuali bisnis, lebih 70% orang di Nigeria, Kenya, Ekuador dan Ghana mengatakan mereka mempunyai gagasan sedangkan orang di Eropa (Jerman, Inggris, Italia dan Prancis) berkisar antara 29% sampai 42%.

Thursday, May 26, 2011

NOVEL Bagian XIV : Kecamuk 2

 Kecamuk (Bagian 2)

 
L.C. Westenenk, dari tempatnya berdiri dengan pasukannya, dibawah cahaya bulan yang remang-remang dan diringi gerimis. Ia memperhatikan dengan seksama pasukan Kamang berpakaian putih putih yang bergerak maju dari arah pinggir jalan dan merayap dalam rumpun padi, yang jumlahnya tidak dapat dia taksir banyaknya.

Dalam keadaan cemas itu, L.C. Westenenk  melihat jelas sosok Datuak Rajo Pangulu dan seseorang yang berdiri disamping kirinya. Sosok itu terlihat sangat akrap dengan Datuak Rajo Pangulu, dia itu juga berpakaian laki-laki berwarna putih namun perawakannya tidak sebagaimana seorang laki-laki, tubuhnya terlihat agak ramping. Untuk mengusir kecemasan yang mencekam dirinya, yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh L.C. Westenenk  dan pasukannya itu, dia berteriak. “Bubarlah kalian!!!, dan kembalilah pulang, kembali kepada anak dan istri kalian! Kalau kalian masih tetap bergerak maju, maka  segala kemungkinan bisa saja terjadi karena kekuatan kompeni cukup banyak dengan personil dan senjatanya,” ancaman L.C. Westenenk.

“Pasukan rakyat tidak akan mundur setapak pun dan bersedia mati syahid!,”  jawab Datuak Rajo Pangulu.

Saturday, May 14, 2011

Voyage through the Archipelago Bagian I

Pedati

Buku berukuran besar, 250 halaman lebih ini, berisi rekaman camera 45

fotografer dunia, termasuk Indonesia. Diterbitkan untuk memperingati 45
tahun Indonesia merdeka. Penerbitan buku ini dikomandoi oleh Joop Ave.
Dicetak di Perancis, diedarkan terbatas pada tahun 1990. Pemotretan
dilakukan selama satu tahun. Saya beruntung,mendapatkan buku berharga
tinggi tersebut pada tahun diedarkan. Untuk pembaca Cantigi Peace, akan
Fotografer Dunia tersebut : 1. Star Black,2. Rene Burri,3. Paul Chesley,4. Peter Van Der Velde,5. Leong Ka Tai 6. Beck Thohir,7. G.Pinkhasov,8. Abbas,9. Desi Harahap, 10. Gerald Gay,
11. Michael  Freeman, 12. Tara Sosrowardojo, 13. Ian Berry, 14. Raghu Rai, 15. Basil Pao, 16. Hiroshi Suga, 17. Steve Viiler, 18. Richard Kalvar, 19. Robin Moyer, 20. Leo Meier, 21. Dominic Sansoni, 22. Bruno Barbey, 23. Wendy Chan, 24. Ping Amranand, 25. Luca I.Tettoni, 26. Santoso Alimin, 27. Ara Guller, 28. Kal Muller, 29. Guido Alberto Rossi, 30. Kike Hoksen, 31. Koes, 32. Agus Leonardus, 33. Peter Hufgard, 34. Martin Kers, 35. Bernard Hermann, 36. Goerg Gerster, 37. Andre Pribadi, 38. Kartono Riadi,39. Fendi Siregar, 40. Darwis Triadi, 41. Eddy Posthuma Deboer, 42. Mahendra Sinh, 43. Rio Helmi, 43. Mark Wexler, 45. Mike Yamashita.
Foto - foto yang termuat di Cantigi Peace ini tidak mewakili ukuran dan standar yang termuat dalam buku. Ada foto yang dikecilkan, dan ada pula yang dibesarkan. Dan, munkin terjadi penurunan kuwalitas gambar.  (Rizal Bustami)

Wednesday, May 04, 2011

NOVEL Bagian XIV : Kecamuk1


Kecamuk (Bagian 1)

Kira-kira pukul sebelas malam, 15 Juni 1908, sampailah induk pasukan tentara Belanda yang dipimpin L.C. Westenenk di Simpang Empat Kampung Tangah-Kamang (Pakan Sinayan sekarang), berniat untuk membantai habis rakyat di Kamang yang menentang belasting dan rodi.

