Wednesday, September 25, 2013
Thursday, September 12, 2013
Indonesia paling Timur dan Selatan...
Taman Nasional Wasur
Taman Nasional Wasur merupakan perwakilan dari lahan
basah yang paling luas di Papua/Irian Jaya dan sedikit mengalami gangguan oleh
aktivitas manusia.
Sekitar 70 persen dari luas kawasan taman nasional
berupa vegetasi savana, sedang lainnya berupa vegetasi hutan rawa, hutan musim,
hutan pantai, hutan bambu, padang rumput dan hutan rawa sagu yang cukup luas.
Jenis tumbuhan yang mendominasi hutan di kawasan taman nasional ini antara lain
api-api (Avicennia sp.), tancang (Bruguiera sp.), ketapang (Terminalia sp.),
dan kayu putih (Melaleuca sp.).
Jenis satwa yang umum dijumpai antara lain kanguru
pohon (Dendrolagus spadix), kesturi raja (Psittrichus fulgidus), kasuari
gelambir (Casuarius casuarius sclateri), dara mahkota/mambruk (Goura cristata),
cendrawasih kuning besar (Paradisea apoda novaeguineae), cendrawasih raja
(Cicinnurus regius rex), cendrawasih merah (Paradisea rubra), buaya air tawar
(Crocodylus novaeguineae), dan buaya air asin (C. porosus).
Keanekaragaman hayati bernilai tinggi dan
mengagumkan di Taman Nasional Wasur, menyebabkan kawasan ini lebih dikenal
sebagai “Serengiti Papua”.
Lahan basah di taman nasional ini merupakan
ekosistem yang paling produktif dalam menyediakan bahan pakan dan perlindungan
bagi kehidupan berbagai jenis ikan, udang dan kepiting yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi.
Berbagai jenis satwa seperti burung migran, walabi
dan kasuari sering datang dan menghuni Danau Rawa Biru. Oleh karena itu, Danau
Rawa Biru disebut “Tanah Air” karena ramainya berbagai kehidupan satwa. Lokasi
ini sangat cocok untuk mengamati atraksi satwa yang menarik dan menakjubkan.
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Danau Rawa Biru, Ukra, Maar, Kakania, Dikbob, Rawa
Panjang, Pilmul. Pengamatan satwa, danau, menyelusuri sungai, berkuda dan
wisata budaya.Yanggandur, Soa, Ukra, Onggaya. Savana, pengamatan
satwa, menyelusuri sungai, memancing, dan wisata budaya.
Musim kunjungan terbaik: bulan Juli s/d Nopember
setiap tahunnya.
Cara pencapaian lokasi: Dari Jayapura ke Merauke
(Plane) dengan waktu 1,5 jam, kemudian dari Merauke ke lokasi menggunakan
kendaraan roda empat dalam waktu satu sampai dua jam melalui jalan trans Irian
(Jayapura-Merauke).
Kantor: Jl. Raya Mandala, Gang Spadem
No. 2 Merauke 99611, Papua/Irian Jaya
Telp. (0971) 322495, 325406, 325408
Fax. (0971) 325407
Dinyatakan ---
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No.
448/Menhut-VI/90
luas 413.810 hektar
Ditetapkan ---
Letak Kabupaten Merauke, Provinsi Papua
Temperatur udara 22° - 30° C
Curah hujan Rata-rata 2.400 mm/tahun
Ketinggian tempat 0 – 90 meter dpl.
Letak geografis 8°04’ - 9°07’ LS,
140°29’ - 141°00’ BT
Sumber
artikel : www.dephut.co.id
Photo : Alvin
Tracklog : Alvin, by Garmin
Saturday, September 07, 2013
Survey Wisata Indonesia
Indonesia, Tujuan Wisata Favorit di Asia Pasifik
Dikutip dari TEMPO.COTEMPO.CO – Kamis, 5 Sep 2013
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia kini menjadi satu negara di
Asia Pasifik yang disukai sebagai tujuan wisata. Berdasarkan penelitian Visa
yang berjudul Global Travel Intentions Study 2013, mayoritas wisatawan asing
yang berkunjung ke Indonesia berasal dari Malaysia (22 persen), Singapura (21
persen), dan Australia (20 persen). Alasan mereka, karena biaya wisata di
negara ini dianggap sesuai dengan anggaran liburan.
