Thursday, December 03, 2009
Sepeda di Geger Bentang !
Saturday, November 28, 2009
Banjir, Banjir....
Tuesday, November 03, 2009
Catatan Gempa Sumatera Barat
Aksi "Pepesan Kosong" Para Relawan
Dikenal dengan panggilan Dawai, anak muda Pasar Cibodas (Cipanas),Jawa Barat, ternyata masih bertahan di Sungai Geringgiang, Pariaman, Sumatera Barat. Sang Ibunda, yang mengelola warung kebutuhan sehari-hari di Cibodas, sudah gulana karena puteranya belum juga pulang, sebab teman-teman Dawai sudah angkat kaki dari lokasi bencana.
Saya telpon Dawai dari Lubuak Basuang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, menanyakan keberadaan dan kondisi dirinya. Dia menanggapi, “Tenang saja Bang. Alhamdulillah saya sehat. Makan cukup, pulsa ada, tidur nyaman. Saya disini membantu tim medis.”
Bagaimana pulang nanti, tanya saya. “Gampang Bang. Datang aja ke kantor Gubernur, unjukin KTP untuk pulang,” jawabnya enteng.
Kemudian saya telepon pula Ibundanya di Cibodas, saya ceritakan keadaan Dawai. Barulah sang Bunda tenang.
Saya tulis cerita tentang si Dawai ini, karena teman-temannya sudah pulang. Secepat mereka datang, selekas itu pula mereka pulang. Berbondong-bondong berangkat, berboyong-boyong pula mereka kembali. Padahal, pekerjaan di lokasi bencana masih banyak tersisa.
Hampi 30 hari pasca gempa bumi Sumatera Barat, bantuan logistik (material, alat dan makanan) masih berdatangan. Pelayanan medis pun masih berlangsung di kantong-kantong bencana. Di kawasan Padang Alai dan Sungai Geringging, misalnya, bagian dari aktivitas yang masih berjalan. Sedangkan masyarakat yang rumahnya porak – poranda, perlu dibantu berbenah.
Peristiwa Sunami di Aceh telah membangkitkan antusiasme anak-anak muda – yang umumnya berlatar belakang pendaki gunung dan pecinta alam, medis, meski juga ada dari masyarakat umum sebagai relawan. Berduyun-duyun mereka ke Aceh untuk memberikan pertolongan, evakuasi korban hidup atau meninggal, droping logistik, membantu di dapur umum, rehabilitasi fasilitas umum, dan sebagainya.
Sebelum berangkat ke Aceh membawa Relawan Bogor, kepada Bung Boyke saya tekankan, “Boy, di Aceh akan menghadapi situasi kiamat, dimana kita belum pernah menangani mayat sebanyak itu. Mayat terbanyak kita tangani, adalah pendaki gunung yang meninggal di Gunung Salak tahun 1987. Ini situasi mental luar biasa. Supaya teman-teman tidak mual dan shock, perintahkan mereka makan di depan mayat.”
Metode ini ampuh, kawan-kawan dari Bogor tidak gamang lagi bersentuhan dengan mayat-mayat. Relawan yang berbondong-bondong datang ke Aceh, tidak sedikit yang dikembalikan ke Jakarta karena tidak siap mental.
Pada gempa Jogyakarta, relawan terorganisir dan beridentitas bermunculan, hal itu tampak dari seragam dan pelakat yang mereka pakai. Gempa di pantai selatan Jawa Barat, para relawan lebih cepat reaksi tanggap-nya. Bobolnya tanggul Situ Gintung, Banten, memperlihatkan, betapa tanggapnya mereka terhadap bencana alam. Fenomena sosial ini jadi menarik, yaitu tumbuhnya secara majemuk kepedulian sosial, tanpa memandang suku dan agama.
Antusiasme yang tidak saya temukan ketika Gunung Merapi, Jawa Tengah, ketika meletus tahun 1994, dimana satu dusun, Dusun Turgo tewas tersapu awan panas, atau Gunung Semeru meletus pada tahun yang sama. Tidak ada relawan ketika sunami di Banyuwangi tahun 90-an, Gempa Liwa, Gempa Bengkulu, sunami di Flores.
