Tuesday, July 20, 2010

Catatan Usang Seorang Juru Tulis (Pengantar)



Maryam Chilvaldry


Pengantar Redaksi
Trides, anak dari seorang Legiun Veteran RI, lahir di Lasi, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat  tahun 1965. Trides seorang sarjana pendidikan, mantan Kepala Sekolah Dasar, dan peminat sejarah. Di Bukittinggi dia juga dikenal sebagai budayawan dan wartawan setempat yang produktif menulis. “Maryam Chilvaldry”, sebuah nama yang pemberian orangtuanya empat puluh tahun lalu, merupakan satu bagian “Trilogi Catatan Usang Sang Juru Tulis”. Cerita tentang Perang Kamang tahun 1926, menentang pemberlakuan Belasting oleh Pemerintah Belanda 1908

Novel sejarah ini terdiri dari 25 bab. Guna meringankan pembaca dari pembukaan halaman blog, Redaksi (Cantigi) akan membagi-baginya lagi secara porposional – dengan tidak mengurangi isinya. Novel karangan Trides ini akan dimuat secara bersambung.

Redaksi merasa perlu memuat Pengantar oleh Trides, sebab musabab dia mengarang novel ini dan usaha – usaha yang ia lakukan merangkai sejarah dalam bentuk fiksi. 

Selamat membaca,


Saturday, July 17, 2010

Catatan Zulfikar

Suara Suara Anak Rantau
“MEDAN BAPANEH” DAN PERLUASAN KOTA BUKIKTINGGI

Pengantar dari Redaksi
Zulfikar, seorang asal Bukittinggi, Sumatera Barat, sorang ahli Tata Ruang 
yang tinggal di rantau, mengajak semua pihak untuk duduk 
bersama memikirkan pembenahan kota Bukittinggi secara 
sungguh-sugguh. Bukan berdasarkan tujuan politik dan PAD. 

 Latar Belakang Masalah
Bukit Tinggi sebaiknya tidak ditulis demikian tapi Bukiktinggi karena itulah generik dari nama kota tersebut.  Ini merupakan langkah awal untuk 'Baliak Banagari' (bukan Baliak Ka Nagari).  Kota Bukiktinggi sejak dulu dikenal sebagai 'Koto Rang Agam'.  Substansi dari historis kalimat tersebut seyogyanya menjadi acuan bagi masyarakat yang berada dalam satu kesatuan geo-sosio-eko-kultural 'Agam' dalam membangun wilayah ini ke depan. Cukup banyak sejarah orang Agam yang dapat dijadikan titik ikat (benchmark) dalam membangun wilayah 'Agam' yang pusat pertumbuhan/ pelayanannya adalah Bukiktinggi.



Friday, July 09, 2010

Pemandangan...

Pondok Abah Ukat

“Bang, bang, ada pondok di atas. Ada asapnya. Kayaknya ada yang masak, tuh,” teriak Juned.

Saat itu saya berteduh di sebuah pondok, yang atapnya telah bolong. Kami sedang menelusuri track untuk sepeda yang melintasi Cibodas ke Puncak Pas.

Cerek berwarna hitam sudah berkerak
Tergantung disebuah kawat
Kayu dibawahnya tengah membara
Asap putih melayang-layang pelan
Teh diseduh dari cerek yang menggegolak airnya
Siraman teh hangat-hangat kuku mengalir di kerongkongan
Di tungku Abah Ukat kami menghangatkan tubuh, di pinggir hutan TamanNasional Gede Pangrango
Pondok Abah Ukat....


Abah ukat penduduk Dusun Geger Betang, Desa Cimacan, KecamatanPacet, Cianjur.
Di pinggir hutan Taman Nasioanl Gede Pangrango pasa ketinggain 1430 dpl ia membuka ladang. Disinilah ia menghabiskan hari-harinya. “Kecuali hari Jumat saya tidak ke ladang. Waktunya pendek,” ungkap Abah Ukat, 50 tahun, anak 4 putra ini.
(Rizal Bustami)









Sunday, July 04, 2010

Mountain Bike di Bogor

LATIHAN Mountain Bike (MTB) DI BOGOR

Villa Bali merupakan track latihan rutin Mountain Bike (sepeda gunung) yang bagus di kawasan Bogor. Jarak tidak terlalu panjang, namun cukup menguras tenaga di tanjakan Jalan Raya Gunung Geulis. Track ini lengkap. Perkampungan, jalan raya dan off road. Bahkan, track ini saya gunakan latihan malam hari untuk mempertajam motorik dan rasa gamang.