"Ada 41 persen
responden yang menganggap begitu," kata Presiden Direktur PT. VisaWorldwide Indonesia, Ellyana Fuad, dalam siaran persnya, Kamis, 5 September
2013. "Yang memilih Indonesia karena good value for money ada 48 persen.
Ada juga turis yang beranggapan cuaca dan alam Indonesia bagus."
Menurut survei yang melibatkan 12.631 responden dari 25
negara ini, pengeluaran turis selama berwisata di Indonesia jauh lebih sedikit
ketimbang di negara lain. Wisatawan yang datang ke Indonesia, rata-rata
menghabiskan US$ 1.634, sekitar Rp 18,2 juta per perjalanan. Sedangkan
pengeluaran turis global mencapai US$ 2.930 atau Rp 32,7 juta per perjalanan.
Namun turis dari Australia cenderung memiliki pengeluaran yang lebih besar,
dibanding turis asal Malaysia atau Singapura, ketika berkunjung ke Indonesia.
"Turis Australia bisa menghabiskan US$ 4.118 atau Rp 46
juta di Indonesia, sementara wisatawan Malaysia sekitar $ 1.145, setara Rp 12
juta dan Singapura sebesar US$ 618 atau Rp 6,9 juta." Kebanyakan wisatawan
yang berkunjung ke Indonesia berbelanja pada sektor ritel, sekitar 30 persen;
dan makanan, 25 persen; dan pengeluaran terkecil adalah tiket pesawat, 4
persen.
Selain wisatawan dari Asia Pasifik, Arab Saudi merupakan
satu dari lima negara pengunjung Indonesia terbanyak. Posisi berikutnya adalah
Taiwan. Wisatawan asing umumnya mengunjungi Indonesia tiga kali dalam setahun,
angka yang sama dengan rata-rata perjalanan global.
Sektor pariwisata, kata Ellyana, memberikan kontribusi
signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sektor pariwisata Indonesia
disebut-sebut berkontribusi sebesar 5 persen terhadap PDB nasional dan
memberikan lapangan pekerjaan bagi lebih dari 8 juta orang di tahun 2012.
Penelitian ini memprediksikan, keinginan turis asing untuk
berwisata ke Indonesia cenderung meningkat dalam beberapa tahun ke depan.
Terutama bagi para turis dengan kategori usia muda. Namun pengunjungnya
diperkirakan masih dari negara yang sama. Misalnya jumlah turis Malaysia yang
diperkirakan naik menjadi 35 persen.
(Martha Thertina)
Saturday, August 10, 2013
Wisata Desa : Kampung Tajur, Purwakarta
Kesunyian sebuah Kampung, bernama Tajur
Kampung Tajur, sebuah dusun di Desa Pesanggrahan,
Kecamatan Bojong, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat – yang dikunjungi banyak
orang untuk berwisata. Sebuah kampung kecil yang tersuruk di kaki Gunung
Burangrang, dimana pengunjung dari kota merasa berada di dunia lain. Sebuah
kampung yang tak jauh dari kehidupan metropolis Jakarta, yang akan membawa
kenangan dalam hati. Inilah kampung berhenti sejenak untuk berpikir.
Resapi saja, rasakan saja dalam perasaan. Lupakan Jakarta...
Sentuhan udaranya yang sejuk. Rumah-rumah
berpanggung yang rapi. Tegur sapa masyarakatnya yang ramah. Tak ada suara
bising kenalpot cempreng sepeda motor, tak ada bunyi deru mobil, tak ada suara
bising televisi. Hening, hening-seheningnya, kecuali bunyi serangga dan suara
burung menjelang pagi dan menjelang malam.