Namun demikian, perlu diingat pula, relawan bencana alam tersebut tumbuh demikian saja. Artinya, siapa saja boleh bergabung dan melakukan aksi di lapangan. Mereka ini dilengkapi dengan seragam, identitas sampai brefet, seperti brefet panjat tebing, brefet arung jeram, bereft SAR (Sear and Rescue) dan brefet-brefet lainnya. Jadilah mereka ini sebagai Rescuer. Kualifaitkah mereka itu ? Inilah yang saya ragukan.
Saya meragukannya, karena mereka itu adalah relawan dadakan. Bagaimana mereka melatih diri ? Betul-betulkah dia seorang pemanjat tebing ? Benar-banarkah ia seorang pengarung sungai ? Pernahkah mereka melakukan pendidikan dan pelatihan SAR ? Pernahkah mereka belajar dan latihan P3K ¿ Pernah dia menyentuh mayat ? Mengertikah dia organiasasi dan sistem kerja SAR ? Bagaimana dengan kesehatan dan kesiapan mental mereka ?
Pengamatan dan wawancara saya dengan beberapa relawan, tidak memberikan jawaban apapun yang diperlukan sebagai Rescuer. Diantara pertanyaan saya : (1) Kau pernah pegang mayat – yang bukan keluarga sendiri ?; (2) Apa kau mengerti presedur P3K; (3) Bisa kau merangkai jaringan listrik ? (4) Kau bisa mengendarai kendaraan roda empat ?; (5) Kau bisa memasak ? Hanya 10 persen dari mereka yang bisa mengatakan “bisa” dari salah satu pertanyaan tersebut. Selebihnya, saya katakan, “Apa pekerjaan kau di sini ?”
“Mana ada OSC dan MSC yang turun ke lapangan. Komander – komander ini kan harus stanby di Poskodal. Ini yang terjadi di Poskodal saya di Padang Pariaman. Komander – komander meninggalkan markas supaya masuk televisi. Saya malu, mereka itu ‘adik-adik saya’,” ungkap Alex Kaliwongso, 40 tahun, seorang yang malang melintang di dunia rescue.
Emblem-emblem yang menempel di seragam relawan bukan jaminan bahwa mereka betul-betul Rescuer. Ini penting diketahui masyarakat yang terkena musibah bencana alam. Mintalah pertolongan kepada anggota Basarnas, PMI, Pramuka, dokter dan pramedis.
Boyke, 50 tahun, tentulah dikenal di kalangan pendaki gunung dan SAR. Hampir semua bencana alam dan SAR dia hadiri. Boyke mengatakan dua hal. “Relawan tidak mempunyai jiwa petualang alias cengeng. Kedua, kebanyakan mereka nggak ngerti kerja di lapangan yang kacau balau.”
Boyke berada di Nagari Mangopoh, Lubuak Basuang bersama relawan Kabupaten Bogor. Relawan Bogor tersebut, disertai tim medis terdiri dari dokter, para medis dan ahli urut dari Cimande, disamping relawan dari Universitas Pakuan Bogor serta team dapur umum.
“Yang dibutuhkan bukan kwantitas relawan, tetapi kwalitasnya. Satu relawan yang baik, bisa mewakili 10 orang relawan yang hanya bisa untuk angkat-angkat kardus Indomie,” tegas Boyke.
Efektifitas dan efesiensi relawan dalam bekerja termasuk yang harus diperhatikan. Seberapa efektifkah sebuah regu relawan di lapangan ? Sebarapa efesien mobilisasi satu regu relawan di lapangan ?
Sebuah kelompok relawan dari Jakarta yang saya tanyai, berapa persen dana yang dipakai untuk menggerakkan relawan di lapangan ? Koordinator relawan tersebut menjawab, 50 persen dari dana yang mereka anggarkan adalah untuk membiayai relawan, seperti biaya makan, transportasi dan beli bensin kedaraan operasional. Relawan Bogor, menghabiskan dana untuk membiayai keperluan relawan antara 35 persen sampai 50 persen dari anggaran. Kesimpulannya adalah, hanya separuh dana yang disalurkan ke masyarakat yang terkena musibah. Besarnya biaya relawan tersebut, perlu diperhatikan. Ini namanya, “sama besar pasak dengan tiang.”