Salah satu track Sepeda Gunung di Bogor yang lazim dipakai sebagai latihan atau pemanasan yaitu apa dinamakan dengan Villa Bali. Villa Bali sebagai nama jenerik untuk track ini.

Untuk ke sana, tujuan pertama adalah sisi kiri atau sisi kanan jalan tol Ciawi. Ambil saja dimulai dari Tugu Kujang, arahkan sepeda ke Bogor Raya atau melalui Jalan Raya Tanah Baru. Kedua arah ini akan menyatu dala  satu jalan. Sampai di kolong jembatan tol, berbelok ke kiri. Ada dua jalan, sisi kiri tol atau sisi kanan tol. Kedua jalan mengarah ke satu tujuan yaitu Sungai Ciliung Katulampa.

Sampai di kolong jembatan Ciawi (Katulampa), berbelok ke kiri. Akan ditempuh jalan pekampungan yang teduh dan turun naik. Awal-awal jalan ini, akan ditemua persimpangan di sebelah kiri. Persimpangan ini akan menjadi jalan kelaur nantinya.

Tibalah di Pasir Angin, di ruas jalan Bukit Pelangi. Ke kiri Jalan Raya Puncak  atau ke Gadog. Menyeberang, jalan ke Curuk Panjang. Arahkan sepeda ke kiri.

Jalan Raya Bukit Pelangi beraspal mulus. Tak jauh akan dihadang oleh tanjakan SS yang tak memberi ampun. Sampai di persimpangan ke Bukit Pelangi – Gunung Geulis, istirahatlah disini, di sebuah warung dengan nama jenerik, Warung Bembeng. Titik ini merupakan  peak dari perjalanan.

Selanjutnya ambil arah ke Gunung Geulis Golf. Jalan berkelok-kelok, sepeda bisa meluncur semaunya. Tiba di gerbang Bukit Pelangi Golf, berbelok ke kiri. Susuri saja jalan ini, sampai menemukan persimpangan. Ambil jalan lurus, melewati villa di kiri kanan jalan.

Selanjutnya nikmati perjalan off road sampai menemukan persimpangan pertama tadi. Belok ke kanan, sampailah di kolong jembatan tol Katulampa. Dari sini, terserah mau kemana. Hendak ke Pintu Air Katu Lampa, lurus saja. Mau ke Gadog, seberangi jembatan besi. Hendak pulang, pilih salah satu jalan di sisi jalan tol.

Cobalah, selamat latihan.... (Rizal Bustami)

Panjang Track 30 KM
Lama Tempuh 2 jam
Elevasi Awal 220 dpl
Elevasi Tertinggi 585 dpl



Thursday, June 10, 2010

Bersepeda di Sumatera Barat



Jajaki Gunung Marapi, Sumatera Barat
Mountain Bike di Lasi


Sumatera Barat, boleh dikatakan sebagai arena mengayuh sepeda yang ideal di Indonesia, bahkan di Asia. Baik mengayuh di jalan raya, maupun off road. Jalan raya dan jalan pedesaan beraspal hotmix, melewati ruang terbuka selalu dengan latar belakang Gunung Marapi – Singgalang dan Bukit Barisan. Sedangkan untuk off road, tinggal pilih saja. Tidak salah lagi Sumatara Barat mendapat sambutan oleh atlet sepeda dunia untuk menguji kemampuannya, dengan mengikuti Tour de Singkarak. Udaranya yang sejuk, menambah kenikmatan.

Wednesday, May 26, 2010

Catatan Zulfikar


BUKIKTINGGI YANG CARUT MARUT, 
RATAP SEORANG RERANTAU

Oleh : Zulfikar*

Pengantar
Siapapun di Nusantara ini bila melihat gonjong Jam Gadang di televisi, maka semua pemirsa pasti akan menangkap pesan yang sangat jelas, itu adalah Sumatera Barat.  Jadi Jam Gadang bukanlah sekedar land mark dari kota Bukiktinggi (kami tidak menggunakan kata “Bukittinggi”) tapi merupakan ciri khas Sumatera Barat, ciri visual yang menjadi milik dan kebanggaan khalayak Minang
.