Untuk ke Kampung Tajur, dari Purwakarta, mengarah ke
Wanayasa. Setelah melewati Situ Wanayasa, terdapat persimpangan jalan. Jalan
mengarah ke kiri tujuan Lembang, Subang dan Sumedang. Ambil jalan lurus,
mengarah ke Desa Pasanggrahan. Sampai di Desa Pasanggrahan, parkir kendaraan di
halaman Kantor Desa. Titipkan saja kendaraan disana, aparat desa siap membantu.
Jika datang malam, warga dan petugas keamanan siap mengantar. Selanjutnya jalan
menuju Dusun Tajur, lebar jalan hanya cukup untuk satu kendaraan roda 4. Sedangkan
di Dusun Tajur, lahan parkir hanya memuat 4 kendaraan. Ada beberapa
persimpangan menuju Dusun Tajur, perhatikan petunjuk arah.
Dusun Tajur dibuka untuk umum sejak tahun 2000-an. Dusun
ini terdiri dari dua RT (rukun tetangga), dihuni lebih kurang 70 lebih KK
(kepala keluarga). Sebagian besar rumah-rumah yang ada menyediakan diri sebagai
home stay. Tarif per rumah 150 rupiah.
Untuk makan, akan disediakan memasaknya oleh tuan rumah dengan tarif relative.
Kegiatan pengunjung di Dusun Tajur, selain
melihat-lihat suasana desa, juga dapat mengikuti kegiatan masyarakat ke sawah
atau ke ladang.
Menurut Ibu Rini, pengunjung yang datang ke
kampungnya, biasanya dalam group wisata. “Sepi pengunjung hanya pada bulan
puasa. Untuk ke sini, harus pesan dulu, takutnya rumah-rumah terisi semua,”
ungkap Ibu Rini, yang mempunyai warung kelontong itu.
Bagi yang hobby bermain sepeda, bawalah sepedanya ke
sini.
Selamat berhening di Dusun Tajur.
Telpon Teh Rini : 0877 7996 3370
Telpon Teh Rini : 0877 7996 3370
Monday, July 22, 2013
Penyelamatan Orangutan...!
Orangutan yang terjebak di pohon kelapa sawit, di perkebunan kelapa sawit Padang Tulang, Sumatera Utara, berhasil diselamatkan oleh petugas Orangutan Information Center (OIC).
Berita foto ini diambil dari http://berita.plasa.msn.com/
Petugas dari Orangutan Information Center (OIC) mengangkut orangutan yang pingsan di perkebunan sawit, Padang Tualang, Sumatera Utara, Indonesia, 21 Juli 2013. |
Petugas dari Orangutan Information Center (OIC) menyiapkan jaring untuk mengantisipasi orangutan jatuh dari pohon sawit di perkebunan sawit, Padang Tualang, Sumatera Utara, Indonesia, 21 Juli 2013. |
Saturday, June 29, 2013
Doa untuk Nelson Mandela
Sumber Foto : www.telegraph.co.uk |
Doa kami untuk kesembuhan Nelson Mandela, mantan Presiden South Africa.
Semoga penyakit beliau disembuhkan !
Thursday, June 27, 2013
Moralitas dan Tuhan
Apakah Manusia Perlu Tuhan untuk Menjadi Bermoral?
Penulis : Yunanto Wiji Utomo
(Artikel ini diambil dari KOMPAS.com, Selasa, 9 April 2013)
Mana yang lebih tepat? Apakah manusia bermoral karena percaya Tuhan atau manusia percaya Tuhan karena manusia bermoral. Hingga kini, jawaban pasti pertanyaan itu masih menjadi perdebatan.
Frans de Waal, ahli primata ternama dunia, biolog di Emory University dan Direktur Living Links Center di Yerkes Primate Center di Atlanta, mencoba memberi uraian untuk menuju pada jawaban akan pertanyaan tersebut lewat bukunya, The Bonobo and the Atheist.
Agamawan dan kaum pemeluk agama yang taat pastinya akan menjawab bahwa manusia bermoral karena percaya Tuhan. Namun, De Waal menjawab sebaliknya. Menurutnya, manusia percaya Tuhan karena manusia bermoral.