Avie “Tanah Abang” sependapat dengan sebutan petualang cengeng yang disebutkan Boyke. “Saya menghargai dan salut terhadap orang-orang macam Dawai. Teman-temannya sudah pulang, Dawai bertahan. Banyak pekerjaan yang terbengkalai, misalnya mendampingi team medis, dapur umum dan droping logistik,” ungkap Avie, 31 tahun.
Indonesia yang kerap mendapat bencana alam, karena disebakan faktor geologi, maupun cuaca, diperlukan relawan-relawan untuk bekerja memberikan bantuan serentak. Tentulah relawan yang berkuwalitas diperlukan. Relawan yang berkuwalitas, membuat pekerjaan tertangani sesuai standar prosedur dan efesiensi dari segi pengeluaran dana. Daripada berduyun-duyun mendatangi lokasi bencana, lebih baik ruang pada transportasi udara, darat dan laut diperuntukkan untuk pengiriman logistik dan peralatan. Selain itu, anggaran dapat lebih banyak disalurkan langsung kepada masyarakat yang tertimpa musibah.
Diperlukan suatu pendidikan dasar penanganan bencana alam yang memiliki standar ketrampilan dan sposedur operasional. Lembaga yang mempunyai kewenangan dan kuwalitas untuk itu adalah Basarnas. Sedangkan PMI, dapat memberikan pelatihan pra medis. Metode dan simulasi lapangan dapat dibuat, dimana menyerupai kondisi-kondisi bencana alam. Mereka yang mengikuti pelatihan, adalah wakil dari organisasi pecinta alam, kelompok rescuer, ahli medis dan pramedis, dan masyarakat umum. Mereka yang sudah mendapatkan pendidikan dan pelatihan, diberi sertifikat. Kelak dalam menangani korban bencana alam, mereka yang bersertifikat inilah yang diprioritaskan dan mendapat kemudahan berangkat ke lokasi bencana. Diperlukan pula latihan bersama, yang melibatkan semua unsur istansi, baik pemerintah, TNI, Polri, Pramuka, organisasi kepemudaan, pecinta alam dan masyarakat.
Latihan-latihan gabungan berkala, akan mendapatkan inteligensi rescue (kecerdasan rescue) bagi relawan, sehingga tidak terjadi aksi “pepesan kosong”. *
Sunday, October 04, 2009
Gunung-gunung Pulau Jawa Terbakar
Hasan Sakri Ghozali (ANTARA News)
Selasa, 29 September 2009
Hutan di kawasan lereng Gunung Merapi tepatnya di Dukuh Stabelan, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jwa Tengah, Selasa, mengalami kebakaran.
Kepala Desa (Kades) Jrakah, Kecamatan Selo, Tumar, mengatakan, kebakaran hutan terjadi di kawasan Desa Tlogolele, Kecamatan Selo atau sebelah sisi barat Gunung Merapi, sekitar pukul 09:00 WIB.
Perubahan Iklim
Pernyataan Yudhoyono Direspon Positif di Bangkok
Saturday, September 26, 2009
Mengayuh Sepeda ke Koto Gadang
Lihat Koto Gadang di peta yang lebih besar
Monday, September 14, 2009
Peta Mudik
Peta Jalan Lintas Sumatera dengan situasi terbaru. Dibuat dengan GPS Garmin pada minggu pertama bulan September 2009. Hasil tracking GPS tersebut ditempelkan ke peta navigasi.net untuk menyesuaikan akurasi.
Dalam peta terdapat point Pom Bensin dan Mini Market. Dibuatkan juga peta traffic di beberapa kota supaya pengguna jalan mudah keluar dari kota tersebut. Peta ini dimulai dari Bakauhuni sampai Bukittinggi.
Jalan Lintas Sumatera dari Bakauhuni sampai Lubuk Linggau sudah baik. Hanya dibeberapa ruas aspal mengelupas, tapi tidak ada lobang. Namun demikian, pengendara tetap harus waspada.
Selepas Lubuk Linggau, terdapat satu titik jalan longsor. Jalan longsor tersebut sudah ditandai di peta. Jalan longsor dalam perbaikan.
Di sepanjang jalan terdapat banyak Pom Bensin. Namun demikian, pengendara harus selalu memperhatikan sisa bensin di tengki.