Kekaguman pemirsa atau masyarakat di luar Sumatera Barat tidak saja hanya karena Jam Gadang tapi juga karena lansekap Kota Bukiktinggi yang begitu memikat, Ngarai Sianok yang spektakuler dan tiga gunung yang  indah, Marapi, Sago dan Singgalang. Hampir semua pendatang mengatakan, bila belum ke Bukiktinggi itu artinya belum ke Sumatera Barat.  Disinilah orang bisa menikmati lansekap kota yang cantik sambil mencicipi berbagai penganan dan nasi kapau yang lezat ditingkah semilir angin berhawa pegunungan.  Tentunya kita tidak mengabaikan keindahan Lembah Anai, danau Maninjau dan Singkarak, Lembah Arau, kelezatan Sate Mak Syukur ataupun keagungan Istana Pagaruyuang.

Tuesday, May 18, 2010

Sejarah Islam di Tiongkok (Bagian V,Tamat)


Islam di China, Bagian V (Selesai)
TURKISTAN TIMUR DAN TIONGKOK
Oleh : Rizal Bustami
Pengantar :
Pertengahan tahun 2009 terjadi kekacauan di Sinkiang (Xinkiang), sebuah perovinsi di China bagian utara. Meliter China harus melepaskan tembakan, sehingga korban nyawa berjatuhan dipihak warga Sinkiang. Tapi ini cerita lama yang terulang, karena perseteruan yang sudah berlangsung berabad-abad. Artikel dengan title “Islam di China” ini, akan dimuat secara bersambung dengan tujuan agar kaum Muslim Indonesia dan masyarakat Tionghoa mendapatkan suatu asupan sejarah, bahwa Muslim di China berperan penting dalam tata kehidupan sosial, kebudayaan, keagamaan, ilmu pengetahuan, melitar dan politik. Artikel ini merupakan saduran dari buku “Islam di Tiongkok”, karangan M.Rafiq Khan, diterbitkan oleh Nasional Academy New Delhi. Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Sulaimnsjah dengan Penerbit Tinta Mas tahun 1967. Buku ini disusun ditengah-tengah pergolakan di China, masa awal Komunis mengambil kekuasaan dari Kaum Nasionalis. Dan, sumber-sumber yang dipakai, naskah aktual pada masa itu. 
 
Provinsi Sinkiang juga dikenal sebagai Turkistan Tiongkok, akan tetapi penduduk daerah ini bahkan sampai sekarang memilih nama yang sangat mereka sukai “Turkistan Timur”. Ini yang membedakan dengan Turkistan Rusia, yang terletak disebelah barat. Sinkiang adalah nama yang diberikan oleh orang-orang China, dan unsur Nasionals.


Saturday, May 15, 2010

Sejarah Islam di Tiongkok


Islam di China, Bagian IV
Pahlawan Pahlawan Muslim Tiongkok

Pengantar :
Pertengahan tahun 2009 terjadi kekacauan di Sinkiang (Xinkiang), sebuah perovinsi di China bagian utara. Meliter China harus melepaskan tembakan, sehingga korban nyawa berjatuhan dipihak warga Sinkiang. Tapi ini cerita lama yang terulang, karena perseteruan yang sudah berlangsung berabad-abad. Artikel dengan title “Islam di China” ini, akan dimuat secara bersambung dengan tujuan agar kaum Muslim Indonesia dan masyarakat Tionghoa mendapatkan suatu asupan sejarah, bahwa Muslim di China berperan penting dalam tata kehidupan sosial, kebudayaan, keagamaan, ilmu pengetahuan, melitar dan politik. Artikel ini merupakan saduran dari buku “Islam di Tiongkok”, karangan M.Rafiq Khan, diterbitkan oleh Nasional Academy New Delhi. Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Sulaimnsjah dengan Penerbit Tinta Mas tahun 1967. Buku ini disusun ditengah-tengah pergolakan di China, masa awal Komunis mengambil kekuasaan dari Kaum Nasionalis. Dan, sumber-sumber yang dipakai, naskah aktual pada masa itu.

