Sunday, May 29, 2011

Peta Gunung Semeru

Topograpphi Gunung Semeru versi Soviet Military Maps
 

Banyak pendaki gunung, petualang, penjelajah yang tidak memiliki GPS dan tidak mempunyai perangkat aplikasi di computer. Cantigi Peace memberikan alternatif peta pendakian gunung dalam format JPG sehingga mudah dipergunakan. Peta sederhana ini, berdasarkan gabungan navigasi.net dan everytrail. (Rizal Bustami)


Lihat Semeru di peta yang lebih besar



Friday, May 27, 2011

Survey BBC World Service : Indonesia Negara yang Menyenangkan

 Indonesia Paling Ramah Bisnis di Dunia

Pengantar Redaksi :
Artikel ini diunduh dari BBC Indonesia. Survey yang dilakukan
oleh BBC World Service di 24 negara ini, tentu hasilnya
mengejutkan dan mengemberikan bagi Bangsa Indonesia.
Pandangan orang Indonesia sebagaimana hasil survey,
akan memberikan dorongan untuk sebuah harapan kemajuan
Indonesia kelak. Saya berpendapat, bahwa inisiatif individual
yang disertai keberanian dan tekad, merupakan modal untuk
untuk kemajuan sebuah bangsa.
BBC Indonesia, 26 Mei 2011 - 00:44 WIB
Indonesia, AS, Kanada, India dan Australia termasuk diantara negara-negara yang memiliki budaya terbaik di dunia bagi orang-orang yang memulai bisnis baru.

Sebaliknya, Kolombia, Mesir, Turki, Italia dan Rusia memiliki kultur yang kurang maju dalam inovasi dan kewirausahaan. Demikian menurut hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh BBC World Service di 24 negara.
Survei yang dilaksanakan oleh GlobeScan/PIPA dengan 24.000 responden itu, menanyakan kepada mereka tentang bagaimana perasaan mereka kalau mau memulai bisnis di negara mereka.

Yang ditanyakan termasuk apakah negara mereka menghargai kreativitas, inovasi, kewirausahaan, dan apakah ide-ide bagus bisa mudah diterapkan.

Berdasarkan jawaban atas keempat pertanyaan itu, Indonesia menempati urutan teratas sebagai negara yang paling ramah wirausaha di dunia, unggul tipis dari Amerika Serikat.

Jajak pendapat ini juga mendapati bahwa Indonesia paling menghargai inovasi dan kreativitas, disusul Amerika dan Cina.
Berat memulai bisnis
Jajak pendapat menemukan bahwa mayoritas orang di 23 dari 24 negara yang disurvei merasa bahwa mereka akan menghadapi masalah berat untuk memulai bisnis.
Dalam hal ini, Brazil muncul sebagai negara yang paling rendah skornya. Di negara ini, 84% sepakat bahwa memulai bisnis sangat berat.

Dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia --yaitu AS dan Cina-- disebut sebagai negara yang paling disukai dalam hal inovasi dan kreativitas. Di kedua negara ini, 75% mengatakan negara mereka menghargai inovasi dan kreativitas. Tetapi, Indonesia lagi-lagi berada di posisi teratas dengan angka 85%.

Di posisi bawah, 65% orang Turki dan 61% orang Rusia merasa inovasi dan kreativitas tidak dihargai di negara mereka.

Temuan-temuan ini disimpulkan dari survei terhadap 24.537 orang dewasa di 24 negara, yang dilakukan untuk BBC World Service oleh perusahan jajak pendapat internasional GlobeScan bersama Program on International Policy Attitude (PIPA) di Universitas Maryland di Amerika Serikat.

Survei dilaksanakan antara Juni sampai September 2010.
Berpengaruh

"Sebagai contoh, sangat menari untuk melihat apakah pikiran positif orang Indonesia akan membuat mereka lebih maju dari Brazil yang relatif merasa kurang bersemangat."

Doug Miller, direktur GlobeScan
Direktur GlobeScan, Doug Miller, mengatakan jawaban-jawaban responden dalam jajak pendapat ini akan mencerminkan kinerja ekonomi negara mereka masing-masing.

Perbedaan besar dalam kultur kewirausahaan diantara negara-negara yang sedang tumbuh akan berdampak terhadap kinerja perekonomian mereka dalam rentang waktu, kata Miller.

"Sebagai contoh," katanya, "sangat menarik untuk melihat apakah pikiran positif orang Indonesia akan membuat mereka lebih maju dari Brazil yang relatif merasa kurang bersemangat."

Hasil-hasil jajak pendapat ini menunjukkan bahwa meskipun banyak orang mengatakan berat memulai bisnis, mayoritas (52%) merasa orang-orang yang memiliki ide bagus di negara mereka biasanya bisa mempratikkannya.