Jawaban De Waal didasarkan atas hasil penelitian selama bertahun-tahun pada perilaku primata besar seperti simpanse dan bonobo. Ia menunjukkan bahwa moralitas berkembang sebelum manusia dan kebudayaan manusia berkembang.
Penelitian menunjukkan bahwa primata besar memiliki empati. Mereka memiliki rasa keadilan, mereka bisa memelihara dan peduli satu sama lain serta mampu berbagi dengan individu lain yang kurang beruntung.
Karakter primata yang menyerupai sifat manusia tersebut membuat De Waal berpikir bahwa primata pun punya akar moralitas. Walaupun, memang, primata selain manusia belum bisa dikatakan bermoral; primata punya penyusun utama moralitas.
Dalam bukunya, De Waal menuliskan, "Ada sedikit bukti bahwa hewan menilai kesesuaian suatu aksi yang tak secara langsung berdampak pada dirinya. Dalam perilaku ini, kita pun mengenal nilai yang sama."
"Saya mengambil petunjuk-petunjuk kepedulian pada komunitas ini sebagai tanda bahwa penyusun utama moralitas lebih tua dari kemanusiaan, dan kita tidak perlu Tuhan untuk menjelaskan bagaimana kita bisa sampai pada posisi kita sekarang," tulis De Waal seperti dikutip ABC News, Senin (8/4/2013).
De Waal yang juga seorang ateis menegaskan, moralitas berkembang dari proses perkembangan spesies manusia itu sendiri, bukan diberikan oleh Tuhan. Ia mengungkapkan tanda lain adanya moralitas pada primata. Salah satunya, primata selain manusia juga bisa merasa bersalah.
Kasus tersebut dijumpai pada bonobo bernama Lody di Kebun Binatang Milwaukee County. Bonobo itu menggigit tangan dokter hewan yang memberikannya vitamin. Akibat gigitan, dokter hewan tersebut kehilangan satu jari.
Mendengar teriakan sang dokter saat jarinya digigit, Lody menengok ke atas dan terkejut. Ia lalu melepaskan tangan yang sudah kehilangan satu jari itu. Hari berikutnya, saat dokter hewan kembali menengoknya, Lody lari ke sebuah sudut, menundukkan kepala dan melingkarkan tangan di tubuhnya.
Yang mengejutkan, 15 tahun setelah berpisah dengan dokter hewan itu, Lody tetap mengenalinya dan mengingat kesalahannya. Saat dokter hewan itu berdiri di kerumunan, Lody berlari ke dokter itu seraya melihat tangan kiri sang dokter. Lody terus melihat tangan dan wajah dokter itu.
Apa yang dilakukan Lody menjadi bukti adanya bibit-bobot moralitas pada hewan. Apakah Lody merasa malu? Atau, apakah dia takut akan pembalasan? Yang jelas, apa yang dilakukan Lody adalah bukti bahwa dia merasa bersalah, sekaligus menjadi tanda bahwa ia punya bibit moralitas.
Berkali-kali, para ahli primata juga mendokumentasikan rasa bersalah, sedih, dan iba saat pada individu lain yang sekarat, pada ibu kera yang kehilangan anaknya, serta memelihara anakan yang kehilangan orangtuanya.
"Beberapa orang mengatakan, hewan adalah diri mereka sendiri, sementara manusia mengikuti sesuatu yang ideal, tapi itu terbukti salah. Bukan karena kita tak punya sesuatu yang ideal tetapi karena mereka pun memilikinya," tulis De Waal.
Ada satu kasus menarik. Bonobo pun tahu cara mencegah perang. Koloni bonobo kadang berkumpul saat dua pejantan akan berperang. Yang menarik, saat perang telah siap dimulai, bonobo betina yang ada di sekitarnya justru mulai bercinta dengan sesama ataupun lawan jenisnya.