Sejarah perlawanan terhadap komunis di daratan Tiongkok penuh dengan pahlawan-pahlawan, baik dari kalangan Islam maupun non Muslim. Para pemberani tersebut mengorganisir perlawanan dalam keadaan yang amat sukar sekalipun. Kaum Muslim di Kansu, Sinkiang dan Yunnan melancarkan pemberontakan yang terus-menerus, meski kekurangan senjata dan amunisi. Kaum Muslim menghadapi dua kekuatan sekaligus, kaum komunis China dan komunis Soviet. Jadilah kaum Muslim Tiongkok, jadi “pelanduk” menghadapi dua gajah yang bahu-membahu. Kaum Muslim Tiongkok, jadi musuh bersama kedua komunis tersebut.

Meski berhadapan dengan dua kekuatan raksasa dengan peralatan dan senjata canggih, api perjuangan untuk kemerdekaan tak pernah padam. Selalu muncul tokoh-tokoh dan pejuang-pejuang kemerdekaan Muslim di Tiongkok. Inilah mereka itu....


Saturday, May 01, 2010

Sejarah Islam di Tiongkok

Islam di China, Bagian III
ARTI KEBEBASAN BAGI ISLAM TIONGKOK

Oleh : Rizal Bustami
Pengantar : Pertengahan tahun 2009 terjadi kekacauan di Sinkiang (Xinkiang), sebuah perovinsi di China bagian utara. Meliter China harus melepaskan tembakan, sehingga korban nyawa berjatuhan dipihak warga Sinkiang. Tapi ini cerita lama yang terulang, karena perseteruan yang sudah berlangsung berabad-abad. Artikel dengan title “Islam di China” ini, akan dimuat secara bersambung dengan tujuan agar kaum Muslim Indonesia dan masyarakat Tionghoa mendapatkan suatu asupan sejarah, bahwa Muslim di China berperan penting dalam tata kehidupan sosial, kebudayaan, keagamaan, ilmu pengetahuan, melitar dan politik. Artikel ini merupakan saduran dari buku “Islam di Tiongkok”, karangan M.Rafiq Khan, diterbitkan oleh Nasional Academy New Delhi. Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Sulaimnsjah dengan penerbit Tinta Mas tahun 1967. Buku ini disusun ditengah-tengah pergolakan di China, masa awal Komunis mengambil kekuasaan dari Kaum Nasionalis. Dan, sumber-sumber yang dipakai, naskah aktual pada masa itu.

Partai Komunis China didirikan tahun 1918. Kongres pertama Partai Komunis Tiongkok (PKT), dilaksanakan 1 Juli 1921. Dilaporkan dari hasil kongres tersebut, “…. Telah diputuskan untuk mempergunakan pengalaman-pengalaman Partai Bolshevik Rusia … Pada umumnya harus diambil suatu sikap yang kritis terhadap ajaran Sun Yat Sen, akan tetapi pelbagai aksi yang praktis dan progresif akan disokong dengan membentuk kolaborasi non partai.”

Tentara Merah di bawah Mao, melancarkan peperangan terhadap kaum Nasionalis yang memerintah, setelah berhasil menggulingkan Dinasty Ming. Pemerintahan Nasionalis banyak mendatangkan kerugian bagi kaum komunis, sehingga memaksa mereka melakukan apa yang disebut “Longmarch” sepanjang 6000 mil. Pada tahun 1935, mereka berhasil mencapai Shensi, dan menyusun kekuatan disini.

Pada tahun 1935, kekuatan meliter Kaum Nasionalis terbelah dua. Satu sisi berperang melawan penjajah Jepang, dipihak lain diperangi oleh kaum komunis, sehingga tidak mampu mengatasi kekuatan komunis di Shensi.

Selama peperangan dengan Jepang antara 1937 sampai 1945, PKT banyak meraih kemenangan atas Pemerintahan Nasionalis. Sebetulnya gerakan meliternya lebih ditujukan untuk mengalahkan Pemerintah daripada berperang terhadap Jepang.
Bekerjasama dengan tentara Uni Soviet, pasukan komunis memasuki Manchuria setelah Jepang menyerah. Rusia memberi mereka senjata dan amunisi dalam jumlah banyak. Sempurnalah kemenangan komunis di Tiongkok.