Lagi-lagi Indonesia termasuk diantara yang paling positif, yaitu 79% atau hampir empat diantara lima orang merasakan seperti itu. Sebagai perbandingan, di Turki hanya 19% dan di Rusia hanya 23% yang merasa bisa mewujudkan gagasan mereka.

Dalam menjawab pertanyaan apakah mereka memiliki ide untuk memulai bisnis sendiri, masyarakat di negara-negara berkembang lebih mungkin menjawab positif dibandingkan orang-orang di negara-negara maju.

Soal ide memuali bisnis, lebih 70% orang di Nigeria, Kenya, Ekuador dan Ghana mengatakan mereka mempunyai gagasan sedangkan orang di Eropa (Jerman, Inggris, Italia dan Prancis) berkisar antara 29% sampai 42%.

Thursday, May 26, 2011

NOVEL Bagian XIV : Kecamuk 2

 Kecamuk (Bagian 2)

 
L.C. Westenenk, dari tempatnya berdiri dengan pasukannya, dibawah cahaya bulan yang remang-remang dan diringi gerimis. Ia memperhatikan dengan seksama pasukan Kamang berpakaian putih putih yang bergerak maju dari arah pinggir jalan dan merayap dalam rumpun padi, yang jumlahnya tidak dapat dia taksir banyaknya.

Dalam keadaan cemas itu, L.C. Westenenk  melihat jelas sosok Datuak Rajo Pangulu dan seseorang yang berdiri disamping kirinya. Sosok itu terlihat sangat akrap dengan Datuak Rajo Pangulu, dia itu juga berpakaian laki-laki berwarna putih namun perawakannya tidak sebagaimana seorang laki-laki, tubuhnya terlihat agak ramping. Untuk mengusir kecemasan yang mencekam dirinya, yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh L.C. Westenenk  dan pasukannya itu, dia berteriak. “Bubarlah kalian!!!, dan kembalilah pulang, kembali kepada anak dan istri kalian! Kalau kalian masih tetap bergerak maju, maka  segala kemungkinan bisa saja terjadi karena kekuatan kompeni cukup banyak dengan personil dan senjatanya,” ancaman L.C. Westenenk.

“Pasukan rakyat tidak akan mundur setapak pun dan bersedia mati syahid!,”  jawab Datuak Rajo Pangulu.

Saturday, May 14, 2011

Voyage through the Archipelago Bagian I

Pedati

Buku berukuran besar, 250 halaman lebih ini, berisi rekaman camera 45

fotografer dunia, termasuk Indonesia. Diterbitkan untuk memperingati 45
tahun Indonesia merdeka. Penerbitan buku ini dikomandoi oleh Joop Ave.
Dicetak di Perancis, diedarkan terbatas pada tahun 1990. Pemotretan
dilakukan selama satu tahun. Saya beruntung,mendapatkan buku berharga
tinggi tersebut pada tahun diedarkan. Untuk pembaca Cantigi Peace, akan
Fotografer Dunia tersebut : 1. Star Black,2. Rene Burri,3. Paul Chesley,4. Peter Van Der Velde,5. Leong Ka Tai 6. Beck Thohir,7. G.Pinkhasov,8. Abbas,9. Desi Harahap, 10. Gerald Gay,
11. Michael  Freeman, 12. Tara Sosrowardojo, 13. Ian Berry, 14. Raghu Rai, 15. Basil Pao, 16. Hiroshi Suga, 17. Steve Viiler, 18. Richard Kalvar, 19. Robin Moyer, 20. Leo Meier, 21. Dominic Sansoni, 22. Bruno Barbey, 23. Wendy Chan, 24. Ping Amranand, 25. Luca I.Tettoni, 26. Santoso Alimin, 27. Ara Guller, 28. Kal Muller, 29. Guido Alberto Rossi, 30. Kike Hoksen, 31. Koes, 32. Agus Leonardus, 33. Peter Hufgard, 34. Martin Kers, 35. Bernard Hermann, 36. Goerg Gerster, 37. Andre Pribadi, 38. Kartono Riadi,39. Fendi Siregar, 40. Darwis Triadi, 41. Eddy Posthuma Deboer, 42. Mahendra Sinh, 43. Rio Helmi, 43. Mark Wexler, 45. Mike Yamashita.
Foto - foto yang termuat di Cantigi Peace ini tidak mewakili ukuran dan standar yang termuat dalam buku. Ada foto yang dikecilkan, dan ada pula yang dibesarkan. Dan, munkin terjadi penurunan kuwalitas gambar.  (Rizal Bustami)

Wednesday, May 04, 2011

NOVEL Bagian XIV : Kecamuk1


Kecamuk (Bagian 1)

Kira-kira pukul sebelas malam, 15 Juni 1908, sampailah induk pasukan tentara Belanda yang dipimpin L.C. Westenenk di Simpang Empat Kampung Tangah-Kamang (Pakan Sinayan sekarang), berniat untuk membantai habis rakyat di Kamang yang menentang belasting dan rodi.