Dalam sudut pandang manusia, apa yang dilakukan bonobo itu bisa disebut orgy. Lalu, apakah orgy adalah wujud moral? Pastinya, bagi manusia, hal itu tidak bermoral. Namun mungkin, bonobo hanya menyadari bahwa memang lebih baik bercinta daripada berperang.
Sumber :ABCNews
Editor :yunan
Penulis : Yunanto Wiji Utomo
(Artikel ini diambil dari KOMPAS.com, Selasa, 9 April 2013)
Mana yang lebih tepat? Apakah manusia bermoral karena percaya Tuhan atau manusia percaya Tuhan karena manusia bermoral. Hingga kini, jawaban pasti pertanyaan itu masih menjadi perdebatan.
Frans de Waal, ahli primata ternama dunia, biolog di Emory University dan Direktur Living Links Center di Yerkes Primate Center di Atlanta, mencoba memberi uraian untuk menuju pada jawaban akan pertanyaan tersebut lewat bukunya, The Bonobo and the Atheist.
Agamawan dan kaum pemeluk agama yang taat pastinya akan menjawab bahwa manusia bermoral karena percaya Tuhan. Namun, De Waal menjawab sebaliknya. Menurutnya, manusia percaya Tuhan karena manusia bermoral.
Jawaban De Waal didasarkan atas hasil penelitian selama bertahun-tahun pada perilaku primata besar seperti simpanse dan bonobo. Ia menunjukkan bahwa moralitas berkembang sebelum manusia dan kebudayaan manusia berkembang.
Penelitian menunjukkan bahwa primata besar memiliki empati. Mereka memiliki rasa keadilan, mereka bisa memelihara dan peduli satu sama lain serta mampu berbagi dengan individu lain yang kurang beruntung.
Karakter primata yang menyerupai sifat manusia tersebut membuat De Waal berpikir bahwa primata pun punya akar moralitas. Walaupun, memang, primata selain manusia belum bisa dikatakan bermoral; primata punya penyusun utama moralitas.
Dalam bukunya, De Waal menuliskan, "Ada sedikit bukti bahwa hewan menilai kesesuaian suatu aksi yang tak secara langsung berdampak pada dirinya. Dalam perilaku ini, kita pun mengenal nilai yang sama."
"Saya mengambil petunjuk-petunjuk kepedulian pada komunitas ini sebagai tanda bahwa penyusun utama moralitas lebih tua dari kemanusiaan, dan kita tidak perlu Tuhan untuk menjelaskan bagaimana kita bisa sampai pada posisi kita sekarang," tulis De Waal seperti dikutip ABC News, Senin (8/4/2013).
De Waal yang juga seorang ateis menegaskan, moralitas berkembang dari proses perkembangan spesies manusia itu sendiri, bukan diberikan oleh Tuhan. Ia mengungkapkan tanda lain adanya moralitas pada primata. Salah satunya, primata selain manusia juga bisa merasa bersalah.
Kasus tersebut dijumpai pada bonobo bernama Lody di Kebun Binatang Milwaukee County. Bonobo itu menggigit tangan dokter hewan yang memberikannya vitamin. Akibat gigitan, dokter hewan tersebut kehilangan satu jari.
Mendengar teriakan sang dokter saat jarinya digigit, Lody menengok ke atas dan terkejut. Ia lalu melepaskan tangan yang sudah kehilangan satu jari itu. Hari berikutnya, saat dokter hewan kembali menengoknya, Lody lari ke sebuah sudut, menundukkan kepala dan melingkarkan tangan di tubuhnya.
Yang mengejutkan, 15 tahun setelah berpisah dengan dokter hewan itu, Lody tetap mengenalinya dan mengingat kesalahannya. Saat dokter hewan itu berdiri di kerumunan, Lody berlari ke dokter itu seraya melihat tangan kiri sang dokter. Lody terus melihat tangan dan wajah dokter itu.
Apa yang dilakukan Lody menjadi bukti adanya bibit-bobot moralitas pada hewan. Apakah Lody merasa malu? Atau, apakah dia takut akan pembalasan? Yang jelas, apa yang dilakukan Lody adalah bukti bahwa dia merasa bersalah, sekaligus menjadi tanda bahwa ia punya bibit moralitas.