Peta ini dapat dipakai sebagai pedoman dijalan. Juga, telah disesuaikan dengan Google Earth.
Ditafsirkan oleh : Rizal Bustami
Sunday, September 13, 2009
Tour Kuliner
Wednesday, August 26, 2009
Thursday, August 13, 2009
Laporan Ranca Upas
BERLAMA-LAMA DI SEPEDA
Oleh : Rizal Bustami
Disampaikan : Jambore Petualang
Waktu : Sabtu, 8 Agustus 2009
Sepeda Gunung Identik dengan Petualangan
Makanan
Octavianus Matakupan, seorang pelatih pisik Team Pendaki Gunung Everest Kapasus, mantan pelatih pisik Putri Himalaya / Putri Everest. Sekarang dia pelatih pisik Tim Nasional PSSI.
Pada suatu waktu, dia datang ke tempat saya di Pasar Cibodas, Cipanas, Jawa Barat. Banyak tanya dia tentang bagaimana saya bermain sepeda. Setelah saya cerita, dibuka laptop-nya, lalu ketik-ketik, katanya, “Lu kurang gizi.”
Wah, tak bergizi ? Tentu saya tak terima dikatakan begitu. Dia tertawa….
“Perut lu kenyang, tapi nggak cukup kalori untuk bermain sepeda seperti itu,” terangnya.
Saya manggut-manggut. Bagaimanapun, dia pernah melatih saya dulu, tahun 90-an, tentu saya simak benar setiap ucapannya.
“Lu membutuhkan 1500 kalori sehari. Satu hari sebelum maen sepeda, kalori dipasok menjadi 3500. Dengan demikian, baru lu punya cadangan energi yang cukup,” jelas Bung Octav, dosen di Universitas Jakarta ini.
Octav merupakan orang kedua yang berbicara tentang gizi untuk olahraga. Seorang lagi, dosen Gizi IPB Bogor, yang juga pemain sepeda.
Jadi, sejak itu saya mulai memperhatikan apa yang harus dimakan untuk bermain sepeda. Menjadi tradisi di kalangan teman-teman saya pemain sepeda – yang rata-rata berusia 40 tahun ke atas, makan malam “besar” sebelum turunkan sepeda. Biasanya kami makan ramai-ramai di Rumah Makan Simpang Raya
Berapa kalori yang dibutuhkan untuk bermain sepeda ? Tentu repot menimbang, dan menakar makanan. Diambil persamaannya saja. Setiap hari harus makan sepotong daging, ditambah dengan makanan bergizi lainnya, seperti telor,
Pisang makanan yang sangat baik untuk olahraga aerobic, macam sepeda. Pisang mudah dicerna, kandungannya mencukupi kebutuhan tubuh. Sebutir pisang sebelum berangkat, satu pisang 2 jam kemudian, 1 butir saat kembali.Pisang merupakan nutrisi untuk otak.
Makanlah 2 jam sebelum menggowes sepeda.
Elevasi (perbedaan ketinggian) dan jarak tempuh perlu diperhatikan. Jangan asal gowes. Bila bermian sepeda di Bogor, misalnya, biasanya dimulai dari ketinggian 200 dpl sampai ke ketinggian 1200 dpl, dengan jarak 25 km ke tujuan. Dapat dibayangan, berapa kalori yang dikeluarkan setiap kaki menekan pedal.
Darah membutuhkan asupan gula dan garam. Indera perasa pada lidah, akan memberikan sinyal apa yang dibutuhkan oleh darah. Adakalanya mulut minta rasa manis, maka makanlah makanan manis. Jika terasa minta asin, berikan makanan mengandung garam. Setiap rasa adalah kebutuhan. Jika rasa manis, artinya darah kekurangan kandungan kalori. Sedangkan asin, otak butuh garam untuk konsentrasi dan sensor motorik.
Bermain sepeda dalam tempo 4 jam, membutuhkan cairan pengganti (minum) 1 - 2 liter. Sirkulasi cairan tubuh yang baik, ketika semua air yang diminum dijadikan keringat oleh kalenjer keringat. Darah jadi fress, maka dari itu lidah terasa minta asin atau minta manis. Saat itulah kalenjer keringat bekerja keras, sedangkan kantong kemih beristirahat – dengan tidak buang air kecil saat jalan. Minumlah sebanyak-banyaknya, karena air juga mengandung oksigen.