Karena melihat barisan panjang yang berpakaian hitam dengan strip-strip emas pada jahitan celana kiri dan kanan serta pada bajunya, bertopi hitam tinggi dengan berjumbai putih megkilap pada bahagian depannya yang diiringi derap sepatu dan deru mars parajurit, dari jauh para ronda malam mudah mengetahuinya bahwa yang datang berbaris -baris itu adalah pasukan Belanda. Setelah pasukan Wetenenck sampai didekat meraka, maka petugas ronda Angku Rumah Gadang yang didamping Angku Basa dan anggota pengintai lainnya meneriakkan kata-kata sapaan dalam bahasa Belanda sebagaimana kode yang telah dia hafalkan.

“Weerda!”
“Vriended!,” jawab ajudan Westenenk dan langsung menanyakan rumah Haji Abdul Manan.
“Dima rumah itu orang Dul Manan, ha...(sengau)?!”
“Tabek Tuan! Kami tidak kenal dengan Dul Manan, Tuan,” jawab Angku Rumah Gadang.
“Masak kalian orang tidak tau itu orang bernama Dul Manan!!!”
“Tabek, Tuan! SunguHaji.., Tuan! Tidak ada orang sini yang bernama Dul Manan, Tuan!”
“Godverdome!!!, kamu orang bertele-tele, ha!”
“Tabek, Tuan ! Sungguh, Tuan! Dalam keadaan membungkuk-bungkuk Angku Rumah Gadang dan Angku Basa berusaha meyakinkan ajudan Westenenk tersebut. Padahal yang nyawanya sedang akan dipertaruhkan di ujung klewang mereka.

Westenenk yang sudah fasih berbahasa Minang tidakmau lagi bertele-tele yang akan menghabiskan waktu. Dia maju dan langsung bertanya.
“Apakah kalian tau Haji Abdul Manan?”
“Haji Abdul Manan, tau... Tuan!,” jawabnya dengan gaya dan intonasi orang yang sok akrap.
“Goed...!,” kata ajudan dan langsung bergabung pada pasukannya.
“Tunjukkan rumahnya Haji Abdul Manan itu. Ada yang ingin saya bicarakan dengannya.”
“Beliau, Tuan!”
“Aaa, apa bedanya Beliau dengan Nya?”
“Ya, berbeda, Tuan”
“Akh!, masalah sepele saja kalian pertengkarkan.”
“Ini bukan sepele, Tuan.”
“Akh! Cukup. Cukup! Kalian hanya menghabiskan waktu kami saja,” oceh Westenenk sambil mengibas-ngibaskan tangan kanannya.
“Ayo, tunjukkan dimana rumahnya itu, Dul Manan!,” desaknya lagi.
“Rumah beliau banyak, Tuan! Di kampung Bansa ada, di kampung Budi ada, di kampung …. Tapi juga ada. Di....” Angku Rumah Gadang terhenti dan gugup, karena tangannya di toel, disentuh oleh Angku Basa. Suatu isyarat supaya jangan disebut kampung Tangah, tempat Haji Abdul Manan sedang berada dan berkumpul dengan beberapa pembantu beliau.
“Dimana!!!,” bentak ajudan itu dengan cepat karena tergagapnya Angku Rumah Gadang tersebut.
“Di... kampung Budi, Tuan,!” dengan gagapnya. “Tadi siang beliau ada di sana, dan kami tidak melihat beliau di sini,” sambungnya lagi.
“Beliau siapa?,” tukas ajudan itu lagi.
“Tabek, Tuan. Haji Abdul Manan, Tuan.”

Kepala Nagari Ilalang, yaitu Datuak Tumangguang Babukik yang sudah semenjak siang menunggu-nunggu pasukan Westenenk di simpang itu, segera menghampiri, menemui Westenenk dan membenarkan keterangan petugas ronda tersebut dan langsung mengajak rombongan induk semangnya itu ke Kampung Budi.

Monday, May 02, 2011

Mengenang Marsinah

Marsinah


Catatan Rizal Bustami tentang Marsinah
Marsinah dan Buruh

Gegap gempita Peringatan Hari Buruh Dunia yang jatuh pada setiap tanggal 1 Mei di Bundaran HI sampai ke Istana Merdeka, mengingatkan saya kepada Marsinah. Marsinah yang mati dalam siksaan, mayatnya ditemukan tanggal 9 Mei 1993 di Dusun Jegong Kec. Wilangan, Nganjuk, Jawa Timur. Saat itu saya sebagai reporter di Majalah Wanita Kartini.