Karena melihat barisan panjang yang berpakaian hitam dengan strip-strip emas pada jahitan celana kiri dan kanan serta pada bajunya, bertopi hitam tinggi dengan berjumbai putih megkilap pada bahagian depannya yang diiringi derap sepatu dan deru mars parajurit, dari jauh para ronda malam mudah mengetahuinya bahwa yang datang berbaris -baris itu adalah pasukan Belanda. Setelah pasukan Wetenenck sampai didekat meraka, maka petugas ronda Angku Rumah Gadang yang didamping Angku Basa dan anggota pengintai lainnya meneriakkan kata-kata sapaan dalam bahasa Belanda sebagaimana kode yang telah dia hafalkan.

“Weerda!”
“Vriended!,” jawab ajudan Westenenk dan langsung menanyakan rumah Haji Abdul Manan.
“Dima rumah itu orang Dul Manan, ha...(sengau)?!”
“Tabek Tuan! Kami tidak kenal dengan Dul Manan, Tuan,” jawab Angku Rumah Gadang.
“Masak kalian orang tidak tau itu orang bernama Dul Manan!!!”
“Tabek, Tuan! SunguHaji.., Tuan! Tidak ada orang sini yang bernama Dul Manan, Tuan!”
“Godverdome!!!, kamu orang bertele-tele, ha!”
“Tabek, Tuan ! Sungguh, Tuan! Dalam keadaan membungkuk-bungkuk Angku Rumah Gadang dan Angku Basa berusaha meyakinkan ajudan Westenenk tersebut. Padahal yang nyawanya sedang akan dipertaruhkan di ujung klewang mereka.

Westenenk yang sudah fasih berbahasa Minang tidakmau lagi bertele-tele yang akan menghabiskan waktu. Dia maju dan langsung bertanya.
“Apakah kalian tau Haji Abdul Manan?”
“Haji Abdul Manan, tau... Tuan!,” jawabnya dengan gaya dan intonasi orang yang sok akrap.
“Goed...!,” kata ajudan dan langsung bergabung pada pasukannya.
“Tunjukkan rumahnya Haji Abdul Manan itu. Ada yang ingin saya bicarakan dengannya.”
“Beliau, Tuan!”
“Aaa, apa bedanya Beliau dengan Nya?”
“Ya, berbeda, Tuan”
“Akh!, masalah sepele saja kalian pertengkarkan.”
“Ini bukan sepele, Tuan.”
“Akh! Cukup. Cukup! Kalian hanya menghabiskan waktu kami saja,” oceh Westenenk sambil mengibas-ngibaskan tangan kanannya.
“Ayo, tunjukkan dimana rumahnya itu, Dul Manan!,” desaknya lagi.
“Rumah beliau banyak, Tuan! Di kampung Bansa ada, di kampung Budi ada, di kampung …. Tapi juga ada. Di....” Angku Rumah Gadang terhenti dan gugup, karena tangannya di toel, disentuh oleh Angku Basa. Suatu isyarat supaya jangan disebut kampung Tangah, tempat Haji Abdul Manan sedang berada dan berkumpul dengan beberapa pembantu beliau.
“Dimana!!!,” bentak ajudan itu dengan cepat karena tergagapnya Angku Rumah Gadang tersebut.
“Di... kampung Budi, Tuan,!” dengan gagapnya. “Tadi siang beliau ada di sana, dan kami tidak melihat beliau di sini,” sambungnya lagi.
“Beliau siapa?,” tukas ajudan itu lagi.
“Tabek, Tuan. Haji Abdul Manan, Tuan.”

Kepala Nagari Ilalang, yaitu Datuak Tumangguang Babukik yang sudah semenjak siang menunggu-nunggu pasukan Westenenk di simpang itu, segera menghampiri, menemui Westenenk dan membenarkan keterangan petugas ronda tersebut dan langsung mengajak rombongan induk semangnya itu ke Kampung Budi.

Monday, May 02, 2011

Mengenang Marsinah

Marsinah


Catatan Rizal Bustami tentang Marsinah
Marsinah dan Buruh

Gegap gempita Peringatan Hari Buruh Dunia yang jatuh pada setiap tanggal 1 Mei di Bundaran HI sampai ke Istana Merdeka, mengingatkan saya kepada Marsinah. Marsinah yang mati dalam siksaan, mayatnya ditemukan tanggal 9 Mei 1993 di Dusun Jegong Kec. Wilangan, Nganjuk, Jawa Timur. Saat itu saya sebagai reporter di Majalah Wanita Kartini.