Berkali-kali, para ahli primata juga mendokumentasikan rasa bersalah, sedih, dan iba saat pada individu lain yang sekarat, pada ibu kera yang kehilangan anaknya, serta memelihara anakan yang kehilangan orangtuanya.
"Beberapa orang mengatakan, hewan adalah diri mereka sendiri, sementara manusia mengikuti sesuatu yang ideal, tapi itu terbukti salah. Bukan karena kita tak punya sesuatu yang ideal tetapi karena mereka pun memilikinya," tulis De Waal.
Ada satu kasus menarik. Bonobo pun tahu cara mencegah perang. Koloni bonobo kadang berkumpul saat dua pejantan akan berperang. Yang menarik, saat perang telah siap dimulai, bonobo betina yang ada di sekitarnya justru mulai bercinta dengan sesama ataupun lawan jenisnya.
Dalam sudut pandang manusia, apa yang dilakukan bonobo itu bisa disebut orgy. Lalu, apakah orgy adalah wujud moral? Pastinya, bagi manusia, hal itu tidak bermoral. Namun mungkin, bonobo hanya menyadari bahwa memang lebih baik bercinta daripada berperang.
Sumber :ABCNews
Editor :yunan
Monday, June 17, 2013
Mengenal Turki...!
(Artikel
ini diambil dari VOA Indonesia. Artikel yang berasal dari Ruters tersebut,
menjadi menarik untuk mendalami Turki, sebagai Negara yang menjembati dua
peradaban yaitu Barat (Eropa) dan Timur, khususnya Timur Tengah. Turki yang
bersejarah hebat, merupakan satu-satunya Negara Islam yang berperadaban Barat,
Editor Cantigi Peace).
Konflik
di Turki Soroti Perpecahan Budaya
Protes-protes
yang terjadi di Turki menyoroti perpecahan yang berakar sampai
1920an,
ketika Mustafa Kemal Ataturk membentuk republik sekuler.
Mustafa Kemal Ataturk, Wikimedia |
Istanbul_
Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan berdiri di depan para pendukung
setianya
yang melambaikan bendera-bendera Turki, menyerukan "Allahu Akbar,"atau
Allah Maha Besar, dan memanggil nama-nama penyair Ottoman yang saleh dalam mengecam
warga lain yang menantang kekuasaannya.
Para
pendukung melambai-lambaikan bendera Turki dengan latar belakang gambar Perdana
Menteri Recep Tayyip Erdogan saat mereka menunggu kedatangannya di Ankara
(9/6).
Di
seluruh Istanbul, bendera-bendera yang
sama, bulan sabit dan bintangberwarna
putih dengan latar belakang merah, juga dilambaikan, namun merekamemproklamirkan
apa yang oleh beberapa pengkritik Erdogan sebagai Turki yang berbeda.
Kerusuhan
dan demonstrasi telah menyoroti perpecahan pada masyarakat Turki yang berawal
pada 1920an ketika Mustafa Kemal Ataturk membentuk republik sekulerdari
reruntuhan teokrasi Ottoman.
Ia
melarang identitas Islam tampil di kehidupan publik, menggantikan huruf Arabdengan
aksara Latin dan mendorong penggunaan pakaian ala Barat serta hak-hak perempuan.
Tuesday, April 09, 2013
Trans Papua Bagian III
Trans Papua, yang Membelah
Papua dari Selatan ke Utara
Apa yang kita bayangkan
tentang Papua, baik itu Provinsi Papua maupun Provinsi Papua Barat, umumnya
hanyalah pegunungan yang tinggi-tinggi, hutan belantara dan rawa-rawa. Berikut dengan manusianya yang setengah
telanjang. Issu-issu, dan kasus-kasus adanya GPK (Gerakan Pengacau Keamanan)
yang sering melakukan penyerangan bersenjata, menambah pandangan kegelapan
orang-orang luar mengenai Papua.