Makam Marsinah / Foto : Rizal Bustami

Jasad Marsinah ditemukan selang beberapa hari setelah aksi demontrasi menuntut kenaikan upah di PT. Catur Putera Surya (PT. CPS) Porong, dimana Marsinah bekerja di perusahaan itu. Aksi demo tersebut terjadi pada tanggal 3 Mei 1993 dan Marsinah, wanita lugu, turut aktif dan paling vocal mempersiapkan aksi tersebut. Antara tanggal 3 sampai 5 Mei, Marsinah masih aktif berdemo. Namun setelah itu, dia tidak diketahui lagi, sampai ia ditemukan tewas dalam keadaan yang mengenaskan.

Foto : Antara
Saya melakukan reportase ke Surabaya, ke Sorong dan ke kuburan Marsinah penuh dengan perasaan was-was karena pada zaman itu adalah zaman represif. Bertahun-tahun lamanya, Marsinah menjadi topik yang selalu hangat diberitakan, namun tidak diketahui siapa pelaku pembunuhnya.

Meski selalu menjadi perhatian pers, namun foto dirinya hanya itu-itu saja, yaitu pas foto dirinya dengan rambutnya yang ikal tebal. Foto inilah satu-satunya yang dimiliki oleh Marsinah. Bagaimana wajah kesehariannya, tidak pernah diketahui oleh publik. Melalui pas foto itu pulalah Marsinah menjadi legenda perjuangan buruh Indonesia. Foto yang saya miliki, ya repro pas fotonya itu dan foto ketika saya mengunjungi makamnya yang masih berupa tanah gundukan.

Foto : Antara


Marsinahlah satu-satunya pahlawan buruh di Indonesia. Ditengah keluguannya, wanita dusun, ia berjuang bersama teman-temannya pada masa Indonesia dalam cengkraman yang penuh ketakutan. Kini pada Indonesia zaman bebas, tanpa rasa takut untuk bersuara lantang. Adakah yang ingat terhadap pengorbanan gadis Marsinah ?
Foto : Antara

Saturday, April 23, 2011

NOVEL : Catatan Usang Seorang Juru Tulis (Bag.XIII)


 Mantik

Jamaah Surau Kampung Budi Kamang, suraunya Haji Abdul Manan  kedatangan seorang tamu atas undangan dari sesepuh Kamang.

Tamu tersebut adalah Penghulu Kepala Nagari Koto Tuo Ampek Angkek, saudara dari Haji Muhammad Taher Jalaluddin anak dari Tuangku Syeikh Cangkiang Ampek Angkek yang pernah menjadi redaktur ‘Al-Imam’ di Singapura, dan saudara tiri dari Syeikh Ahmad Khatib al Minangkabauwi.

Pertemuan yang dilakukan pada petang Sabtu (malam Minggu), sekedar menghilangkan pemantauan dari para antek antek Belanda. Karena malam Minggu sebagai malam panjang yang penuh pesta pora orang orang Belanda di Fort de Kock yang telah pula membias terhadap kaki tangannya seperti, Engku Laras dan koleganya, Engku Palo dan koleganya. Seolah-olah mereka sudah menjadi orang Belanda pula di kampungnya sendiri.

Situasi semacam ini dimanfaatkan pula oleh para santri di surau-surau untuk memperbincangkan sesuatu yang sangat rahasia, dengan dalil tidak akan mungkin orang yang sedang pesta, mabuk-mabukan melakukan kontrol dan pengawasan masuk kampung keluar kampung.

Salah seorang penceramah pada pertemuan dengan slogan wirid umum ini adalah Penghulu Kepala Nagari Koto Tuo Ampek Angkek Muhammad Amin Pamuncak yang bergelar Sutan Bagindo. Pertemuan ini merupakan kelanjutan pertemuan yang dilaksanakan oleh Muhammad Amin Pamuncak sendiri di Koto Tuo pada Mei 1908 dan seluruh peserta rapat di Koto Tuo Ampek Angkek waktu itu telah bersumpah sakti untuk tidak akan membayar pajak kepada Belanda. Sumpah sakti itu dilaksanakan di makam moyangnya, makam tokoh pergerakan Islam sebelum perang Paderi, yaitu di makam Tuangku Alamuddin Datuak Bandaro, suku Guci yang terkenal dengan sebutan ‘Tuangku Nan Tuo’ di Koto Tuo Ampek Angkek.