Sunday, April 11, 2010

Sejarah Islam di Tiongkok

Islam di China, Bagian II
PROFIL ISLAM CHINA
Oleh : Rizal Bustami

Pengantar :
Pertengahan tahun 2009 terjadi kekacauan di Sinkiang (Xinkiang), sebuah perovinsi di China bagian utara. Meliter China harus melepaskan tembakan, sehingga korban nyawa berjatuhan dipihak warga Sinkiang. Tapi ini cerita lama yang terulang, karena perseteruan yang sudah berlangsung berabad-abad.
Artikel dengan title “Islam di China” ini, akan dimuat secara bersambung dengan tujuan agar kaum Muslim Indonesia dan masyarakat Tionghoa mendapatkan suatu asupan sejarah, bahwa Muslim di China berperan penting dalam tata kehidupan sosial, kebudayaan, keagamaan, ilmu pengetahuan, melitar dan politik.
Artikel ini merupakan saduran dari buku “Islam di Tiongkok”, karangan M.Rafiq Khan, diterbitkan oleh Nasional Academy New Delhi. Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Sulaimnsjah dengan Penerbit Tinta Mas tahun 1967. Buku ini disusun ditengah-tengah pergolakan di China, masa awal Komunis mengambil kekuasaan dari Kaum Nasionalis. Dan, sumber-sumber yang dipakai, naskah aktual pada masa itu.

Sejak zaman kekaiseran, Pemerintahan Nasionalis dan sampai ke kekuasaan Komunis, tidak ada usaha sistimatis untuk mendata jumlah orang Muslim di China. Namun, ada usaha-usaha dari pihak kaum Muslim sendiri dan diplomat untuk mencatat jumlah orang Muslim di China sampai awal abad 20.

Misalnya catatan M.de Thiersant, seorang Konsul Jenderal Perancis di Tiongkok, selama 8 tahun melakukan penyelidikan terhadap kuam Muslim. Tahun 1878 ia melaporkan, jumlah penduduk Muslim di Tiongkok sebanyak 20.000.000 jiwa.

Marshal Broomhall, seorang missionaries Kristen tahun 1910, membuat laporan, jumlah kaum Muslim di Tiongkok sekitar 10.000.000 jiwa. Ia menulis, “…. Penulis, setelah mempertimbangkan dengan seksama, berdasarkan sejumlah korespondensi, cenderung berpendapat kepada jumlah yang tertinggi daripada yang terendah.” The Encyclopaedia of Mission memberikan jumlah 30.000.000 jiwa.

Bahruddin Chini, dalam laporannya menyebutkan, umat Muslim di China tahun 1935 sejumlah 39.918.000.000 jiwa.

Lelaki Muslim di Sinkiang, Kansu dan Yunan, umumnya melakukan poligami yang luas. Lelaki Muslim di kawasan ini juga melakukan perkawinan dengan perempuan Han. Keadaan ini sebagai faktor lain jumlah umat Muslim yang jauh lebih besar dari angka-angka resmi karena keluarga Muslim rata – rata berjumlah lebih besar dibandingkan dengan kaum Han.

Selama 10 abad Islam di Tiongkok, yaitu sejak abad ke 7 sampai abad ke 17, tidak ada kejadian yang dapat dicatat sebagai perselisihan baik di kalangan Muslim sendiri, maupun dengan penduduk lainnya.

Saturday, March 27, 2010

Sejarah Islam di Tiongkok



Islam di China, Bagian I
DARI ABAD KE 7 SAMPAI ABAD 20
Oleh : Rizal Bustami

Pengantar :
Pertengahan tahun 2009 terjadi kekacauan di Sinkiang (Xinkiang), sebuah perovinsi di China bagian utara. Meliter China harus melepaskan tembakan, sehingga korban nyawa berjatuhan dipihak warga Sinkiang. Tapi ini cerita lama yang terulang, karena perseteruan yang sudah berlangsung berabad-abad.
Artikel dengan title “Islam di China” ini, akan dimuat secara bersambung dengan tujuan agar kaum Muslim Indonesia dan masyarakat Tionghoa mendapatkan suatu asupan sejarah, bahwa Muslim di China berperan penting dalam tata kehidupan sosial, kebudayaan, keagamaan, ilmu pengetahuan, melitar dan politik. Artikel ini merupakan saduran dari buku “Islam di Tiongkok”, karangan M.Rafiq Khan, diterbitkan oleh Nasional Academy New Delhi. Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Sulaimnsjah dengan Penerbit Tinta Mas tahun 1967. Buku ini disusun ditengah-tengah pergolakan di China, masa awal komunis mengambil kekuasaan dari kaum Nasionalis. Dan, sumber-sumber yang dipakai, merupakan naskah aktual pada masa itu.



HARGA BENELLI MOTOBI 152 TH 2023