Makam Marsinah / Foto : Rizal Bustami

Jasad Marsinah ditemukan selang beberapa hari setelah aksi demontrasi menuntut kenaikan upah di PT. Catur Putera Surya (PT. CPS) Porong, dimana Marsinah bekerja di perusahaan itu. Aksi demo tersebut terjadi pada tanggal 3 Mei 1993 dan Marsinah, wanita lugu, turut aktif dan paling vocal mempersiapkan aksi tersebut. Antara tanggal 3 sampai 5 Mei, Marsinah masih aktif berdemo. Namun setelah itu, dia tidak diketahui lagi, sampai ia ditemukan tewas dalam keadaan yang mengenaskan.

Foto : Antara
Saya melakukan reportase ke Surabaya, ke Sorong dan ke kuburan Marsinah penuh dengan perasaan was-was karena pada zaman itu adalah zaman represif. Bertahun-tahun lamanya, Marsinah menjadi topik yang selalu hangat diberitakan, namun tidak diketahui siapa pelaku pembunuhnya.

Meski selalu menjadi perhatian pers, namun foto dirinya hanya itu-itu saja, yaitu pas foto dirinya dengan rambutnya yang ikal tebal. Foto inilah satu-satunya yang dimiliki oleh Marsinah. Bagaimana wajah kesehariannya, tidak pernah diketahui oleh publik. Melalui pas foto itu pulalah Marsinah menjadi legenda perjuangan buruh Indonesia. Foto yang saya miliki, ya repro pas fotonya itu dan foto ketika saya mengunjungi makamnya yang masih berupa tanah gundukan.

Foto : Antara


Marsinahlah satu-satunya pahlawan buruh di Indonesia. Ditengah keluguannya, wanita dusun, ia berjuang bersama teman-temannya pada masa Indonesia dalam cengkraman yang penuh ketakutan. Kini pada Indonesia zaman bebas, tanpa rasa takut untuk bersuara lantang. Adakah yang ingat terhadap pengorbanan gadis Marsinah ?
Foto : Antara

Saturday, April 23, 2011

NOVEL : Catatan Usang Seorang Juru Tulis (Bag.XIII)


 Mantik

Jamaah Surau Kampung Budi Kamang, suraunya Haji Abdul Manan  kedatangan seorang tamu atas undangan dari sesepuh Kamang.

Tamu tersebut adalah Penghulu Kepala Nagari Koto Tuo Ampek Angkek, saudara dari Haji Muhammad Taher Jalaluddin anak dari Tuangku Syeikh Cangkiang Ampek Angkek yang pernah menjadi redaktur ‘Al-Imam’ di Singapura, dan saudara tiri dari Syeikh Ahmad Khatib al Minangkabauwi.

Pertemuan yang dilakukan pada petang Sabtu (malam Minggu), sekedar menghilangkan pemantauan dari para antek antek Belanda. Karena malam Minggu sebagai malam panjang yang penuh pesta pora orang orang Belanda di Fort de Kock yang telah pula membias terhadap kaki tangannya seperti, Engku Laras dan koleganya, Engku Palo dan koleganya. Seolah-olah mereka sudah menjadi orang Belanda pula di kampungnya sendiri.

Situasi semacam ini dimanfaatkan pula oleh para santri di surau-surau untuk memperbincangkan sesuatu yang sangat rahasia, dengan dalil tidak akan mungkin orang yang sedang pesta, mabuk-mabukan melakukan kontrol dan pengawasan masuk kampung keluar kampung.

Salah seorang penceramah pada pertemuan dengan slogan wirid umum ini adalah Penghulu Kepala Nagari Koto Tuo Ampek Angkek Muhammad Amin Pamuncak yang bergelar Sutan Bagindo. Pertemuan ini merupakan kelanjutan pertemuan yang dilaksanakan oleh Muhammad Amin Pamuncak sendiri di Koto Tuo pada Mei 1908 dan seluruh peserta rapat di Koto Tuo Ampek Angkek waktu itu telah bersumpah sakti untuk tidak akan membayar pajak kepada Belanda. Sumpah sakti itu dilaksanakan di makam moyangnya, makam tokoh pergerakan Islam sebelum perang Paderi, yaitu di makam Tuangku Alamuddin Datuak Bandaro, suku Guci yang terkenal dengan sebutan ‘Tuangku Nan Tuo’ di Koto Tuo Ampek Angkek.

HARGA BENELLI MOTOBI 152 TH 2023