KLIPING : Kematian Cosmonot Gargarin

Mesteri Kamatian Gargarin, Manusia Pertama Luar Angkasa dari Rusia


Sumber : Kompas aPaper

Friday, April 15, 2011

Melepas Rosihan Anwar

Melepas Rosihan Anwar :
Catatan Sejarah ada padanya...
           Wartawan senior Haji Rosihan Anwar meninggal dunia di Rumah Sakit MMC Jakarta, Kamis pukul 08.15 WIB, karena serangan jantung. Haji Rosihan Anwar, disebut-sebut wartawan tiga zaman itu, lahir di Kubang Nan Dua, Solok, Sumatera Barat, 10 Mei 1922. Ia meniti karir sebagai wartawan di Harian Indonesia Raya pada 1943, setelah menamatkan pendidikan AMS-A II di Yogyakarta pada 1942. Ia  pernah disekap oleh penjajah Belanda di Bukitduri, Jakarta Selatan, akibat dari kebebasan yang ia kumandangkan. Oleh Presiden Soekarno koran miliknya, Pedoman pada 1961 ditutup.  Pada masa  Orde Baru, Rosihan mendapat anugerah sebagai wartawan sejak sebelum Revolusi Indonesia dengan mendapatkan anugerah Bintang Mahaputra III, bersama tokoh pers Jakob Oetama. Rezim ini yang  menutup Pedoman pada tahun 1974, kurang dari setahun setelah Presiden Soeharto mengalungkan bintang itu di lehernya.
Selamat jalan Bung Rosihan, Anda tidak tergantikan oleh zaman... (Rizal Bustami)

Sunday, March 20, 2011

KULINER JAKARTA : Pecel Ikan Senopati




PECEL IKAN SENOPATI

Di kawasan Senopati dan Blok S, dimanakah tempat makan kelas warung yang layak dicoba ? 
Pecel Ikan Senopati atau Pecel Ikan Mas Arifin di Jalan Senopati layak untuk dicicipi. 

Makanan fress dimasak di tempat, sebagai makanan harian, Pecel Ikan Senopati merupakan pilihan yang pas. Warung makan milik Mas Arifin, berada di lokasi yang ramai perkantoran di kawasan Senopati, Jakarta Selatan.

Lauk yang tawarkan oleh warung ini adalah serba goreng, yaitu goreng ikan gurame, goreng ikan mas, goreng ayam, goreng tahu / tempe. Dihidangkan komplit dengan sayur mentah dan sambel ulek, yang disebut sebagai bumbu pecelnya. “Ya, saya sendiri yang nguleknya,” tutur Mas Arfin kepada Cantigi.

Berada disana memang untuk makan siang,  cantigi.com harus sebentar antri untuk mendapatkan tempat duduk. Dilihat dari cara berpakaian orang-orang makan siang disini, tampak seperti pegawai  perkantoran. Diakui oleh Mas Arfin, di warungnya itu, memang pelanggannya adalah pegawai perkantoran. Selain harganya terjangkau, kwalitas memasak dan rasanya setara dengan makanan sejenis yang disediakan oleh rumah makan besar.

Pecel Ikan Senopati dinamai oleh Mas Arfin, berada di Persimpangan Jl.Pulo Mbangkeng dengan Jalan Raya Senopati. Warung makan yang sudah 17 tahun bertengger di trotiar ini, dibantu oleh 5 karyawan. Dibuka mulai pagi sampai jam 15.00.

Pecal Ikan Mas Arifin, atau Pecel kan Senopati, merupakan bagian dari khasanah Kuliner Jakarta. (Rizal Bustami)


Mas Arifin / Foto : Rizal Bustami




Peta : navigasi.net





Monday, March 14, 2011

Gempa Jepang

Foto : Kompas epaper


CANTIGI PEACE MENYAMPAIKAN SIMPATI DAN TURUT BERDUKA ATAS GEMPA DAN TSUNAMI YANG TERJADI DI JEPANG PADA JUMAT, 12 MARET 2011. SEMOGA RAKYAT JEPANG DAN PARA KORBAN DIBERI KEKUATAN DAN KETABAHAN. (Rizal Bustami)

Saturday, March 05, 2011

Novel : Catatan Usang Seorang Juru Tulis (Bag.XII)


Briefing

TINDAKAN yang diambil oleh L.C. Westenenck didasarkan pada pengumuman Gubernur Genderal ‘Van Heutsz’ di Batavia pada tanggal 1 Maret 1908 untuk memberlakukan Peraturan (Undang Undang) Pajak Langsung untuk seluruh Hindia Belanda.