Benarlah adanya, bumi
Papua dipenuhi oleh belantara, pegunungan yang menjulang dan rawa-wara yang
membentang. Namun, tidak seluruhnya benar, bahwa masyarakat Papua
sehari-harinya setengah telanjang. Benarlah adanya, disana terdapat GPK.
Pada tahun 1996, dengan
TNI AL saya menelusuri pantai bagian barat Papua, mulai dari Sorong sampai
Merauke, serta mengunjungi beberapa pulau di Provinsi Irian Barat, itu dulu
namanya. Pada Agustus tahun 2012, saya berkesempatan lagi mengunjungi Wamena
dalam rangka menghadiri Festival Lembah Baliem. Saya terkesima, dan sampai
kehilangan orientasi ketika keluar dari bandara karena saya tiba-tiba berada
disebuah perkotaan, sesuatu yang jauh berbeda dengan kunjungan saya sebelumnya
(baca posting sebelumnya tentang Wamena).
Kota ini sudah tumbuh
layaknya sebuah ibukota kabupaten yang setara dengan dengan kota-kota di Jawa
dan Sumatera. Ada ATM, mini market, hotel, angkutan perkotaan, rumah makan,
rumah ibadah, dan berbagai penerbangan untuk beberapa tujuan.
Apa yang disebut Lembah
Baliem itu, membentang jalan beraspal halus dengan penerangan listrik. Semua
desa dan distrik (kecamatan) terlayani oleh angkutan pedesaan. Dan, Wamena dapat
dilihat, sudah sebagai tujuan wisata manca Negara, dan akan ditemui banyak bule,
wisatawan manca negara disana.
Bagian utara Papua,
mulai dari kepala burung, Sorong , sampai Jayapura, janganlah dikata
tertinggal, suasananya sudah metropolis. Dari Sorong sampai Merauke, sepanjang
pesisir barat, sama saja keadaannya dengan Sulawesi.
Pada tahun 1996, saya
sudah menginjakkan kaki ke Merauke, tetapi tidak sempat berjalan-jalan. Januari
2013 saya kembali ke Merauke. Kedatangan saya bersama Zulfikar Akbar ke Merauke
untuk mengunjungi beberapa perbatasan Indonesia dengan Papua New Guinea. Setelah
mengunjungi perbatasan Sota, sekitar 80 km dari Merauke, saya harus ke Tana
Merah, Kabupaten Digoel, di utara Merauke lebih kurang 420 km jaraknya.
Saturday, March 23, 2013
Oh... Bali !
Pemuda Adat:
Citra Kuta Bali Semakin Murahan
Jakarta, Kompas.com, Senin, 18 Maret 2013
Wakil Pemuda Desa Adat Kuta dari 13 banjar di Bali
mengatakan, saat ini citra kawasan Kuta, Bali, semakin murahan di mata para
wisatawan, terlihat dari perilaku para turis yang datang.
"Hal tersebut terindikasi dari kualitas turis yang
berkunjung ke Kuta, yang telah mengalami penurunan, termasuk tingkah dan
perilakunya," kata perwakilan Pemuda Desa Adat Kuta, I Gede Ary Astina,
melalui pesan singkat yang diterima di Jakarta, Jumat (15/3/2013).
Ary mengatakan, Pemuda Desa Adat Kuta berencana menemui
Gubernur Bali Made Mangku Pastika pada Sabtu (16/3/2013) untuk menyuarakan
tuntutan tersebut.
Menurut Ary, sudah banyak terjadi kasus-kasus memalukan yang
disebabkan oleh perilaku turis-turis yang kurang berkualitas.
Hal tersebut, menurutnya, berdampak pada pemberitaan
internasional yang semakin mencitrakan daerah Kuta atau Bali sebagai sebuah
daerah atau pulau di mana para turis bisa melakukan hal apa saja dengan bebas.
"Banyak sekali kasus-kasus yang disebabkan perilaku
turis-turis yang kurang berkualitas, bisa dicari di internet. Ada turis yang
menembaki taksi, buronan interpol kabur ke Bali, melakukan penusukan dengan
senjata tajam, hingga melakukan hubungan seksual di pura," kata Ary.