Serumit itukah ? Tentu jadi rumit.Merupakan kewajiban untuk memperhatikan kebutuhan tubuh, men-service diri karena tubuh berfungsi sebagai mesin. Jadi tidak adil, jika yang diperhatikan melulu kebutuhan sepeda. Sepeda hanyalah kendaraan, mesinnya pada manusia.
Latihan Pisik
Jangan salahkan komponen sepeda bila tidak berdaya mengayuh sepeda. Sudah terpenuhikah kebutuhan tubuh, sudah terlatihkah otot, sudah baikkah aerobic, sudah memadaikah kandungan oksigen pada darah ?
Kita yang bekumpul disini bukanlah atlet sepeda. Karena bukan atlet, jangan pulalah kita bersikap semaunya saja. Tempo-tempo main sepeda, langsung digenjot. Sepeda dicuci, digantung lagi. Omongan sehari-hari soal sepeda, mainnya kapan-kapan….
Bermain sepeda tidak ada enak-enaknya. Enaknya bermain sepeda, setengah jam pertama. Setelah itu, mulailah “hati mengeluh”. Jika sudah begini, apa yang terjadi, hati capek, badan ikut capek. Mulai deh beralasan, keramlah, kurang tidurlah….
Namun, bila pisik bagus, aerobic bagus, tak akan muncul “capek hati” meski bermain sepeda itu menyiksa badan.
Berlatihlah minimal 3 jam dalam seminggu, diluar permainan mingguan. Jika tidak bermain mingguan, latihan tetap dijalankan.
Keluarkan sepeda ketika hujan turun. Latihan pada hujan, mengantisipasi cuaca yang tiba-tiba buruk. Ketika hujan, bagian lapisan kulit terjadi pendinginan, sedangkan di dalam panas. Tentu terjadi perbedaan suhu tubuh, ketika itulah terjadi kontradiksi otot. Berlatih pada hujan juga untuk mengendalikan emosi.
Berlatih pada terik matahari. Wah, panas… Apakah minta dilindungi awan terus ? Berangkat sebelum matahari naik, pulang ketika matahari memuncak. Berlatih pada terik matahari, untuk mendapatkan kesiapan kelelahan maksimal. Pola latihan pada terik matahari ini diterapan oleh atlet pelari jarak jauh dan petinju.
Berlatih malam hari. Malam hari ? Berlatih malam hari untuk meningkatkan motorik dan kewaspadaan.
Berlatih di ketinggian. Pelari-pelari Afrika, selalu juara dunia. Atlet dari Papua, lebih unggul untuk atletik dan tinju. Mereka unggul karena sehari-hari hidup di ketinggian 1500 dpl keatas.
Begini. Setiap kenaikan 100 meter ketinggian, kadar oksigen berkurang 1 digit. Di ketinggian 1000-1500 dpl, setara dengan Puncak dan Cipanas, berapa kandungan oksigen ? Berada di ketinggian, paru-paru cendrung melebar untuk meningkatkan daya hisap yang lebih besar. Paru-paru yang melebar, dengan sendirinya kapasitas juga besar.Ketika bermain sepeda di daratan rendah, 100–300 dpl, pemain yang berlatih di ketinggian lebih unggul. Kandungan oksigen di darah harus diperbanyak. Tujuannya adalah agar suplay okigen ke otak selalu cukup. Pada tingkatan oksigen cukup di darah, pemain sepeda tidak akan megap-megap saat mengayuh di tanjakan.
Bersepeda Sehat
Pertanyaan yang tidak saya sukai : Sepeda Pak Rizal generic apa asli ? Saya jawab, “Apa bedanya dan apa rasanya ?”
Anatomis tubuh harus sesuai dengan anatomis (geometri) sepeda.
Banyak orang sepedanya tidak nyaman dikendarai dan bahkan menimbulkan kesakitan pada bagian tertentu pada tubuhnya. Pasalnya adalah karena kesalahan dalam memilih frame (batang). Ukur tinggi badan dan jarak jangkau, baru pilih sepeda yang pas untuk diri sendiri. Bila tidak mengerti, tanyakan kepada toko sepeda. Jika toko sepeda tidak bisa mengeluarkan rumus, sudahlah, tinggalkan saja toko sepeda tersebut.