Westenenck sebagai seorang pejabat tinggi Departemen Dalam Negeri (Amtenaar B.B) yang berpangkat kolonel dan berkedudukan sebagai Komendur Oud Agam karena Asisten Residen Luhak Agam merangkap Residen Padangshe Bovenllanden yaitu Van Driesche yang tidak begitu serius dalam menjalankan tugasnya - karena menurutnya belum saatnya untuk melaksanakan Undang-Undang Belasting dengan tangan besi.

Tuesday, February 22, 2011

Kuliner Jakarta



SATE KAMBING H.MARDOPI
Asam Reges
H.Mardopi (foto: Cantigi)
Asem Reges di Sawah Besar, Jakarta Pusat dikenal sebagai pusat penyedia onderdil kendaraan dan mesin, baik baru maupun bekas.

Disini juga menyediakan keperluan pernak-pernik kendaraan. Bagi pemilik kendaraan lawas, disinilah tempatnya untuk mencari onderdil dan perbaikan atau modifikasi.


Satu lagi yang amat terkenal di sini adalah service carburator. Banyak penyedia layanan service carburator di Asem Reges, namun satu yang kondang, yaitu service carburator Taut di Gang Taman Sari V. Gang Taman Sari V ini juga dikenal dengan nama generiknya Gang Taut.


Tapi, ada satu lagi yang dikenal luas di kawasan ini, tapi tidak dikenal umum, yaitu Sate Kambing H. Mardopi. Berikut laporan Cantigi Peace untuk para pecinta kuliner.

Sate H. Mardopi hanyalah sate yang dijajakan dengan gerobak. Lokasinya pas diujung Gang Taman Sari V, disamping Pasar Inpres Asem Reges. H. Mardopi bersama istrinya, Ny. Dian, sudah berjualan sate sejak tahun 60-an. Ayah 4 anak dan 1 anak angkat ini, masih setia melayani pelanggan yang dibantu oleh istrinya.

Sate khas Betawi ini, dilengkapi dengan sup. Suatu yang unik pada sate Betawi adalah, hidangan sate dilengkapi dengan kuah sop. Kuh sop tersebut gratis. Bisa juga memesan sop komplit dengan daging dan rebusan tulangnya. Tetapi, bagi yang paham, mereka hanya pesan kuahnya saja.
Kelebihan dari Sate H. Mardopi adalah kwalitas membakarnya. Bakaran daging kambing tidak sampai membara atau menyisakan arang. Daging tetap kelihatan merah dan segar, namun matang bakar.

H. Mardopi dan Ny.Dian yang hampir sepuh, sate khas Betawi yang berbumbu kacang dan bumbu kecap ini jangan sampai hilang di pasaran. Umum terjadi, bahwa rumah makan tidak bergenerasi karena anak-anak pemilik tidak tertarik meneruskan usaha yang dirintis oleh orangtuanya. Ketika ditanyakan kepada Ny.Dian, siapa nenatinya akan meneruskan dagang sate ini ? “Ada tuh, si gadis. Dia doang tuh yang mau bantu-bantu jualan,” terang Ny.Dian mengenai anak gadisnya.

Dengan pengeluaran tidak sampai 10.000 rupiah, sudah dapat menikmati sate klasik Jakarta, meski diperlukan perjuaangan ke Asem Reges. Namun, inilah salah satu aset kuliner Jakarta. Selamat menikmati... ! (Rizal Bustami)



Peta : navigasi.net








Sunday, February 20, 2011

NOVEL : Catatan Usang Seorang Juru Tulis (Bagian XII)

Biadab

SUDAH beberapa kali Bonjol di gempur untuk diduduki termasuk yang dipimpin langsung oleh Gubernur General Van den Bosch. Karena sulitnya menundukkan kaum Paderi dan menduduki Bonjol, Van den Bosch akhirnya pada dini hari 3 Oktober 1833 memutuskan untuk berangkat kembali ke Batavia, ‘lari malam’ menurut cemoohan orang Minang. Dan, untuk memperkuat pemerintahannya di Sumatera Barat diangkatnya dua orang Komisaris di Padang sebagai wakilnya. (Red: Dua orang Komisaris untuk satu daerah di Hindia Belanda, agaknya hanyalah di Minngkabau ?), yaitu J.J. Van Sevenhoven dan Mayor Jenderal J.G. Riesz.

Sejarah pun berulang, penyakit lama berjangkit kembali. Siasat ditukar, perang frontal sudah tak mempan “Pelakat Panjangdiumumkan pada 25 Oktober 1833 sekedar ‘time out’ untuk bernapas panjang sesaat. Hal ini terbukti dengan tindakan Belanda yang mengkhianati sendiri ‘maklumat perdamaian’ yang dibuatnya sendiri secara sepihak itu. Luka lama berdarah lagi rakyat Minangkabau. Fatwa-fatwa yang diberikan Tuangku Imam Bonjol merupakan senjata bathin yang tidak dapat ditumpulkan oleh berbagai ‘presure’ dan provokasi dari pemerintah ataupun oleh militer Belanda.