Dia menekankan bahwa Pemuda Desa Adat Kuta meminta
pemerintah untuk segera membuat sebuah sistem filterisasi terhadap wisatawan
yang masuk ke Kuta, misalnya dengan memperketat syarat-syarat bagi para turis
yang akan berkunjung ke Kuta atau Bali.
"Agar citra Bali khususnya Kuta tidak terlalu murahan
di mata turis. Karena ada kekhawatiran akan terjadi kasus-kasus
rasialisme," ujar dia.
Selain itu, kata dia, Pemuda Desa Adat Kuta juga meminta
pemerintah secara serius dan intensif melakukan edukasi terhadap warga lokal
agar tidak menjadi "budak pariwisata". Hal itu, menurut mereka, bisa
dimulai dari kurikulum sekolah-sekolah pariwisata agar Bali melahirkan tenaga
kerja pariwisata yang cerdas, berani bersaing, dan tidak minder melihat warga
asing.
"Harus digarisbawahi bahwa turis yang lebih memerlukan
Bali, bukan Bali yang harus mengemis kepada turis. Dengan harga diri yang
terjaga, rasa hormat dan apresiasi akan datang dengan sendirinya. Mental budak
harus dihapuskan," kata dia.
"Besok, Sabtu, Gubernur Bali membuat acara Simakrama di
Wantilan DPRD Renon. Simakrama itu semacam pertemuan dengan warga. Kami ingin
memanfaatkan momentum tersebut untuk bicara dengan gubernur," kata dia.
Pada kesempatan itu Pemuda Desa Adat Kuta juga akan meminta
Gubernur Bali Made Mangku Pastika melakukan pemberdayaan bisnis lokal, mengubah
pola pikir aparat hukum, mengatur ketertiban umum, serta pembatasan kendaraan
yang telah menyebabkan masalah lalu lintas di Bali.
Sumber : ANT, Editor : Jodhi Yudono
Thursday, February 28, 2013
Trans Papua Bagian II : Polisi yang menjaga perbatasan seorang diri...
Ipda Ma'ruf |
Seorang anggota polisi berpangkat Ipda menyambut dengan ramah. Namun dibalik keramahannya itu tak tersingkirkan sikap ketegasan. “Siap, Pak!,” sering terucap darinya. Meski murah senyum, dan banyak bicara, sikap waspada selalu pada dirinya. Dengan rendah hati, Ipda Ma’ruf Suroto meminta siapa saja untuk mengisi tamu, meminta nomor telepon dan berfoto. Siapa Ipda Ma’ruf ? Tapi, di Merauke, Papua dia sangat terkenal.
Barangkali menjadi pertanyaan semua rakyat Indonesia, mana sih yang disebut dengan Sabang sampai Merauke itu ? Dimana gerangan tanda letaknya di bumi?
Sekitar 70 km dalam hitungan GPS ke Tenggara Merauke terdapat sebuah tugu dinamai Tugu Kembar Sabang - Merauke. Tugu ini ditandai dalam jarak 5200 km dari Tugu Nol Kilometer Sabang. Satu tugu berada di Sabang, tugu kembarannya berada di Merauke. Kedua tugu tersebut bukanlah batas sesungguhnya NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), melainkan batas simbolis saja. Batas sesungguhnya di belahan timur, salah satu patok perbatasan adanya di Distrik Sota, sekitar 10 km ke timur Tugu Kembar Merauke.
Tugu Kembar Merauke sendiri berada di persimpangan jalan. Kearah Utara ke Boven Digoel, ke Timur ke Sota.
Subscribe to:
Posts (Atom)
-
LAPORAN PERJALANAN : Apa saja di Baduy ? Wisata Budaya dan Wisata Alam tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan. Sepanjang...
-
Saya baru-baru ini saja bisa mengendarai sepeda motor dalam arti sesungguhnya. Dengan kata lain, status pemula. Namun, dalam hitungan bulan,...