Tinggi sadel ke pedal. Kira-kira, kaki masih tertekuk. Pantat duduk di sadel pada posisi bertumpu. Jarak pandang terdekat, segaris dengan shock. Sadel terlalu tinggi, membuat betis tegang saat mengayuh. Sadel terlalu rendah, kaki kehilangan daya dorong, sehingga tenaga terbuang sia-sia. Jarak pandang terdekat segaris shock, untuk mendapatkan nilai aerodynamic yang pas.
Terjadinya cidera otot, meski tidak mengalami kecelakaan, karena ukuran sepeda tidak sesuai dengan tubuh, posisi duduk sadel dan cara mengayuh.
Saat pendakian, naikan sadel ke posisi duduk yang sesuai. Di jalan menurun, rendahkan sadel sampai ujung kaki menyentuh tanah untuk menjaga keseimbangan sepeda dan tubuh agar tak terjatuh. Sadel rendah di jalan turun, membuat beban berada di roda belakang, menambah daya cengkram ban belakang. Sadel tinggi saat mendaki, kayuhan mendapatkan daya dorong maksimal.. Kayuhlah sepeda pada posisi lutut segaris dengan batang sepeda. Kayuh dengan konstan, saat RPM didapatkan. Di pendakian, kayuh semampu kaki. Jangan sekali-kali otot dipaksa atau disentak, selain menciderai otot, juga membutuhkan oksigen lebih banyak lagi. Ketika kebutuhan otak terhadap oksigen kurang, maka mata berkunang-kunang dan muntah…
Rasai-rasai bagian otot yang mengalami kontradiksi. Pada paha biasanya di diatas lutut – agak ke kiri dan di betis. Saat merasakan kelainan, turun dari sepeda, duduk bersila. Tunggu beberapa saat, sampai rasa tertentu hilang.
Latih pergelangan tangan dengan pemberat. Maksud penguatan pergelangan tangan ini, karena berat tubuh bertumpu ada pada pergelangan tangan saat turun. Perkuat pula otot pundak, karena berat badan dan daya dorong disalurkan ke pundak dan otot leher.
Pakaian
Coba perhatikan, pemain sepeda luar negeri memakai baju ketat
Pernahkah mengalami rasa berat di kepala dan berat ditengkuk setelah bermain sepeda ? Itu disebabkan karena salah memilih baju sepeda. Baju terbuat dari katunlah penyebabnya. Baju katun memang menyerab keringat, tapi kulit tetap lembab. Pori-pori yang membuka, tertutupi oleh kelembaban keringat, sehingga menghambat sirkulasi udara pada pori-pori. Supaya tidak “masuk angin”, maka gunakan baju yang terbuat dari nilon. Bahan nilon memang tidak menyerap keringat, namun mampu menguapkannya. Karena itulah baju olahraga menggunaan bahan nilon. Pakaian yang menempel di ditubuh, mempercepat penguapan. Baju sepeda yang baik, dirancang pembuangan kelembaban.
Lilit perut dengan ikat pinggang lebar. Maksudnya adalah, supaya lambung dan usus tidak tegang. Selain itu, untuk memperkuat posisi pinggang.
Tentu, lindungi tubuh dari cidera kecelakaan. Wajib memakai helm, sarung tangan, kaca mata, dan pelindung kulit.
Sepeda Gunung identik dengan petualangan. Berpetualang dengan sepeda, membutuhkan konsisi pisik yang kuat. Tubuh yang kuat, kemauan untuk sampai di tujuan dengan sendirinya juga kuat. Seenteng apapun sepeda, bila tak bertenaga mengayuhnya, akhirnya tak sampai di tujuan, sepeda dinaikkan ke angkot.
Tabahlah bermain sepeda, karena bersepeda itu tak enak….
Salam gowes…..
-
LAPORAN PERJALANAN : Apa saja di Baduy ? Wisata Budaya dan Wisata Alam tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan. Sepanjang...
-
Saya baru-baru ini saja bisa mengendarai sepeda motor dalam arti sesungguhnya. Dengan kata lain, status pemula. Namun, dalam hitungan bulan,...