“Sebuah kejadian yang tidak dapat dimaafkan dan dilupakan oleh generasi kami dan bahkan generasi Minangkabau,” Siti Maryam mengawali pidatonya. “Adalah terhadap kekejaman pasukan tentara Ulando pada waktu itu penculikan yang dilakukan atas dua orang istri Tuangku Imam untuk menggoncangkan mental beliau.”

“Pada suatu malam dalam bulan Juli 1837 - setelah sepuluh hari lebih pertempuran yang dihadang pasukan Tuangku Imam yang tiada henti-hentinya, satu pasukan kecil tentara Belanda moncoba memasuki kota Bonjol dengan menyelundup ditengah lelapnya pasukan Paderi yang sedang kelelahan. Sehingga kedatangan tamu yang tidak diundang itu tidak diketahui oleh pengawal benteng.

Pasukan kecil itu terus menuju rumah kediaman Tuangku Imam bersama anak-anak dan kedua istrinya. Dengan serta merta kedua istri Tuangku Imam dilarikan secara diam-diam. Kejadian itu diketahui oleh salah seorang putra Tuangku Imam yang bernama Mahmud, dan tanpa berpikir panjang Mahmud melakukan perlawanan guna menyelamatkan kedua orang ibunya itu. Karena perkelahian tidak seimbang, pada akhirnya perut Mahmud ditusuk dengan bayonet yang menempel di ujung laras senapan pasukan Belanda tersebut. Dalam kejadian ini, yang amat tragis adalah perlakuan ‘marsuse’ yang sangat biadab. Setelah perut Mahmud  terberai, darah mengucur dari celah jantung yang bocor.  Kemudian, kaki salah seorang istri Tuangku Imam diputuskan, dikerat pahanya selagi dia masih hidup, sedangkan istri yang seorang lagi tubuhnya diukir, disayat-sayat dengan ujung sangkur ‘Belanda Hitam’ itu. Ini benar-benar biadab, buas. Mendengar suara ribut dan jeritan suara perempuan, Tuangku Imam terbangun dari lelapnya, beliau langsung mengambil pedang dihunusnya menuju  tempat suara ribut tersebut. Perkelahian seru pun terjadi antara beliau dengan tentara Ulando.

Dalam perkelahian ini, Tuangku Imam Bonjol menderita luka-luka karena tusukan bayonet, tetapi pasukan Ulando kocar-kacir melarikan diri dalam penderitaannya pula. Karena banyak menderita luka yang menyebabkan banyaknya darah yang keluar, tubuhnya semakin melemah dan beliau tidak dapat lagi memimpin pertempuran selanjutnya. Besoknya, pada sore hari pasukan Ulando melancarkan serangan besar-besaran. Pertahanan benteng di Bonjol langsung diambil alih oleh Bagindo Majolelo dan kawan
kawannya. Kota Benteng sangat tangguh untuk diterobos yang dipertahankan oleh kaum yang militansi. Akhirnya tidak membawa apa-apa bagi Ulando kecuali penderitan dan kerugian. eesokan harinya, setelah Ulando menyulut sejumlah besar bahan peledak kedinding pertahanan rakyat penyerbuan secara tiba-tiba kembali dilakukan dibawah pimpinan pasukan Letnan Lange. Pada tanggal 16 Agustus 1837 kejatuhan kota – benteng –  Bonjol dirayakan prajurid Ulando dengan pesta candu dan tuak, sebagai ungkapan keberhasilan mereka. Dengan pertolongan beberapa orang hulu balang  yang gagah berani, Tuangku Imam diselamatkan dari kepungan pasukan musuh dan dilarikan ke kampuang Marapak.

Sesudah menduduki Bonjol,  tentara Belanda mengadakan pembersihan secara besar-besaran. Penyisiran terhadap daerah-daerah  basis pasukan Tuangku Imam dibumi hanguskan. Tapi Tuangku Imam tidak ditemukannya juga.” 
“Apakah salah seorang dari istri Tuangku Imam itu nenekmu, Maryam?,” aku bertanya.
“Barangkali, sekarang bukanlah saatnya yang tepat untuk saya jelaskan, Mak Kari,” maksudnya Wahid Kari Mudo.

Hadirin di Surau Haji Abdul Manan di Kampung Budi itu terganga dan ada yang air matanya meleleh di pipi atas kepiluan dari kekejaman ‘marsose’ – si Belanda Hitam – atas perintah tuannya ‘lanun’ dari seberang lautan itu.

Mendengar pemaparan “anak sasian”, murid beliau itu, Haji Abdul Manan hanya bersitelekan, menupang kedua pipinya dengan kedua tangannya yang bertumpu di atas kedua pahanya karena terharu akan kisah tragis dari kebiadaban pasukan Belanda itu dari akhir keagungan Bonjol sebagai pertahanan terakhir pada Perang Paderi. Dalam alkisah perang Minangkabau Raya itu dan kepasihan tutur Siti Maryam yang diwarisinya dari keluarganya sendiri dalam menuturkannya.

Tujuan ditampilkan Siti Maryam untuk menyampaikan kisah pembiadaban tentara Belanda itu pada halaqah Surau Budi menjelang berkobarnya perang anti belasting itu adalah dalam rangka membangkitkan semangat anti Belanda dan semangat untuk bangkit berjuang melawan tirani, kebiadaban-kebiadaban penjajah, penjarah rakyat oleh tentara dan pemerintah Belanda yang akan melancarkan pajak, ‘pungutan langsung’-nya.
(bersambung)

Wednesday, January 26, 2011

RUU Keistimewaan Yogyakarta


Catatan Rizal Bustami
Tentang RUU Keistimewaan Yogyakarta
BAHWA, YOGYAKARTA TIDAK SENDIRI MENEGAKKAN RI INI


Suatu kawasan kepulauan (archipilago) yang tidak bernama dan tidak memiliki kekuasaan tunggal, membentang dari barat ke timur dari ujung pulau Sumatera dan ekor Pulau Papua. Dari kepulauan utara Philipina sampai ke selatan Pulau Jawa. Pada masanya hanya ada kekuasaan- kekuasaan lokal seperti  Kraton Sambas, Kesultanan Kutai, Kesultanan Goa, Kesultanan Deli, Kesultanan Pulau Penyengat, Kesultanan Siak, Kesultanan Pasai, Kesultanan Banten, Kesultanan Cirebon, Kesultanan Pare Pare, Kesultanan Solo, Kesultanan Almahera, Kesultanan Bima, Kesultanan Mataram, Kesultanan Sumenep, dll. Pada dasarnya tidak saling mengenal, dipisahkan dengan budaya dan sejarah. Lebih awal dari masa itu, terdapat dua kerajaan besar, yaitu Kejaraan Majapahit di Pulau Jawa dan Kerajaan Sriwijaya di Sumatera. Kedua kerajaan besar ini tidak benar-benar memiliki pengaruh secara politik dan meliter di kawasan ini, meski ada diakui oleh atau didaulat oleh kerajaan – kerajaan kecil lainnya. Nama Indonesia baru dipakai atau diproklamirkan pada tanggal 28 Oktober 1928, ketika para pemuda dari berbagai daerah, yang diwakili oleh Yong Java, Yong Sumatera, Yong Ambon, dll menyatakan sebagai Indonesia sebagai Bangsa, Indonesia sebagai Bahasa, Indonesia sebagai Persatuan, yaitu dengan Sumpah Pemuda-nya. Proses terbentuknya rasa kebangsaan itu lebih pada nasib sepenangungan, sama – sama mendapatkan deraan penjajah kulit putih. Mengutip diskripsi tumbuhnya suatu paham kebangsaan, Ernest Renan mangatakan dalam bukunya, Apakah Bangsa ?, sebagai keinginan untuk hidup bersama. Faktor perasaanlah membuat sebuah bangsa dan negara terbentuk. Buku kecil ini diterjemahkan oleh Prof. Sunaryo.

Sunday, January 09, 2011

Novel Bagian XI,Bagian 2


Hari-Hari Terakhir, Bab 2

Sebagaimana kisah yang aku bayangkan di hadapan Mak Sikek dan Etek Anisyah sebelumnya, maka sewaktu aku bertamu ke rumah istri Mak Datuak Rajo Pangulu, di itulah aku mendapatkan sebuah panorama kehidupan dalam  keluarga yang harmonis, romantis namun tetap dalam adab ke-Minangkabau-an.  Namun, 'lain lubuk lain ikannya, lain padang lain belalangnya', begitu kata pepatah menggambarkan tentang khasanah kosmologi itu kepada kita dari para filusuf, leluhur Minangkabau dahulu kala. Kata-kata bijak itupun sangat luas cakupannya termasuk kepada tingkah, perangai maupun kisah dan kenangan yang dialami setiap orang yang tidak sama satu dengan yang lainnya.



HARGA BENELLI MOTOBI 152 TH 2023